Friday, December 26, 2014

Foto Dramatis Perang Dunia II

Seorang bocah perempuan Polanda berusia 10 tahun bernama Kazimiera Mika menangis histeris sambil meratapi kakak perempuannya yang sekarat di sebuah lapangan di Warsawa setelah terkena tembakan senapan mesin Jerman dalam sebuah serangan udara, September 1939. Dalam kata-kata fotografer Julien Bryan: "Saat kami sedang melewati sebuah lapangan kecil di pinggir kota, kami ternyata beberapa menit terlambat untuk menjadi saksi sebuah peristiwa tragis, yang paling menggetarkan dari semuanya. Tujuh orang wanita sedang menggali kentang di lapangan. Tak ada terigu tersisa di distrik mereka, dan mereka sangat kelaparan. Tiba-tiba dua pesawat Jerman datang dan langsung menjatuhkan dua buah bom di atas sebuah rumah yang berjarak tidak jauh dari situ. Dua orang wanita yang sedang berada di rumah tersebut langsung terbunuh. Para penggali kentang di lapang langsung bertiarap di tanah, beharap untuk tak diketahui. Setelah pesawat pembom tersebut pergi, para wanita itu kembali bekerja. Mereka harus makan. Tapi ternyata penerbang-penerbang Nazi tak puas dengan hasil pekerjaan mereka. Dalam beberapa menit mereka kembali dan menukik turun sampai sekitar seratus meter dari tanah, kali ini langsung memberondong lapangan dengan senapan mesin. Dua dari tujuh wanita itu terbunuh. Saat aku sedang sibuk mengabadikan mayat korban penembakan tersebut, seorang gadis kecil berusia 10 tahun datang sambil berlari dan langsung tertegun ketika melihat salah satu korban yang tewas, yang ternyata adalah kakak perempuannya. Si gadis kecil tersebut tak pernah melihat kematian dan tak dapat mengerti kenapa kakaknya diam membujur tanpa bergerak sedikitpun... dia kelihatan shock dan langsung menangis sambil membelai kakaknya tersayang. Aku tersentuh dan melingkarkan tanganku di tubuhnya untuk memeluknya, mencoba menghibur dia yang telah kehilangan. Dia terus menangis. Begitu juga aku dan dua orang perwira Polandia yang sedang bersamaku saat itu..."


 Gefreiter Josef Schulz (juga ditulis Joseph Schultz) adalah bintara kelahiran tahun 1909 dari 714. Infanterie-Division yang ditempatkan di wilayah Balkan. Pada tanggal 20 Juli 1941 dia dan ketujuh orang rekannya ditugaskan untuk melakukan misi yang dia kira hanya patroli rutin belaka. Ternyata kali ini berbeda: mereka mendapati 16 orang warga lokal yang ditutup matanya. Kedelapan orang dari Zug (peleton) Schulz berhenti 10-15 meter jauhnya, dan seorang bintara lain kemudian memerintahkan mereka untuk mengeksekusi ke-16 orang warga lokal tersebut. Tujuh orang langsung melaksanakan tugas tanpa banyak cingcong dan bersiap mengarahkan senapan mereka. Di keheningan yang kemudian tercipta, dengan tenang Gefreiter Schulz melemparkan senapannya dan kemudian berjalan ke arah 16 orang terhukum (yang hanya bisa mendengar rumput diinjak). Dia kini berdiri sejajar dengan mereka, dan lebih memilih untuk menjadi bagian dari terhukum mati daripada harus menembak orang yang dia tidak tahu kesalahannya! Beberapa detik kemudian, 16 orang warga sipil dan satu tentara Jerman tergeletak tak bernyawa di tumpukan alang-alang. Si prajurit telah dieksekusi oleh rekan-rekannya sendiri atas perintah dari si bintara. Oberkommando der Wehrmacht (OKW) menyebutkan kematiannya sebagai KIA (Killed in Action), tapi berita tentang tindakannya yang "heroik" kemudian tersebar, terutama setelah usainya Perang Dunia II. Sebuah film dibuat tentangnya, "Joseph Schultz" (1973). Tapi kemudian kebenaran berita ini diragukan oleh para sejarawan, terutama dari Bundesarchiv Jerman, dan salah satu foto yang dianggap diambil pada saat itu (foto atas) dianggap berasal dari peristiwa lain. Dalam foto tersebut Schulz disebut adalah orang tanpa stahlhelm di tengah yang sedang berjalan ke arah para tawanan


Selama berlangsungnya Pertempuran Perekop di semenanjung Krimea tahun 1941, bau busuk tentara yang tewas di medan pertempuran begitu menyengatnya sehingga membuat prajurit Jerman ini mati-matian menahannya dengan menutupkan secarik kain basah di mukanya


 "... yang lebih baik yang tak akan kau dapatkan. Drum pertempuran bertalu-talu. Dia berada di sampingku, dalam baris dan langkah yang serentak. Sebuah peluru melesat datang. Apakah dia ditujukan untukku atau temanku? Dia menerjang kameradku, dan kini dia terbaring di bawah kakiku, seakan menjadi bagian dari diriku. Tangannya berupaya menggapaiku saat aku mengisi senapanku. Aku tak mampu memegang tanganmu untuk saat ini, beristirahatlah di keabadian dengan tenang, kameradku yang baik..." ("Der Gute Kamerad", dikenal juga dengan nama "Ich Hatt Einen Kameraden", sebuah requiem buatan tahun 1809 yang selalu dikumandangkan pada saat upacara penguburan militer di Jerman sampai saat ini)


Prajurit Jerman yang terluka dari 26. Infanterie-Division membopong Zugführer (Kepala Peleton) mereka ke tempat perawatan sementara di garis belakang, Front Timur tahun 1941. Sang Zugführer terluka parah oleh pecahan peluru artileri. Seragam dan celananya telah digunting untuk memudahkan perawatan dari luka-luka yang terutama mengenai kepala, dada dan kakinya. Korban di pihak Wehrmacht meningkat secara geometris seiring dengan makin sengitnya perang yang terjadi antara Jerman dan Rusia. "Trend" ini terus meningkat tanpa ampun sampai dengan hancurnya Nazi Jerman di tahun 1945


Foto berwarna asli masa Perang Dunia II ini diambil di Front Timur pada tahun 1942 dan memperlihatkan seorang prajurit Heer (Angkatan darat Jerman) yang putus lengan kirinya oleh ledakan bom. Rekan-rekannya berusaha membantu melakukan pertolongan pertama, termasuk seorang anggota Sanitäter (medis) yang memakai pita lengan dengan lambang palang merah. Untuk mencegah infeksi di lokasi luka biasanya digunakan bubuk sulfa karena pada masa Perang Dunia II Jerman tidak memakai Penisilin (meskipun Penisilin telah ditemukan bertahun-tahun sebelumnya oleh Alexander Fleming saat bekerja di rumah sakit London). Seorang Sanitäter Wehrmacht - apalagi di Front Timur yang terkenal brutal - rata-rata dibekali dengan pistol yang akan digunakan untuk bertempur hanya dalam keadaan darurat alias kepepet. Meskipun secara resmi dilabeli sebagai "bukan prajurit tempur" oleh Konferensi Jenewa (selain dari Pendeta Militer), tapi di tengah-tengah kontak-senjata yang berkecamuk biasanya sulit dibedakan antara prajurit biasa atau prajurit medis (meski telah dilengkapi oleh pita lengan atau tanda palang merah di helm)


Dalam Pertempuran Stalingrad yang berlangsung dari tanggal 17 Juli 1942 sampai dengan 2 Februari 1943, lebih dari 91.000 orang prajurit Wehrmacht ditangkap oleh Tentara Merah (dengan hanya 5.000 orang yang kemudian kembali hidup-hidup!). Di antara mereka adalah anak muda yang malang ini (yang menyerah bulan Januari 1943), yang kedinginan, kelaparan, dan juga digebuki! Dari ekspresinya kita bisa mengetahui nasib apa yang akan menimpanya di depan! BTW, senjata yang dipegang oleh tentara Soviet adalah PPSh-41


 Tiga orang prajurit dari SS-Panzergrenadier-Division "Leibstandarte SS Adolf Hitler" menghentikan kendaraan mereka saat melihat sebuah piano yang ditinggalkan oleh penghuninya di pinggir jalan. Salah seorang diantaranya - yang ternyata mempunyai keahlian bermain piano - kemudian melakukan konser dadakan di hadapan teman-temannya. Mereka memakai, dari kiri ke kanan: jaket parka musim dingin, baju pelapis kamuflase, dan seragam hitam panzer. Perhatikan bendera swastika yang dipasang di kap depan  Kübelwagen yang dimaksudkan sebagai pengenal bagi pesawat udara Luftwaffe. Foto ini diambil di Kharkov (Ukraina) pada bulan Maret 1943 tak lama setelah pasukan Jerman berhasil merebut kota tersebut dari tangan Tentara Merah


 Dengan sang gunner tampak jelas di kokpit belakang, pesawat pembom tukik Jepang ini (kemungkinan Yokosuka D4Y Suisei atau Nakajima B5N Kate) meluncur deras menuju ke lautan di bawah dengan asap tebal keluar dari mesinnya. Pesawat naas ini tertembak jatuh di dekat pangkalan Jepang di Truk, Kepulauan Caroline (Pasifik), tanggal 2 Juli 1944. Lieutenant Commander William Janeshek, pilot pesawat US Navy PB4Y yang menembaknya, bersaksi bahwa si gunner sebenarnya sudah bersiap-siap bail-out dengan menggunakan parasut, tapi kemudian dia tertegun untuk kemudian diam dengan tenang saat pesawatnya menghajar air dan hancur berantakan. Tidak diketahui alasan kenapa dia memutuskan untuk tewas bersama pesawatnya, tapi kemungkinan besar karena menyadari bahwa sang pilot rekannya di kokpit depan telah gugur duluan atau tidak bisa keluar dari pesawat yang terbakar!


18 Juli 1944: Dengan mendapat penjagaan dari seorang serdadu Kanada, seorang bintara Jerman yang tampak depresi duduk dengan menyandarkan kepala di tangannya setelah tertangkap di selatan Caen, Normandia, selama berlangsungnya Operasi Goodwood. Antara D-Day sampai dengan 25 Juli 1944, pasukan Inggris dan Kanada menggaruk 11.500 orang tawanan di pihak lawan! Foto oleh Lieutenant Ken Bell


 Di kamp konsentrasi Wöbbelin, Ludwigslust (Jerman), banyak para penghuninya yang ditemukan oleh U.S. Ninth Army dalam kondisi menyedihkan. Disini salah satu dari mereka jatuh dalam tangisan saat mengetahui dirinya tidak ikut berangkat bersama grup pertama tawanan yang meninggalkan kamp menuju rumah sakit lapangan yang didirikan tidak jauh dari situ. Foto dramatis ini diambil tanggal 4 Mei 1945 oleh Private Ralph Forney dari U.S. Army


Pada tanggal 8 Mei 1945, satu hari setelah penyerahan resmi Jerman ke tangan Sekutu, 13 orang sukarelawan Prancis dari 33. Waffen-Grenadier-Division der SS Charlemagne (französische Nr. 1) dieksekusi tanpa diadili terlebih dahulu di dekat Bad Reichenhall, Jerman, berdasarkan perintah dari Jenderal Philippe Leclerc de Hauteclocque, komandan 2nd Armored Division Prancis. Apa yang menjadi alasan penembakan mereka? Semata karena mereka mengenakan seragam Jerman, musuh Prancis! Diceritakan bahwa sang Jenderal menginterogasi para tawanan sebangsanya tersebut: "Mengapa kalian mengenakan seragam Jerman? Kalian semuanya adalah pengkhianat karena mengenakan seragam negara lain!" Seorang tawanan lalu menjawab: "Anda juga mengenakan seragam negara lain, seragam Amerika." Leclerc begitu murka menerima jawaban ini sehingga dia langsung memerintahkan eksekusi terhadap mereka!


 Januari 1946: "William The Conqueror" alias "Willie", anjing kesayangan Jenderal George S. Patton berjenis Bull Terrier, terbaring dengan ekspresi berduka yang kentara di samping barang-barang pribadi milik tuannya, tak lama setelah Patton tewas dalam sebuah kecelakaan mobil di Bad Nauheim, Jerman, tanggal 21 Desember 1945. Patton adalah seorang pencinta anjing, dan dia begitu menyayangi anjing peliharaan yang dia dapatkan tahun 1944 tersebut (bahkan dia membuatkan Willie sebuah pesta ulangtahun!). Willie pun sama pula terhadap tuannya, seperti yang dikatakan Patton sendiri dalam catatan buku harian tertanggal 15 Juli 1944: "Willie sangat tergila-gila padaku dan selalu menantikan saat kedatanganku di markas. Dia juga ngorok saat tidur tapi tetap menjadi teman yang menyenangkan di saat malam..." Foto di atas diambil beberapa hari setelah Patton dimakamkan, saat barang-barang pribadinya hendak diberangkatkan ke keluarga yang menunggu di Amerika. Willie sendiri menghabiskan sisa hidupnya bersama istri dan anak mendiang Patton


 Frankfurt, 1946 : seorang prajurit Jerman pulang ke rumahnya setelah menjalani masa penahanan hanya untuk mendapati bahwa rumahnya telah hancur oleh bom dan keluarganya tak ada lagi disana. Foto oleh Tony Vaccaro


 Edda Göring dan ibunya Emmy Göring menerima sebuah surat bertulisan tangan dari ayah dan suami mereka, mantan Reichsmarschall Hermann Göring, dari sel penjaranya di Nürnberg. Foto ini diambil dari buku "Nuremberg, the Last Battle" karya pengarang favorit saya David Irving. Edda adalah satu-satunya anak pasangan Hermann dan Emmy Göring. Sebelum menikah, Emmy (lahir dengan nama Emma Johanna Henny Sonnemann) adalah seorang artis ternama Jerman. Setelah menikah dengan sang Reichsmarschall tanggal 10 April 1935 dia otomatis menjadi ibu negara Jerman karena Hitler tidak beristri (dan keberadaan Eva Braun disembunyikan dari umum). Emmy Göring adalah seorang wanita yang murah hati dengan keluguan yang memikat. Edda sendiri lahir tanggal 2 Juni 1938 dan dibesarkan di Berlin. Foto ini diambil di Nürnberg tanggal 26 September 1946 selama berlangsungnya Peradilan Penjahat Perang bagi tokoh-tokoh Nazi. Hanya berselang 19 hari kemudian Hermann Göring bunuh diri dengan menelan kapsul sianida sehari sebelum rencana eksekusinya. Pada saat itu Edda baru berusia delapan tahun




Sumber :
Buku "Time-Life Books World War II: Liberation" oleh Martin Blumenson
Majalah "Luftwaffe im Focus" Spezial No.1 tahun 2003
Foto koleksi NARA Archives
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi

www.5sswiking.tumblr.com
www.avaxnews.com

No comments:

Post a Comment