Oleh: Alif Rafik Khan
Bagi penggemar sejarah Nazi Jerman atau teori konspirasi, pastinya mengetahui tentang kisah keberadaan Adolf Hitler di Indonesia, yang "menjelma" dalam wujud Dr. Poch, seorang dokter Jerman yang pernah bertugas di Sumbawa di tahun 1950-an. Banyak yang menyangsikan kebenarannya, tapi ada pula yang mempercayainya dengan sepenuh hati. Mengapa bisa begitu? Hal ini dikarenakan nasib Hitler sendiri yang masih menjadi misteri. Meskipun sejarah resmi menyebutkan bahwa dia telah bunuh diri di puing-puing kota Berlin di akhir bulan April 1945, tapi sisa-sisa jenazahnya seakan hilang ditelan bumi, dan sampai saat ini tak ada satupun yang bisa membuktikan dengan pasti bahwa Hitler telah mati disana, selain dari keterangan orang-orang terdekatnya.
Tapi bukan tugas Aliando Lolipop Alpenliebe untuk membahas masalah teka-teki kematian Hitler. Disini Primus Ariel Noah hanya ingin mengungkapkan mengenai fakta-fakta terbaru dari Dr. Poch, orang yang diduga kuat sebagai penyamaran dari Hitler berdasarkan dari kesaksian Dr. Sosrohusodo yang pernah bertemu langsung dengan beliau. Sebagian besar dari keterangan yang ada disini berasal dari hasil penelitian sejarawan Amerika Peter Levenda melalui bukunya, "Ratline: Soviet Spies, Nazi Priests, and the Disappearance of Adolf Hitler", yang dipublikasikan pada tahun 2012. Sang pengarang juga pernah terbang ke Indonesia demi "ziarah" langsung ke makam sang dokter legendaris di Ngagel Rejo, Surabaya (video bugilnya bisa dilihat di bawah).
OK, mari kita mulai beibeh:
"Dr. Poch" lahir pada tahun 1895 di Przemyśl, Kekaisaran Austro-Hungaria (sekarang menjadi bagian dari negara Polandia), dengan nama Georg Anton Pöch (perhatikan bahwa penulisan namanya yang benar adalah dengan memakai umlaut alias titik dua di atas, yang berarti bahwa namanya dibaca sebagai Poech dan bukan Poch). Dia merupakan anak dari Josef Pöch, seorang perwira Angkatan Darat Austro-Hungaria yang berpangkat Mayor.
Georg muda belajar ilmu medis di Universitas Graz, berhasil meraih gelar Dr. Med (sarjana kedokteran umum) pada tahun 1921, dan lulus tes ilmu anatomi pada tahun 1924. Sewaktu menimba ilmu disana, dia menjadi anggota dari Studentenverbindung Akademischer Turnverein Graz, sebuah organisasi perhimpunan mahasiswa lokal yang telah berdiri dari tahun 1864. Dari tahun 1921/22 dia menjadi dokter magang di Graz dan bernaung di bawah Commonwealth Fund, sebuah organisasi yang mengurusi layanan kesehatan untuk anak-anak yang berpusat di Salzburg. Pada tanggal 26 Desember 1924 Georg Pöch menikah dengan seorang antropologis bernama Helene Schürer-Pöch (biasa dipanggil Hella), yang merupakan janda dari pamannya sendiri, sesama antropologis Rudolf Pöch. Dari tahun 1924 s/d 1929 Dr. G.A. Pöch mengepalai sebuah tempat perawatan ibu hamil dan menyusui di Salzburg, yang kemudian pindah lokasi ke Eisenstadt pada tahun 1935. Dari bulan November 1938 s/d September 1939 dia bekerja di Abteilung Volksgesundheit im Reichsinnenministerium (Departemen Kesehatan Publik di Kementerian Dalam Negeri Reich) yang berlokasi di Berlin. Dari tahun 1940 dia mengepalai Unterabteilung IIIa (Sub-Departemen IIIa), yang mengurusi pendidikan fisik dan kesehatan, serta Unterabteilung IIa/2 di Reichsstatthalter Salzburg yang berkaitan dengan "pelayanan ras dan keturunan". Di waktu yang sama, Pöch juga nyambi bekerja di Erbgesundheitsgericht Salzburg, sehingga bisa dipastikan bahwa dia terlibat langsung dalam program eutanasia (kematian bahagia). Eutanasia sendiri adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit - atau menimbulkan rasa sakit yang minimal - yang biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Di akhir Perang Dunia II, pasangan suami-istri Dr. G.A Pöch dan Hella Pöch diinterogasi oleh unit CIC (Counterintelligence Corps) Amerika Serikat di Salzburg. Saat mengetahui bahwa pengadilan Austria akan mengadilinya atas keterlibatannya dalam program eutanasia, sang dokter dan istrinya melarikan diri melalui udara dengan penerbangan yang lama dan jauh, pertama ke Bolzano (Italia) sampai berakhir di Indonesia pada tahun 1954 (tepatnya tanggal 6 Januari 1954). Di negara barunya, sang "Dokter Jerman" berpraktek di Dompu dan Bima, tinggal di rumah dinas dokter di Kompleks Rumah Sakit Sumbawa sebelum mengoperasikan sebuah klinik di Sumbawa Besar.
Tak lama di Indonesia, sang istri Hella Pöch pulang kembali ke negara asalnya karena merasa tidak betah serta tidak cocok dengan iklim negara tropis. Pada tahun 1965 Dr. G.A Pöch menikah untuk kedua kalinya dengan seorang wanita asal Bandung bernama Sulaesih, setelah sebelumnya masuk Islam dan menjadi mualaf. Resepsi pernikahan mereka dilangsungkan di Pendopo Kabupaten, yang menunjukkan bahwa Pöch telah menjadi orang berpengaruh di Sumbawa.
Berdasarkan kesaksian dari warga sekitar, sang dokter diketahui mempunyai dua kepribadian yang bertolak belakang: pemarah namun sering bercanda dengan warga. Ciri khasnya adalah memberi resep dengan mulut (menyebutkan nama obat), tapi kalau ada yang bertanya lagi, dia akan berkata" Kan sudah saya bilang." Pöch juga akan marah jika pasiennya mendahului menyebut penyakit yang mereka derita. "Apa kamu dokter?," adalah gertakan yang sering diucapkan Pöch.
Uniknya, selain pemarah, sang dokter juga dikenal sebagai orang yang humoris dan tidak takut bercanda dengan masyarakat kebanyakan. Yang paling menonjol darinya adalah caranya menyetir mobil Jeep kap terbukanya. Meskipun saat itu jalan-jalan di Sumbawa belum bagus, tapi dia biasa menyetir dengan satu jari! Gayanya tersebut, ditambah dengan tindak-tanduknya yang enerjik, membuat banyak warga sekitar yang menyangka bahwa dia adalah mantan tentara Nazi.
Pada tanggal 15 Januari 1970 pukul 19:30 Georg Anton Pöch meninggal dunia di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya karena serangan jantung, dalam usia 81 tahun, dan kemudian dikebumikan secara Islam di komplek pemakaman Ngagel Rejo, Surabaya. Dia adalah satu-satunya orang asing yang dimakamkan di pekuburan tersebut. Kuburannya sendiri mendapat nomor urut CC 258.
Mengenai nasib janda dr. Pöch sendiri, yaitu ibu Sulaesih, diketahui bahwa dia terakhir tinggal di Babakan Ciamis, kecamatan Sumur Bandung, kota Bandung. Dalam pertemuan dengan Dr. Sosrohusodo, orang pertama yang mengungkapkan keberadaan "Adolf Hitler" di Indonesia, Sulaesih menyerahkan sejumlah dokumen milik suaminya, termasuk foto perkawinan, surat izin mengemudi lengkap dengan sidik jari Pöch. Ada juga buku catatan berisi nama-nama orang Jerman yang tinggal di beberapa negara, seperti Argentina, Italia, Pakistan, Afrika Selatan, dan Tibet. Juga beberapa tulisan tangan steno dalan bahasa Jerman
Buku catatan Poch berisi dua kode, J.R. KepaD No.35637 dan 35638, kode simbol lelaki dan perempuan. Ada juga tulisan yang diduga adalah rute pelarian sang dokter, yakni B (Berlin), S (Salzburg), G (Graz), J (Jugoslavia), B (Belgrade), S (Sarajevo), R (Rome), sebelum berakhir di Sumbawa Besar.
Alif Rafik Khan, yang mempunyai nama artis Aliando Lolipop Alpenliebe unch asoy geboy, berpose di depan makam Dr. Poch, yang dalam berbagai publikasi serta sumber internet disebut-sebut sebagai penyamaran dari Adolf Hitler yang lari ke Indonesia. Dalam keterangan yang terdapat di kuburannya disebutkan bahwa itu adalah makam Dr. G.A. Poch, yang meninggal dunia pada tanggal 16 Januari 1970. Uniknya, keterangan lahirnya sendiri dikosongkan!
Sumber :
Buku "Euthanasie" karya Johannes Hofinger
Buku "Hitler Mati Di Indonesia: Rahasia yang Terkuak" karya KGPH Soeryo Goeritno
Buku "Ratline: Soviet Spies, Nazi Priests, and the Disappearance of Adolf Hitler" karya Peter Levenda
Buku "The Hitler Legacy: The Nazi Cult in Diaspora: How it was Organized, How it was Funded, and Why it Remains a Threat to Global Security in the Age of Terrorism Hardcover" karya Peter Levenda
Buku "The Hitler Legacy: The Nazi Cult in Diaspora: How it was Organized, How it was Funded, and Why it Remains a Threat to Global Security in the Age of Terrorism Hardcover" karya Peter Levenda
Salzburger Landesarchiv: Personalakt Georg Pöch.
Stadtarchiv Salzburg: Registrierungsakt Georg Pöch mit Lebenslauf vom 21.8.1945.
Universitätsarchiv Graz: Medizinische Fakultät, Nationale WS 1919/20; Medizinische Fakultät, Promotionsprotokoll Bd. XI, Nr. 145.
Lur ari barudakna ny.Sulaelesih hasil buntut tina dr.Poch aya henteu? aya sabaraha? saha wae?
ReplyDelete~
Kumaha kabar Lur ayeuna masih dina bidang ekspedisi?
punten typo, ny.Sulaesih
DeleteItu ada yang janggal dr Poch meninggal tahun 1970 dalam usia 81 tahun tapi di keterangannyandr Poch lahir 1895 seharusnya meninggal dalam usia 75 tahun kalau dr Poch meninggal dalam usia 81 tahun berarti dr Poch lahir 1889
ReplyDeletesepertinya kalau dari logika intelijen pada saat itu, memang fakta diduga yg mendekati kebenaran 90% adalah jenazah di bawa oleh KGB dan dikubur diam2 dan kemudian thn 1970 dibakar..
ReplyDeletePernah sy baca artikel,bahwa tengkorak adolf hitler masih disimpan oleh USSR (sekrg RUSIA) dan setelah di cektengkorak itu berjenis kelamin wanita.apakah benar? Saya rasa Adolf Hitler sulit utk kabur dari Berlin mengingat saat itu Berlin sudah terkepung
ReplyDelete