Sunday, June 12, 2011

Foto Jagdgeschwader 27 (JG 27) "Afrika"

Geschwaderkommodore pertama dari Jagdgeschwader 27 (JG 27) adalah Oberstleutnant Max-Josef Ibel, perwira Luftwaffe berusia 43 tahun yang merupakan veteran pertempuran parit dalam Perang Dunia Pertama. Dalam foto ini dia terlihat berdiri kedua dari kanan, tak lama setelah dinaikkan pangkatnya menjadi Oberst (21 Juli 1940), dan memperlihatkan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes di lehernya, yang didapatkannya pada tanggal 22 Agustus 1940 pada saat Pertempuran udara Britania sedang seru-serunya. Disini terlihat Ibel sedang dalam diskusi serius dengan para staff Geschwader-nya. Foto kemungkinan besar diambil di akhir musim panas tahun 1940


 Para pilot Luftwaffe dari I.Gruppe / Jagdgeschwader 27 (JG 27) sedang asyik bermain kartu remi di padang pasir Afrika Utara tahun 1942, sementara di belakang mereka terparkir sebuah Messerschmitt Bf 109 E-4 Trop "Schwarze 3". Mereka semua bertelanjang dada sambil mengenakan tropenhelm untuk melindungi diri dari panas yang menyengat


 Di siang hari tanggal 7 Agustus 1942, empat pesawat Messerschmitt Bf 109 dari II.Gruppe / Jagdgeschwader 27 (JG 27) "Afrika" tinggal landas dari pangkalan mereka di Quotaifiya, yang terletak di jalan pantai Mediterania sekitar 72 kilometer sebelah barat El Alamein, Mesir. Mereka berangkat untuk melakukan patroli "Freie Jagd" (Berburu Bebas) rutin di belakang garis pertahanan Sekutu. Di waktu yang bersamaan, sebuah pesawat transport Bristol Bombay dari Nr. 219 Squadron RAF (Royal Air Force) Inggris terbang sendirian dari Heliopolis ke front terdepan pertempuran di Mesir untuk mengambil prajurit-prajurit yang terluka, dan kemudian menerbangkannya kembali ke rumah sakit di Kairo. Di lapangan udara terdepan Sekutu di Burg-el-Arab, Sergeant Hugh "Jimmy" James, sang pilot Bombay berusia 18 tahun, diperintahkan untuk membawa seorang penumpang istimewa: Lieutenant-General William Gott, yang baru beberapa jam sebelumnya ditunjuk untuk menjadi Panglima Eighth Army Inggris menggantikan Jenderal Claude Auchinlek, dan kini membutuhkan pesawat transport secepatnya untuk terbang kembali ke Kairo demi menghadiri sebuah pertemuan penting. Pesawat Bombay biasanya terbang dalam ketinggian rendah - sekitar 15 meter di atas daratan - untuk menghindari terdeteksi oleh pesawat-pesawat Jerman yang berada di sekitarnya. Meskipun begitu, penerbangan kali ini terpaksa dilakukan di ketinggian 150 meter demi menghindari kondisi overheating dari mesin Bristol Pegasus XXII yang diusung oleh pesawat itu. Di ketinggian inilah - sewaktu sedang melintasi bagian tenggara Alexandria - pesawat transport lamban Bombay tersebut terlihat oleh "schwarm" (kawanan) Bf 109 yang terbang di atasnya, yang dipimpin oleh Oberfeldwebel Emil Clade. Dengan hanya bermodalkan dua senapan mesin Vickers sebagai alat pertahanan diri, Bristol Bombay jelas bukanlah tandingan dibandingkan dengan empat pesawat pemburu Luftwaffe dari 5.Staffel / JG 27 tersebut, yang kemudian menukik bagaikan elang dari ketinggian 6.000 meter. Rentetan tembakan dari Oberfeldwebel Clade membuat pilot James berusaha mendaratkan pesawatnya secara darurat. Saat para penumpang berusaha berhamburan keluar dari pesawat yang terbakar tersebut, Bf 109 yang dipiloti oleh Unteroffizier Bernhard Schneider tiba-tiba menukik lalu memberondong tembakan senapan mesin ke arah mereka. Ke-17 orang penumpang yang berada di daratan kehilangan nyawanya, dan hanya menyisakan satu yang selamat yang masih berada di dalam pesawat, yaitu pilot James. Diantara yang terbunuh di hari itu adalah Jenderal Gott - yang ironisnya, mempunyai julukan "Strafer" alias pemberondong - yang tercatat sebagai perwira dengan pangkat tertinggi Inggris yang tewas oleh musuh dalam Perang Dunia II! Pesawat Bombay yang dipiloti oleh Sergeant James sendiri adalah satu-satunya korban dari Freie Jagd Jerman di hari itu, tapi akibat yang ditimbulkannya jauh lebih besar dari yang disadari oleh semua pihak: kematian Gott berakibat dibutuhkannya seorang pemimpin baru untuk Eighth Army Inggris, dan orang yang kemudian terpilih adalah seorang perwira tidak terkenal bernama Bernard Law Montgomery. Dialah yang nantinya memimpin kemenangan Sekutu dalam pertempuran menentukan El Alamein di Afrika Utara dua bulan kemudian, dan yang membuat "si Rubah Gurun" Erwin Rommel harus mundur dari Mesir. Tidak hanya itu, Montgomery pula orangnya yang menerima penyerahan seluruh pasukan Jerman di Eropa Barat dan Utara pada tanggal 4 Mei 1945...


Lingkaran "high class" para tokoh Jagdgeschwader 27 (JG 27) "Afrika" yang sedang menyeruput kopi bersama, dari kiri ke kanan: Oberleutnant Könnecke (Stab Jagdgeschwader 27), Oberleutnant Werner Schroer (Staffelkapitän 8.Staffel / III.Gruppe / Jagdgeschwader 27), Major Eduard "Edu" Neumann (Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 27), Hauptmann Gustav-Siegfried Rödel (Gruppenkommandeur II.Gruppe / Jagdgeschwader 27), dan Vollmer. Tidak ada keterangan kapan foto ini diambil, tapi kemungkinan besar pada musim gugur tahun 1942 atau musim dingin tahun 1942/1943



General der Jagdflieger Adolf Galland dalam kunjungannya ke JG 27 tanggal 22 September 1942. Disini dia sedang bersama dengan Eduard Neumann (kanan), komandan JG 27


Staffelkapitän dari 9./JG 27 Erbo Graf von Kageneck sedang bersiap untuk melaksanakan misi dengan dibantu oleh kepala mekaniknya


Gustav Rödel (kiri) dan Werner Schroer. Keduanya adalah pilot-pilot tersukses dari JG 27 setelah Hans-Joachim Marseille


9 Juli 1941 di Derna, dari kiri ke kanan: Fliegerführer Afrika Generalmajor Stefan Fröhlich, Karl-Wolfgang Redlich (saya tidak tahu di tanggal ini pangkatnya apakah Oberleutnant atau sudah menjadi Hauptmann. Yang jelas di bulan Agustus Redlich sudah naik pangkat menjadi Hauptmann, sementara di bulan Juni masih Oberleutnant), dan Oberleutnant Friedrich-Wilhelm Borchert


Dari kiri ke kanan: Erhard Braune (III/JG 27), Gustav Rödel, Eduard Neumann, dan Gerhard Homuth. Tiga nama yang disebut terakhir berasal dari I/JG 27


Oberleutnant Schulz (mengenakan pelindung kepala pilot) berbincang-bincang dengan pilot lainnya sepulang dari melakukan misi tempur


Tenda-tenda kepunyaan 3.Staffel/Jagdgeschwader 27 di gurun Afrika


Kereta milik "Edu" Neumann yang terkenal


Pos komando JG 27 dengan lambang I. Gruppe


Sebuah hiasan dinding persembahan para veteran JG 27 untuk Jagdbombergeschwader 36 dari Bundeswehr


Tenda milik I./Jagdgeschwader 27


Para awak darat JG 27 sedang memasangkan sabuk peluru ke pesawat Messerschmitt Bf 109E di Gazala (1941)



Tukang cat Jagdgeschwader 27 sedang melukis lambang dari I./JG27



 Oberfeldwebel Heinrich "Heinz" Bartels (13 Juli 1918 - 23 Desember 1944) dari 11.Staffel / IV.Gruppe / Jagdgeschwader 27 (JG 27) "Afrika" bersama dengan pesawat Messerschmitt Bf 109 G-6 "Rote 13" (Werknummer 27169) yang menjadi andalannya. Di bagian samping pesawat tersebut terdapat tulisan "Marga" yang merupakan pujaan hati Bartels. Foto diambil di lapangan udara Kalamaki, Yunani, tahun 1943. Sebelumnya Bartels bertugas di wilayah Arktik bersama dengan JG 5, tapi kemudian dipindahkan dengan paksa ke JG 27 setelah melakukan pelanggaran berat kedisiplinan di unitnya akibat terlalu banyak menenggak minuman keras!


Sumber : 
Buku "German Fighter Ace Hans-Joachim Marseille, The Life Story Of The Star Of Africa" karya Franz Kurowski 
Buku "Jagdgeschwader 27 Afrika" karya John Weal
www.asisbiz.com

No comments:

Post a Comment