Tuesday, November 18, 2014

Foto Berwarna Amerika Serikat dalam Perang Dunia II

  Foto jepretan Alfred T. palmer ini memperlihatkan seorang pekerja wanita dari pabrik pembuatan pesawat Douglas Aircraft Company (Long Beach, California) sedang memberikan sentuhan terakhir pada bagian hidung bombardier dari sebuah pesawat pembom B-17F US Navy di "rumah kaca", Oktober 1942. Dia memakai syal tangan berwarna merah yang dililitkan ke rambutnya yang merupakan mode pada saat itu dan banyak dipakai oleh para wanita pekerja di pabrik tersebut. Si cewek adalah salah satu dari begitu banyak pekerja wanita handal yang mencari nafkah di pabrik Douglas Aircraft Company. Pesawat yang dibuatnya dikenal dengan nama "Flying Fortress". B-17F adalah model akhir dari seri B-17 yang sangat menonjol peranannya dalam pertempuran di wilayah Pasifik Selatan, di atas Jerman dan tempat lainnya. Pesawat ini berasal dari jenis pembom jarak jauh yang biasa terbang di ketinggian untuk menghindari sergapan pesawat-pesawat pemburu musuh. Awaknya terdiri dari tujuh sampai sembilan orang dan dilengkapi dengan persenjataan yang cukup untuk membela dirinya dalam misi di siang hari


  Latihan perang para awak tank M4 Sherman Amerika di gurun California bulan Oktober 1942 sebelum mereka diberangkatkan ke Afrika Utara. Konfrontasi pertama antara pasukan tank Amerika dan Jerman di Sidi bou Zid dan Kasserine Pass (awal tahun 1943) berujung petaka bagi pihak Amerika dimana mereka mengalami kekalahan yang memalukan. Kekalahan ini seakan memperlihatkan hasil dari bertahun-tahun pengabaian Angkatan Bersenjata Amerika Serikat terhadap potensi tank di peperangan. Saat Wehrmacht Jerman membangun kekuatan lapis bajanya serta menerapkannya di medan tempur, AD Amerika masih bingung bagaimana caranya menghabiskan uang pajak rakyat demi kepentingan militer (mereka tidak punya rencana untuk terjun lagi ke dalam kancah peperangan di Eropa maupun di belahan dunia manapun). Ketika Jerman menginvasi Polandia bulan September 1939, Amerika Serikat masih menjadi negara yang berada di urutan ke-17 dalam hal besarnya angkatan bersenjata dengan 190.000 prajurit. Tidak heran ketika kemampuan mereka diuji untuk pertama kalinya melawan pasukan panzer Jerman di medan perang Afrika, mereka melakukannya dengan taktik dan senjata yang inferior dibandingkan musuhnya yang lebih berpengalaman. Tank medium andalan US Army saat itu adalah M4 Sherman yang mampu mengimbangi Panzer IV Jerman melalui meriam 70mm yang diusungnya. Tapi tank ini mempunyai lapisan baja yang buruk sehingga mudah tertembus oleh peluru meriam musuh. Kenyataan tersebut diperparah oleh bahan bakar bensin yang dibawanya yang membuatnya mudah terbakar. Dengan segala alasan ini, awak tank Sherman biasa menyindir tunggangan mereka sebagai "The Ronson", nama perusahaan terkenal pembuat korek api!


   Lima orang fotografer udara veteran dari USAAF (US Army Air Force) berpose sambil memegang kamera andalan mereka di depan "Pappy's Pram", sebuah pesawat pembom B-26B-25-MA Marauder (s/n 41-31802) dari 450th Bombardment Squadron / 322nd Bombardment Group / 9th Airforce yang sedang terparkir di landasan udara, 1943. Mereka telah berpartisipasi dalam setidaknya 50 misi dari sejak operasi dimulai dalam Perang Dunia II. Dari kiri ke kanan: St. James Hinkle (VA), Sgt. Robert Hammerberg (IL), Sgt. Frank Udovich (WI), Sgt. CharlesA. Smith (TX), dan St. Wilbur DeGroff (WI). Foto dibuat tahun 1943 oleh Frank Scherschel


  Foto yang langka ini memperlihatkan seorang awak bombardier Amerika di dalam pembom B-17 Flying Fortress yang kembali ke pangkalannya setelah sebuah misi pengeboman di Jerman, 1943. Di latar belakang kita bisa melihat pesawat-pesawat B-17 lainnya yang berasal dari 96th Bombardment Group, USAAF (US Army Air Force). Pada awal kampanye pemboman melawan Jerman, B-17 terbang tanpa mendapat pengawalan. Setelah menderita banyak korban, akhirnya kemudian mereka mendapat "teman kecil", yaitu pesawat-pesawat pemburu seperti P-51 Mustang yang bertugas sebagai pengawal. Strategi ini terbukti efektif dan mampu menekan jumlah korban pesawat dan manusia secara signifikan. Para pesawat pemburu ini tidak hanya terpaku terbang di sekitar pembom. Beberapa diantaranya akan terbang di depannya dan menyerang setiap pesawat Jerman sebelum mereka tinggal landas untuk menyerang formasi pembom Amerika


 Pembom tukik Douglas SBD-5 Dauntless dari US Navy Bombing Squadron VB-10 terbang di atas awan saat berlangsungnya penyerangan udara terhadap pertahanan Jepang di Kepulauan Palau tanggal 30 Maret 1944. Sebagai salah satu dari dua skuadron SBD terakhir yang beroperasi melalui kapal induk Amerika dalam Perang Dunia II, VB-10 terbang dari dek "Big E" selama periode Januari s/d Juli 1944 dan berpartisipasi dalam Pertempuran Laut Filipina tanggal 19-20 Juni 1944. Selama dua hari berikutnya, 11 kapal pengangkut pesawat cepat dari TF-58 menyerang pangkalan-pangkalan laut Jepang di Carolina Barat sementara pasukan amfibi mendarat di Hollandia, Papua Nugini. Tiga skuadron TBF menanam ranjau di sekitar pelabuhan Palau sementara SBD dan pesawat-pesawat lainnya mengklaim hancurnya 28 kapal musuh dengan total tonase 108.000 GRT! Perhatikan gunner di bagian belakang Dauntless, yang siap siaga dengan senjata kaliber 30 kembarnya


 Seorang prajurit GI tertidur di atas tumpukan batu dalam gerak maju pasukan Amerika ke kota Roma bulan Mei 1944. Di pangkuannya tergeletak sebuah senapan Carbine .30 M1. Kampanye Sekutu di Italia berlangsung lama dan berdarah-darah. Puluhan ribu korban nyawa telah berjatuhan di kedua belah pihak, belum lagi korban rakyat sipil. Foto di atas merupakan hasil karya dari fotografer LIFE Carl Mydans


Pasukan Amerika dari 2nd Ranger Battalion (pimpinan James Earl Rudder) berbaris menuju Weymouth, sebuah kota pantai di selatan Inggris, dalam perjalanan menuju pelabuhan dimana mereka akan dinaikkan ke kapal pendarat untuk serangan besar D-Day tanggal 6 Juni 1944. Target mereka adalah sarang meriam raksasa yang terbuat dari beton di Pointe du Hoc, Normandia. Tugas yang dibebankan kepada mereka benar-benar berat: mereka harus mendaki tebing curam setinggi 30 meter di bawah tembakan musuh, lalu menyerang dan menghancurkan meriam di puncaknya yang mengarah ke tempat pendaratan di wilayah Omaha dan Utah. Para Ranger ini tidak menyadari bahwa meriam yang menjadi sasaran mereka telah dipindahkan sebelumnya, dan mereka dipaksa untuk masuk jauh lebih dalam demi menemukan senjata biang kerok tersebut demi membuatnya tidak berfungsi! Meskipun begitu, benteng pantai Pointe du Hoc tetap menjadi target serangan karena sebiji pengamat artileri depan Jerman yang bercokol disana dapat mengarahkan tembakan artileri akurat terhadap posisi pasukan Amerika yang mendarat. Pada akhirnya para Ranger ini berhasil menjalankan tugas yang dibebankan ke pundak mereka dan merebut benteng yang menjadi target mereka sekaligus menghancurkan meriam yang sudah kadung dipindahkan. Ternyata tugas tidak berakhir disini karena selama dua hari berikutnya mereka yang giliran mempertahankan benteng dan melayani serangan balik gencar yang dilancarkan oleh pasukan Jerman. Di akhir pertempuran batalyon ini telah kehilangan 60% prajuritnya yang menjadi korban!


  Para Ranger dari E Company, Fifth Ranger Battalion, duduk-duduk santai di atas kapal pengangkut mereka yang bersandar di pelabuhan Weymouth, Dorset (Inggris), sambil menunggu tanda untuk berlayar ke pantai Normandia, 3 Juni 1944. Di depan sesuai arah jarum jam, dari kiri ke kanan: First Sergeant Sandy Martin, Technician Fifth Grade Joseph Markovich, Corporal John Loshiavo dan Private First Class Frank Lockwood, bersama dengan Bazooka mereka, senapan M1 Garand, mortir 60-mm, dan rokok Lucky Strike! Sekitar 2.500 orang prajurit Amerika terbunuh dalam D-Day, dan salah satu diantaranya adalah Sandy Martin, yang saat ini terkubur di pemakaman prajurit Amerika di dekat Pantai Omaha, Normandia


  Sejauh mata memandang, kapal-kapal perang Amerika seakan memenuhi samudera biru! Foto diambil tanggal 1 Januari 1945 di lepas pantai Pulau Mogmog yang merupakan salah satu dari beberapa "Pulau Depot" di Atol Ulithi (Kepulauan Caroline/Pasifik) yang bertugas untuk mensuplai Armada ke-3 US Navy dari sejak akhir tahun 1944. Setelah Perang Dunia II usai, banyak kapal perang yang sengaja ditenggelamkan karena tidak dibutuhkan lagi. Gumpalan baja raksasa ini menggunung di dasar atol dan. seiring dengan bertambahnya tahun, karat yang keluar darinya mencemari perairan tropis di sekitarnya. Pendudukan Ulithi oleh armada Angkatan Laut Amerika juga telah merubah cara hidup penduduk lokal secara dramatis. Seantero pulau diratakan untuk memberi ruang bagi ratusan ribu personil militer Amerika. Makanan luar serta kebudayaan dan bahasa asing telah merubah kehidupan tradisional di pulau yang terpencil ini. Setelah perang surplus kapal, bahan bakar dan teknologi baru seperti senjata tombak secara radikal telah meningkatkan teknik perburuan ikan para nelayan lokal


Panzerjäger Tiger Ausf.B mit 12,8cm PaK 44 L/55 "Jagdtiger"(Sd.Kfz.186) Nr. 331 dari schwere Panzerjäger-Abteilung 653 diinspeksi oleh prajurit Amerika dari 10th Armored Division tak lama setelah dia ditinggalkan oleh awaknya di Landauer Strasse (Neustadt an der Weinstrasse) tanggal 23 Maret 1945. Jagdtiger satu ini dikomandani oleh Leutnant Kasper Geoggler yang juga merupakan Komandan Kampfgruppe ketiga dari 3.Kompanie / sPzJg.Abt.653. Geoggler mempunyai saraf bagaikan baja dan sangat berambisi untuk membuktikan ketangguhannya dalam pertempuran. Dia telah dianugerahi dengan Deutsches Kreuz in Gold tanggal 10 Mei 1943 saat bertempur di Front Timur, dan telah menghancurkan beberapa tank musuh sebelum konfrontasi di Neustadt. Pada tanggal 22 Maret 1945 Geoggler menjadi komandan dari tiga buah Jagdtiger (termasuk punya dirinya) dan dia menempatkan mereka pada posisi yang strategis untuk menyergap musuh di utara Neustadt. Disana dia bisa melihat setiap jalan dari luar yang mengarah ke kota. Dari posisi yang terkamuflase dengan baik, tiga buah Jagdtiger tersebut menghadapi konvoy berpuluh-puluh tank Amerika. Tank pertama dan terakhir mendapat hantaman pertama sehingga membuat konvoy menjadi macet. Di tengah kepanikan musuh, Geoggler dan Jagdtiger temannya menghabisi kendaraan perang yang tersisa. Tank-tank Sherman dan M10 Amerika membalas tembakan Jagdtiger Jerman, tapi usaha mereka sia-sia belaka karena begitu tebalnya lapisan baja yang diusung oleh Jagdtiger. Meskipun dua buah Panzerjäger (Pemburu Tank) Jerman (No. 331 dan No. 323) terkena lebih dari 10 tembakan tepat sasaran, tapi mereka masih mampu untuk mundur ke Neustadt. Setelah pertempuran usai, tidak kurang dari 25 tank Amerika yang terkonfirmasi musnah, sementara beberapa awak Jagdtiger sendiri hanya menderita luka ringan!


Sumber :
Buku "Jagdtiger, The Most Powerful Armoured Fighting Vehicle of World War II: Operational History" karya Andrew Devey
Foto koleksi NARA (National Archives)
www.commons.wikimedia.org
www.gettyimages.com
www.life.time.com
www.ww2colorfarbe.blogspot.com

No comments:

Post a Comment