Pada tanggal 25 September 1939, Adolf
Hitler terbang
dari Zoppot menuju wilayah sekitar Warsawa, Polandia. Dia melakukan
kunjungan ke 8. Armee (General der Infanterie Johannes Blaskowitz)
dan 10. Armee (General der Artillerie Walther von Reichenau), serta
markas pasukan Jerman di Grodjisk Mazowieki. Setelahnya dia kembali ke
Godentow-Lanz menggunakan pesawat terbang. Keesokan harinya (26
September 1939 pukul
09:30), Hitler pulang ke Berlin menggunakan Führersonderzug "Amerika".
Dia tiba di ibukota Jerman tersebut pukul 17:05 di sore harinya. Sang
Führer baru kembali ke Polandia pada tanggal 5 Oktober 1939 untuk
mengikuti parade kemenangan pasukan Jerman. Foto ini diambil pada
tanggal 25 September di wilayah 10. Armee yang berada diantara Bzura dan
Sungai Vistula (menghadap barat Warsawa) dan memperlihatkan saat Hitler baru saja tiba di lapangan udara terdekat. Sebagai
identifikasinya, baris depan dari kiri ke kanan: General der Artillerie
Franz Halder (Chef des Generalstabes des Heeres), Reichsleiter Martin
Bormann (Persönlicher Sekretär bzw. Stabsleiter des Stellvertreters des
Führers Rudolf Hess), Generaloberst Gerd von Rundstedt (Oberbefehlshaber
Heeresgruppe Süd), Generaloberst Walther von Brauchitsch
(Oberbefehlshaber des Heeres), Generaloberst Wilhelm Keitel (Chef
Oberkommando der Wehrmacht), Adolf Hitler (Führer und Oberster
Befehlshaber der Wehrmacht), Generalmajor Erwin Rommel (Kommandeur
Führer-Begleit-Bataillon), General der Artillerie Walther von Reichenau
(Oberbefehlshaber 10. Armee), Generalmajor Friedrich Paulus (Chef des
Generalstabes 10. Armee), dan SS-Gruppenführer Karl Wolff
(Verbindungsoffizier zwischen dem Reichsführer-SS und dem
Führerhauptquartier)
Pada tanggal 25 September 1939, Adolf
Hitler terbang
dari Zoppot menuju wilayah sekitar Warsawa, Polandia. Dia melakukan
kunjungan ke 8. Armee (General der Infanterie Johannes Blaskowitz)
dan 10. Armee (General der Artillerie Walther von Reichenau), serta
markas pasukan Jerman di Grodjisk Mazowieki. Setelahnya dia kembali ke
Godentow-Lanz menggunakan pesawat terbang. Keesokan harinya (26
September 1939 pukul
09:30), Hitler pulang ke Berlin menggunakan Führersonderzug "Amerika".
Dia tiba di ibukota Jerman tersebut pukul 17:05 di sore harinya. Sang
Führer baru kembali ke Polandia pada tanggal 5 Oktober 1939 untuk
mengikuti parade kemenangan pasukan Jerman. Foto ini diambil pada
tanggal 25 September di wilayah 10. Armee yang berada diantara Bzura dan
Sungai Vistula (menghadap barat Warsawa) dan memperlihatkan saat Hitler
dan para petinggi Wehrmacht lainnya sedang mengawasi kondisi terakhir
kota Warsawa yang terkepung melalui
fernglas (teropong) dan scherenfernrohr (teropong gunting). Dari kiri ke kanan: Reichsleiter
Martin Bormann (Persönlicher Sekretär bzw. Stabsleiter des
Stellvertreters des Führers Rudolf Hess), Adolf
Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), Generalmajor Erwin Rommel
(Kommandeur Führer-Begleit-Kommando), General der Artillerie Walther von
Reichenau (Oberbefehlshaber 10. Armee), dan Generalmajor Friedrich
Paulus (Chef des Generalstabes 10. Armee). Foto jepretan Kriegsberichter
Kliem dari Propaganda-Kompanie 637 (Ost). Mereka sedang melihat
kondisi kota Warsawa ((Polandia) yang terkepung oleh pasukan Jerman
melalui fernglas (teropong) dan Scherenfernrohr (teropong gunting)Dengan latar depan sebuah Scherenfernrohr (teropong gunting), para petinggi Wehrmacht berdiskusi mengenai situasi militer terakhir di Polandia. Dari kiri ke kanan: Generalleutnant Erich von Manstein (Chef des Generalstabes of Heeresgruppe Süd), Reichsleiter Martin Bormann (Persönlicher Sekretär bzw. Stabsleiter des Stellvertreters des Führers Rudolf Hess), Generaloberst Gerd von Rundstedt (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Süd), Generaloberst Wilhelm Keitel (Chef der Oberkommando der Wehrmacht), Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), General der Artillerie Walther von Reichenau (Oberbefehlshaber 10. Armee), dan Generalmajor Friedrich Paulus (Chef des Generalstabes 10. Armee). Foto ini diambil pada tanggal 25 September 1939 di wilayah 10. Armee yang berada diantara Bzura dan Sungai Vistula (menghadap barat Warsawa)
Dari kiri ke kanan: Generaloberst Gerd von Rundstedt (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Süd), Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), dan Generalmajor Friedrich Paulus (Chef des Generalstabes 10. Armee). Foto ini diambil pada tanggal 25 September 1939 di wilayah 10. Armee yang berada diantara Bzura dan Sungai Vistula (menghadap barat Warsawa). Di tempat tersebut Hitler dan para petinggi Wehrmacht lainnya mengawasi kondisi terakhir kota Warsawa yang terkepung melalui fernglas (teropong) dan scherenfernrohr (teropong gunting)
Upacara penyerahan Angkatan Bersenjata Belgia ke tangan 6.Armee Jerman tanggal 28 Mei 1940. Dari kiri ke kanan: Liagre (Perwira Belgia); Letnan-Jenderal Olivier Joseph Jules Derousseaux (Deputi Kepala Staff AB Belgia); Hauptmann Rudolf Karl Paltzo (Ic Dritter Generalstabsoffizier 6. Armee); Generaloberst Walther von Reichenau (Oberbefehlshaber 6.Armee); Oberst Anton-Reichard Freiherr von Mauchenheim genannt Bechtolsheim (Ia Erster Generalstabsoffizier 6.Armee); dan Generalmajor Friedrich Paulus (Chef des Generalstabes 6.Armee)
Generaloberst Walther von Reichenau (Oberbefehlshaber 6.Armee) dan Generalmajor Friedrich Paulus (Chef des Generalstabes 6.Armee). Ketika Reichenau (saat itu sudah menjadi Generalfeldmarschall sekaligus Oberbefehlshaber Heeresgruppe Süd) meninggal secara mendadak tanggal 17 Januari 1942 akibat serangan jantung setelah pesawatnya mendarat darurat di Rusia, Paulus sudah menjabat sebagai Oberbefehlshaber (Panglima) 6.Armee yang baru (diangkat tanggal 1 Januari 1942)
Foto ini diambil dari buku "Der Wüstenkrieg in Afrika. 1940-1943" karya Janusz Piekalkiewisz, dan memperlihatkan saat Generalleutnant Friedrich Paulus (kanan, Oberquartiermeister I in der Generalstab des Heeres) bersiap-siap untuk menaiki pesawat yang akan membawanya ke Italia untuk bertemu dengan Benito Mussolini. Foto ini diambil di lapangan udara Derna, Libya, pada tanggal 7 Mei 1941. Selama beberapa hari Paulus tinggal di Afrika Utara untuk melihat kondisi pasukan Jerman yang ditempatkan disana, sekaligus berdiskusi dengan Generalleutnant Erwin Rommel (Kommandierender General Deutsches Afrikakorps). Di periode ini pula Paulus mendapatkan tugas untuk menyiapkan rencana serangan Jerman atas Uni Soviet - dikenal dengan nama Unternehmen Barbarossa - bersama dengan atasannya, Kepala Staff Angkatan Darat Generaloberst Franz Halder. BTW, paling kiri dalam foto ini adalah Generalmajor Luftwaffe Stefan Fröhlich (Fliegerführer Afrika), sementara perwira di tengah antara Fröhlich dan Paulus tidak ada keterangan namanya, meskipun wajahnya mirip sekali dengan Oberst Eberhard Rodt (nantinya menjadi Komandan 15. Panzergrenadier-Division di medan perang Italia)
Foto ini diambil dari buku "Der
Wüstenkrieg in Afrika. 1940-1943" karya Janusz Piekalkiewisz, dan
memperlihatkan saat Generalleutnant Friedrich Paulus (kedua dari kanan,
Oberquartiermeister I in der Generalstab des Heeres) mendapatkan
oleh-oleh
pisang bersama batangnya sebelum bersiap-siap untuk menaiki pesawat yang
akan membawanya ke Italia untuk
bertemu dengan Benito Mussolini. Foto ini diambil di lapangan udara
Derna, Libya, pada tanggal 7 Mei 1941. Selama beberapa hari Paulus
tinggal di Afrika Utara untuk melihat kondisi pasukan Jerman yang
ditempatkan disana, sekaligus berdiskusi dengan Generalleutnant Erwin
Rommel (Kommandierender General Deutsches Afrikakorps). Di periode ini
pula Paulus mendapatkan tugas untuk menyiapkan rencana serangan Jerman
atas Uni Soviet - dikenal dengan nama Unternehmen Barbarossa - bersama
dengan atasannya, Kepala Staff Angkatan Darat Generaloberst Franz
Halder. BTW, bapak-bapak botak yang nongtot dalam foto ini adalah
Generalmajor Luftwaffe Stefan
Fröhlich (Fliegerführer Afrika), yang merupakan perwira Austria pertama
yang mendapatkan medali bergengsi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes dalam
Perang Dunia II. Dia mengakhiri perang dengan pangkat General der
Flieger
Perundingan
para perwira tinggi Heer bersama dengan Hitler di Hauptquartier des
Oberkommando des Heeres "Askania", Mauerwald (Prusia Timur), tanggal 4
Oktober 1941. Dari kiri ke kanan: Oberst Adolf Heusinger (Chef der
Operationsabteilung des Generalstabes im Oberkommando des Heeres); perwira tidak dikenal; Generalleutnant Friedrich
Paulus (Oberquartiermeister I in der Generalstab des Heeres);
Generalfeldmarschall Walther von Brauchitsch (Oberbefehlshaber des
Heeres); Adolf Hitler (Führer und Reichskanzler); dan Generalfeldmarschall Wilhelm Keitel (Chef des
Oberkommandos der Wehrmacht)
General der Panzertruppe Friedrich Paulus memakai ledermantel (jaket kulit) untuk menahan hawa dingin di lapangan udara Poltava di Rusia Selatan, musim dingin Januari 1942. Di belakangnya terparkir pesawat transport Junkers Ju 52. Foto oleh Kriegsberichter Heinz Mittelstaedt dari PK (Propaganda-Kompanie) 637
Pertemuan para jenderal Wehrmacht dengan sang Führer, awal 1942. Dari kiri ke kanan: Generalmajor Rudolf Schmundt (Adjutant der Wehrmacht bei Hitler); Generaloberst Maximilian Reichsfreiherr von Weichs (Oberbefehlshaber 2.Armee); Adolf Hitler; X; Generalfeldmarschall Fedor von Bock? (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Süd); Generaloberst Richard Ruoff (Oberbefehlshaber 17.Armee); Generalfeldmarschall Wilhelm Keitel (Chef des Oberkommandos der Wehrmacht); General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); General der Infanterie Georg von Sodenstern (Chef des Generalstabes Heeresgruppe Süd); dan Generaloberst Alexander Löhr (Oberbefehlshaber 12.Armee)
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee) difoto tanggal 30 Mei 1942. Hanya beberapa bulan kemudian dia dan ratusan ribu pasukannya akan terkepung oleh Tentara Merah di neraka Stalingrad. Paulus dipromosikan menjadi Generalfeldmarschall beberapa saat sebelum 6. Armee menyerah awal tahun 1943. Hitler mengharapkan bahwa jenderalnya tersebut akan lebih memilih bunuh diri daripada menyerah karena sampai saat itu tidak ada perwira Wehrmacht dengan pangkat setinggi tersebut yang jatuh hidup-hidup ke tangan musuh, tapi ternyata dia salah! Bersama dengan 91.000 orang sisa pasukannya yang masih hidup, sang Marsekal Jerman menyerahkan diri ke tangan pasukan Rusia. Nantinya dari jumlah itu hanya 5.000 orang yang pulang kembali ke Jerman bertahun-tahun kemudian, sementara sisanya mati di gulag komunis yang terkenal brutal!
Perundingan di markas besar Heeresgruppe Süd di Poltava tanggal 1 Juni 1942. Dari kiri ke kanan: Generalmajor Adolf Heusinger (Chef der Operationsabteilung des Generalstabes im Oberkommando des Heeres); General der Infanterie Georg von Sodenstern (Chef des Generalstabes Heeresgruppe Süd); Generaloberst Maximilian Reichsfreiherr von Weichs (Oberbefehlshaber 2.Armee); Adolf Hitler; General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); General der Kavallerie Eberhard von Mackensen (Kommandierender General III.Panzer-Korps); dan Generalfeldmarschall Fedor von Bock (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Süd). Foto oleh fotografer pribadi Hitler Walter Frentz
Perundingan di markas besar Heeresgruppe Süd di Poltava tanggal 1 Juni 1942. Mengelilingi meja dari kiri ke kanan: Generalmajor Adolf Heusinger (Chef der Operationsabteilung des Generalstabes im Oberkommando des Heeres); Generaloberst Ewald von Kleist (Oberbefehlshaber 1. Panzerarmee); Generalfeldmarschall Wilhelm Keitel (Chef des Oberkommandos der Wehrmacht); Adolf Hitler (Führer und Reichskanzler des Grossdeutschen Reiches); General der Infanterie Georg von Sodenstern (Chef des Generalstabes Heeresgruppe Süd); Generaloberst Maximilian Reichsfreiherr von Weichs (Oberbefehlshaber 2. Armee); General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee); dan Generalfeldmarschall Fedor von Bock (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Süd). Membelakangi kamera di sebelah kanan adalah General der Kavallerie Eberhard von Mackensen (Kommandierender General III. Panzerkorps). Foto oleh fotografer pribadi Hitler Walter Frentz
Perundingan di markas besar Heeresgruppe Süd di Poltava tanggal 1 Juni 1942. Dari kiri ke kanan: Generalmajor Adolf Heusinger (Chef der Operationsabteilung des Generalstabes im Oberkommando des Heeres); General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); dan General der Infanterie Georg von Sodenstern (Chef des Generalstabes Heeresgruppe Süd)
Perundingan di markas besar Heeresgruppe Süd di Poltava tanggal 1 Juni 1942. Dari kiri ke kanan: Generalmajor Adolf Heusinger (Chef der Operationsabteilung des Generalstabes im Oberkommando des Heeres); General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); dan Abang Hitler (tukang kerak telor di depan PRJ Kemayoran)
Perundingan di markas besar Heeresgruppe Süd di Poltava tanggal 1 Juni 1942. Dari kiri ke kanan: Generalfeldmarschall Wilhelm Keitel (Chef des Oberkommandos der Wehrmacht); Generalmajor Adolf Heusinger (Chef der Operationsabteilung des Generalstabes im Oberkommando des Heeres); General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); Adolf Hitler; dan Generaloberst Maximilian Reichsfreiherr von Weichs (Oberbefehlshaber 2.Armee)
Jamuan makan perwira Jerman dan Finlandia, dari kiri ke kanan: Kenraaliluutnanti (Letnan-Jenderal) Lauri "Mala" Malmberg (Komandan Pasukan Pertahanan Dalam Negeri Finlandia); General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); Generalmajor Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6.Armee); dan Oberst Herbert Selle (Armeepioniereführer AOK 6.Armee). Acara ini kemungkinan besar diadakan ketika Malmberg melakukan inspeksi terhadap sukarelawan asal Finlandia yang tergabung di 5. SS-Panzer-Division "Wiking". Paulus dan Malmberg mengenakan Vapaudenristin Ritarikunta (Order of the Cross of Liberty) Finlandia di leher mereka. Paulus sendiri adalah peraih Order of the Cross of Liberty 1st Class with Oakleaf and Swords yang didapatnya tanggal 25 Maret 1942
Tulisan di bawah foto di atas menggunakan Sütterlinschrift (huruf Sütterlin) yang merupakan gaya penulisan yang populer di Jerman saat Hitler berkuasa. Kalau masih puyeng membacanya, tulisan tersebut berbunyi: "Unser O.B., General Paulus, mit dem Generalquartiermeister des deutschen Heeres, General Wagner" (Panglima kami, Jenderal Paulus, bersama dengan Jenderal Intendan AD Jerman, Jenderal Wagner). General der Artillerie Eduard Wagner menjabat sebagai Generalquartiermeister des deutschen Heeres periode 1 Oktober 1940 s/d 23 Juli 1944. Disini Paulus mengenakan regenumhang, jas penahan hujan yang biasa dipakai oleh para perwira tinggi Wehrmacht
Tiga orang jenderal Jerman di markas besar 6.Armee di Golubinskaya, hari rabu tanggal 29 Juli 1942. Dari kiri ke kanan: General der Artillerie Walter Heitz, Generalmajor Rudolf Schmundt, dan General der Panzertruppe Friedrich Paulus. Paulus sedang menerangkan pada Schmundt bahwa pasukan kekuatan pasukan yang dibebankan padanya demi menyerbu Stalingrad masih terlalu lemah. Heitz (pangkat terakhir Generaloberst) memakai tropenanzug (seragam tropis). Dia adalah Oberbefehlshaber 15.Armee yang ikut tertangkap di Stalingrad tanggal 31 Januari 1943 dan meninggal dalam tahanan Soviet tanggal 9 Februari 1944. Sementara itu, Schmundt (pangkat terakhir General der Infanterie) adalah Adjutant der Wehrmacht bei Hitler (Ajudan Hitler dari Wehrmacht). Dia meninggal tanggal 1 Oktober 1944 akibat dari luka-luka parah yang dideritanya dalam peristiwa pemboman 20 Juli 1944
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee) duduk berpose dalam foto yang diambil bulan Juni 1942 di Kharkov oleh fotografer Heinz Mittelstaedt dari PK (Propaganda-Kompanie) 637. Begitu minim medali yang dikenakannya, "hanya" Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes, 1939 Spange zum 1914 Eisernes Kreuz I. Klasse, dan Grossherzoglich Mecklenburg-Schwerinsches Militär-Verdienstkreuz I Klasse
Panglima 6.Armee, Friedrich Paulus (tengah), sedang mendiskusikan situasi militer di dan sekitar Stalingrad di markas 76. Infanterie-Division, 1942. Di sebelah kiri adalah Perwira Operasi (Ia) dari 76. Infanterie-Division, Oberst i.G. Günther Breithaupt, sementara di kanan adalah Kommandeur 76. Infanterie-Division, Generalleutnant Carl Rodenburg. Orang yang nongkrong sendirian di belakang adalah Major d.R. August Ullrich(KommandantStabs Hauptquartier A.O.K.6)
Dari kiri ke kanan: Oberstleutnant im Generalstab Gerhard Dissel (Ia Erster Generalstabsoffizier 295. Infanterie-Division), General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee), dan Generalmajor Rolf Wuthmann (Kommandeur 295. Infanterie-Division). Dari bulan Agustus 1942 s/d Januari 1943, 295. Infanterie-Division berada di bawah komando 6. Armee yang bertempur di Stalingrad (sampai akhirnya menemui kehancuran di kota tersebut). Foto ini sendiri kemungkinan besar diambil saat Paulus mengadakan kunjungan ke markas divisi tersebut, pada tanggal 1 November 1942. Sebagai fotografernya adalah supir dari Divisionskommandeur Wuthmann yang tidak diketahui namanya.
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (kiri) bersama dengan Ante Pavelić (tengah) di Golubinskaya, dekat Stalingrad, tanggal 24 September 1942. Pavelić adalah Poglavnik (pemimpin besar) negara independen Fasis Kroasia yang bersekutu dengan Jerman dalam Perang Dunia II. Dia mengirimkan unit sukarelawan Kroasia yang tergabung dalam Verstärktes Kroatisches Infanterie-Regiment 369 (Resimen Infanteri Pengganti ke-369 Kroasia) untuk bertempur di medan Stalingrad. Para anggota legiun ini lebih dikenal sebagai "Hrvatska Legija" dan bertempur dengan gagah berani di Front Timur
Dari kiri ke kanan: Generaloberst Dr.Ing. Wolfram Freiherr von Richthofen (Oberbefehlshaber Luftflotte 4 und Oberbefehlshaber Südost) bersama dengan General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee). Pada tanggal 1 November 1942 pukul 07:45 pagi Paulus terbang menemui Richthofen di markas VIII. Fliegerkorps yang terletak di sekitar stasiun kereta api Razgulyayevka. Dia tiba pukul 08:30, dan langsung mengadakan pertemuan dengan beberapa petinggi Luftwaffe dan Heer yang saat itu terlibat dalam aksi pertempuran di Stalingrad. Selain Paulus dan Richthofen, ikut hadir pula Generalleutnant Martin Fiebig (Kommandierender General VIII. Fliegerkorps), Generalmajor Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6. Armee), General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender General LI. Armeekorps), dan Oberst i.G. Hans Clausius (Chef des Generalstabes LI. Armeekorps). Foto ini diambil dari album foto pribadi milik Generalfeldmarschall Wolfram Freiherr von Richthofen yang dilelang secara terbuka oleh Dickins Auctioneer Ltd pada bulan Maret 2017
Razgulyayevka, tanggal 1 November 1942. Dari kiri ke kanan: Generaloberst Dr.Ing. Wolfram Freiherr von Richthofen (Oberbefehlshaber Luftflotte 4 und Oberbefehlshaber Südost), General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender General LI. Armeekorps), tidak diketahui (cuman nampak palanya doang dari belakang), Generalmajor Carl Rodenburg (Kommandeur 76. Infanterie-Division), serta General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee). Pada waktu itu 6. Armee sedang bertempur sengit melawan Tentara Merah di pinggiran kota Stalingrad, sementara Richthofen bertugas untuk menyediakan bantuan udara bagi pasukan Paulus. Foto ini diambil dari album foto pribadi milik Generalfeldmarschall Wolfram Freiherr von Richthofen yang dilelang secara terbuka oleh Dickins Auctioneer Ltd pada bulan Maret 2017
General der Panzertruppe Friedrich Paulus bersama seorang jenderal dengan teropong di belakangnya, musim panas 1942. Ada tiga orang yang wajahnya mirip benar dengan si jenderal dengan muka tertutup: Generalleutnant Eccard Freiherr von Gablenz atau General der Kavallerie Siegfried Westphal. Tapi pilihan saya jatuh pada Generalleutnant Günther Angern (Kommandeur 16.Panzer-Division) yang ikut bertempur sebagai bawahan Paulus di Stalingrad. Meskipun dalam foto ini dia tidak memakai Deutsches Kreuz in Gold-nya, tapi foto ini merupakan bagian dari album foto milik anggota 16.Panzer-Division, jadi aman lah kalau berkesimpulan bahwa dia adalah Angern. Selain itu, perwira di belakang Paulus adalah Oberstleutnant Walther Müller yang merupakan Generalstabsoffizier 1 (Erster Ordonnanzoffizier) dari 16.Panzer-Division
Upacara penganugerahan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Generalmajor Alexander von Hartmann (Kommandeur 71. Infanterie-Division), yang dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 1942 di Stalingrad, Uni Soviet. Mengalungkan medali tersebut adalah dua orang atasan Hartmann, dari kiri ke kanan: General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender General LI. Armeekorps) dan General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee). Ketika divisinya - dan seluruh 6. Armee - tak mungkin lagi untuk meloloskan diri dari kepungan Tentara Merah di kota tersebut, Generalleutnant von Hartmann berbicara dengan tenang kepada para perwiranya yang masih tersisa: "Adalah sebuah kebanggaan bila seorang perwira gugur dalam pertempuran. Dalam hal ini, aku tak akan membunuh diriku sendiri, tapi aku akan menjual nyawaku semahal mungkin". Dia lalu mengambil senapan Kar98k dan pergi menuju tanggul kereta api Stalingrad yang terletak di bagian selatan. Di depan anggota divisinya yang masih tersisa (3 perwira, 7 bintara, dan 183 prajurit), von Hartmann mulai menembaki prajurit Rusia yang sedang menyerbu... sambil berdiri tegak! Pada pukul 08:00 pagi tanggal 26 Januari 1943, dia akhirnya gugur seperti apa yang diinginkannya, tertembak tepat di kepala. Ikut tewas bersamanya adalah Oberstleutnant Kurt Corduan (Kommandeur Infanterie-Regiment 191) serta Major August Bayerlein (Kommandeur Infanterie-Regiment 211). Atas kepahlawanannya, setelah itu von Hartmann dipromosikan menjadi General der Infanterie secara anumerta, sementara Corduan dan Bayerlein juga juga mendapat kenaikan pangkat satu tingkat
Bendera swastika Nazi Jerman yang terpancang di sebuah reruntuhan gedung di Stalingrad yang menjadi markas besar Friedrich Paulus, Oktober 1942
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (tengah, Oberbefehlshaber 6.Armee) berbincang-bincang dengan dua orang komandan sturm-artillerie yang berada di bawah komandonya dalam Pertempuran Stalingrad. Di sebelah kiri adalah Major Paul Gloger (Kommandeur Sturmgeschütz-Abteilung 244), sementara di kanan adalah Major Hans Zielesch (Kommandeur Sturmgeschütz-Abteilung 245). Foto ini diambil pada tanggal 21 atau 22 Oktober 1942, saat rancangan final telah dibuat untuk penyerbuan Pabrik Krasny Oktyabr oleh 79.Infanterie-Division yang akan dilakukan keesokan harinya (23 Oktober 1942)
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (kanan) dan General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender-General LI.Armee-Korps) di sebelah utara Stalingrad, November 1942. Paulus meneropong situasi di front pertempuran melalui Scherenfernrohr, atau yang lebih populer disebut sebagai "teropong gunting". Foto oleh Kriegsberichter Jesse dari PK (Propaganda-Kompanie) 690
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (kiri) bersama dengan seorang Generalleutnant yang kemungkinan besar adalah Max Pfeffer (Kommandeur 297.Infanterie-Division) yang nantinya dipromosikan sebagai General der Artillerie tanggal 1 Desember 1942 dan kemudian meninggal dalam tahanan Soviet di Kamp Woikowo tanggal 3 Januari 1956
Friedrich Paulus mengenakan ushanka, sejenis topi bulu khas Rusia yang biasanya dilengkapi dengan 'sayap' di bagian telinga yang dapat dilipat ke atas, dan berfungsi sebagai pelindung bagian samping kepala (terutama telinga) dari serangan hawa dingin Rusia yang terkenal amit-amit. Cara pakainya sangat mudah, cukup dengan mengikatkannya di dagu dan masalah selesai!
Panglima 6.Armee, Friedrich Paulus (tengah), sedang mendiskusikan situasi militer di dan sekitar Stalingrad di markas 76. Infanterie-Division, 1942. Di sebelah kiri adalah Perwira Operasi (Ia) dari 76. Infanterie-Division, Oberst i.G. Günther Breithaupt, sementara di kanan adalah Kommandeur 76. Infanterie-Division, Generalleutnant Carl Rodenburg. Orang yang nongkrong sendirian di belakang adalah Major d.R. August Ullrich(KommandantStabs Hauptquartier A.O.K.6)
Dari kiri ke kanan: Oberstleutnant im Generalstab Gerhard Dissel (Ia Erster Generalstabsoffizier 295. Infanterie-Division), General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee), dan Generalmajor Rolf Wuthmann (Kommandeur 295. Infanterie-Division). Dari bulan Agustus 1942 s/d Januari 1943, 295. Infanterie-Division berada di bawah komando 6. Armee yang bertempur di Stalingrad (sampai akhirnya menemui kehancuran di kota tersebut). Foto ini sendiri kemungkinan besar diambil saat Paulus mengadakan kunjungan ke markas divisi tersebut, pada tanggal 1 November 1942. Sebagai fotografernya adalah supir dari Divisionskommandeur Wuthmann yang tidak diketahui namanya.
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (kiri) bersama dengan Ante Pavelić (tengah) di Golubinskaya, dekat Stalingrad, tanggal 24 September 1942. Pavelić adalah Poglavnik (pemimpin besar) negara independen Fasis Kroasia yang bersekutu dengan Jerman dalam Perang Dunia II. Dia mengirimkan unit sukarelawan Kroasia yang tergabung dalam Verstärktes Kroatisches Infanterie-Regiment 369 (Resimen Infanteri Pengganti ke-369 Kroasia) untuk bertempur di medan Stalingrad. Para anggota legiun ini lebih dikenal sebagai "Hrvatska Legija" dan bertempur dengan gagah berani di Front Timur
Dari kiri ke kanan: Generaloberst Dr.Ing. Wolfram Freiherr von Richthofen (Oberbefehlshaber Luftflotte 4 und Oberbefehlshaber Südost) bersama dengan General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee). Pada tanggal 1 November 1942 pukul 07:45 pagi Paulus terbang menemui Richthofen di markas VIII. Fliegerkorps yang terletak di sekitar stasiun kereta api Razgulyayevka. Dia tiba pukul 08:30, dan langsung mengadakan pertemuan dengan beberapa petinggi Luftwaffe dan Heer yang saat itu terlibat dalam aksi pertempuran di Stalingrad. Selain Paulus dan Richthofen, ikut hadir pula Generalleutnant Martin Fiebig (Kommandierender General VIII. Fliegerkorps), Generalmajor Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6. Armee), General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender General LI. Armeekorps), dan Oberst i.G. Hans Clausius (Chef des Generalstabes LI. Armeekorps). Foto ini diambil dari album foto pribadi milik Generalfeldmarschall Wolfram Freiherr von Richthofen yang dilelang secara terbuka oleh Dickins Auctioneer Ltd pada bulan Maret 2017
General der Panzertruppe Friedrich Paulus bersama seorang jenderal dengan teropong di belakangnya, musim panas 1942. Ada tiga orang yang wajahnya mirip benar dengan si jenderal dengan muka tertutup: Generalleutnant Eccard Freiherr von Gablenz atau General der Kavallerie Siegfried Westphal. Tapi pilihan saya jatuh pada Generalleutnant Günther Angern (Kommandeur 16.Panzer-Division) yang ikut bertempur sebagai bawahan Paulus di Stalingrad. Meskipun dalam foto ini dia tidak memakai Deutsches Kreuz in Gold-nya, tapi foto ini merupakan bagian dari album foto milik anggota 16.Panzer-Division, jadi aman lah kalau berkesimpulan bahwa dia adalah Angern. Selain itu, perwira di belakang Paulus adalah Oberstleutnant Walther Müller yang merupakan Generalstabsoffizier 1 (Erster Ordonnanzoffizier) dari 16.Panzer-Division
Upacara penganugerahan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Generalmajor Alexander von Hartmann (Kommandeur 71. Infanterie-Division), yang dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 1942 di Stalingrad, Uni Soviet. Mengalungkan medali tersebut adalah dua orang atasan Hartmann, dari kiri ke kanan: General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender General LI. Armeekorps) dan General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee). Ketika divisinya - dan seluruh 6. Armee - tak mungkin lagi untuk meloloskan diri dari kepungan Tentara Merah di kota tersebut, Generalleutnant von Hartmann berbicara dengan tenang kepada para perwiranya yang masih tersisa: "Adalah sebuah kebanggaan bila seorang perwira gugur dalam pertempuran. Dalam hal ini, aku tak akan membunuh diriku sendiri, tapi aku akan menjual nyawaku semahal mungkin". Dia lalu mengambil senapan Kar98k dan pergi menuju tanggul kereta api Stalingrad yang terletak di bagian selatan. Di depan anggota divisinya yang masih tersisa (3 perwira, 7 bintara, dan 183 prajurit), von Hartmann mulai menembaki prajurit Rusia yang sedang menyerbu... sambil berdiri tegak! Pada pukul 08:00 pagi tanggal 26 Januari 1943, dia akhirnya gugur seperti apa yang diinginkannya, tertembak tepat di kepala. Ikut tewas bersamanya adalah Oberstleutnant Kurt Corduan (Kommandeur Infanterie-Regiment 191) serta Major August Bayerlein (Kommandeur Infanterie-Regiment 211). Atas kepahlawanannya, setelah itu von Hartmann dipromosikan menjadi General der Infanterie secara anumerta, sementara Corduan dan Bayerlein juga juga mendapat kenaikan pangkat satu tingkat
Bendera swastika Nazi Jerman yang terpancang di sebuah reruntuhan gedung di Stalingrad yang menjadi markas besar Friedrich Paulus, Oktober 1942
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (tengah, Oberbefehlshaber 6.Armee) berbincang-bincang dengan dua orang komandan sturm-artillerie yang berada di bawah komandonya dalam Pertempuran Stalingrad. Di sebelah kiri adalah Major Paul Gloger (Kommandeur Sturmgeschütz-Abteilung 244), sementara di kanan adalah Major Hans Zielesch (Kommandeur Sturmgeschütz-Abteilung 245). Foto ini diambil pada tanggal 21 atau 22 Oktober 1942, saat rancangan final telah dibuat untuk penyerbuan Pabrik Krasny Oktyabr oleh 79.Infanterie-Division yang akan dilakukan keesokan harinya (23 Oktober 1942)
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (kanan) dan General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender-General LI.Armee-Korps) di sebelah utara Stalingrad, November 1942. Paulus meneropong situasi di front pertempuran melalui Scherenfernrohr, atau yang lebih populer disebut sebagai "teropong gunting". Foto oleh Kriegsberichter Jesse dari PK (Propaganda-Kompanie) 690
General der Panzertruppe Friedrich Paulus (kiri) bersama dengan seorang Generalleutnant yang kemungkinan besar adalah Max Pfeffer (Kommandeur 297.Infanterie-Division) yang nantinya dipromosikan sebagai General der Artillerie tanggal 1 Desember 1942 dan kemudian meninggal dalam tahanan Soviet di Kamp Woikowo tanggal 3 Januari 1956
Friedrich Paulus mengenakan ushanka, sejenis topi bulu khas Rusia yang biasanya dilengkapi dengan 'sayap' di bagian telinga yang dapat dilipat ke atas, dan berfungsi sebagai pelindung bagian samping kepala (terutama telinga) dari serangan hawa dingin Rusia yang terkenal amit-amit. Cara pakainya sangat mudah, cukup dengan mengikatkannya di dagu dan masalah selesai!
-15 Januari 1943: Eichenlaub zum Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes sebagai Generaloberst dan OB (Oberbefehlshaber) 6.Armee/Heeresgruppe Süd, Front Timur
-26 Agustus 1942: Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes sebagai General der Panzertruppe dan OB (Oberbefehlshaber) 6.Armee/Heeresgruppe Süd, Front Timur
-27 September 1939: 1939 Spange zum 1914 Eisernes Kreuz I. Klasse
-21 September 1939: 1939 Spange zum 1914 Eisernes Kreuz II. Klasse
-00.00.191_: 1914 Eisernes Kreuz I. Klasse
-00.00.191_: 1914 Eisernes Kreuz II. Klasse
-00.00.191_: Kgl. Bayer. Militär-Verdienstorden IV Klasse mit Schwertern
-00.00.191_: Ritterkreuz II Klasse des Grossherzoglich-Badischen Ordens vom Zähringer Löwen mit Schwertern
-00.00.191_: Grossherzoglich Mecklenburg-Schwerinsches Militär-Verdienstkreuz II Klasse
-00.00.191_: Grossherzoglich Mecklenburg-Schwerinsches Militär-Verdienstkreuz I Klasse
-00.00.191_: Herzoglich Sächs.-Meiningen Ehrenkreuz für Verdienst im Kriege
-00.00.191_: k.u.k. Österr. Militär-Verdienstkreuz III Klasse mit der Kriegsdekoration
-00.00.19__: Baltenkreuz I. Klasse
-00.00.19__: Baltenkreuz II. Klasse
-Sekitar tahun 1934: Ehrenkreuz für Frontkämpfer
-30 Mei 1942; 11 Agustus 1942; 31 Januari 1943; 1 Februari 1943; 3 Februari 1943: Disebutkan di Wehrmachtbericht
-00.00.19__: Wehrmacht-Dienstauszeichnung I Klasse
-00.00.19__: Spange "Prager Burg" zur Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938
-00.00.19__: Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938
-00.00.19__: Medaille zur Erinnerung an den 13. Marz 1938
-?? Medaille “Winterschlacht im Osten 1941/1942”???
-5 Februari 1943: Order of Michael the Brave 1st Class (Romania)
-5 Februari 1943: Order of Michael the Brave 2nd Class (Romania)
-5 Februari 1943: Order of Michael the Brave 3rd Class (Romania)
-00.00.194_: Order of the Cross of Liberty 1st Class (Finland)
-25 Maret 1942: Vapaudenristin Ritarikunta (Order of the Cross of Liberty) 1st Class with Oakleaf and Swords (Finlandia)
-26 Agustus 1942: Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes sebagai General der Panzertruppe dan OB (Oberbefehlshaber) 6.Armee/Heeresgruppe Süd, Front Timur
-27 September 1939: 1939 Spange zum 1914 Eisernes Kreuz I. Klasse
-21 September 1939: 1939 Spange zum 1914 Eisernes Kreuz II. Klasse
-00.00.191_: 1914 Eisernes Kreuz I. Klasse
-00.00.191_: 1914 Eisernes Kreuz II. Klasse
-00.00.191_: Kgl. Bayer. Militär-Verdienstorden IV Klasse mit Schwertern
-00.00.191_: Ritterkreuz II Klasse des Grossherzoglich-Badischen Ordens vom Zähringer Löwen mit Schwertern
-00.00.191_: Grossherzoglich Mecklenburg-Schwerinsches Militär-Verdienstkreuz II Klasse
-00.00.191_: Grossherzoglich Mecklenburg-Schwerinsches Militär-Verdienstkreuz I Klasse
-00.00.191_: Herzoglich Sächs.-Meiningen Ehrenkreuz für Verdienst im Kriege
-00.00.191_: k.u.k. Österr. Militär-Verdienstkreuz III Klasse mit der Kriegsdekoration
-00.00.19__: Baltenkreuz I. Klasse
-00.00.19__: Baltenkreuz II. Klasse
-Sekitar tahun 1934: Ehrenkreuz für Frontkämpfer
-30 Mei 1942; 11 Agustus 1942; 31 Januari 1943; 1 Februari 1943; 3 Februari 1943: Disebutkan di Wehrmachtbericht
-00.00.19__: Wehrmacht-Dienstauszeichnung I Klasse
-00.00.19__: Spange "Prager Burg" zur Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938
-00.00.19__: Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938
-00.00.19__: Medaille zur Erinnerung an den 13. Marz 1938
-?? Medaille “Winterschlacht im Osten 1941/1942”???
-5 Februari 1943: Order of Michael the Brave 1st Class (Romania)
-5 Februari 1943: Order of Michael the Brave 2nd Class (Romania)
-5 Februari 1943: Order of Michael the Brave 3rd Class (Romania)
-00.00.194_: Order of the Cross of Liberty 1st Class (Finland)
-25 Maret 1942: Vapaudenristin Ritarikunta (Order of the Cross of Liberty) 1st Class with Oakleaf and Swords (Finlandia)
Foto-foto lain dari Friedrich Paulus. Dia dan pasukannya di Stalingrad menyerah ke tangan Soviet pada tanggal 31 Januari 1943, satu hari setelah dia dipromosikan sebagai Generalfeldmarschall oleh Adolf Hitler. Hitler sebenarnya mengharapkan Marsekal barunya ini untuk lebih memilih bunuh diri daripada menyerah, sambil menekankan fakta bahwa tidak pernah dalam sejarahnya ada Marsekal Jerman di era sebelumnya yang pernah ditangkap hidup-hidup oleh musuh!
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (memakai schirmmütze) di hari penyerahan dirinya tanggal 31 Januari 1943. Pria bercambang memakai ushanka adalah Generalleutnant Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6.Armee), sementara yang memakai jaket bulu adalah ajudan Paulus, Oberst Wilhelm Adam. Mereka sedang berangkat untuk menemui Mikhail Shumilov, komandan 64th Army Soviet, di Beketovka. Foto oleh Georgi Lipskerov
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus dan Generalleutnant Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6.Armee) di hari penyerahan dirinya. Hubungan sang Marsekal dan kepala staff-nya begitu dekat. Sebelum Paulus diinterogasi oleh Soviet dia bertanya kepada Schmidt bagaimana dia harus bersikap. Schmidt menjawab, "Ingat bahwa kau adalah Marsekal AD Jerman". Disini, berdasarkan kesaksian interogator Soviet, Schmidt menggunakan kata "du" (kau) untuk memanggil Paulus dan bukannya "Herr Feldmarschall" seperti layaknya bawahan kepada atasan!
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus dan Oberst Wilhelm Adam (Adjudant AOK 6.Armee). Sang ajudan meraih Ritterkreuz tanggal 17 Desember 1942. Seusai perang dia berkarir di Kasernierte Volkspolizei Jerman Timur dan pensiun dengan pangkat Generalmajor. Sebelumnya dia adalah Nasional-Sosialis tulen yang ikut serta dalam kudeta Hitler yang gagal di Münich tahun 1923
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus bersiap untuk menjalani interogasi pertamanya sebagai tawanan perang Rusia tanggal 31 Januari 1943, di hari yang sama dengan penyerahan 6.Armee di kantong Stalingrad. Kita bisa melihat di foto ini, foto sebelum dan sesudahnya bagaimana depresi dan kesedihan luar biasa begitu tampak di wajahnya!
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus bertemu dengan jenderal-jenderal Jerman lainnya yang ditawan di Stalingrad, 4 Februari 1943. 1.Generalleutnant Alexander Edler von Daniels (Kommandeur 376.Infanterie-Division). 2.Generalleutnant Hans-Heinrich Sixt von Armin (Kommandeur 113.Infanterie-Division). 3.Generaloberst Walter Heitz (Oberbefehlshaber 15.Armee). 4.Oberst Wilhelm Adam (Adjudant AOK 6.Armee). 5.Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee)
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (memakai schirmmütze) di hari penyerahan dirinya tanggal 31 Januari 1943. Pria bercambang memakai ushanka adalah Generalleutnant Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6.Armee), sementara yang memakai jaket bulu adalah ajudan Paulus, Oberst Wilhelm Adam. Mereka sedang berangkat untuk menemui Mikhail Shumilov, komandan 64th Army Soviet, di Beketovka. Foto oleh Georgi Lipskerov
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus dan Generalleutnant Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6.Armee) di hari penyerahan dirinya. Hubungan sang Marsekal dan kepala staff-nya begitu dekat. Sebelum Paulus diinterogasi oleh Soviet dia bertanya kepada Schmidt bagaimana dia harus bersikap. Schmidt menjawab, "Ingat bahwa kau adalah Marsekal AD Jerman". Disini, berdasarkan kesaksian interogator Soviet, Schmidt menggunakan kata "du" (kau) untuk memanggil Paulus dan bukannya "Herr Feldmarschall" seperti layaknya bawahan kepada atasan!
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus dan Oberst Wilhelm Adam (Adjudant AOK 6.Armee). Sang ajudan meraih Ritterkreuz tanggal 17 Desember 1942. Seusai perang dia berkarir di Kasernierte Volkspolizei Jerman Timur dan pensiun dengan pangkat Generalmajor. Sebelumnya dia adalah Nasional-Sosialis tulen yang ikut serta dalam kudeta Hitler yang gagal di Münich tahun 1923
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus bersiap untuk menjalani interogasi pertamanya sebagai tawanan perang Rusia tanggal 31 Januari 1943, di hari yang sama dengan penyerahan 6.Armee di kantong Stalingrad. Kita bisa melihat di foto ini, foto sebelum dan sesudahnya bagaimana depresi dan kesedihan luar biasa begitu tampak di wajahnya!
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus bertemu dengan jenderal-jenderal Jerman lainnya yang ditawan di Stalingrad, 4 Februari 1943. 1.Generalleutnant Alexander Edler von Daniels (Kommandeur 376.Infanterie-Division). 2.Generalleutnant Hans-Heinrich Sixt von Armin (Kommandeur 113.Infanterie-Division). 3.Generaloberst Walter Heitz (Oberbefehlshaber 15.Armee). 4.Oberst Wilhelm Adam (Adjudant AOK 6.Armee). 5.Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee)
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus diwawancarai oleh wartawan Soviet setelah menyerah. Di sebelah kirinya adalah Generalleutnant Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6.Armee). Schmidt lah yang secara de facto menjadi komandan 6.Armee di hari-hari terakhir pertempuran Stalingrad ketika Paulus menderita depresi berat akibat kepungan Rusia
Interogasi terhadap Generalfeldmarschall Friedrich Paulus yang dilaksanakan di Markas besar Front Don Tentara Merah. Dari kiri ke kanan: General-Polkovnik (Kolonel Jenderal) Konstantin Rokossovskiy; Marshal roda voisk (Marsekal Artileri) Konstantin Nikolay Voronov; penterjemah Kapten Nikolay Dyatlenko; dan Marsekal Paulus. Paulus sendiri menyerahkan diri pada pasukan 64th Army di bawah komando Mikhail Shumilov
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (23 September 1890 – 1 Februari 1957) mengawali karir militernya bulan Februari 1910 sebagai kadet perwira di Infanterie-Regiment 111 setelah sebelumnya mencoba masuk Kaiserliche Marine tapi gagal. Dia menghabiskan sebagian besar Perang Dunia Pertama sebagai perwira staff di berbagai posisi. Setelahnya Paulus menjadi salah satu dari hanya 4.000 perwira yang bergabung dengan Reichswehr. Disini pun dia tetap menjabat sebagai perwira staff, bahkan setelah menjadi jenderal dan ikut berpartisipasi dalam Perang Dunia II. Dia diangkat sebagai Oberbefehlshaber 6. Armee tanggal 1 Januari 1942 dan tak lama telah memimpin pasukannya menuju Stalingrad. Pada awalnya 6. Armee mengepung pasukan Soviet yang bertahan, tapi kemudian mereka balik dikepung oleh pasukan Soviet lain yang menyerbu dari luar. Meskipun kepungan musuh semakin menyempit dan para jenderalnya memohon untuk membebaskan diri, tapi paulus keukeuh tinggal di Stalingrad karena takut menyalahi perintah Hitler yang memerintahkannya untuk bertahan sembari menjanjikan bantuan dari darat dan udara. Pada akhirnya semuanya hanya janji belaka, dan pada tanggal 31 Januari dia dan sebagian besar dari 91.000 orang pasukannya menyerahkan diri ke tangan Rusia. Di hari yang sama Hitler memberinya pangkat Generalfeldmarschall sebagai isyarat kepada sang jenderal untuk bunuh diri karena tidak pernah ada dalam sejarahnya marsekal Jerman yang tertangkap hidup-hidup oleh musuh! Di dalam penjara Paulus malah menjadi tokoh vokal penentang Hitler dan bergabung dengan Nationalkomitee Freies Deutschland yang disponsori oleh Soviet, dan seusai perang dia tinggal di Jerman Timur sampai akhir hayatnya. Medali dan penghargaan yang diraihnya di antaranya adalah: 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (21 September 1939) dan I.Klasse (27 September 1939); serta Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (26 Agustus 1942) mit Eichenlaub #178 (15 Januari 1943). BTW, foto di atas diambil tanggal 31 Januari 1943 saat dia menyerahkan diri di Stalingrad
Friedrich Paulus di markas besar Tentara Merah di Stalingrad sedang menunggu untuk diinterogasi tanggal 1 Maret 1943. Dia adalah Marsekal pertama Jerman yang menjadi tawanan perang, dan membuyarkan harapan Hitler bahwa dia akan bertempur sampai mati (atau mengambil hidupnya dalam kekalahan). Yang ada malahan, dia menjadi vokal terhadap Nazi selama dalam tahanan Soviet, dan kemudian menjadi saksi yang memberatkan terdakwa dalam persidangan Nürnberg periode 1945-1946!
Para perwira tinggi 6.Armee dalam tawanan Soviet, dari kiri ke kanan: Generalleutnant Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6.Armee); Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); Oberst Wilhelm Adam (Adjudant AOK 6.Armee); dan General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender-General LI.Armee-Korps). Disini Paulus mengenakan kragenspiegel (tanda pangkat kerah) Generalfeldmarschall. Pada tanggal 25 Februari 1943 sang Marsekal meminta pihak berwenang Rusia di kamp Krasnogorsk untuk mengizinkan dirinya mengontak atase militer Jerman di Turki, Generalleutnant Hans Rohde. Dia kemudian meminta enam pasang insignia Generalfeldmarschall agar bisa mengenakannya di masa depan. Perlu diingat bahwa Paulus dipromosikan sebagai Marsekal di hari terakhir penyerahan dirinya di Stalingrad, jadi pada saat itu dia masih memakai insignia Generaloberst. Yang jelas, jahitan kragenspiegel-nya sendiri tampak tidak terlalu rapi!
Foto-foto Friedrich Paulus sebagai tahanan Soviet bersama dengan Generalleutnant Arthur Schmidt. Pada awalnya dia menolak tawaran kerjasama dari pihak musuh, namun kemudian setelah Plot 20 Juli 1944 Paulus menjadi pengkritik yang sangat vokal terhadap rezim Nazi Jerman. Dia lalu bergabung dengan Nationalkomitee Freies Deutschland (Komite Nasional untuk Jerman Merdeka) yang disponsori Rusia dan secara terang-terangan meminta negaranya untuk menyerah. Tidak heran dia lalu dianggap oleh Hitler sebagai pengkhianat dan keluarganya pun ditangkap
Para jenderal Wehrmacht di Stalingrad yang difoto di musim semi/panas 1943 saat telah menjadi tawanan Rusia: 1.Generalmajor Dr.rer.pol. Otto Korfes (Kommandeur 295.Infanterie-Division); 2.Generalleutnant Arno von Lenski (Kommandeur 24.Panzer-Division); 3.Oberst i.G. Wilhelm Adam (Adjudant AOK 6.Armee); 4.Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); 5.Generaloberst Walter Heitz (Oberbefehlshaber 15.Armee); 6.Generalstabsarzt Prof.Dr. Otto Renoldi (Armeearzt 6.Armee); 7.susah dilihat mukanya!; dan 8.Generalleutnant Carl Rodenburg (Kommandeur 76. Infanterie-Division)
Friedrich Paulus bersaksi dalam persidangan Nürnberg. Disini dia ditanya tentang nasib para tawanan Stalingrad oleh para jurnalis. Dia menitip pesan pada para jurnalis tersebut untuk menyampaikan pada istri, anak, dan keluarga dari para prajurit yang ditawan di Stalingrad bahwa mereka baik-baik saja. Kenyataannya, dari 91.000 orang tawanan Jerman yang ditangkap di Stalingrad, setengahnya mati dalam perjalanan ke kamp tawanan di Siberia. Jumlah yang sama kemudian ikut menyusul menghadapi kondisi kamp yang brutal. Hanya 6.000 orang yang mampu kembali hidup-hidup ke Jerman bertahun setelahnya!
Friedrich Paulus berbicara di hadapan para jurnalis dalam dan luar negeri dalam konferensi pers yang diadakan oleh Ausschusses für Deutsche Einheit (Komite untuk Persatuan Jerman) di Haus der Presse, Berlin, tanggal 2 Juli 1954. Yang duduk di meja, dari kiri ke kanan: Dr. Hans Loch (Menteri Keuangan dan Wakil Perdana Menteri DDR) dan Prof. Albert Norden (Anggota Dewan Wilayah serta Wakil Presiden Weltfriedensrates, SED, KPD, DDR)
Friedrich Paulus berbicara di hadapan para jurnalis dalam dan luar negeri dalam konferensi pers yang diadakan oleh Ausschusses für Deutsche Einheit (Komite untuk Persatuan Jerman) di Haus der Presse, Berlin, tanggal 2 Juli 1954. Usai perang sang mantan Marsekal tinggal di Dresden, Jerman Timur dimana dia bekerja sebagai kepala sipil Institut Penelitian Sejarah Militer Jerman Timur. Dia meninggal di kota tersebut tanggal 1 Februari 1957, tepat 14 tahun berlalu setelah menyerahnya dia di Stalingrad. Paulus dikebumikan di Baden di samping makam istrinya, yang telah pergi mendahuluinya pada tahun 1949 tanpa pernah melihat lagi suaminya dari sejak keberangkatan ke Front Timur di musim panas 1942!
Kuburan Friedrich Paulus dan keluarganya di Stadtfriedhof, Baden-Baden, Baden-Württemberg (Jerman). Ikut dikebumikan disini istrinya Constance Elena Rosetti-Solescu (25 April 1889 - 9 November 1949) serta anaknya Hauptmann Friedrich Paulus yang tewas di Anzio (11 April 1918 - 29 Februari 1944). Ada satu putra sang Marsekal yang lain, Ernst Alexander Paulus, yang bunuh diri pada tahun 1970 dan tidak ikut dikuburkan bersama dengan ayah-ibu dan saudaranya
Patung kepala Friedrich Paulus yang ditempelkan ke dudukan kayu di bawahnya. Patung perunggu peninggalan zaman Nazi ini sebenarnya merupakan potongan dari bagian tubuh lain yang lebih besar, tapi kemudian setelah menyerahnya Paulus ke tangan Rusia patung ini diperintahkan untuk dihancurkan oleh otoritas Nazi. Orang dari Reichenall yang diperintahkan hal tersebut melaksanakan tugasnya, hanya saja dia menyisakan bagian kepalanya sebagai kenang-kenangan. Pada tahun 2007 patung di atas terjual ke tangan salah seorang kolektor yang tidak diketahui namanya
Interogasi terhadap Generalfeldmarschall Friedrich Paulus yang dilaksanakan di Markas besar Front Don Tentara Merah. Dari kiri ke kanan: General-Polkovnik (Kolonel Jenderal) Konstantin Rokossovskiy; Marshal roda voisk (Marsekal Artileri) Konstantin Nikolay Voronov; penterjemah Kapten Nikolay Dyatlenko; dan Marsekal Paulus. Paulus sendiri menyerahkan diri pada pasukan 64th Army di bawah komando Mikhail Shumilov
Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (23 September 1890 – 1 Februari 1957) mengawali karir militernya bulan Februari 1910 sebagai kadet perwira di Infanterie-Regiment 111 setelah sebelumnya mencoba masuk Kaiserliche Marine tapi gagal. Dia menghabiskan sebagian besar Perang Dunia Pertama sebagai perwira staff di berbagai posisi. Setelahnya Paulus menjadi salah satu dari hanya 4.000 perwira yang bergabung dengan Reichswehr. Disini pun dia tetap menjabat sebagai perwira staff, bahkan setelah menjadi jenderal dan ikut berpartisipasi dalam Perang Dunia II. Dia diangkat sebagai Oberbefehlshaber 6. Armee tanggal 1 Januari 1942 dan tak lama telah memimpin pasukannya menuju Stalingrad. Pada awalnya 6. Armee mengepung pasukan Soviet yang bertahan, tapi kemudian mereka balik dikepung oleh pasukan Soviet lain yang menyerbu dari luar. Meskipun kepungan musuh semakin menyempit dan para jenderalnya memohon untuk membebaskan diri, tapi paulus keukeuh tinggal di Stalingrad karena takut menyalahi perintah Hitler yang memerintahkannya untuk bertahan sembari menjanjikan bantuan dari darat dan udara. Pada akhirnya semuanya hanya janji belaka, dan pada tanggal 31 Januari dia dan sebagian besar dari 91.000 orang pasukannya menyerahkan diri ke tangan Rusia. Di hari yang sama Hitler memberinya pangkat Generalfeldmarschall sebagai isyarat kepada sang jenderal untuk bunuh diri karena tidak pernah ada dalam sejarahnya marsekal Jerman yang tertangkap hidup-hidup oleh musuh! Di dalam penjara Paulus malah menjadi tokoh vokal penentang Hitler dan bergabung dengan Nationalkomitee Freies Deutschland yang disponsori oleh Soviet, dan seusai perang dia tinggal di Jerman Timur sampai akhir hayatnya. Medali dan penghargaan yang diraihnya di antaranya adalah: 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (21 September 1939) dan I.Klasse (27 September 1939); serta Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (26 Agustus 1942) mit Eichenlaub #178 (15 Januari 1943). BTW, foto di atas diambil tanggal 31 Januari 1943 saat dia menyerahkan diri di Stalingrad
Friedrich Paulus di markas besar Tentara Merah di Stalingrad sedang menunggu untuk diinterogasi tanggal 1 Maret 1943. Dia adalah Marsekal pertama Jerman yang menjadi tawanan perang, dan membuyarkan harapan Hitler bahwa dia akan bertempur sampai mati (atau mengambil hidupnya dalam kekalahan). Yang ada malahan, dia menjadi vokal terhadap Nazi selama dalam tahanan Soviet, dan kemudian menjadi saksi yang memberatkan terdakwa dalam persidangan Nürnberg periode 1945-1946!
Para perwira tinggi 6.Armee dalam tawanan Soviet, dari kiri ke kanan: Generalleutnant Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6.Armee); Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); Oberst Wilhelm Adam (Adjudant AOK 6.Armee); dan General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender-General LI.Armee-Korps). Disini Paulus mengenakan kragenspiegel (tanda pangkat kerah) Generalfeldmarschall. Pada tanggal 25 Februari 1943 sang Marsekal meminta pihak berwenang Rusia di kamp Krasnogorsk untuk mengizinkan dirinya mengontak atase militer Jerman di Turki, Generalleutnant Hans Rohde. Dia kemudian meminta enam pasang insignia Generalfeldmarschall agar bisa mengenakannya di masa depan. Perlu diingat bahwa Paulus dipromosikan sebagai Marsekal di hari terakhir penyerahan dirinya di Stalingrad, jadi pada saat itu dia masih memakai insignia Generaloberst. Yang jelas, jahitan kragenspiegel-nya sendiri tampak tidak terlalu rapi!
Foto-foto Friedrich Paulus sebagai tahanan Soviet bersama dengan Generalleutnant Arthur Schmidt. Pada awalnya dia menolak tawaran kerjasama dari pihak musuh, namun kemudian setelah Plot 20 Juli 1944 Paulus menjadi pengkritik yang sangat vokal terhadap rezim Nazi Jerman. Dia lalu bergabung dengan Nationalkomitee Freies Deutschland (Komite Nasional untuk Jerman Merdeka) yang disponsori Rusia dan secara terang-terangan meminta negaranya untuk menyerah. Tidak heran dia lalu dianggap oleh Hitler sebagai pengkhianat dan keluarganya pun ditangkap
Para jenderal Wehrmacht di Stalingrad yang difoto di musim semi/panas 1943 saat telah menjadi tawanan Rusia: 1.Generalmajor Dr.rer.pol. Otto Korfes (Kommandeur 295.Infanterie-Division); 2.Generalleutnant Arno von Lenski (Kommandeur 24.Panzer-Division); 3.Oberst i.G. Wilhelm Adam (Adjudant AOK 6.Armee); 4.Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); 5.Generaloberst Walter Heitz (Oberbefehlshaber 15.Armee); 6.Generalstabsarzt Prof.Dr. Otto Renoldi (Armeearzt 6.Armee); 7.susah dilihat mukanya!; dan 8.Generalleutnant Carl Rodenburg (Kommandeur 76. Infanterie-Division)
Friedrich Paulus bersaksi dalam persidangan Nürnberg. Disini dia ditanya tentang nasib para tawanan Stalingrad oleh para jurnalis. Dia menitip pesan pada para jurnalis tersebut untuk menyampaikan pada istri, anak, dan keluarga dari para prajurit yang ditawan di Stalingrad bahwa mereka baik-baik saja. Kenyataannya, dari 91.000 orang tawanan Jerman yang ditangkap di Stalingrad, setengahnya mati dalam perjalanan ke kamp tawanan di Siberia. Jumlah yang sama kemudian ikut menyusul menghadapi kondisi kamp yang brutal. Hanya 6.000 orang yang mampu kembali hidup-hidup ke Jerman bertahun setelahnya!
Friedrich Paulus berbicara di hadapan para jurnalis dalam dan luar negeri dalam konferensi pers yang diadakan oleh Ausschusses für Deutsche Einheit (Komite untuk Persatuan Jerman) di Haus der Presse, Berlin, tanggal 2 Juli 1954. Yang duduk di meja, dari kiri ke kanan: Dr. Hans Loch (Menteri Keuangan dan Wakil Perdana Menteri DDR) dan Prof. Albert Norden (Anggota Dewan Wilayah serta Wakil Presiden Weltfriedensrates, SED, KPD, DDR)
Friedrich Paulus berbicara di hadapan para jurnalis dalam dan luar negeri dalam konferensi pers yang diadakan oleh Ausschusses für Deutsche Einheit (Komite untuk Persatuan Jerman) di Haus der Presse, Berlin, tanggal 2 Juli 1954. Usai perang sang mantan Marsekal tinggal di Dresden, Jerman Timur dimana dia bekerja sebagai kepala sipil Institut Penelitian Sejarah Militer Jerman Timur. Dia meninggal di kota tersebut tanggal 1 Februari 1957, tepat 14 tahun berlalu setelah menyerahnya dia di Stalingrad. Paulus dikebumikan di Baden di samping makam istrinya, yang telah pergi mendahuluinya pada tahun 1949 tanpa pernah melihat lagi suaminya dari sejak keberangkatan ke Front Timur di musim panas 1942!
Kuburan Friedrich Paulus dan keluarganya di Stadtfriedhof, Baden-Baden, Baden-Württemberg (Jerman). Ikut dikebumikan disini istrinya Constance Elena Rosetti-Solescu (25 April 1889 - 9 November 1949) serta anaknya Hauptmann Friedrich Paulus yang tewas di Anzio (11 April 1918 - 29 Februari 1944). Ada satu putra sang Marsekal yang lain, Ernst Alexander Paulus, yang bunuh diri pada tahun 1970 dan tidak ikut dikuburkan bersama dengan ayah-ibu dan saudaranya
Patung kepala Friedrich Paulus yang ditempelkan ke dudukan kayu di bawahnya. Patung perunggu peninggalan zaman Nazi ini sebenarnya merupakan potongan dari bagian tubuh lain yang lebih besar, tapi kemudian setelah menyerahnya Paulus ke tangan Rusia patung ini diperintahkan untuk dihancurkan oleh otoritas Nazi. Orang dari Reichenall yang diperintahkan hal tersebut melaksanakan tugasnya, hanya saja dia menyisakan bagian kepalanya sebagai kenang-kenangan. Pada tahun 2007 patung di atas terjual ke tangan salah seorang kolektor yang tidak diketahui namanya
Sumber :
Buku "Death of the Leaping Horseman: The 24th Panzer Division in Stalingrad" karya Jason D. Mark
"Der Wüstenkrieg in Afrika. 1940-1943" karya Janusz Piekalkiewisz
Buku "Island Of Fire: The Battle For the Barrikady Gun Factory In Stalingrad November 1942 - February 1943" karya Jason D. Mark
Buku "Last Victory in Russia: The SS-Panzerkorps and Manstein's Kharkov Counteroffensive February-March 1943" karya George M. Nippe, Jr.
Buku "Stalingrad: The Infernal Cauldron, 1942-1943" karya Stephen A. WalshFoto koleksi Bundesarchiv Jerman
Foto koleksi pribadi Jason Mark
www.aberjonapress.com
www.allworldwars.com
www.badische-zeitung.de
www.balagan.info
www.blockhaus.ru
www.commons.wikimedia.org
www.dailymail.co.uk
www.ejnoomen.home.xs4all.nl
www.en.wikipedia.org
www.flickr.com
www.forum.axishistory.com
www.germanmilitaryhistory.com
www.gmic.co.uk
www.liveinternet.ru
www.mbertram.de
www.militaria321.com
www.original-militaria.com
www.pbs.org
www.pixtale.net
www.stalingrad.net
www.warandgame.com
www.wehrmacht-awards.com
"Para perwira tinggi 6.Armee dalam tawanan Soviet, dari kiri ke kanan: Generalleutnant Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6.Armee); Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6.Armee); Oberst Wilhelm Adam (Adjudant AOK 6.Armee); dan General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (Kommandierender-General LI.Armee-Korps)"
ReplyDeletedi gambar ini semua perwira menggunakan seragam baru, paulus sudah mengenakan fieldmarshal shoulder insignia jg. cuma yg jadi pembea di semuanya yaitu tidak ada lambang elang di dada kanan seragam para perwira tersebut.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete