TROPENHELM M40
Tropenhelm M40 adalah helm khusus yang dipakai oleh prajurit-prajurit Jerman di Afrika Utara, dan terinspirasi dari pith helmet yang dipakai oleh prajurit Kerajaan Inggris. Untuk mengakomodasi iklim Afrika yang panas, bahan pembuat helm jenis ini bukanlah besi atau baja seperti biasanya, melainkan campuran gabus dan empulur yang kemudian dilapisi dengan kain kanvas tebal. Tropenhelm dibagikan ke semua cabang Wehrmacht (Heer, Luftwaffe, Kriegsmarine) dan biasanya dikenakan di garis belakang. Penggunaannya kurang populer karena dianggap ribet, dan akhirnya sedikit demi sedikit mulai digantikan oleh tropenmütze atau stahlhelm standar yang dicat warna pasir. Terdapat dua versi helm jenis ini: versi pertama dilapisi oleh kain kanvas, sementara versi kedua dilapisi oleh bulukempa (kain tenun yang dibuat dari benang kapas atau asbes yang dikempa)
Foto ini diambil dari cuplikan film dokumenter yang memperlihatkan prajurit-prajurit baru DAK (Deutsches Afrikakorps) sedang mencoba tropenuniform (seragam tropis) dan tropenhelm (helm tropis) baru mereka. Mereka semua memakai seragam coklat yang merupakan warna awal seragam tropis pasukan Jerman. Nantinya bermunculan variasi warna lain (hijau, kuning, campuran dll.) yang memang keluaran pabrik atau akibat dari memudarnya warna semula
Foto ini memperlihatkan seorang prajurit Afrikakorps yang memakai sporthemd trikot Reichsadler dan memegang tropenhelm M40 (pith helmet) di atas sebuah Panzerkampfwagen III Ausführung G (Sd.Kfz.141) turmnummer 521, sementara di sebelahnya teronggok patronenkasten dan di kanan stahlhelm M35 dengan decal nasional. Dia juga memakai tropenstiefel di kakinya. Kemungkinan foto ini diambil di fase-fase awal pertempuran di Afrikakorps karena tropenhelm sebagian besar hanya digunakan oleh DAK pas pertama saja sebelum digantikan dengan tropenmütze yang lebih praktis
Dua orang prajurit Afrikakorps sedang "ngendon" sambil telanjang dada didalam lindungan jaring kamuflase di Afrika Utara, tahun 1942. Seperti kekuatan militer lainnya, pihak Wehrmacht mengerti betul bahwa menyembunyikan mesin perang dan markas mereka dalam peperangan ofensif maupun defensif dapat menambah kemungkinan untuk selamat dalam peperangan tersebut. Sebagai tambahan dari kamuflase cat yang ditempelkan di mesin perang, mereka juga tidak segan-segan menggunakan daun dan ranting, kanvas, serta jaring untuk lebih membuatnya menjadi tidak terlihat di mata musuh sekaligus menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Ketika peperangan semakin tidak menguntungkan bagi pihak Jerman, penggunaan kamuflase semacam ini menjadi lebih dominan lagi. Unit-unit yang bergerak mundur seringkali memotong dahan dan ranting lalu meninggalkannya setelah dipakai agar dapat membantu unit lainnya dalam memanfaatkan sarana kamuflase yang sama. Dalam beberapa kesempatan, para prajurit juga kadangkala menambahkan lapisan tipis lumpur atau salju untuk lebih menambah fungsi penyatuan dengan alam sekitarnya. Foto diatas dibuat oleh Reinhard Schultz
Para pilot Luftwaffe dari I.Gruppe / Jagdgeschwader 27 (JG 27) sedang asyik bermain kartu remi di padang pasir Afrika Utara tahun 1942, sementara di belakang mereka terparkir sebuah Messerschmitt Bf 109 E-4 Trop "Schwarze 3". Mereka semua bertelanjang dada sambil mengenakan tropenhelm untuk melindungi diri dari panas yang menyengat
"Hallo Kameraden in Afrika!" Para Matrosen (pelaut) Jerman di atas kapal patroli mendengarkan siaran radio di tengah samudera luas, 26 Juni 1942. Meskipun jauh dari kampung halaman, tapi mereka hampir tidak pernah ketinggalan berita terbaru dari tanah air yang didapatkan melalui radio berdaya pemancar tinggi. Dari tropenuniform serta tropenhelm yang mereka kenakan, bisa diketahui bahwa foto ini diambil di perairan Mediterania. Matrosen di sebelah kiri mengenakan Sporthemd Trikot Reichsadler (Kaos Dalam Wehrmacht). Foto oleh Kriegsberichter Kratochwill
"Fröhliche Weihnachten", dari temanmu di Luftwaffe yang berada di medan perang Afrika Utara. Si prajurit berpangkat Obergefreiter yang memakai tropenhelm (pith helmet) ini tampak sedang merapikan pohon Natal hasil bikinan seadanya. Uniknya, kita bisa melihat bahwa dia memakai seragam dengan Adler Heer sementara di kerahnya memakai Kragenspiegel Luftwaffe! Hal ini biasa terjadi di medan perang Afrika dimana seringkali terjadi kelangkaan pakaian tropis Luftwaffe sehingga untuk mengatasinya (sekaligus sebagai tangkal-darurat) maka digunakanlah stok yang ada, termasuk yang punya Heer
Major Günther Freiherr von Maltzahn (Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 53 "Pik-As") memperhatikan saat General der Flieger Bruno Loerzer (Kommandierender General II. Fliegerkorps) menyematkan medali Eisernes Kreuz I.Klasse kepada salah seorang personil Jagdgeschwader 53 (JG 53) "Pik-As" yang berpangkat Feldwebel. Foto kemungkinan besar diambil pada awal tahun 1942 saat JG 53 direlokasi ke wilayah Mediterania setelah sebelumnya berjibaku di Front Timur. Wing pemburu Luftwaffe ini langsung ditempatkan di bawah komando II. Fliegerkorps pimpinan Loerzer
Prajurit Afrikakorps yang merupakan veteran Perang Saudara di Spanyol (yang terlihat dari Medali Legion Condor Panzer Badge yang dikenakannya). Namanya adalah Schneider
Pembagian tropenhelm (helm tropis) untuk para anggota Fallschirmjäger-Brigade Ramcke yang akan berangkat bertugas ke Afrika Utara
Tropenhelm M40 adalah helm khusus yang dipakai oleh prajurit-prajurit Jerman di Afrika Utara, dan terinspirasi dari pith helmet yang dipakai oleh prajurit Kerajaan Inggris. Untuk mengakomodasi iklim Afrika yang panas, bahan pembuat helm jenis ini bukanlah besi atau baja seperti biasanya, melainkan campuran gabus dan empulur yang kemudian dilapisi dengan kain kanvas tebal. Tropenhelm dibagikan ke semua cabang Wehrmacht (Heer, Luftwaffe, Kriegsmarine) dan biasanya dikenakan di garis belakang. Penggunaannya kurang populer karena dianggap ribet, dan akhirnya sedikit demi sedikit mulai digantikan oleh tropenmütze atau stahlhelm standar yang dicat warna pasir. Terdapat dua versi helm jenis ini: versi pertama dilapisi oleh kain kanvas, sementara versi kedua dilapisi oleh bulukempa (kain tenun yang dibuat dari benang kapas atau asbes yang dikempa)
Foto ini diambil dari cuplikan film dokumenter yang memperlihatkan prajurit-prajurit baru DAK (Deutsches Afrikakorps) sedang mencoba tropenuniform (seragam tropis) dan tropenhelm (helm tropis) baru mereka. Mereka semua memakai seragam coklat yang merupakan warna awal seragam tropis pasukan Jerman. Nantinya bermunculan variasi warna lain (hijau, kuning, campuran dll.) yang memang keluaran pabrik atau akibat dari memudarnya warna semula
Foto ini memperlihatkan seorang prajurit Afrikakorps yang memakai sporthemd trikot Reichsadler dan memegang tropenhelm M40 (pith helmet) di atas sebuah Panzerkampfwagen III Ausführung G (Sd.Kfz.141) turmnummer 521, sementara di sebelahnya teronggok patronenkasten dan di kanan stahlhelm M35 dengan decal nasional. Dia juga memakai tropenstiefel di kakinya. Kemungkinan foto ini diambil di fase-fase awal pertempuran di Afrikakorps karena tropenhelm sebagian besar hanya digunakan oleh DAK pas pertama saja sebelum digantikan dengan tropenmütze yang lebih praktis
Dua orang prajurit Afrikakorps sedang "ngendon" sambil telanjang dada didalam lindungan jaring kamuflase di Afrika Utara, tahun 1942. Seperti kekuatan militer lainnya, pihak Wehrmacht mengerti betul bahwa menyembunyikan mesin perang dan markas mereka dalam peperangan ofensif maupun defensif dapat menambah kemungkinan untuk selamat dalam peperangan tersebut. Sebagai tambahan dari kamuflase cat yang ditempelkan di mesin perang, mereka juga tidak segan-segan menggunakan daun dan ranting, kanvas, serta jaring untuk lebih membuatnya menjadi tidak terlihat di mata musuh sekaligus menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Ketika peperangan semakin tidak menguntungkan bagi pihak Jerman, penggunaan kamuflase semacam ini menjadi lebih dominan lagi. Unit-unit yang bergerak mundur seringkali memotong dahan dan ranting lalu meninggalkannya setelah dipakai agar dapat membantu unit lainnya dalam memanfaatkan sarana kamuflase yang sama. Dalam beberapa kesempatan, para prajurit juga kadangkala menambahkan lapisan tipis lumpur atau salju untuk lebih menambah fungsi penyatuan dengan alam sekitarnya. Foto diatas dibuat oleh Reinhard Schultz
Para pilot Luftwaffe dari I.Gruppe / Jagdgeschwader 27 (JG 27) sedang asyik bermain kartu remi di padang pasir Afrika Utara tahun 1942, sementara di belakang mereka terparkir sebuah Messerschmitt Bf 109 E-4 Trop "Schwarze 3". Mereka semua bertelanjang dada sambil mengenakan tropenhelm untuk melindungi diri dari panas yang menyengat
Tentara-tentara
Jerman ini ditangkap oleh pasukan Australia dalam pertempuran di
perbatasan terluar Tobruk, sebuah kota pelabuhan yang strategis di
Libya, pada tanggal 8 Mei 1941. Mereka kemudian dibawa masuk ke bagian
dalam benteng Tobruk dengan mata tertutup, untuk menghindari
diketahuinya pos-pos pertahanan Sekutu yang tersebar di sekitar tempat
tersebut. Di latar belakang kita bisa melihat sebuah Bren gun dengan
bipod yang telah terpasang. Prajurit penjaga di sebelah kiri adalah
anggota dari 2nd Company / 23rd
Australian Infantry Battalion, yang terlihat dari insignia di lengan
kanannya. Dari bulan April s/d Desember 1941, 30.000 orang tentara
Australia terkepung oleh gabungan pasukan Jerman dan Italia di
sekeliling Tobruk. Selama periode tersebut, Panglima Afrikakorps Erwin
Rommel berkali-kali melancarkan serangan untuk mematahkan pertahanan
kota tersebut, hanya untuk menemui kegagalan ketika dihadapkan oleh
banyaknya pertahanan serta kegigihan pasukan Australia yang bertahan
disana. Bisa dibilang bahwa Tobruk menjadi sumber utama puyengnya kepala
Rommel dalam kampanye militernya di Afrika Utara, karena dibutuhkan
empat divisi Italia dan tiga batalyon Jerman untuk mengepungnya, sebuah
kekuatan yang berjumlah dua kali lipat dari pasukan yang bertahan!
"Hallo Kameraden in Afrika!" Para Matrosen (pelaut) Jerman di atas kapal patroli mendengarkan siaran radio di tengah samudera luas, 26 Juni 1942. Meskipun jauh dari kampung halaman, tapi mereka hampir tidak pernah ketinggalan berita terbaru dari tanah air yang didapatkan melalui radio berdaya pemancar tinggi. Dari tropenuniform serta tropenhelm yang mereka kenakan, bisa diketahui bahwa foto ini diambil di perairan Mediterania. Matrosen di sebelah kiri mengenakan Sporthemd Trikot Reichsadler (Kaos Dalam Wehrmacht). Foto oleh Kriegsberichter Kratochwill
"Fröhliche Weihnachten", dari temanmu di Luftwaffe yang berada di medan perang Afrika Utara. Si prajurit berpangkat Obergefreiter yang memakai tropenhelm (pith helmet) ini tampak sedang merapikan pohon Natal hasil bikinan seadanya. Uniknya, kita bisa melihat bahwa dia memakai seragam dengan Adler Heer sementara di kerahnya memakai Kragenspiegel Luftwaffe! Hal ini biasa terjadi di medan perang Afrika dimana seringkali terjadi kelangkaan pakaian tropis Luftwaffe sehingga untuk mengatasinya (sekaligus sebagai tangkal-darurat) maka digunakanlah stok yang ada, termasuk yang punya Heer
Major Günther Freiherr von Maltzahn (Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 53 "Pik-As") memperhatikan saat General der Flieger Bruno Loerzer (Kommandierender General II. Fliegerkorps) menyematkan medali Eisernes Kreuz I.Klasse kepada salah seorang personil Jagdgeschwader 53 (JG 53) "Pik-As" yang berpangkat Feldwebel. Foto kemungkinan besar diambil pada awal tahun 1942 saat JG 53 direlokasi ke wilayah Mediterania setelah sebelumnya berjibaku di Front Timur. Wing pemburu Luftwaffe ini langsung ditempatkan di bawah komando II. Fliegerkorps pimpinan Loerzer
Prajurit Afrikakorps yang merupakan veteran Perang Saudara di Spanyol (yang terlihat dari Medali Legion Condor Panzer Badge yang dikenakannya). Namanya adalah Schneider
Pembagian tropenhelm (helm tropis) untuk para anggota Fallschirmjäger-Brigade Ramcke yang akan berangkat bertugas ke Afrika Utara
Seorang prajurit Jerman di front Italia sedang menerawang kejauhan menggunakan teropong ganda Doppelrohr-Fernglas (1944)
Para prajurit Heer mengenakan tropenhelm model kedua
Foto langka dari sang jagoan udara legendaris Hans-Joachim Marseille yang memperlihatkan saat dia menikmati siesta (tidur siang) tak lama setelah menjalani pertempuran berat di udara
Foto langka dari sang jagoan udara legendaris Hans-Joachim Marseille yang memperlihatkan saat dia menikmati siesta (tidur siang) tak lama setelah menjalani pertempuran berat di udara
Fallschirmjäger dalam pertempuran di Kreta tahun 1941. Mereka mengenakan helm tropis Inggris hasil rampasan, dan sedang memindahkan kotak-kotak kayu dari kendaraan Sekutu yang berhasil dikuasai
Prajurit DAK mengenakan Tropenhelm, yang hanya digunakan di awal-awal perang saja untuk kemudian ditinggalkan karena dianggap ribet
Pilot Luftwaffe dalam balutan seragam tropis dan tropenhelm sedang berpose di depan senjata flak 20mm
Inspeksi terakhir Fallschirmjäger-Brigade Ramcke sebelum diberangkatkan ke Afrika, musim panas 1942. Para perwira, bintara serta prajurit sama-sama mengenakan seragam tropis dan tropenhelm, dan beberapa di antara prajurit yang berbaris adalah para veteran, yang terlihat dari medali Eisernes Kreuzes yang mereka kenakan
Rommel menerima medali dari jenderal Italia Ettore Bastico. Mau tahu medali apa yang dikalungkan di lehernya? Lihat foto di bawah!
---------------------------------------------------------------------------
Oberstleutnant der Reserve Curt Ehle (21 Oktober 1899 - 16 Agustus 1986)
Oberst Walter Gericke dari Fallschirmjäger mengenakan tropenhelm. Dalam lukisan kartupos karya Wolfgang Willrich ini dia masih berpangkat Hauptmann
Stabsarzt Dr. Johannes Haß berpose di Eleusis (Yunani) sambil mengenakan tropenhelm dan tropen-anzug baru. Dia merupakan perwira medis dari Fallschirmjäger-Brigade Ramcke yang juga ikut mempertontonkan keberanian dalam pertempuran, yang terbukti dari medali Eisernes Kreuz I klasse di seragamnya
Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes #318 untuk Oberleutnant Hermann Hogeback (Staffelkapitän 9.Staffel / III.Gruppe / Lehrgeschwader 1), yang diselenggarakan pada tanggal 8 September 1941 di medan perang Afrika Utara. Medali tersebut diserahkan oleh Generalmajor Stefan Fröhlich (Fliegerführer Afrika), sebagai penghargaan atas kesuksesan Hogeback sebagai seorang pilot bomber yang berhasil menyelesaikan 163 misi pemboman di atas udara Mediterania, Yugoslavia dan Afrika Utara
Oberfeldwebel Erich Jeworrek berasal dari 3.Kompanie / Grenadier-Ersats-Bataillon (M) 276 / 84. Infanterie-Division. Dia tercatat dianugerahi Kriegsverdienstkreuz II. Klasse mit Schwertern pada tanggal 30 Januari 1945. Contoh dokumennya bisa dilihat DISINI, dan ditandatangani oleh Generalmajor Heinz Fiebig (Kommandeur 84. Infanterie-Division)
Generaloberst Bruno Loerzer (22 Januari 1891 - 23 Agustus 1960)
Hauptmann der Reserve Erich Röseke (24 Januari 1921 - 2 Mei 1994)
Panglima Afrikakorps Erwin Rommel dengan tropenhelm bertengger di kepalanya
Rommel difoto Afrika lengkap dengan Tropenhelm dan tropical uniform tak lama setelah penganugerahan medali oleh Sekutunya, Italia. Yang terpasang di lehernya adalah Military Order of Savoy (yang sekarang lebih dikenal dengan nama 'Order of Italy'). Dengan melihat helmnya saja, kita dapat mengetahui bahwa foto ini diambil dalam fase-fase pertama keberadaan Afrikakorps di Afrika Utara, karena kemudian helm tersebut secara berangsur-angsur digantikan oleh topi kain biasa. Selain itu, perlu diketahui bahwa foto-foto Rommel bersama dengan tanda tangannya yang diambil di Afrika yang masih bertahan sampai saat ini tidak ada yang menggunakan pena melainkan potlot, karena iklim Afrika telah membuat foto-foto yang ditulisi dengan pena mencair tintanya tak lama setelah dibuat!
Generalmajor Hermann-Bernhard Ramcke dan Major Friedrich von der Heydte mendiskusikan operasi yang berlangsung di garis depan. Heydte memakai tropenhelm (pith helmet) di kepalanya. Hanggar di latar belakang menunjukkan bahwa foto ini diambil di salah satu landasan udara Jerman di padang pasir
Generalmajor Hermann-Bernhard Ramcke dan Major Hans Kroh sedang melakukan acara kunjungan ke pasukan. Kroh memakai tropenhelm di kepalanya. Perhatikan dua buah tanda tangan orsinil dari kedua orang di atas!
Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Leutnant Albert Scheidig (Flugzeugführer di 1.Staffel (Fern) / Aufklärungsgruppe 122). Scheidig secara resmi mendapatkan medali tersebut pada tanggal 16 April 1942. Sebagai pengalung medali adalah Oberleutnant Paul Gragen (Beobachter). Foto kemungkinan besar diambil di Front Italia, karena dari bulan Desember 1941 s/d Mei 1942 Staffel pertama bermarkas di Gerbini (Sisilia)
Prajurit DAK mengenakan Tropenhelm, yang hanya digunakan di awal-awal perang saja untuk kemudian ditinggalkan karena dianggap ribet
Pilot Luftwaffe dalam balutan seragam tropis dan tropenhelm sedang berpose di depan senjata flak 20mm
Inspeksi terakhir Fallschirmjäger-Brigade Ramcke sebelum diberangkatkan ke Afrika, musim panas 1942. Para perwira, bintara serta prajurit sama-sama mengenakan seragam tropis dan tropenhelm, dan beberapa di antara prajurit yang berbaris adalah para veteran, yang terlihat dari medali Eisernes Kreuzes yang mereka kenakan
Rommel menerima medali dari jenderal Italia Ettore Bastico. Mau tahu medali apa yang dikalungkan di lehernya? Lihat foto di bawah!
---------------------------------------------------------------------------
Oberstleutnant der Reserve Curt Ehle (21 Oktober 1899 - 16 Agustus 1986)
Oberst Walter Gericke dari Fallschirmjäger mengenakan tropenhelm. Dalam lukisan kartupos karya Wolfgang Willrich ini dia masih berpangkat Hauptmann
Stabsarzt Dr. Johannes Haß berpose di Eleusis (Yunani) sambil mengenakan tropenhelm dan tropen-anzug baru. Dia merupakan perwira medis dari Fallschirmjäger-Brigade Ramcke yang juga ikut mempertontonkan keberanian dalam pertempuran, yang terbukti dari medali Eisernes Kreuz I klasse di seragamnya
Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes #318 untuk Oberleutnant Hermann Hogeback (Staffelkapitän 9.Staffel / III.Gruppe / Lehrgeschwader 1), yang diselenggarakan pada tanggal 8 September 1941 di medan perang Afrika Utara. Medali tersebut diserahkan oleh Generalmajor Stefan Fröhlich (Fliegerführer Afrika), sebagai penghargaan atas kesuksesan Hogeback sebagai seorang pilot bomber yang berhasil menyelesaikan 163 misi pemboman di atas udara Mediterania, Yugoslavia dan Afrika Utara
Oberfeldwebel Erich Jeworrek berasal dari 3.Kompanie / Grenadier-Ersats-Bataillon (M) 276 / 84. Infanterie-Division. Dia tercatat dianugerahi Kriegsverdienstkreuz II. Klasse mit Schwertern pada tanggal 30 Januari 1945. Contoh dokumennya bisa dilihat DISINI, dan ditandatangani oleh Generalmajor Heinz Fiebig (Kommandeur 84. Infanterie-Division)
Generaloberst Bruno Loerzer (22 Januari 1891 - 23 Agustus 1960)
Hauptmann der Reserve Erich Röseke (24 Januari 1921 - 2 Mei 1994)
Panglima Afrikakorps Erwin Rommel dengan tropenhelm bertengger di kepalanya
Rommel difoto Afrika lengkap dengan Tropenhelm dan tropical uniform tak lama setelah penganugerahan medali oleh Sekutunya, Italia. Yang terpasang di lehernya adalah Military Order of Savoy (yang sekarang lebih dikenal dengan nama 'Order of Italy'). Dengan melihat helmnya saja, kita dapat mengetahui bahwa foto ini diambil dalam fase-fase pertama keberadaan Afrikakorps di Afrika Utara, karena kemudian helm tersebut secara berangsur-angsur digantikan oleh topi kain biasa. Selain itu, perlu diketahui bahwa foto-foto Rommel bersama dengan tanda tangannya yang diambil di Afrika yang masih bertahan sampai saat ini tidak ada yang menggunakan pena melainkan potlot, karena iklim Afrika telah membuat foto-foto yang ditulisi dengan pena mencair tintanya tak lama setelah dibuat!
Generalmajor Hermann-Bernhard Ramcke dan Major Friedrich von der Heydte mendiskusikan operasi yang berlangsung di garis depan. Heydte memakai tropenhelm (pith helmet) di kepalanya. Hanggar di latar belakang menunjukkan bahwa foto ini diambil di salah satu landasan udara Jerman di padang pasir
Generalmajor Hermann-Bernhard Ramcke dan Major Hans Kroh sedang melakukan acara kunjungan ke pasukan. Kroh memakai tropenhelm di kepalanya. Perhatikan dua buah tanda tangan orsinil dari kedua orang di atas!
Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Leutnant Albert Scheidig (Flugzeugführer di 1.Staffel (Fern) / Aufklärungsgruppe 122). Scheidig secara resmi mendapatkan medali tersebut pada tanggal 16 April 1942. Sebagai pengalung medali adalah Oberleutnant Paul Gragen (Beobachter). Foto kemungkinan besar diambil di Front Italia, karena dari bulan Desember 1941 s/d Mei 1942 Staffel pertama bermarkas di Gerbini (Sisilia)
---------------------------------------------------------------------------
TROPENHELM NIEDERLANDE / POLO
Semua Tropenhelm "Belanda" yang dipakai oleh pasukan Afrikakorps dilengkapi dengan stempel produsen "MOL NV" Breda dengan kata "HOLLAND" di bagian dalamnya. Perbedaan
Tiga orang prajurit dari 15. Panzer-Division bersantai di barak mereka di Jerman sambil mengenakan tropenhelm "Niederlande" (helm tropis "Belanda"), musim semi 1941. Mereka telah diberitahui mengenai penugasan selanjutnya ke Afrika Utara, hanya saja belum mendapat pembagian seragam tropis untuk digunakan disana. Salah satu item pertama yang mereka terima adalah helm tropis hasil rampasan dari Belanda pada tahun 1940 yang sebenarnya diperuntukkan bagi pasukan Afrika Selatan, hanya saja keburu direbut oleh pihak Jerman sebelum sempat dikapalkan
Foto bersama para anggota Stabskompanie II.Abteilung / Panzer-Regiment 8 / 15.Panzer-Division pada Hari Paskah tanggal 12 April 1941, sebulan sebelum keberangkatan mereka dari Jerman ke Afrika Utara untuk bertempur bersama dengan Afrikakorps-nya Erwin Rommel. Mereka semua sudah mulai "beradaptasi" dengan mengenakan tropenuniform (seragam tropis), meskipun belum ditambah dengan pin Totenkopf di kerah seperti yang nanti menjadi penanda unit Panzertruppen di Afrika. Tropenhelm (helm tropis) yang mereka kenakan bukanlah dari jenis Tropenhelm M40 keluaran Oberkommando der Wehrmacht seperti pada umumnya, melainkan Tropenhelm "Niederlande" hasil rampasan dari Belanda pada tahun 1940
Dua foto yang diambil di sebuah studio di Jerman pada tanggal 13-14 April 1941 dan memperlihatkan anggota Panzer-Regiment 8 / 15.Panzer-Division yang mengenakan kelengkapan tropis yang baru mereka terima sebelum keberangkatan ke Afrika Utara sebulan setelahnya. Selain tropenuniform (seragam tropis) berwarna coklat dengan tambahan pin Totenkopf (tengkorak di bagian kerah), mereka juga mengenakan tropenhelm "Belanda" hasil rampasan dari tahun 1940
Unteroffizier Helmuth Orschiedt (kedua dari kiri) bersama dengan rekan-rekannya dari Artillerie-Regiment 33 (motorisiert) / 15.Panzer-Division yang berhenti sebentar untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan panjang sejauh 800 kilometer melalui Cyrenaica menuju Tobruk, Mei 1941. Dengan sebab yang tak diketahui mereka diperintahkan untuk keluar dari jalan beraspal Via Balbia dan meneruskan perjalanan melalui jalan pasir berdebu yang meninggalkan bekas kotor di seragam dan wajah! Perhatikan bahwa setidaknya dua orang dalam foto ini (Orschiedt dan rekan di sebelah kanannya) mengenakan tropenhelm "Belanda" di kepala mereka. Foto ini sendiri diambil menggunakan kamera milik Orschiedt yang direkam dengan selftimer
Unteroffizier Helmuth Orschiedt (Kanonier in der I.Abteilung / Artillerie-Regiment 33 [motorisiert] / 15.Panzer-Division) menulis surat untuk keluarganya di tanah air Jerman, perbatasan Libya-Mesir di bulan Mei 1941. Dia mengenakan tropenhelm (helm tropis) "Niederlande" hasil rampasan dari Belanda pada tahun 1940. Meskipun suplai perbekalan menjadi masalah besar bagi Afrikakorps karena gangguan konstan Sekutu dari laut dan udara, tapi bisa dibilang bahwa pengiriman surat dan parsel tidak terlalu banyak berpengaruh dan tetap berjalan secara rutin (kemungkinan karena kebanyakan dikirim lewat udara yang lebih aman). Orschiedt bahkan mengenang bahwa ibunya biasa mengirim kue-kue kering yang selalu datang dalam keadaan bagus dan renyah! Foto ini diambil oleh temannya yang menggunakan kamera milik Orschiedt
Contoh penggunaan tropenhelm "Belanda" (Polo style helmet) oleh para anggota Afrikakorps. Uniknya, penamaan helm tropis jenis ini bukan karena dia dipakai oleh militer Belanda, melainkan karena dibuat di Belanda berdasarkan lisensi dari SAPHI (South African Pith Helmet Industries of Pretoria) sebagai peruntukan tentara Afrika Selatan. Sayangnya, sebelum sempat dikirimkan ke benua Afrika, negara penjajah Indonesia tersebut keburu diduduki oleh pasukan Jerman pada tahun 1940 dan helm-helm yang masih fresh belum dipakai kemudian dibagikan kepada para anggota 15. Panzer-Division yang dikirimkan ke Afrika Utara bulan Mei 1941 dengan tambahan panji Hoheitsabzeichen dan shield berbahan metal di bagian samping. Ini karena pada waktu itu pihak Wehrmacht masih kekurangan stok tropenhelm untuk dipakai oleh prajurit-prajurit mereka di medan perang Afrika yang beriklim panas sehingga dipakailah apa yang tersedia meskipun penggunaannya terbatas. Pada awalnya diduga hanya beberapa ratus saja helm jenis ini yang dibagikan, tapi kemudian diketahui bahwa jumlahnya mencapai 2000-3000 buah! Perkiraan ini didasarkan pada jumlah unit yang mengenakan tropenhelm Niederlande di Afrika Utara bulan Mei 1941 yang menjadi bagian dari 15. Panzer-Division: Panzer-Regiment 8 (kompi ke-2, 5, 6, dan kompi Stab II.Abteilung), Artillerie-Regiment 33, Aufklärungs-Abteilung 33, dan Panzerjäger-Abteilung 33. Ketika pasukan Rommel berhasil merebut Tobruk pada bulan Juni 1942, lebih banyak lagi helm "polo" Afrika Selatan yang berhasil dirampas. Yang membedakan adalah: mereka bukanlah buatan Belanda (melainkan buatan Inggris), dan jumlahnya pun tidak sebanyak hasil rampasan tahun 1940
---------------------------------------------------------------------------
BEUTE TROPENHELM
Foto ini diambil di Jerman pada bulan September 1944, dan kemungkinan besar memperlihatkan kepulangan para anggota Kriegsmarine dari masa tugas di Italia. Mereka disambut oleh gadis-gadis belia anggota Bund Deutscher Mädel (Liga Gadis Jerman), yang ikut membantu membawakan tas dan perlengkapan mereka. Pelaut di sebelah kiri mengenakan topi pith model Wolseley Inggris, yang dipadukan dengan jaket dan celana kamuflase Italia dari jenis Telo Mimetico M29 (yang tampaknya merupakan hasil jahit-sendiri). Selain itu, prajurit lain di kanan tampaknya mengenakan baju tempur model Inggris, yang umum dipakai oleh unit penyelam Kriegsmarine
---------------------------------------------------------------------------
BEUTE TROPENHELM
Foto ini diambil di Jerman pada bulan September 1944, dan kemungkinan besar memperlihatkan kepulangan para anggota Kriegsmarine dari masa tugas di Italia. Mereka disambut oleh gadis-gadis belia anggota Bund Deutscher Mädel (Liga Gadis Jerman), yang ikut membantu membawakan tas dan perlengkapan mereka. Pelaut di sebelah kiri mengenakan topi pith model Wolseley Inggris, yang dipadukan dengan jaket dan celana kamuflase Italia dari jenis Telo Mimetico M29 (yang tampaknya merupakan hasil jahit-sendiri). Selain itu, prajurit lain di kanan tampaknya mengenakan baju tempur model Inggris, yang umum dipakai oleh unit penyelam Kriegsmarine
Sumber :
"Afrikakorps: Tropical Uniforms, Insignia and Equipment of the German Soldier in World War II" karya Robert Kurtz
Buku "Fallschirmjäger Brigade Ramcke in North Africa" karya Edgar AlcidiBuku "German Fighter Ace Hans-Joachim Marseille, The Life Story Of The Star Of Africa" oleh Franz Kurowski
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
Foto koleksi pribadi William "Bill" Petz
www.afrika-korps.de
www.commons.wikimedia.org
www.facebook.com
www.fotosmilitares.org
www.militaryheadgear.com
www.panzernet.com
www.rommel-lebt.com
www.warrelics.eu
www.wehrmacht-awards.com
www.weitze.net
www.ww2colorfarbe.blogspot.com