Sumber :
Die Deutsche Wochenschau No.557 - 7 Mei 1941
JERMAN







.jpg)
Sumber :
Die Deutsche Wochenschau No. 755 - 22 Maret 1945
Upacara penganugerahan terakhir Hitler ini diselenggarakan di taman Reichskanzlei (Kekanseliran) yang terletak di Voßstraße di Berlin, dan para penerimanya adalah anggota unit tempur Hitlerjugend-SS yang menerima Eisernes Kreuzes dari tangan Panglima Hitlerjugend, Reichsjugendführer Artur Axmann, dan kemudian mendapat ucapan selamat dari Sang Führer. Selain film, terdapat juga enam buah foto dari upacara yang tercatat sebagai PENAMPILAN RESMI TERAKHIR HITLER UNTUK KAMERA. Sebagai fotografernya adalah asisten dari fotografer pribadi Hitler, Heinrich Hoffmann, dan kini foto-fotonya berada di arsip koleksi Dr. Gustav Wrangel.
The Brest Fortress / Fortress of War (2010) adalah film perang Rusia-Belarus yang merekonstruksi secara dramatis dan emosional pertempuran heroik di Benteng Brest pada Juni 1941, saat pasukan Soviet yang terkejut oleh serangan awal Operasi Barbarossa mempertahankan posisi mereka melawan serbuan Wehrmacht yang jauh lebih kuat. Disutradarai Alexander Kott, film ini menonjol berkat penggambaran detail atmosfer pertempuran jarak dekat, kehancuran yang realistis, serta fokus pada tiga titik pertahanan utama—Benteng Kobrin, Barak Timur, dan Gerbang Terowongan—yang dipertahankan para serdadu, termasuk tokoh nyata seperti Mayor Gavrilov, Letnan Fomin, dan Sersan Kizhevatov. Dengan sudut pandang narasi seorang anak musik resimen yang menyaksikan langsung kegigihan para pembela, film ini menekankan keberanian tragis para prajurit yang bertahan hingga detik terakhir, sekaligus menghadirkan kisah kepahlawanan yang tetap dikenang dalam sejarah Front Timur.
Hauptmann Egon Aghta (1918-1945) dikenal sebagai seorang master penjinak bom Jerman yang bekerja pada masa Perang Dunia II, menjalankan tugas yang menuntut keberanian luar biasa di tengah meningkatnya intensitas pengeboman Sekutu. Sebagai anggota tim penjinak bahan peledak, ia kerap beroperasi di kawasan industri dan pemukiman yang hancur, di mana bom-bom tak meledak—termasuk model berpenunda waktu dan pemicu sensitif—menjadi ancaman mematikan bagi warga sipil maupun pasukan. Dalam tugasnya, Agtha harus mengandalkan ketelitian teknis, pemahaman mendalam terhadap mekanisme sekering musuh, serta ketenangan mutlak saat bekerja hanya beberapa sentimeter dari potensi ledakan besar. Sosoknya kemudian dikenal sebagai representasi pekerja teknis yang berhadapan langsung dengan risiko ekstrem setiap hari, mencerminkan bahwa garis depan perang tidak hanya berada di parit, tetapi juga di antara puing-puing kota yang masih menyimpan bahaya tersembunyi.
Biografinya bisa dilihat DISINI.
Sumber :
Die Deutsche Wochenschau No. 755 - 22 Maret 1945
Film pendek propaganda Jerman “Straßen machen Freude” (Jalan Membawa Bahagia) diproduksi pada tahun 1939 dan disutradarai oleh Richard Scheinpflug atas arahan dari Kementerian Propaganda yang dipimpin oleh Joseph Goebbels. Film ini menyoroti proyek pembangunan Reichsautobahn, jaringan jalan raya monumental yang menjadi simbol kemajuan ekonomi dan kebanggaan nasional Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler.
Berlawanan dengan anggapan umum, Nazi tidak membangun sistem jalan tol pertama di Eropa atau bahkan di Jerman. Fasis Italia sudah memiliki sistem jalan tol modern pada awal tahun 1930-an, dan jalan tol pertama di Jerman adalah yang saat ini menjadi Federal Autobahn 555, yang menghubungkan kota Köln dan Bonn dan diresmikan pada bulan Agustus 1932.
Meskipun demikian, pihak Nazi secara besar-besaran memprioritaskan pembangunan jalan tol di seluruh Jerman, dan hingga pecahnya Perang Dunia II, 3.300 kilometer panjang jalan tol telah dibangun. Banyak dari jalan-jalan ini masih digunakan (meskipun telah direnovasi) dalam jaringan jalan tol modern negara-negara Uni Eropa seperti Jerman, Austria, Ceko, dan Polandia.
Alasan utama Hitler dalam membangun jalan-jalan ini adalah untuk mengurangi pengangguran massal di Jerman, dengan mempekerjakan ratusan ribu orang dalam proses pembangunannya (ada juga argumen lain yang mengklaim bahwa pembangunan Autobahn memiliki alasan militer; meskipun sebagian besar sejarawan tidak sependapat dengan hal tersebut).
Propaganda Nazi, seperti yang terlihat dalam film ini, secara intensif menampilkan jaringan jalan Autobahn, dengan menggambarkannya sebagai sarana untuk menjelajahi keindahan Jerman dan merayakannya sebagai salah satu puncak pencapaian pemerintahan Nazi Jerman.
Sumber :
Bundesarchiv via German WWII Archive
Revolution (1985) adalah film epik sejarah garapan Hugh Hudson yang dibintangi oleh Al Pacino, Donald Sutherland, dan Nastassja Kinski, berlatar pada masa Revolusi Amerika akhir abad ke-18. Film ini mengikuti kisah Tom Dobb (diperankan Pacino), seorang pemburu kulit sederhana dari New York yang secara tidak sengaja terseret dalam pergolakan perang setelah putranya dipaksa bergabung dengan milisi revolusioner. Melalui pandangan Dobb, penonton menyaksikan kekacauan, penderitaan, dan ketidakpastian yang melingkupi perjuangan kemerdekaan, ditampilkan dengan gaya visual suram khas Hudson. Meskipun ambisius secara artistik dan menampilkan performa emosional Pacino, Revolution gagal di box office dan menuai kritik karena dialog yang kaku serta penyutradaraan yang dianggap terlalu dingin; namun, film ini kemudian memperoleh penilaian ulang sebagai potret gelap dan realistis tentang dampak perang terhadap rakyat kecil dalam sejarah Amerika.