Monday, May 9, 2011

29.Waffen-Grenadier-Division der SS (Italienische Nr.1), Sukarelawan Italia Dalam Tubuh SS!


Pada bulan September 1943, Italia menyerah kepada Sekutu setelah Benito Mussolini dipecat dari kedudukannya sebagai Perdana Menteri. Reaksi Hitler atas pengkhianatan Sekutunya itu adalah dengan menduduki Italia dan wilayah pendudukannya di Balkan dan Prancis selatan. Untuk menopang kedudukannya, diktator Nazi itu membentuk sebuah rezim Fasis di Salo, Italia Utara. Untuk memimpin pemerintahan boneka Nazi itu dia mengangkat Mussolini, yang berhasil dibebaskan dari penjara Italia oleh pasukan komando Jerman. Untuk menopang pertahanan negara boneka Italia tersebut, Hitler memerintahkan Wehrmacht membentuk unit-unit tempur yang terdiri atas para prajurit Italia yang pro-Fasis dan bersedia tetap bertempur di pihak Jerman melawan Inggris dan Amerika.

Pada saat Italia menyerah, Jerman melucuti senjata dari sekitar 800.000 orang prajurit Italia, dimana lebih dari 250.000 orang di antaranya ditawan. Para tawanan ini merupakan sumber awal perekrutan yang masuk akal karena masih ada cukup banyak pengikut Fasis yang pro-Jerman di kalangan tentara Italia yang tidak berfungsi lagi.

Pada awalnya, Jerman mengusahakan pembentukan sebuah pasukan yang disebut sebagai Aviazione Legionaria Italiana, tetapi usaha ini mengalami kegagalan. Kemudian, pemerintahan baru yang didirikan oleh Mussolini sebagai Republica Sociale Italiana (RSI) membentuk angkatan bersenjata baru dari kalangan tawanan perang Italia yang ditawan di Jerman.

Empat divisi infanteri Italia dibentuk di Jerman untuk menopang pertahanan RSI pimpinan Mussolini. Divisi-divisi yang dinamakan ‘Italia’, ‘Littorio’, ‘San Marco’, dan ‘Monterosa’ ini maupun unit-unit RSI lainnya berada di bawah kontrol Wehrmacht. Sayangnya, ketika kepemimpinan atas Tentara Cadangan Jerman diambil alih oleh Heinrich Himmler, pemimpin SS tersebut mengatur suatu nasib yang berbeda bagi mereka. Dengan alasan bahwa mereka tidak dapat dipercaya untuk bertempur di garis depan, dia memerintahkan agar divisi-divisi Italia tersebut digunakan untuk memerangi kaum gerilyawan Italia. Seperti yang dapat diduga, mereka melakukan desersi karena tidak berminat untuk memerangi saudara sebangsanya sendiri.

Sikap Himmler yang tidak mempercayai orang Italia itu sendiri dilatarbelakangi oleh ketidaksenangan lamanya ketika Mussolini menggagalkan usahanya untuk menggabungkan Austria secara paksa dengan Jerman pada tahun 1934 maupun oleh pengkhianatan Marsekal Badoglio yang menandatangani gencatan senjata pada bulan September 1943. Sekalipun demikian, sikap pemimpin SS tersebut tidak menghalanginya untuk merekrut para sukarelawan Italia ke dalam wadah SS dan polisi Jerman.

Sebagai contoh, pada bulan Oktober 1943 dibentuk Polizei-Regiment ‘Südtirol’ yang kemudian dinamakan dengan ‘Bolzano’. Resimen ini didirikan di Bolzano dari kalangan penduduk Volksdeutsche (etnik Jerman) yang tinggal di kawasan Tirol Italia. Dua resimen polisi tambahan, ‘Brixen’ dan ‘Schlanders’ dibentuk pada musim semi 1944 dari penduduk Volksdeutsche lokal.

Di provinsi Udine, Kolonel Juliani, seorang perwira Fasis Italia, membentuk resimen sukarelawan Tagliamento, yang kemudian dinamakan dengan 1. Leggione d’assalto Tagliamento (Resimen Penyerang Tagliamento). Unit ini kemudian diambil alih SS, yang menamakannya sebagai Polizei-Freiwiligen Gebirgsjäger Bataillon ‘Tagliamento’.

Di Cremona terdapat sebuah Polizei-Freiwiligen Ersatz Bataillon (Italien), atau Batalyon Cadangan Sukarelawan Polisi (Italia). Unit ini berkekuatan 877 orang.

Unit Italia pertama dalam Waffen-SS adalah SS-Kartsjäger Bataillon, yang kemudian menjadi cikal bakal dari 24.Waffen-Gebirgs (Kartsjäger) Division der SS. Unit yang dibentuk pada musim panas 1942 ini terdiri atas para sukarelawan Volksdeutsche Italia. Mereka terutama beroperasi di wilayah pegunungan yang meliputi perbatasan Italia, Austria, dan Slovenia.

Kontingen sukarelawan pertama Italia asli yang bergabung dengan Waffen-SS adalah sejumlah prajurit Fasis yang bergabung dengan Divisi Panzer SS ke-1 ‘Leibstandarte Adolf Hitler’ saat unit pengawal Hitler itu dikirimkan ke Italia pada hari-hari pertama setelah rezim Fasis digulingkan. Kebanyakan dari mereka digunakan sebagai ahli mekanik karena divisi SS tersebut merampas banyak kendaraan buatan Italia. Namun, setelah divisi itu dikirimkan ke Ukraina pada bulan November 1943, orang-orang Italia itu dikirimkan sebagai tenaga pengganti di resimen-resimen Panzergrenadier ‘Leibstandarte’. Kira-kira 100 orang sukarelawan Italia tetap bertempur dengan divisi ini hingga berakhirnya perang.

Beberapa prajurit Italia yang bertempur dengan Leibstandarte dipindahkan ke Divisi Panzer SS ke-12 ‘Hitlerjugend’ dan unit-unit organik dari I SS Panzerkorps. Sebagai contoh, sebuah laporan dari 501.SS Schwere-Panzerabteilung (Batalyon Tank Berat SS yang dilengkapi oleh tank Tiger) tertanggal 5 September 1944 melaporkan 21 orang Italia dalam unit mereka yang terbunuh selama pertempuran di Normandia.

Sejumlah orang Italia juga bertugas dalam divisi-divisi Waffen-SS lainnya, terutama divisi-divisi ke-4, ke-7, ke-10, ke-11, ke-13, ke-16, dan ke-28. Umumnya mereka bergabung saat divisi-divisi itu beroperasi di Italia atau kawasan dimana unit-unit Italia pernah ditempatkan, terutama di Balkan, Prancis selatan, dan Front Timur. Beberapa orang Italia juga bergabung dengan unit khusus Waffen-SS pimpinan Otto Skorzeny.

Pada bulan September 1944, unit Waffen-SS pertama yang terdiri atas para sukarelawan Italia asli dibentuk di pusat pelatihan SS di Debica Heidelager, Polandia. Mayor Guido Fortunato, seorang bekas perwira pasukan elit Bersaglieri yang pernah bertugas di Front Rusia, ditugaskan untuk menyeleksi para rekrutan baru yang setia kepada Jerman. Kebanyakan sukarelawan berasal dari Batalyon Tank ke-3 Divisi ‘Lombardia’ dan divisi gunung elit Italia ‘Julia’.

Unit ini, yang terdiri atas 20 orang perwira dan 571 orang prajurit, dinamakan sebagai Batalyon SS ‘Debica’. Anggotanya dipandang sebagai bagian dari Waffen-SS, sekalipun mereka mengenakan seragam pasukan payung Jerman. Batalyon ini dikirimkan ke Italia pada musim panas 1944. Mereka beroperasi sebagai sebuah unit anti-partisan dan memerangi gerilyawan anti-Fasis Italia di wilayah Turin, Nocera Umbra, Assisi, dan San Severino Marchi. Mereka juga dilibatkan dalam pertempuran melawan pasukan Amerika di sebelah utara kota Roma serta mempertahankan Garis Gothic, dimana mereka menderita korban besar. Batalyon ini sendiri kemudian digabungkan ke dalam legiun SS Italia pada tanggal 7 September 1944.

Pada tanggal 2 Oktober 1943, Himmler memerintahkan pembentukan sebuah Waffen Militz (Milizia Armata) Italia setelah suatu pertemuan antara pemimpin SS itu dengan Mussolini pada tanggal 24 September 1943. Perintahnya antara lain menyatakan bahwa Milizia Armata itu akan terdiri atas dua divisi; batalyon-batalyonnya akan segera diperbantukan dalam operasi-operasi anti-partisan di Italia Utara; bahwa mereka hanya akan digunakan di tanah Italia; dan bahwa unit-unitnya kemudian akan digunakan untuk beroperasi di garis depan.

Para sukarelawan SS itu sendiri mendapatkan gaji dan ransum yang lebih baik daripada unit-unit Fasis Italia dan benar-benar independen dari pemerintahan Salo. Dari perintah Himmler ini terlihat jelas bahwa Mussolini tidak memiliki kekuasaan lagi seperti sebelumnya dan kini hanya merupakan boneka Hitler belaka!

Di bawah pengawasan SS-Brigadeführer Peter Hansen, pemimpin tertinggi SS dan Polisi Jerman di Italia, usaha perekrutan dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik propaganda Fasis. Contohnya, salam tiga jari dengan bagian muka telapak tangan diperlihatkan yang melambangkan “onore, corragio, fedelta” (kehormatan, keberanian, kesetiaan), maupun slogan-slogan seperti “Per l’onore, per la vita” (Demi kehormatan dan kehidupan).

Pada tanggal 9 Oktober 1943, Kepala Perekrutan SS Gottlob Berger melaporkan bahwa 13.062 sukarelawan Italia telah dikumpulkan di Münsingen. Selain itu, masih ada sekitar 1.700 sukarelawan lainnya yang sedang berada dalam perjalanan dengan kereta api dari Dresden, ditambah 1.000 lagi yang sedang dikirimkan dari selatan Prancis. Sebagai bentuk propaganda, Il Duce memproklamasikan suatu pernyataan bombastis bahwa para sukarelawan SS Italia merupakan pusat “jiwa Arya” di Italia.

Ada berbagai motivasi yang mendorong orang-orang Italia ini mendaftar sebagai sukarelawan Waffen-SS. Beberapa menjadi sukarelawan sebagai suatu bentuk protes menentang gencatan senjata yang ditandatangani Italia. Yang lainnya bergabung karena kesetiaannya terhadap Mussolini dan aliansi Poros dengan Jerman. Ada juga yang sangat anti komunis ataupun terkesan dengan daya tarik mistik SS. Namun, ada banyak juga yang bergabung dengan Waffen-SS agar bisa keluar dari kamp-kamp tawanan. Dalam hal ini, pihak SS terpaksa bekerja keras untuk menyortir para sukarelawan agar dapat mengeluarkan “para sukarelawan palsu” ini maupun para prajurit yang kualitasnya rendah dan mengirimkan mereka kembali ke kamp-kamp tawanan maupun penjara.

Hal yang menarik adalah konsep “SS Eropa” tidak terlalu diresapi oleh para sukarelawan Italia. Bisa jadi hal ini dikarenakan mereka tidak merasakan pengalaman legiun-legiun SS tahun 1941-1943 seperti para sukarelawan Eropa Barat lainnya. Setelah perang, seorang bekas veteran Waffen-SS Italia, Profesor Pio Filippani-Ronconi, menyampaikan bahwa banyak prajurit Italia bergabung dalam Waffen-SS untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah “prajurit biasa” melainkan “kelompok yang terbaik”.

Himmler sendiri tetap tidak mempercayai para sukarelawan SS Italia. Dia bukan hanya menolak mengakui mereka sebagai prajurit “sejati” Waffen-SS, tetapi juga hanya menamakan unit tersebut dengan awalan ‘Waffen-Grenadier’ yang digunakan oleh para sukarelawan non-Jermanik – nama akhir dari unit Italia ini adalah 29.Waffen-Grenadier-Division der SS (Italienische Nr.1). Selain itu, Himmler juga melarang para prajurit unit tersebut mengenakan lambang SS lengkap. Sebagai gantinya, panji mereka disulamkan di atas sebuah sulaman kerah berwarna merah – bukan hitam seperti yang dikenakan anggota SS lainnya – sementara lambang rajawali yang digunakannya mencengkeram lambang Fasis dan bukan Swastika.

Namun beberapa orang prajurit SS Italia mendapat pengecualian dari kebijakan rasialis Himmler ini. Pada bulan Maret 1944, sebuah kontingen yang terdiri atas 50 orang sukarelawan Italia yang telah bertugas dalam Divisi SS Leibstandarte dipindahkan ke legiun SS Italia yang baru dibentuk. Kelompok ini dibentuk di Lichterfelde Kaserne, depot tenaga pengganti Leibstandarte di Berlin. Mereka dikirimkan dengan kereta api di bawah pengawasan SS-Oberscharführer Willy Detering ke Caldiero di dekat Verona, Italia, dimana staf komando Legiun SS Italia ditempatkan. Salah satu di antara mereka terdapat SS-Unterscharführer Giuseppe Medda, yang kemudian kehilangan kakinya saat gerilyawan Komunis Italia meledakkan markas sebuah batalyon SS Italia di Pinerolo pada bulan September 1944. Merekalah sukarelawan pertama Italia yang mengenakan panji kerah SS, sementara rekan-rekannya yang lain tetap mengenakan panji kerah berwarna merah!

Pelatihan para sukarelawan Italia sendiri sangat tersebar. Para prajurit infanterinya dikirimkan ke kamp pelatihan pasukan di Münsingen sementara unit-unit anti-tanknya dikirimkan ke Lecco. Para perwira SS Italia dikirimkan ke Ferrara untuk membentuk sebuah batalyon pelatihan perwira, sementara Markas Besar Legiun SS, yang juga dikenal dengan nama “Staf Pembentukan Hansen” berada di Pinerolo.

Pada tanggal 11 November 1943, para sukarelawan Italia di Münsingen mengucapkan sumpah kesetiaan kepada Adolf Hitler. Agar tidak mencederai kebanggaan diri orang Italia, sumpah itu mencantumkan kata-kata “Berdasarkan izin Presiden RSI Benito Mussolini, aku bersumpah akan setia kepada Panglima Tertinggi Kekuatan Poros”.

Legiun SS Italia dinamakan sebagai Prima Brigata d’Assalto della Legione SS Italiana. Namun kemudian secara berturut-turut diganti menjadi 1.Italienische Freiwilligen-Sturmbrigade Milizia Armata dan 1.Sturmbrigade Italienische Freiwilligen-Legion.

Pada mulanya, brigade SS Italia dimaksudkan untuk memerangi kaum gerilyawan Italia. Namun, keadaan di garis depan memaksa Jerman melibatkan unit-unit SS Italia untuk memerangi pasukan Sekutu pula.

Pada bulan April 1944, dua batalyon SS Italia, ‘Debica’ dan ‘Vendetta’ dikerahkan ke garis depan untuk menghadapi pasukan Sekutu yang mendarat di pantai Anzio yang bermaksud menjepit pasukan Jerman yang beroperasi di Monte Cassino dan maju menuju ke Roma. Selama pertempuran pertama mereka, para prajurit SS pimpinan Waffen-Obersturmbannführer der SS Carlo Frederico degli Oddi itu bertempur dengan gagah berani dan dapat bertahan selama 70 hari. Selama pertempuran dahsyat itu, kedua batalyon tersebut kehilangan 340 dari 650 orang anggotanya!

Keberanian dan baiknya penampilan kedua batalyon SS tersebut membuat 22 orang anggotanya mendapatkan Eisernes Kreuz sementara 50 orang memperoleh kenaikan pangkat. Selain itu, 210 orang anggota kedua batalyon Italia yang selamat memperoleh hak istimewa dari Himmler pribadi untuk mengenakan sulaman kerah hitam SS sebagai ganti sulaman merah Italia mereka.

Setelah Roma jatuh ke tangan Sekutu pada awal Juni 1944, unit-unit SS Italia dipindahkan ke Italia baratdaya. Mereka terutama bertugas melawan kaum gerilyawan Italia di lembah Germanasca dan Gunung Orisiera.

Pada bulan September 1944. Militizia Armada Partai Fasis Italia digabungkan ke dalam Waffen-SS sehingga brigade SS Italia itu memperoleh nama baru, 9.Waffen-Grenadier Brigade der SS (Italienische Nr.1). Namun unit-unitnya begitu tersebar dalam kelompok-kelompok kecil yang memerangi gerilyawan.

Di bawah komandannya yang baru, SS-Standartenführer Gustav Lombard, unit-unit Waffen-SS Italia berpartisipasi dalam berbagai operasi anti-partisan melawan “Benteng Vinadio” kaum gerilyawan di dekat Turin bersama-sama dengan Brigade RSI ke-11 ‘Nera’. Sementara itu, Batalyon SS ‘Debica’ menjadi bagian dari SS-Kampfgruppe ‘Binz’ untuk menjaga lembah Trebbia.

Pada bulan April 1945, brigade SS Italia dinamakan kembali sebagai 29.Waffen-Grenadier-Division der SS (Italienische Nr.1). mereka menghabiskan sebagian besar sisa perang dengan memerangi gerilyawan. Para anggotanya yang tidak beruntung dan jatuh ke tangan kaum gerilyawan biasanya dieksekusi oleh penangkapnya setelah diadili di berbagai ‘Komite Pembebasan Nasional’ di Canzo dan Asso.

Pada akhir perang, Resimen ‘Debica’ (salah satu resimen yang membentuk divisi Waffen-SS Italia ini) menyerah kepada pasukan Amerika di Gorgonzola pada tanggal 29 April 1945. Tiga hari kemudian, rekannya, Resimen ‘Vendetta’, juga menyerah kepada pasukan Amerika setelah berteriak meratap “berjuang hingga akhir!”


Sumber :
Buku “Der Freiwillige; Kisah-Kisah Sukarelawan Asing Dalam Tentara Hitler” karya Nino Oktorino (produksi Gaco Books)



No comments:

Post a Comment