Wednesday, August 26, 2009

Seragam Kamuflase Waffen-SS, Cikal Bakal Seragam Kamuflase Militer Saat Ini!

Seragam kamuflase SS-Rottenführer (versi tahun 1944)


Sukarelawan SS asal Italia dengan seragam kamuflase Zeltbahn mereka, dengan bentuk poncho (supaya tetap kering kalau hujan) ditambah dengan dedaunan yang dipasang di helm Italia M33. Para prajurit ini dipersenjatai dengan Karabin Carcano kaliber 6,5 plus bayonet. Di bahu mereka melintang bandolier (tempat amunisi) hijau gaya lama


Foto berwarna dari era Third Reich yang memperlihatkan seragam kamuflase yang dikenakan oleh perwira dari Divisi Panzer SS ke-12 'Hitlerjugend'. Mau tahu nama si cowok cute ini? Untersturmführer Franz-Josef 'Franzl' Kneipp, yang punya kelebihan suara bagus dan jago gitar!


Kalau yang ini adalah seragam camo (kamuflase) yang digunakan oleh pasukan penerjun payung (Fallschirmjäger) dari SS. Lihat betapa pakaian yang mereka kenakan tampak menyatu dengan alam sekitarnya!


Seragam kamuflase dari prajurit panzer Divisi SS pertama, Leibstandarte Adolf Hitler. Melihat tampangnya sih, kayaknya yang dijadikan model lukisan ini adalah jagoan panzer Bobby Woll, satu-satunya gunner dalam sejarah yang bisa menembak musuh dalam keadaan panzernya sedang bergerak!



Para prajurit SS sedang latihan perang-perangan di musim dingin lengkap dengan seragam kamuflase salju mereka. Yang di belakang itu adalah replika tank Rusia T-34 yang tampaknya terbuat dari kayu

Dua contoh seragam kamuflase yang biasa digunakan oleh prajurit Waffen-SS. Yang satu dikenakan oleh Brigadeführer Kurt 'Panzermeyer' Meyer, satunya lagi oleh Brigadeführer Heinz Harmel. Yang di tengah sih (Fritz Witt) memakai pakaian standar perwira SS


Begitu bagus dan berharganya seragam camo Waffen-SS, sehingga tentara dari pihak lawan pun tidak jarang memakainya sebagai tambahan seragam mereka! Contohnya prajurit komunis Rusia ini, yang tanpa malu-malu memakai camo Waffen-SS di celananya!



Produksi semua barang seragam untuk Waffen-SS kebanyakan dilakukan di kamp-kamp konsentrasi, terutama Dachau dan Buchenwald. Yang diproduksi termasuk pakaian kamuflase yang dipelopori oleh Waffen-SS dan merupakan ciri paling khas mereka. Beberapa contoh diperlihatkan dalam foto dan ilustrasi di atas, tapi karena gaya pakaian ini sangat penting, perlulah kita menghantamnya lebih lanjut dalam artikel tersendiri (ya ini!).


Waffen-SS termasuk unit militer pertama yang memakai apa yang kemudian dikenal sebagai pakaian “pola pengacau”, dirancang untuk membantu serdadu berbaur dengan latarbelakang di sekitar mereka dan membuat mereka lebih sulit terlihat oleh musuh. Gagasan kamuflase itu sendiri, tentu saja, bukan hal baru, tapi dalam makna modern baru nongol pada pergantian abad ketika Angkatan Darat Britania dengan terlambat menyadari bahwa tunik merah membuat para serdadu jadi sasaran empuk penembak musuh dan langsung mengganti warnanya menjadi khaki (coklat-kuning pudar), praktik yang dengan cepat ditiru oleh sebagian besar tentara negara lain, meskipun dengan berbagai variasi warna tersendiri. Khaki, atau kelabu-hijau padanannya di Jerman, adalah warna praktis dan netral, tapi Waffen-SS merasa belum cukup. Yang diperlukan adalah sejenis garmen yang memungkinkan serdadu berbaur bukan hanya di berbagai lingkungan pedesaan, tapi juga mengikuti perbedaan warna rumput dan daun seiring dengan perubahan musim.


Sejak awal pecahnya Perang Dunia II pada bulan September 1939, sebagian besar pasukan tempur Waffen-SS memakai baju luar longgar, yang menjulur sampai ke paha, di luar tunik dinas mereka. Baju luar dari campuran rayon/katun itu berpotongan sangat besar untuk memudahkan pergerakan, dan dapat ditarik kencang di pinggang dengan tali pengikat, memberikan perlindungan tambahan terhadap angin. Bagian leher yang tidak berkerah juga punya tali pengikat, demikian pula mansetnya, dan menghasilkan penampilan gombrong yang memang disengaja dan merupakan kamuflase juga.


Baju luar model awal punya dua celah di bagian dada yang memungkinkan pemakai merogoh kantong tunik di baliknya, tapi segera disadari bahwa hal ini mustahil dilakukan kalau rompi webbing sedang dipakai di luarnya, yang memang seharusnya, jadi celah itu tidak lagi dibuat. Cincin pengait juga seringkali dijahitkan di bahu, lengan atas, dan selubung helm untuk memungkinkan dedaunan dicantolkan sebagai kamuflase ekstra.


Baju luar bisa dibolak-balik dan diberi cetakan beragam pola agar cocok dengan musim yang berubah-rubah : hijau muda dan tua di musim semi, dua rona hijau serta coklat keunguan pada musim panas, dan tiga warna coklat serta coklat kemerahan untuk musim gugur. Pencetakan kain dalam jumlah besar dengan kerumitan seperti itu belum pernah dilakukan sebelumnya, dan bahan pencelup serta teknik khusus harus diciptakan. Baju luar versi awal disablon, tapi karena makan waktu, khususnya karena baju luar itu juga harus dibuat tahan air, versi-versi akhir dicetak oleh mesin. Pola-pola dirancang dengan hati-hati untuk memutus garis bentuk (outline) si pemakai, dengan bercak-bercak kecil bersisi tajam yang digambarkan dalam warna-warna kontras, sehingga pemakai kamuflase yang sedang berdiri diam di hutan atau semak-semak akan menjadi tak terlihat, setidaknya bagi yang matanya bolor! Ada empat pola dasar yang dipakai selama masa perang, yang untuk mudahnya pada umumnya disebut sebagai “pohon plane”, “pohon palm”, “daun oak”, dan “kacang polong”. Yang satu tidak lebih baik dari yang lain dalam memberikan perlindungan kamuflase, jadi tampaknya alasan-alasan untuk perubahan itu adalah hanya untuk percobaan saja.


Pada tahun 1942 dimulailah perancangan seragam baru untuk pasukan khusus Waffen-SS. Hasilnya adalah seragam kamuflase dril M43. seragam ini berupa satu jaket berkancing sebaris dan pantalon dari campuran rayon, dengan kamuflase dicetak hanya pada satu sisi, didominasi warna kuning kusam dengan bercak hijau dan coklat. Pakaian M44 yang menyusul M43 terbuat dari kain kepar kasar berpola pucuk rebung (herringbone) yang tidak sehangat model sebelumnya. Kualitas tahan air M44 lebih jelek daripada M43. pembuatan seragam lapangan M44 menandai tahap akhir dalam penyederhanaan dan penurunan mutu pakaian Angkatan Bersenjata Jerman (Wehrmacht).


Pada tahun 1944, kurangnya bahan dan kewajiban menghemat memaksa Wehrmacht dan Waffen-SS untuk menggunakan jenis tunik dan pantalon yang berbeda. Blus lapangan (Feldbluse) M44 pendek, tidak mencapai pinggang, mirip blus tempur angkatan darat Inggris. Blus M44 terbuat dari bahan Zeltbahn yang murah, berpenampilan lusuh, dan kurang hangat bila dibandingkan dengan tunik sebelumnya. Pantalonnya juga setinggi pinggang dan lebih sempit, dikencangkan dengan ikat pinggang dan bukan bretel.


Zeltbahn dikembangkan oleh Angkatan Darat (Heer), tapi juga dipakai oleh Waffen-SS. Zeltbahn merupakan bahan sederhana berbentuk segitiga bercetak warna kamuflase yang dapat dipakai sebagai ponco pada cuaca basah. Tepiannya berlubang untuk tali pengikat, dan tiga Zeltbahn atau lebih dapat diikat menjadi satu menjadi tenda berlindung kecil. Apabila sedang tidak dipakai, Zeltbahn disandang dalam keadaan tergulung di punggung bersama dengan perlengkapan pribadi lain dari pasukan khusus.



Sumber :

Buku “Waffen-SS” oleh Bruce Quarrie

www.gothicline.wordpress.com

www.militaryimages.net

www.forum.axishistory.com

www.humanitas-international.org


No comments:

Post a Comment