Tuesday, September 21, 2010

Foto Kriegspfarrer (Pastor/Pendeta) Wehrmacht di Masa Perang Dunia II

HEER


Pendeta Wehrmacht (Kriegspfarrer) Dr. Alois Beck di bulan September 1942, di hari-hari sebelum Pertempuran Stalingrad yang membawa bencana. Alois bertugas sebagai pendeta di front depan untuk Infanterie-Regiment 257/297.Infanterie Division/LI.Armeekorps/6.Armee/Heeresgruppe Süd, dan menghabiskan sebagian besar hari-harinya dengan memberikan pengharapan kepada prajurit yang terluka serta menuliskan surat yang akan dikirimkan ke kampung halaman mewakili mereka. Dr. Beck meyakini bahwa 'dari tiga cabang Wehrmacht, Angkatan Darat (Heer) adalah yang paling sedikit mendapat pengaruh ideologi Nasional-Sosialisme'. Kurang dalam jangka waktu enam bulan setelah foto ini diambil, Alois tertangkap pasukan Soviet di Stalingrad. Dia beruntung kemudian bisa kembali pulang ke Jerman dan menuliskan pengalaman perangnya dalam sebuah buku berjudul "Bis Stalingrad"


 Para prajurit dari sebuah unit infanteri 6. Armee (Generalfeldmarschall Walther von Reichenau) menghadiri sebuah upacara keagamaan lapangan dengan dipimpin oleh seorang pendeta sebelum berangkat berperang melawan Rusia, beberapa saat sebelum dimulainya Unternehmen Barbarossa, Juni 1941. Mereka tidak diberitahu tujuan dari operasi mereka: gerak maju dari selatan General-Gouvernement (Polandia) melalui Kiev dan Dnieper



Sebuah foto studio yang memperlihatkan seorang pastor Wehrmacht tak dikenal dengan salib Katolik tergantung di lehernya. Kalau anda ingin membedakan antara prajurit Jerman biasa dengan pendeta militer, maka mudah saja: selain dari keberadaan salib dan selendang, maka tidak ditemukan adanya schulterklappen alias tanda pangkat bahu


Seorang Kriegspfarrer (pendeta/pastor) dari Grenadier-Regiment 487 - yang merupakan bagian dari 267. Infanterie-Division - terlihat sedang menjalankan tugasnya dalam sebuah acara misa yang digelar di tengah hutan belantara Rusia, dalam periode antara musim dingin akhir tahun 1942 s/d musim panas pertengahan tahun 1943. Ikut hadir dalam acara ini Musikzug (peleton musik) yang memainkan lagu-lagu dari Bang Haji Rhoma Irama



Seorang Kriegspfarrer dari Heer sedang melaksanakan pelayanan gereja


Disini kita bisa melihat Kriegspfarrer yang berdiri paling kanan, kentara dari pita lengannya yang khas


Seorang pendeta dari Angkatan Darat Jerman sedang melaksanakan upacara keagamaan di udara terbuka di suatu tempat di Rusia, 20 Juli 1941



Sebuah altar lapangan sedang dipersiapkan untuk upacara yang diselenggarakan di sebuah wilayah sepi di front. Perhatikan bahwa altar tersebut ditutupi dengan kain bersimbol salib Jerman masa kekaisaran, yang merupakan simbol tradisional penghubung dengan kejayaan Prusia di masa lalu


Pfarrer Roseid memakai great coat


Pfarrer Joseph Perau sedang bertugas dengan memakai seragam Wehrmacht


Pfarrer Joseph Perau dalam sebuah misa luar ruangan. Sekarang dia memakai seragam seorang pastor


Kriegspfarrer dalam sebuah upacara penguburan massal


Misa di Front Rusia. Perhatikan visor hat militer dari si Kriegspfarrer yang diletakkan di kursi!


Pfarrer Katz


Kriegspfarrer dalam upacara pemakaman di Odessa tanggal 14 Agustus 1941


Kriegspfarrer di pemakaman prajurit Heer


Pfarrer Schmidt dengan overcoatnya


Kriegspfarrer sedang menunggang kuda


Kriegspfarrer Heer dengan bekas luka yang kentara sekali terlihat di wajahnya

----------------------------------------------------------

AFRIKAKORPS

 
Oberstleutnant der Reserve Wilhelm Bach (5 November 1892 – 22 Desember 1942) adalah salah satu karakter yang paling tidak biasa dalam tubuh Afrikakorps. Dia merupakan seorang mantan pastor Lutheran yang juga salah satu komandan batalyon terbaik yang dipunyai Erwin Rommel. Meskipun pangkatnya membuat ia selayaknya dihormati, tapi dia adalah salah satu komandan Jerman yang paling bersahabat, paling cu'ek dan paling santai yang berada di bawah komando si Serigala Rumah Makan Padang eh Padang Pasir Rommel! Ketika Erwin Rommel mencapai Afrika di bulan Februari 1941, dia diperkenalkan kepada para perwira yang menyambutnya. Dia tidak tersenyum atau mencoba bersikap bersahabat. Dia tahu tak ada waktu untuk beramah tamah dan ngadu huntu karena dia harus menguji mereka dalam pertempuran terlebih dahulu. Tapi ada satu orang perwira yang begitu dibenci Rommel pada awalnya: dia adalah Hauptmann Bach, seorang veteran pertempuran Prancis sama seperti Rommel dan peraih medali Eisernes Kreuz I klasse. Bach pernah terluka di lututnya sehingga kemana-mana dia selalu membawa tongkat. Rommel tidak menyukai kenyataan bahwa ada seorang komandan pasukan "tidak sehat" di bawah komandonya, apalagi setelah dia mengetahui bahwa Bach juga adalah seorang pendeta Lutheran. Seorang pendeta bertempur??? Tak pernah terbayangkan! Beberapa bulan kemudian, Rommel berbalik mencintai dan mengagumi Bach. "Si Pincang" ternyata adalah master dari meriam artileri 88mm, sehingga seakan-akan benda tersebut menyatu dalam dirinya. Berkali-kali dia memanfaatkan senjata yang sejatinya ditujukan untuk melawan pesawat udara itu untuk menghantam tank-tank Inggris yang mencoba mengancam posisi Jerman. Bahkan meskipun kapten Bach tidak pernah terlihat memakai seragamnya dengan benar (dan kadangkala tampak culun!), dia begitu dicintai para bawahannya. Wajar saja, karena Bach tidak pernah menjaga jarak sejengkalpun, dan dia menganggap para prajuritnya sebagai anak kandung yang diperlakukan dengan penuh kehangatan. Bach adalah salah satu figur yang paling mudah dikenali di seantero Afrikakorps... Rokok yang selalu menempel di mulutnya, kumis ala Hitler dan kacamata miopik, semuanya telah sama diketahui oleh para penembak artileri DAK. Major Bach pula lah yang berhasil menahan serbuan 20.000 pasukan Inggris dari 12th Corps di Halfaya Pass dengan hanya bermodalkan 4.000 orang saja! Dengan gagah berani dia mempertahankan Halfaya Pass (biasa dinamakan dengan "Hellfire Pass" oleh pihak Sekutu) sampai akhirnya pasokan suplainya terputus dan dia sama sekali terkepung tanggal 17 Januari 1942 sehingga kemudian terpaksa menyerah. Sebagai tawanan perang dia dikirimkan ke Kanada dimana dia meninggal karena kanker (saya tidak mendapat data kanker apa, tapi kemungkinan kanker paru-paru karena hobi merokoknya yang gila-gilaan!) akhir tahun itu juga, tepatnya tanggal 22 Desember 1942. Rasa cinta pasukannya ditunjukkan dengan adanya sebuah tanda peringatan dari kayu yang ditempatkan di sudut pemakaman dan terpisah dari kuburannya. Wilhelm Bach sendiri dikuburkan di Woodland Cemetery yang terletak di Kitchener, Ontario (Kanada). Dia dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 9 Juli 1941 sebagai Hauptmann der Reserve dan Kommandeur I.Bataillon / Schützen-Regiment 104 / 5.leichte-Division / Deutsches Afrika-Korps (DAK). Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (7 Mei 1915) dan I.Klasse (31 Januari 1920); Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918 (24 Oktober 1934); 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (12 Juni 1940) dan I.Klasse (17 Juli 1940); Verwundetenabzeichen in Schwarz; serta Infanterie-Sturmabzeichen in Silber


 Seorang Kriegspfarrer (Pendeta Perang) Wehrmacht memimpin upacara penguburan secara Protestan untuk Rittmeister Otto Ulrich Boesch yang terbunuh dalam pertempuran di Afrika Utara pada bulan Oktober 1941. Berdiri di belakangnya adalah para perwira tinggi Panzergruppe "Afrika", dari kiri ke kanan: General der Panzertruppe Erwin Rommel (Befehlshaber Panzergruppe "Afrika"), Generalmajor Alfred Gause (Chef des Generalstabes Panzergruppe "Afrika"), dan Oberstleutnant im Generalstab Siegfried Westphal (Ia Erster Generalstabsoffizier Panzergruppe "Afrika"). Kesemua orang dalam foto ini memakai tropenhelm (helm tropis) yang biasa digunakan oleh pasukan Jerman di medan perang beriklim tropis atau panas
----------------------------------------------------------
 KRIEGSMARINE

Oberpfarrer Kriegsmarine memberikan penghormatan terakhir (alias salam Nazi!) terhadap prajurit Wehrmacht yang gugur dalam tugas


Foto ini diambil dalam upacara pemakaman Großadmiral a.D. Karl Dönitz tanggal 6 Januari 1981, dan memperlihatkan sebuah pemandangan menarik: seorang pendeta dengan seabrek medali militer zaman Perang Dunia II di pakaiannya, termasuk Deutsches Kreuz in Gold dan Eisernes Kreuz I klasse! Dia bernama Karl Keil (28 Januari 1917-30 Desember 1998), seorang Oberpfarrer (BGS) yang merupakan veteran Kriegsmarine. Anehnya, seperti terlihat dalam cuplikan artikel yang saya sertakan, dia tercatat tidak pernah menerima kedua medali prestisius tersebut, dan "hanya" dianugerahi Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938 (20 Desember 1939); Kriegsabzeichen für Minensuch-, Ubootsjagd- und Sicherungsverbände (14 Oktober 1943), Eisernes Kreuz II klasse (5 Desember 1943), dan Zerstörer-Kriegsabzeichen (12 Maret 1944). Apakah DKiG dan EK1 yang dipakainya adalah hasil bikinan sendiri? Tidak diketahui dengan pasti!

--------------------------------------------------------------







Sumber :
Buku "Bis Stalingrad" karya Dr. Alois Beck
Buku "The Onslaught; The German Drive to Stalingrad Documented in 150 Unpublished Colour Photographs" karya Max Hastings
Foto koleksi pribadi Andrew Harris
www.flemishmilitariacollection.be
www.history.ucsb.edu
www.kriegspfarrer.tripod.com
www.photo-war.com
www.reibert.info

www.reparations.tumblr.com
www.wehrmacht-awards.com

No comments:

Post a Comment