Thursday, October 24, 2013

Foto 5 cm Pak 38 (L/60) (5 cm Panzerabwehrkanone 38 (L/60))



Posisi pertahanan dari meriam PaK 38 50mm (L/60) (5 cm Panzerabwehrkanone 38 (L/60)) milik Panzergrenadier-Regiment 125 / 164.leichte Afrika-Division di El Alamein, Mesir, bulan Oktober 1942. Ritterkreuzträger Oberstleutnant Karl Ens (kiri) menginspeksi hasil jaring kamuflase yang telah ditutupkan di atas batu-batu gurun beserta meriamnya. Sang perwira Wehrmacht dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 14 Mei 1941 sebagai Major dan Kommandeur II.Bataillon / Infanterie-Regiment 125 (motorisiert). Dalam Perang Dunia Pertama, Ens menjadi Leutnant di Baden Grenadier-Regiment dan mendapatkan medali 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse dan I.Klasse, Ritterkreuz des Königlichen Hausordens von Hohenzollern mit Schwertern, Baden Militär-Karl-Friedrich-Verdienstorden Ritterkreuz, Baden Orden vom Zähringer Löwen Ritterkreuz II. Klasse, serta Verwundetenabzeichen 1918 in Silber. Pangkat terakhir Ernst dalam Perang Dunia II adalah Oberst. Dia dinyatakan MIA (Missing in Action) pada tanggal 15 April 1945, dan akhirnya secara resmi dinyatakan telah meninggal oleh AG Baiersbronn pada tanggal 11 Desember 1957. Foto ini sendiri diambil oleh Kriegsberichter Dohm


Di wilayah terluar kota Stalingrad, awak dari senjata anti-tank PaK38 50mm ini menggerakkan meriam mereka lebih maju lagi ke depan. Meskipun kurang efektif saat harus menghadapi tank medium Soviet T-34, senjata satu ini cukup bisa diandalkan ketika harus melawan tank yang lebih ringan dan bangunan berbenteng. Celah di antara dua lapisan Perisai bajanya jelas terlihat. Hal ini memberikan perlindungan yang lebih baik dari tembakan senjata ringan dan pecahan artileri, sementara tetap membuat senjatanya lebih ringan dibandingkan harus memasang perisai solid yang lebih tebal. Selain itu, perisai larasnya juga telah dipasangi dedaunan sebagai kamuflase. PaK 38 disuplai dengan peluru-peluru pembobol baja, pembobol baja improvisasi, serta peledak tinggi. Para awaknya menggunakan kain kanvas kamuflase di stahlhelm yang mereka kenakan


 Awak meriam anti-tank PaK 38 50mm yang bercokol di bawah tangga bangunan teater musik Stalingrad ini sebagiannya diambil dari personil Luftwaffe, apa yang para Landser biasa namakan sebagai "Ersatz-Landser" (Prajurit Pengganti). Kamuflase yang digunakannya tidak biasa karena memanfaatkan rongsokan sekitar dan bukannya rerumputan seperti standar. Ini hal yang wajar karena Stalingrad adalah pertempuran kota dan bukannya pertempuran di hutan, desa atau stepa seperti biasanya terjadi di Front Timur. Kita bisa melihat lempengan besi, kotak kayu dan potongan keranjang yang tidak terpakai dalam foto ini, semuanya memberi kombinasi pengkamuflasean yang sulit dikenali dari jarak jauh!


Sebuah meriam anti-tank 5cm PaK 38 Wehrmacht diposisikan untuk meng-cover jalanan di depannya demi mengantisipasi serangan balasan pihak Soviet di Stalingrad, Oktober 1942. Secara resmi posisi seperti tersebut dinamakan sebagai Panzerabwehrkanonenest (sarang senjata anti-tank), meskipun para Landser sendiri biasa menyederhanakannya dengan nama "Paknest". Kompi anti-tank sebuah resimen infanteri biasanya berkekuatan tiga peleton yang dilengkapi dengan empat PaK masing-masingnya. Senjata anti-tank dari jenis 3.7cm PaK 35/36 pada umumnya telah digantikan dengan 5cm PaK 38 yang berkaliber lebih besar karena terbukti tidak efektif dalam menghadapi tank-tank medium (T-34) dan berat (KV-1) Rusia

 
Awak senjata anti-tank 5-cm-PaK 38 Jerman yang tergeletak tak bernyawa di samping senjata andalannya. Foto diambil di wilayah Medenine, Tunisia, tahun 1943. Pertempuran Medenine sendiri berkobar tanggal 6 April 1943, dan merupakan serangan balasan Jerman yang ditujukan pada 8th Army Inggris. Serangan ini (yang dinamakan sebagai Operation Capri) bertujuan untuk mengganggu rencana serangan Inggris terhadap Mareth Line. Serangan berujung dengan kegagalan, dan di sore harinya pasukan Jerman ditarik mundur


Sumber :
Buku "Stalingrad Inferno: The Infantryman's War" karya Gordon Rottman dan Ronald Volstad

No comments:

Post a Comment