Sunday, July 21, 2013

Foto Third Reich dan Indonesia


 Seniman swiss terkenal, Theo Meier, mengambil foto pesawat Arado Ar 79 berlogo Nazi swastika dengan beberapa gadis Bali antara tanggal 7-15 Januari 1938. Foto tersebut dimuat dalam buku "Theo Meier: A Swiss Artist Under the Tropics" karya Didier Hamel. Bagaimana konteks sejarah di balik foto itu dan mengapa pesawat itu melakukan terbang jarak jauh? Menurut Mark Winkel dalam "Bali Expat", 20 Juni-3 Juli 2012, pesawat tersebut adalah prototipe kedua dari Arado 79. Dibuat oleh dua orang pelatih olahraga-terbang pada 1937, yang menerbangkannya dari Jerman ke Sydney, Australia melalui Hindia Belanda. “Foto itu mungkin diambil antara tangggal 7-15 Januari 1938 dan perempuan dalam foto itu kemungkinan sekarang berusia sekitar 75-80 tahun. Pesawat tersebut tampaknya telah diterbangkan ke Medan, Batavia dan Surabaya sebelum mendarat di Bali dan mungkin bahwa foto itu diambil di Buleleng,” tulis Winkel. Setelah mencapai Sydney, pilot kembali melalui Sulawesi, Kalimantan, Balikpapan sebelum kembali ke Surabaya dan kemudian kembali ke Bangkok. Nahas, sang pilot Pulkowski tewas pada 10 Februari 1938 ketika melakukan demonstrasi pesawatnya di India


 Warga Jerman di Jakarta (Batavia) menyambut kedatangan bala tentara jepang yang memasuki kota tersebut ketika Belanda meyerah tahun 1942. Mereka terdiri dari wanita dan anak-anak yang dimasukkan oleh pemerintahan Hindia Belanda ke dalam kamp tak lama setelah Jerman menginvasi Belanda tahun 1940. Kaum prianya telah diberangkatkan ke India untuk menjalani masa penahanan disana


 Rombongan atase militer negara-negara sahabat Jepang di Tokyo (Jerman, Italia, Rumania dan Finlandia) tiba di lapangan udara Andir, bandung, dalam rencana kunjungan satu hari untuk melihat bekas-bekas pertempuran antara Hindia-Belanda dan Jepang yang berkobar beberapa minggu sebelumnya. Di belakang terlihat pesawat transport Mitsubishi Ki-57 "Topsy", kemungkinan model pertama yang mempunyai dua mesin 850p, yang mengangkut rombongan tersebut dalam perjalanan udara dari Palembang ke Bandung. Pesawat tersebut tampaknya telah mendapat tambahan cat kamuflase yang cukup signifikan di sekujur badannya. Foto ini sendiri diambil pada tanggal 25 Maret 1942, dalam rangkaian tur para atase militer tersebut ke wilayah-wilayah kekuasaan baru Jepang di Asia Tenggara (Malaya, Singapura, Hindia-Belanda dan Filipina). Dari Jerman diwakili oleh Oberst Alfred Kretschmer, dari Italia oleh Kolonel Guido Bertoni, dari Rumania oleh Brigadir-Jenderal Gheorghe Bagulescu, dan dari Finlandia oleh Kolonel Auno Kaila. Setelah tiba di Andiri, mereka lalu berangkat menuju Lembang sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Batavia, dimana para perwira ini dijamu dengan makan malam mewah rijsttafel yang berisi berbagai macam makanan lokal yang disajikan oleh 20 orang pelayan. Dalam foto ini, kita bisa melihat Oberst Kretschmer (Jerman) berjalan paling depan sambil memberi hormat, sementara persis di belakangnya adalah, dari kiri ke kanan: Jenderal Bagulescu (Rumania), Kolonel Kaila (Finlandia), dan Kolonel Bertoni (Italia)


Rombongan atase militer negara-negara sahabat Jepang di Tokyo dalam acara kunjungan ke Bandung, tanggal 25 Maret 1942. Foto bawah memperlihatkan Kolonel Auno Kaila (Atase Militer Finlandia) yang berdiri kedua dari kiri, sementara yang mengangkat tangan di tengah adalah Kolonel Guido Bertoni (Atase Militer Italia), diikuti oleh Oberst Alfred Kretschmer (Atase Militer Jerman) yang merupakan perwira tinggi besar di belakangnya. terakhir adalah Brigadir-Jenderal Gheorghe Bagulescu (Atase Militer Rumania) yang berdiri ketiga dari kanan

Foto ini memperlihatkan para perwira dari hilfskreuzer (kapal penjelajah pembantu) THOR berpose bersama seorang warga pribumi di Balikpapan, Kalimantan (saat itu bernama Borneo), di bulan September 1942. Yang memakai kacamata di sebelah kiri adalah Leutnant zur See Heinz Tischer (Kriegsberichter yang mengiringi pelayaran kedua THOR), sementara yang berkacak pinggang dan memakai belati di kanan adalah Dr. Kurt Sudan, perwira administratif THOR. Meskipun kita tidak bisa melihat detailnya, tapi pelaut yang berdiri paling kiri memakai Mützenabzeichen Thor (lencana tradisional Thor) di bagian samping topinya. Orang-orang Jerman ini mengenakan Weißer Dienstanzug (pakaian tugas putih musim panas) dari ujung atas sampai ujung bawah


  Enam orang awak U-195 yang tadinya hendak bergabung dengan pejuang kemerdekaan di Bogor tapi kemudian malah tertangkap Belanda di Pasar Pesing, Jakarta. Mereka lalu ditahan di Penjara Glodok, terus di Pulau Onrust (September 1945 - Januari 1946), sebelum dipindahkan ke Malang sampai dengan tahun 1948 karena Inggris dan Belanda khawatir mereka berupaya dibebaskan oleh TKR dan para pejuang kemerdekaan lainnya. Berdiri, dari kiri ke kanan: Oberleutnant zur See Fritz Arp (16 Januari 1915 - 29 Juni 1963), Wachtoffizier; Maschinenmaat Erich Döring (29 Maret 1921); dan Hans Philipsen. Jongkok: Alfred Pschunder; Maschinenobergefreiter Heinz Ulrich (10 Agustus 1924); dan Oberleutnant (Ing.) Herbert Weber (3 Juni 1914). Saya tidak berhasil menemukan keterangan mengenai Philipsen serta Pschunder dalam daftar 95 orang yang pernah bertugas di U-195, karenanya bisa dipastikan mereka bukanlah awak kapal selam tersebut, tapi kemungkinan anggota Kriegsmarine lainnya yang ditempatkan di Indonesia!


AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) dahulu pernah memiliki empat buah pesawat Messerschmitt Bf 109, tapi sayangnya saat Agresi Belanda ke-2 keempat pesawat tersebut hancur di lapangan udara Maguwo (Yogyakarta). Bagaimana ceritanya sampai pesawat Luftwaffe sekelas Messerschmitt Bf 109 sampai berada di Indonesia? Mereka adalah bekas pesawat Jepang yang tertinggal di Lapangan Andir Bandung, lalu diterbangkan ke Maguwo hingga hancur karena serangan Belanda (Jepang memang pernah menerima beberapa Bf 109 dari jerman sebagai bentuk alih teknologi, dan hasilnya adalah versi lokal Kawasaki KI61 Hien). Dari lima buah Bf 109 yang diterima, empat buah diantaranya dikirim ke lapangan udara Andir Bandung sedangkan satu buah lagi dijadikan bahan riset untuk menghasilkan KI61 Hien. Di buku Alutsisa TNI AU Periode tahun 1946 - 1950 disebutkan bahwa di lapangan udara Andir ditemukan pesawat Ki 61 Hien. Apakah itu yang dimaksud dengan Messerschmitt Bf 109 ini? Abdul Rachman Saleh juga pernah membaca buku petunjuk untuk bisa menerbangkan pesawat Mustang Jepang ini, dimana di dalam buku "Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan Jilid III" diterangkan oleh Marsda TNI Purn R. A. Wiriadinata bahwa dia pernah mendampingi Abdul Rachman Saleh di Pangkalan Udara Singosari Malang sekitar paruh kedua tahun 1946 hingga paruh pertama tahun 1947, yang mana Pak Abdul Rachman Saleh sibuk mempelajari buku-buku dan kokpit pesawat Mustang Jepang. Yang menarik untuk dikaji adalah: apakah yang dimaksud dengan Mustang Jepang tersebut sebenarnya adalah Ki 61 Hien atau Messerschmitt Bf 109? Karena kalau itu yang didapat di Bandung itu kemungkinan yang versi Messerschmitt Bf 109. Selain pesawat Messerschmitt Bf-109E ( Emil )-7, Jepang juga diketahui membangun pesawat pemburu yang menyerupai pemburu Luftwaffe kerena mendapat bantuan teknis dari Jerman yaitu Mitsubishi J8M Shusui yang mirip Me-163 Komet dan Nakajima Kikka yang mirip jet tempur Me-262.


Sumber :
Foto koleksi pribadi Juergen Kodar
Foto koleksi pribadi Martin J.W.
www.arawasi-wildeagles.blogspot.com
www.facebook.com 
www.garudamiliter.blogspot.com 
www.gmic.co.uk
www.wehrmacht-awards.com

No comments:

Post a Comment