Tuesday, July 19, 2011

Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim (1889-1962), Panglima Terakhir Pasukan Jerman di Afrika!



Oleh : Alif Rafik Khan

Hans-Jürgen Bernhard Theodor von Arnim berasal dari cabang keluarga Uckermark dari Suckow. Ayahnya adalah Generalmajor Prusia Hans von Arnim (1861-1931), sementara ibunya bernama Martha Honrichs (1865-1953) yang berasal dari Reichenbach, Silesia. Arnim memang berasal dari keluarga yang secara turun-temurun aktif di kemiliteran. Kakeknya, Theodor von Arnim, juga adalah perwira militer dan pensiun dengan pangkat terakhir Oberst Prusia.

Arnim (dengan nama panggilannya ‘Dieter’) kemudian mendaftar ke Resimen Penjaga Infanteri ke-4 setelah “abitur”nya dan memulai karir seperti nenek moyangnya sebagai prajurit profesional. Di akhir Perang Dunia I pangkatnya sudah menjadi Hauptmann dan dia lalu meneruskan pengabdiannya di Reichswehr. Setelah sempat merasakan menjadi komandan batalyon dan komandan resimen, dia dipromosikan menjadi komandan divisi. Setelah mendapat promosi terakhir sebagai Generaloberst, dia diangkat sebagai panglima pasukan Jerman di Afrika – Heeresgruppe Afrika (Grup Angkatan Darat Afrika).

Ketika ratusan ribu pasukannya menyerah di bulan Mei 1943 di hadapan kekuatan pasukan Sekutu yang berlipat ganda, dia menjadi tawanan Inggris dan kemudian dipindahkan ke Amerika. Dia adalah tawanan Sekutu berpangkat paling tinggi sampai saat itu!

Hans-Jürgen von Arnim dibesarkan dalam sebuah keluarga Prusia dimana nilai-nilai militer dan pengabdian kepada negara dan raja merupakan sebuah hal yang dijunjung tinggi. Ayah dan kakeknya telah memilih karir militer sebagai jalan hidup mereka. Dari sejak sekitar tahun 1650 nenek moyangnya telah bertempur dalam pertempuran di Brandenburg/Prusia, sebelum mereka mengelola tanahnya yang luas di Suckow. Enam saudara kakek buyutnya ikut berjibaku melawan Napoleon, dan dua di antaranya gugur dalam perjuangan mereka.

Arnim dikenal luas sebagai orang yang luar biasa berdedikasi pada tugasnya. Dia adalah seorang profesional Prusia sejati yang terikat pada sumpah untuk mengabdi kepada negaranya, siapapun yang saat itu memerintah. Karenanya dia mendapat cibiran dari beberapa rekan sejawat dan atasannya yang anti-Nazi, karena melihat orang satu ini tidak berminat mengurusi masalah politik dan hanya sibuk dengan tugas kemiliteran yang dibebankan kepadanya. Sebagai akibatnya, Arnim hanya diserahi jabatan ecek-ecek sebagai komandan pangkalan suplai, padahal seharusnya saat itu dia sudah menjadi komandan divisi! Menjelang Perang Dunia II, dia dikeluarkan dari pengasingan politiknya dan diserahi komando sebagai pimpinan 27.Infanterie-Division (unit cadangan) dengan pangkat Generalleutnant. Sebenarnya ini adalah sebuah debut yang “kurang menguntungkan” bagi seorang komandan perang jempolan seperti Arnim, tapi seperti biasanya dia hanya diam saja dan berusaha sebaik mungkin mengemban tugas yang dibebankan kepadanya.

Arnim tidak sempat merasakan pertempuran dalam invasi Jerman ke Polandia dan Prancis, meskipun dia tetap dianggap sebagai seorang peimpin yang mengagumkan. Untuk alasan ini, pada bulan Oktober 1940 dia diserahi komando 17.Panzer-Division. Ini adalah sebuah hal yang luar biasa, karena Arnim tidak pernah mendapat pelatihan sama sekali sebelumnya dalam masalah perang tank! Tapi tetap saja dia mempertunjukkan kemampuannya semaksimal mungkin. Selama berlangsungnya invasi Jerman ke Rusia di bulan Juni 1941, divisi Arnim tergabung di II Panzergruppe punya Guderian dan bertempur dengan mengagumkan. Dia menyerbu Slonim, tujuan pertamanya, dalam waktu hanya dua hari dan terluka parah. Kembali ke front bulan September 1941, dia berperan penting dalam pengepungan Kiev setelah merebut jembatan-jembatan di atas sungai Desna secara utuh. Dikuasainya jembatan-jembatan ini oleh pihak Jerman berarti pula “lonceng kematian” bagi pasukan Soviet yang terperangkap dalam kantong Yzasma-Bryansk, yang kemudian menyerahkan diri tanggal 17 Oktober 1941 dengan jumlah 700.000 orang! Arnim terus bergerak maju. Dia kemudian dipromosikan menjadi General der Panzertruppe dan menjadi komandan 39.Panzerkorps yang merupakan bagian dari Armeegruppe Nord. Gerak majunya terhenti ketika di bulan Desember 1941 pasukan Soviet melancarkan ofensif musim dingin besar-besaran yang memaksa Jerman untuk mundur kembali sampai sejauh 100 mil. Arnim tetap menunjukkan kapabilitasnya di tengah bencana ini, dan dia berhasil menstabilkan front sekaligus menghancurkan setiap serangan Rusia yang diarahkan ke sektornya. Pada musim semi 1942 dia diserahi tugas untuk melancarkan sebuah operasi penyelamatan demi membebaskan pasukan Jerman yang terperangkap di kantong Kholm. Meskipun mendapat perlawanan sengit, anakbuahnya berhasil mencapai garnisun Kholm tanggal 5 Mei 1942 dan menyelamatkan mereka secara utuh. Nama Arnim mencuat, dan dia disanjung-sanjung sebagai seorang master strategi.

Pada akhir tahun 1942 Hitler sibuk mencari pengganti General der Panzertruppe Walther Nehring, komandan Korps XC di Tunisia. Dia lalu memilih Arnim, yang lalu tiba di Afrika tanggal 8 Desember 1942 untuk mengambil alih posisi komandan unit yang kini dinamakan dengan V Panzer-Armee. Untuk masa tiga bulan selanjutnya dia akan memimpin pasukan Jerman di utara Tunisia, dan berada di bawah perintah dari Generaleldmarschall Albert Kesselring, panglima seluruh pasukan Jerman di Tunisia. Arnim telah dijanjikan Hitler bahwa dia akan menerima pasokan suplai dan pasukan semaksimal mungkin demi menjamin kemenangan.

Kesselring bersama dengan Rommel dan Arnim berhasil menahan gerak maju Sekutu di Afrika Utara sampai enam bulan lamanya. Tapi dari sejak awal Arnim insyaf bahwa pada akhirnya pertahanan mereka akan bobol juga. Sekutu bertambah kuat dari waktu ke waktu, sementara pihak Jerman hanya menerima tambahan pasukan dan peralatan alakadarnya. Pada pertemuan dengan Rommel di awal tahun 1943, Arnim bahkan menyarankan untuk menggunakan armada Italia untuk mengevakuasi seluruh pasukan Poros dari Afrika demi menghindari Stalingrad kedua. Rommel mempunyai pikiran yang sama dengan Arnim, sementara Kesselring lebih optimis akan peluang Jerman. Di tahap ini Hitler menolak sama sekali usul untuk mundur dan memerintahkan pasukan Jerman untuk bertempur sampai titik darah penghabisan.

Di luar dari pesimisme mereka, Arnim dan Rommel hampir-hampir memenangkan sebuah kemenangan besar di bulan Februari 1943. Mereka melancarkan serangan ke pihak Amerika di barat Tunisia dengan pasukan gabungan, sementara Eighth Army Montgomery bergerak dengan hati-hati di barat melalui Libya. Di Celah Kasserine Jerman nyaris saja mencapai tujuan mereka, tapi kemudian ofensif mereka terhenti karena, lagi-lagi, masalah kekurangan pasokan. Dari sini Sekutu mengambil alih inisiatif serangan.

Seiring dengan menciutnya kantong pertahanan Jerman di Afrika Utara, Rommel dan Kesselring ditarik mundur sementara Arnim diserahi tanggungjawab untuk mengambil alih komando sisa-sisa pasukan Jerman yang masih tersisa di pantai sekitar Tunis. Ofensif Sekutu terakhir dimulai tanggal 19 April 1943, dan meskipun Arnim berusaha sekuat tenaga untuk manahannya, Tunis jatuh ke tangan musuh tanggal 7 Mei. Lima hari kemudian, tanggal 12 Mei, Arnim menyerah. Keesokan harinya pasukan Poros terakhir di Afrika menurunkan senjata mereka, dan dengan ini berakhirlah peran Afrikakorps yang terkenal.

Setelah ditangkap, Arnim meminta untuk dipertemukan dengan Dwight D. Eisenhower, panglima pasukan Sekutu di Mediterania. Tapi permintaan ini tidak bisa dipenuhi karena Eisenhower telah bersumpah sebelumnya untuk tidak akan menemui satu perwira Jerman pun sampai dengan mereka menyerah seluruhnya!

Arnim menghabiskan masa sisa perang sebagai tawanan perang Inggris dan kemudian ditahan bersama dengan 24 orang jenderal Jerman lainnya di Camp Clinton, Mississippi (Amerika Serikat). Dia baru dibebaskan tanggal 1 Juli 1947.

Hans-Jürgen von Arnim meninggal dunia tanggal 1 September 1962 di Bad Wildungen, Hesse, dalam usia 73 tahun.

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada tahun 1986, putri satu-satunya dari Von Arnim mengenang kembali seperti apa ayahnya:

“Pemikiran dan tindakan apapun yang dilakukan oleh ayahku telah “terasah” sebelumnya oleh generasi demi generasi perwira, dan berfokus pada nilai-nilai Prusia akan kesetiaan, mengemban tugas, gaya hidup, disiplin, dan pengabdian kepada Kaisar (sampai dengan tahun 1918), kepada rakyat dan tanah airnya. Setelah menjalani pendidikan yang keras dan kehidupan di tengah komunitas yang tidak berlebihan sebagai seorang perwira muda, dia berkembang menjadi orang yang sangat sederhana di sepanjang sisa hidupnya.”

Dalam memoarnya Von Arnim menulis tentang perasaannya saat menjadi seorang perwira muda di awal Perang Dunia I: “Jauh dari suasana riang gembira saat pernyataan perang dikumandangkan, disini semua orang sadar bahwa pertempuran-pertempuran yang luar biasa sulitnya membentang di hadapan mereka.” Dia benar-benar yakin bahwa Jerman sedang “bertempur demi mempertahankan dirinya dari perang yang dipaksakan oleh tetangga-tetangganya yang iri dan menaruh dendam!” Bukti untuk hal ini dia temukan dalam “suara bulat untuk mengobarkan perang, bahkan dari orang-orang Sosialis.” Secara politis dia adalah orang konservatif, dan hanya memfokuskan diri untuk mengabdi kepada Kaisar dan ‘Reich’, dua hal yang tidak terpisah dalam pandangannya.

Setelah jatuhnya Monarki Jerman, kemungkinan terjadi perubahan dalam cara pandangnya, karena dari sejak saat itu dia mendedikasikan tugasnya untuk tanah air yang ‘demokratis’. Sama seperti yang terjadi di Indonesia sekarang, seorang prajurit tidak mempunyai suara untuk memilih dalam konstitusi Weimar. Putrinya melanjutkan:

“Sebagai seorang perwira Prusia, dia sama sekali tidak menaruh minat pada politik internal... setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama, Generaloberst Hans von Seeckt secara ketat telah melatih tentaranya agar selalu netral secara politis, demi menjamin keberlangsungan Reichswehr bentukannya di tengah siapapun nanti yang memerintah. Ini adalah dasar dari kepercayaan penuh para perwira kaisar zaman sebelumnya, dan juga para perwira yang mengabdi di pemerintahan-pemerintahan yang diangkat oleh rakyat, bahkan setelah tahun 1933!”

“yang terjadi adalah, ayahku tetap menjaga sumpahnya sementara di pihak lain secara terbuka mengkritik orang-orang NS dan pelanggaran ketertiban yang dilakukan oleh SA dan SS. Setelah peristiwa skandal Jenderal Von Fritsch dan pemberhentiannya, ayahku memberi usul kepada seniornya – Jenderal Ernst Busch – untuk “bergerak” melalui jalur komando jenderal tertinggi. Jawabannya: Jenderal Von Fritsch tidak mau tindakan ini dilakukan hanya demi kepentingannya belaka.”

“Tahun berlalu, dan ayahku dengan gagah berani tetap berusaha semampu dirinya untuk tidak mematuhi perintah Hitler dan tidak membunuh Komisar Politik Soviet yang ditahan. Ini menjelaskan pendekatannya yang terus terang dan jujur. Semakin lama dia semakin mengkritik kebijakan-kebijakan perang Hitler yang dirasanya semakin jauh dari realita.”

“Sesuai dengan sumpah prajurit yang telah diucapkannya, dia mencurahkan seluruh tenaga dan keberaniannya secara patriotik untuk negaranya, Jerman. Karenanya, secara tidak langsung dia telah membantu menstabilisasikan sistem Nazi, sebuah ‘takdir’ yang dia bagi bersama dengan banyak pemimpin-pemimpin Wehrmacht lainnya. Karena dia adalah seorang jenderal Nazi, dia seringkali diidentifikasi sebagai Nazi pula. Setelah penyerahan di Tunisia dia merefleksikan posisinya yang sulit ini: ‘Berbeda dengan Jenderal Harold Alexander (seorang gentleman Inggris), Eisenhower menolak untuk berbicara denganku dengan kata-katanya: ‘Aku tidak menerima Jenderal Nazi!”

Pemikiran dan tindakannya tertuju kepada tanah airnya dan bukan kepada rezim Nazi. Dia menyelesaikan memoar pribadinya dengan penutup: “Terimakasih sepenuh hati untuk semua prajurit Afrika. Mereka tak hanya telah membuktikan dirinya dalam pertempuran, tapi juga tetap mempertahankan sikap sebagai seorang lelaki saat berada dalam tahanan. Diluar dari semua tindakan sewenang-wenang yang mengatasnamakan Jerman (meskipun sebenarnya tidak sesuai dengan keinginannya), suatu hari dia akan kembali menempati kedudukannya di antara masyarakat bebas dunia, karena dia selalu dapat mengandalkan diri pada penduduknya yang disegani, pintar dan pemberani.”

Tambahan:
Generaloberst Werner Freiherr von Fritsch adalah panglima Angkatan Darat masa pra-Perang Dunia II. Pada tahun 1937, kritik secara terbuka yang terus dikeluarkannya atas rencana perang Hitler dan perlombaan senjata membuat dia berseberangan dengan sang Führer. Tak lama timbul kampanye fitnah yang menuduh bahwa Fritsch adalah seorang maho alias homo alias pantat-lover. Intrik yang bersumber dari para penggede-penggede Nazi ini hanya menunjukkan betapa dalamnya jurang perbedaan antara orang-orang berkuasa di Berlin dengan para tokoh terkemuka Angkatan Darat. Tekanan pada Fritsch meningkat sehingga Hitler lalu memaksanya untuk mengundurkan diri. Tidak cukup sampai disana, tak lama Fritsch diajukan ke depan pengadilan . Meskipun dia terbukti tidak bersalah, Fritsch tidak diperbolehkan untuk kembali memegang komando.

Kampanye fitnah dan penghinaan seorang jenderal terpandang oleh institusi partai Nazi ini telah membuat banyak perwira Angkatan Darat menjadi muak dan menganggap bahwa perlakuan yang diterima oleh Fritsch sungguh-sungguh tidak adil dan tidak bermartabat. Sebagai tanggapan atas “Skandal Fritsch” ini, Hans-Jürgen von Arnim menggalang solidaritas di antara sesama rekan-rekan jenderal berbintang tinggi.

Hitler menjelaskan tindakan pemecatannya atas Fritsch dalam kalimat sederhana sebagai berikut: “Seorang pemimpin politik tidak membutuhkan seorang jenderal yang tidak hanya mengurusi masalah militer, tapi juga ikut campur masalah politik.”

Kronologis Von Arnim:
1889: Hans-Jürgen Bernhard Theodor von Arnim dilahirkan tanggal 4 April di Ermsdorf, Silesia, nr Reichenbach.
1908: Setelah menyelesaikan Baccalaureate (Abitur) di Sekolah Tatabahasa Klasik di Görlitz, dia memasuki Resimen Penjaga Infanteri ke-4 di Berlin sebagai Kadet Perwira.
1909: Dipromosikan menjadi Leutnant.
1914-1918: Tugas aktif sebagai aid-de-battalion dan aid-de-regiment; komandan kompi di Prancis sebagai Oberleutnant; sebagai ordonan dan aid-de-division dari Infanteri-Penjaga ke-4 dari sejak musim gugur 1916; di akhir perang berpangkat Hauptmann; tiga kali terluka.
Medali: Eisernes Kreuz I dan II klasse, Royal Hohenzollern House Order with Swords.
1917: Menikah dengan Annemarie von Dechent di Berlin tanggal 26 Maret.
1918-1919: Komandan Freikorps “Reinhard” (Freiwilligenregiment “Reinhard”).
1919: Masuk Reichswehr.
1928: Dipromosikan menjadi Major.
1931: Bertugas sebagai komandan Batalyon Senapan Ortelsburg.
1932: Dipromosikan menjadi Oberstleutnant.
1934: Dipromosikan menjadi Oberst; bertugas sebagai "Generalstabsoffizier" (Ia) di 22.Infanterie-Division di Bremen.
1935: Komandan Infanterie-Regiment 68 di Brandenburg.
1938: Dipromosikan menjadi Generalmajor; komandan seksi perbatasan Silesia Barat di Schweidnitz.
1939: Komandan 52.Infanterie-Division; Dipromosikan menjadi Generalleutnant.
1940: Bertempur melawan Prancis; komandan 17.Panzer-Division.
1941: Bertempur melawan Uni Soviet; dianugerahi Ritterkreuz; dipromosikan menjadi General der Panzertruppe; komandan XXXIX Panzerkorps.
1942: Dipromosikan menjadi Generaloberst; Panglima 5.Panzerarmee di Tunisia.
1943: Setelah pemberhentian Rommel sebagai komandan Heeresgruppe Afrika, Arnim dan seluruh pasukan Jerman dan Poros yang “tertinggal” di Afrika menyerahkan diri kepada Sekutu tanggal 12/13 Mei.
1943-1947: Menjadi tawanan perang di Inggris dan Amerika Serikat; dari tahun 1947 bertempat tinggal di Bad Wildungen.
1962: Hans-Jürgen von Arnim meninggal dunia pada tanggal 1 September, persis 23 tahun setelah dimulainya penyerbuan Jerman ke Polandia.

Medali dan Penghargaan:
· Iron Cross (1914)
2nd Class (2 November 1914)
1st Class (16 September 1914)
· Hanseatic Cross of Hamburg
· House Order of Hohenzollern (7 September 1918)
· Wound Badge in Silver (1918)
· Cross of Honor
· Clasp to the Iron Cross (1939)
2nd Class (8 Oktober 1939)
1st Class (3 November 1939)
· German Cross in Gold (18 Mei 1942)
· Knight's Cross of the Iron Cross (4 September 1941)
· Disebutkan di Wehrmachtbericht (lampiran) tanggal 13 Mei 1943
· Ärmelband “Afrika"


Sumber :
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
Foto koleksi pribadi William "Bill" Petz
www.bibl.u-szeged.hu
www.bunker-kundschafter.de
www.commons.wikimedia.org
www.en.wikipedia.org
www.forosegundaguerra.com
www.forum.axishistory.com
www.historyofwar.org
www.von-arnim.net
www.warandgame.com
www.wehrmacht-awards.com
www.ww2gravestone.com

-------------------------------------------------------------------------------

Hans-Jürgen von Arnim di tahun 1909



Hans-Jürgen von Arnim di tahun 1915-1916


Hans-Jürgen von Arnim di tahun 1927


Hans-Jürgen von Arnim di tahun 1940


Hans-Jürgen von Arnim (kanan) dan Karl Hollidt (pangkat terakhir Generaloberst). Dilihat dari tanda pangkat di bahu mereka, kelihatannya Hollidt masih berstatus jomblo eh Generalmajor, sementara Arnim Generalleutnant. Kalau benar begitu, maka kemungkinan foto ini diambil saat Hollidt masih menjadi Chef des Generalstabes der Oberost sebelum dia dipromosikan menjadi Generalleutnant tanggal 1 April 1940. Atau bisa juga foto ini diambil saat kampanye di Polandia saat Hollidt menjabat sebagai komandan 52.Infanterie-Division (26 Agustus 1939-7 September 1939). Tanggal 12 September 1939 Arnim mengambil-alih jabatan komandan dari tangan Hollidt, jadi mungkinkah ini diambil di markas divisi saat acara serah terima? Wallahua'lam


Generaloberst Heinz Guderian bersama para perwiranya dalam Operasi Barbarossa musim panas tahun 1941. Dari kanan ke kiri: Heinz Guderian (komandan Heeresgruppe Guderian), Generalleutnant Hans-Jürgen von Arnim (komandan 17.Panzer-Division), General der Panzertruppe Joachim Lemelsen (komandan XXXXVII.Armeekorps), tidak diketahui, dan Generalmajor Walther Nehring (komandan 18.Panzer-Division). Untuk identifikasi yang terakhir (Nehring) baru 80% pasti (dikarenakan gambarnya yang tidak terlalu jelas), dengan kemungkinan lainnya adalah Oberst Rudolf Bamler (Kepala Staff XXXXVII.Armeekorps)


Hans-Jürgen von Arnim di tahun 1942


Hans-Jürgen von Arnim sebagai General der Panzertruppe


Hans-Jürgen von Arnim dan Rudolf Schmundt


Foto oleh Kriegsberichter Mullin ini memperlihatkan Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim (Oberbefehlshaber 5. Panzerarmee) yang sedang bersalaman dengan salah seorang prajuritnya saat meninjau front pertempuran di dekat Tunisia, Afrika Utara, bulan Januari 1943. Sang Kolonel-Jenderal menyampirkan sebuah dienstglas (teropong) 6x30 di sampingnya. Arnim dikenal sangat dekat dengan pasukannya karena dia selalu menyediakan kebutuhan mendasar mereka. Saat Rommel dipulangkan oleh Hitler dari medan perang Afrika Utara pada bulan Maret 1943, Arnim menjadi perwira Jerman dengan pangkat tertinggi disana. Dia memberitahu Berlin bahwa dibutuhkan 140.000 ton suplai per bulan bagi pasukannya agar bisa melancarkan serangan terhadap Sekutu. Kenyataannya, dia hanya menerima seperempatnya! Saat Berlin mengkritik Arnim karena "menyipitkan mata melewati bahunya" (merujuk pada gerak mundur terus-menerus pasukannya), dengan getir Arnim menjawab bahwa dia "menyipitkan mata untuk melihat datangnya kapal pembawa suplai yang tak kunjung datang"! Saat pihak Sekutu melancarkan serangan pamungkas terhadap pasukan Jerman dan Italia di Tunisia pada tanggal 6 Mei 1943, Hitler memerintahkan agar Arnim dan anakbuahnya bertahan sampai orang terakhir. Sang jenderal dengan sengaja mengartikan ini sebagai perintah untuk bertahan sampai peluru terakhir atau, lebih khusus lagi, sampai peluru tank terakhir. Karenanya, ketika amunisi panzer-panzernya telah mencapai penghabisan pada tanggal 12 Mei 1943, dia memutuskan untuk menghancurkan sisa mesin perangnya dan kemudian menyerah. Untuk upacara resmi, sang jenderal mengenakan seragam terbaiknya, lalu menyerahkan pistol dan belatinya - meskipun dengan menggerutu dalam bahasa Prancis - ke tangan perwira Inggris yang menawannya. Dia lalu berpidato singkat di hadapan pasukannya, sebelum menjabat tangan beberapa orang dari mereka. Saat Arnim diantar melewati barisan panjang prajurit-prajuritnya, mereka berteriak mengelu-elukan namanya, "Von Arnim! Von Arnim! Von Arnim!"


Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Afrika) dalam foto tertanggal 15 Mei 1943, tiga hari setelah dia tertangkap oleh Sekutu dan beberapa saat sebelum diterbangkan ke kamp tawanan di Inggris. Di belakangnya (sama-sama memakai Ritterkreuz) adalah General der Panzertruppe Hans Cramer (Kommandierender General der Deutsche Afrikakorps)


Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim dan Generalleutnant Friedrich Weber


Hans-Jürgen von Arnim sedang disambut oleh General der Panzertruppe Gustav von Vaerst di dekat Tunis tanggal 7 Mei 1943, hanya lima hari sebelum menyerahnya seluruh pasukan Poros di Afrika Utara


Hans-Jürgen von Arnim sebagai tawanan perang Inggris bulan Mei 1943


Dalam foto bertanggal 16 Mei 1943 ini, dua orang jenderal Jerman menunggu untuk diberangkatkan ke Camp tawanan perang Trent Park setelah menyerah ke tangan Sekutu. Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim berdiri paling kiri, sementara General der Panzertruppe Hans Cramer kedua dari kanan. Yang nongkrong paling kanan adalah Oberleutnant Erdmann von Glasow. Yang munggungin di tengah? Itu mah tebak sendiri dah, soalnya gak keliatan mukanya!


 Mugshot Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim


Mobil staff Hans-Jürgen von Arnim (Steyr tipe 1500A) yang berhasil dirampas oleh Royal Sussex Regiment di Tunisia dan kini dipamerkan di Eastbourne Redoubt (Inggris)


Seragam asli peninggalan Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim. Untuk daftar medali-medali yang pernah diraih jenderal ini bisa melihat ke bagian bawah (baca: kolong meja)


Batu nisan Hans-Jürgen von Arnim. Dia dikuburkan bersama istri tercintanya di Pemakaman desa kecil Bad Wildungen di Jerman. Seorang jenderal Wehrmacht lain ikut juga dikebumikan disana, dan dia adalah Generalmajor Helmut Bernard Franz Bechler yang letak kuburannya hanya berjarak beberapa langkah dari von Arnim



No comments:

Post a Comment