PERTEMPURAN STALINGRAD, TITIK BALIK PERANG DI FRONT TIMUR
FOTO PERTEMPURAN STALINGRAD
DAFTAR PERAIH RITTERKREUZ DALAM PERTEMPURAN STALINGRAD
NASIB PERWIRA DAN PRAJURIT JERMAN DI STALINGRAD
SURAT-SURAT TERAKHIR DARI STALINGRAD
FILM STALINGRAD (1993)
MINIATUR PERTEMPURAN STALINGRAD
PATUNG BADAN TENTARA JERMAN DARI STALINGRAD
Staff 6. Armee :
1. Generalfeldmarschall Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber) : menyerah 31 Januari 1943
2. Generalleutnant Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes) : menyerah 31 Januari 1943
3. Generalstabsarzt Prof.Dr.-med. Otto Renoldi (Armeearzt) : menyerah 24 Januari 1943
4. Oberst Hans-Günther van Hooven (Nachrichtenführer) : menyerah 31 Januari 1943
Komandan Armeekorps :
1. General der Pioniere Erwin Jaenecke (IV. Armeekorps) : terbang keluar 21 Januari 1943
2. General der Artillerie Max Pfeffer (IV. Armeekorps) : menyerah 31 Januari 1943
3. Generaloberst Walter Heitz (VIII. Armeekorps) : menyerah 31 Januari 1943
4. General der Infanterie Karl Strecker (XI. Armeekorps) : menyerah 2 Februari 1943
5. General der Artillerie Walther von Seydlitz-Kurzbach (LI.Armeekorps) : menyerah 31 Januari 1943
6. General der Panzertruppe Hans Hube (XIV. Panzerkorps) : terbang keluar 19 Januari 1943
7. Generalleutnant Helmuth Schlömer (XIV. Panzerkorps) : menyerah 29 Januari 1943
Komandan Divisi :
1. Oberst i.G. Jobst Freiherr von Hanstein (3. Infanterie-Division) : menyerah 28 Januari 19432. Generalmajor Hans-Georg Leyser (29. Infanterie-Division) : menyerah 31 Januari 1943
3. Generalleutnant Heinrich Deboi (44. Infanterie-Division) : menyerah 31 Januari 1943
4. Generalmajor Hans-Adolf von Arenstorff (60. Infanterie-Division) : menyerah 2 Februari 1943
5. General der Infanterie Alexander von Hartmann (71. Infanterie-Division) : gugur 26 Januari 1943
6. Generalmajor Fritz Roske (71. Infanterie-Division) : menyerah 31 Januari 1943
7. Generalleutnant Carl Rodenburg (76. Infanterie-Division) : menyerah 31 Januari 1943
8. Generalleutnant Richard von Schwerin (79. Infanterie-Division) : terbang keluar 9 Januari 1943
9. Generalleutnant Georg Pfeiffer (94. Infanterie-Division) : terbang keluar 11 Desember 1942
10. Generalleutnant Hans-Heinrich Sixt von Armin (113. Infanterie-Division) : menyerah 2 Februari 1943
11. Generalmajor Otto Korfes (295. Infanterie-Division) : menyerah 31 Januari 1943
12. Generalmajor Moritz von Drebber (297. Infanterie-Division) : menyerah 25 Januari 1943
13. Generalmajor Bernhard Steinmetz (305. Infanterie-Division) : terbang keluar 8 Januari 1943
14. Oberst Dr. Ing. Albrecht Czimatis (305. Infanterie-Division) : menyerah 2 Februari 1943
15. Generalleutnant Richard Stempel (371. Infanterie-Division) : bunuh diri 26 januari 1943
16. Generalleutnant Alexander Edler von Daniels (376. Infanterie-Division) : menyerah 29 januari 1943
17. Generalleutnant Eccard von Gablenz (384.Infanterie-Division) : terbang keluar 4 Desember 1942
18. Generalmajor Erich Magnus (389. Infanterie-Division) : menyerah 2 Februari 1943
19. Generalmajor Martin Lattmann (389. Infanterie-Division) : menyerah 2 Februari 1943
20. Generalleutnant Walter Sanne (100. Jäger-Division) : menyerah 31 Januari 1943
21. Oberst Günther Ludwig (14. Panzer-Division) : menyerah 31 Januari 1943
22. Generalleutnant Günther Angern (16. Panzer-Division) : bunuh diri 2 Februari 1943
23. Generalleutnant Arno von Lenski (24. Panzer-Division) : menyerah 2 Februari 1943
24. Generalleutnant Wolfgang Pickert (9. Flak-Division) : terbang keluar 12 Januari 1943
25. Oberst Wilhelm Wolff (9. Flak-Division) : menyerah 31 Januari 1943
26. Oberstleutnant i.G. Richard Haizmann (9. Flak-Division) : menyerah 2 Februari 1943
Komandan Resimen :
1. Generalmajor Erich Grosse (Grenadier-Regiment 276) : gugur 1 Desember 1942
2. Generalmajor Bruno Chrobeck (Grenadier-Regiment 672) : gugur 10 Desember 1942
Komandan Artileri :
1. Generalmajor Ulrich Vassoll (Arko 144 / IV.Armeekorps) : menyerah 31 Januari 1943
2. Generalmajor Hans Wulz (Arko 153 / LI.Armeekorps) : menyerah 31 Januari 1943
3. Generalmajor Richard Lepper (Arko 6 / XI.Armeekorps) : menyerah 2 Februari 1943
Komandan Rumania :
1. General de divizie Nicolae Mazarini (Diviziei 5 Infanterie) : menyerah 22 Desember 1942
2. General de divizie Mihail Lascăr (Diviziei 6 Infanterie) : menyerah 22 Desember 1942
3. General de divizie Traian Stănescu (Diviziei 6 Infanterie) : menyerah 24 Desember 1942
4. General de brigadă Savu Nedelea (Diviziei 11 Infanterie) : menyerah 21 Desember 1942
5. General de divizie Ioan Sion (Diviziei 15 Infanterie) : gugur 24 November 1942
6. General de divizie Nicolae Tătăranu (Diviziei 20 Infanterie) : terbang keluar 19 Januari 1943
7. General de brigadă Romulus Dimitrescu (Diviziei 20 Infanterie) : menyerah 2 Februari 1943
8. General de brigadă Constantin Brătescu (Diviziei 1 Kavallerie) : menyerah 31 Januari 1943
* * * * * * *
Statistik :
1. 30 jenderal menyerahkan diri - 24 Jerman dan 6 Rumania
2. 8 jenderal berhasil terbang keluar - 7 Jerman dan 1 Rumania
3. 4 jenderal gugur dalam pertempuran - 3 Jerman dan 1 Rumania
4. 2 jenderal Jerman bunuh diri
Jenderal Jerman yang menyerahkan diri :
Generalfeldmarschall 1
Generaloberst 1
General der 3
Generalleutnant 9
Generalmajor 11
Jenderal Jerman yang berhasil terbang keluar :
General der 2
Generalleutnant 4
Generalmajor 1
Jenderal Jerman yang gugur dalam pertempuran :
General der 1
Generalmajor 2
Jenderal Jerman yang bunuh diri :
Generalleutnant 2
----------------------------------------------------------------------
Generalfeldmarschall
Friedrich Paulus (23 September 1890 – 1 Februari 1957) mengawali karir
militernya bulan Februari 1910 sebagai kadet perwira di
Infanterie-Regiment 111 setelah sebelumnya mencoba masuk Kaiserliche
Marine tapi gagal. Dia menghabiskan sebagian besar Perang Dunia Pertama
sebagai perwira staff di berbagai posisi. Setelahnya Paulus menjadi
salah satu dari hanya 4.000 perwira yang bergabung dengan Reichswehr.
Disini pun dia tetap menjabat sebagai perwira staff, bahkan setelah
menjadi jenderal dan ikut berpartisipasi dalam Perang Dunia II. Dia
diangkat sebagai Oberbefehlshaber 6. Armee tanggal 1 Januari 1942 dan
tak lama telah memimpin pasukannya menuju Stalingrad. Pada awalnya 6.
Armee mengepung pasukan Soviet yang bertahan, tapi kemudian mereka balik
dikepung oleh pasukan Soviet lain yang menyerbu dari luar. Meskipun
kepungan musuh semakin menyempit dan para jenderalnya memohon untuk
membebaskan diri, tapi paulus keukeuh tinggal di Stalingrad karena takut
menyalahi perintah Hitler yang memerintahkannya untuk bertahan sembari
menjanjikan bantuan dari darat dan udara. Pada akhirnya semuanya hanya
janji belaka, dan pada tanggal 31 Januari dia dan sebagian besar dari
91.000 orang pasukannya menyerahkan diri ke tangan Rusia. Di hari yang
sama Hitler memberinya pangkat Generalfeldmarschall sebagai isyarat
kepada sang jenderal untuk bunuh diri karena tidak pernah ada dalam
sejarahnya marsekal Jerman yang tertangkap hidup-hidup oleh musuh! Di
dalam penjara Paulus malah menjadi tokoh vokal penentang Hitler dan
bergabung dengan Nationalkomitee Freies Deutschland yang disponsori oleh
Soviet, dan seusai perang dia tinggal di Jerman Timur sampai akhir
hayatnya. Medali dan penghargaan yang diraihnya di antaranya adalah:
1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (21 September 1939) dan
I.Klasse (27 September 1939); serta Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (26
Agustus 1942) mit Eichenlaub #178 (15 Januari 1943). BTW, foto di atas
diambil tanggal 31 Januari 1943 saat dia menyerahkan diri di Stalingrad
General
der Artillerie Walter von Seydlitz-Kurzbach (22 Agustus 1888 – 28 April
1976) bertempur di dua front (Barat dan Timur) dalam Perang Dunia
Pertama. Dia tetap menjadi perwira profesional selama masa Reichswehr.
Dari tahun 1940-1942 Seydlitz-Kurzbach menjadi komandan 12.
Infanterie-Division dan berperan besar dalam terobosan keluar Wehrmacht
dari pengepungan Soviet di Demjansk. Dalam Pertempuran Stalingrad dia
menjadi Kommandierender General LI. Armeekorps. Dia merupakan salah satu
perwira tinggi Jerman yang ngotot untuk menerobos kepungan musuh
meskipun secara terang-terangan melanggar perintah Hitler. Ketika
Oberbefehlshaber 6. Armee Generalfeldmarschall Friedrich Paulus
memecatnya, Seydlitz-Kurzbach melarikan diri bersama dengan beberapa
orang perwira Jerman di tengah berondongan peluru dari pihaknya sendiri!
Dia ditangkap Rusia, dan tak lama kemudian telah menjadi kolaboratornya
yang paling setia dengan menjadi anggota Nationalkomitee Freies
Deutschland, organisasi anti-Nazi yang anggota-anggotanya diambil dari
tawanan Jerman di kamp Soviet. Akibatnya, Seydlitz-Kurzbach seakan
menjadi Vlasov-nya Nazi, dan keberadaannya dimanfaatkan oleh propaganda
Rusia semaksimal mungkin. Ironisnya, sesuai perang dia didakwa oleh tuan
barunya Soviet atas tuduhan kejahatan perang terhadap tawanan Rusia
sewaktu menjadi jenderal Wehrmacht! Medali dan penghargaan yang
diraihnya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (19 September 1914) dan
I.Klasse (21 Oktober 1915); 1914 Verwundetenabzeichen in Silber;
Ritterkreuz mit Schwertern des Königlichen Hausordens von Hohenzollern
(16 Oktober 1918); Hamburgisches Hanseatenkreuz; Ehrenkreuz für
Frontkämpfer 1914/1918; Wehrmacht-Dienstauszeichnung I.Klasse 25-jährige; 1939
spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (17 Mei 1940) dan I.Klasse (22
Mei 1940); serta Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (15 Agustus 1940) mit
Eichenlaub #54 (31 Desember 1941). Foto di atas diambil tak lama setelah
Seydlitz-Kurzbach menyerahkan diri, dimana dia mengenakan topi bulu
ushanka tebal khas Rusia, dan tak ada satu pun medali era Perang Dunia
II yang dia kenakan!
General der Infanterie Karl Strecker (20 September 1884 - 10 April 1973) dalam sebuah foto yang dipublikasikan pada bulan Februari 1943, bulan dimana dia - bersama dengan pasukan Jerman lainnya dari 6. Armee - menyerah pada pihak Soviet di reruntuhan Stalingrad (Strecker adalah Komandan-Jenderal XI. Armeekorps selama berlangsungnya pertempuran di kota tersebut). Setelah sisa-sisa 6. Armee secara berangsur-angsur menyerahkan diri dari tanggal 8 Januari s/d 1 Februari 1943, Jenderal Strecker mengorganisasi pertahanan Jerman terakhir di pabrik traktor Dhzreshinsky bersama dengan korpsnya - yang tinggal tersisa beberapa ribu orang - dalam menahan serbuan terus-menerus pasukan komunis selama dua hari penuh. Pihak Jerman benar-benar kalah segalanya, apalagi dengan kondisi banyak prajurit yang kelaparan serta keterbatasan amunisi dan air yang akut (kecuali salju yang mencair yang bisa dijadikan sebagai air minum dadakan). Dengan hanya mengandalkan senjata genggam, granat atau bayonet - dan di beberapa kasus dengan menggunakan potongan metal dari pabrik sebagai pengganti bayonet - mereka masih dapat membendung beberapa kali serangan Tentara Merah, dan menyebabkan musuh menderita jumlah korban yang tidak sedikit pula. Tapi kenyataan yang tak bisa dihindari adalah: garnisun Jerman terkepung dari segala penjuru, sementara kondisi semakin memburuk seiring dengan bertambahnya waktu. Tentara yang mati tetap berada di tempat mereka gugur, sementara yang terluka kemudian ikut mati pula karena kelaparan serta udara dingin. Pertempuran kemudian berlanjut menjadi duel satu lawan satu, dengan pihak Jerman kini hanya mengandalkan potongan metal serta batu sebagai alat pertahanan terakhir mereka! Strecker tinggal mempunyai satu buah radio sebagai jalur komunikasi ke dunia luar. Dari situ pula dia mengetahui tentang promosinya menjadi Generaloberst serta pidato Hitler yang berapi-api agar setiap prajurit Jerman melaksanakan tugas historis mereka dengan penuh kesungguhan - sesuatu yang persis sedang mereka lakukan saat itu! Sementara itu, pihak Rusia terus menyerang dengan artileri, tank dan mortir. Pada tanggal 2 Februari 1943 pukul 08:40 pihak yang bertahan mengeluarkan pesan terakhir mereka, dan pada pukul 09:00 semua perlawanan terhenti. Hanya beberapa orang dari wilayah pabrik Dhzreshinsky yang digelandang sebagai tawanan, sementara sisanya telah musnah. Strecker kemudian ditahan di Uni Soviet dengan status sebagai penjahat perang sampai dengan tahun 1955. Klaim Strecker setelahnya bahwa dia pernah dipromosikan menjadi Generaloberst berdasarkan pengumuman dari radio (Funkspruch) masih diperdebatkan kebenarannya, karena tidak ada bukti tertulis yang valid sebagai bahan pendukung
Generalstabsarzt Prof.Dr.-med. Otto Renoldi (9 Oktober 1886 - 1 April 1967) adalah anak dari pasangan Dr.med. Wilhelm Renoldi dan Elisabeth Piekenbrock yang kemudian meniti karir sebagai perwira medis di militer Jerman. Dia memulai karirnyza dari sejak tanggal 1 Oktober 1908 dan ikut berpartisipasi dalam Perang Dunia I sebagai Unterarzt. Pada tanggal 1 Oktober 1936 dia dipromosikan menjadi Oberstarzt sekaligus Divisionsarzt di 36. Infanterie-Division. Dalam Perang Dunia II Renoldi sudah menjabat sebagai Korpsarzt XXII. Armeekorps (27 Januari 1939 - 16 November 1940), dilanjutkan dengan Panzergruppenarzt Panzergruppe 1 (16 November 1940 - 15 Februari 1941), Armeearzt 1. Panzerarmee (6 Maret 1942 - 10 Februari 1942), dan Armeearzt 6. Armee (20 September 1942 - 24 Januari 1943). Dia dipromosikan menjadi Generalarzt (setingkat Generalmajor) pada tanggal 1 November 1940 dan Generalstabsarzt (setingkat Generalleutnant) tanggal 1 November 1942. Renoldi menyerahkan diri pada pasukan Rusia di dekat lapangan udara Stalingradski pada tanggal 24 januari 1943 (tampaknya dia tersesat saat berusaha melarikan diri dari gerak maju Tentara Merah), dan tercatat sebagai jenderal Jerman pertama yang menyerah di Stalingrad! Medali dan penghargaan yang diraihnya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse; Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918; 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse; 1939 Eisernes Kreuz I.Klasse; serta Kriegsverdienstkreuz II.Klasse und I.Klasse mit Schwertern. Dalam kehidupan pribadinya, Renoldi menikah dengan Franziska Margarete Steber pada tanggal 10 Agustus 1939 saat usianya sudah menginjak 42 tahun! Pasangan ini tidak dikaruniai keturunan
General der Infanterie Karl Strecker (20 September 1884 - 10 April 1973) dalam sebuah foto yang dipublikasikan pada bulan Februari 1943, bulan dimana dia - bersama dengan pasukan Jerman lainnya dari 6. Armee - menyerah pada pihak Soviet di reruntuhan Stalingrad (Strecker adalah Komandan-Jenderal XI. Armeekorps selama berlangsungnya pertempuran di kota tersebut). Setelah sisa-sisa 6. Armee secara berangsur-angsur menyerahkan diri dari tanggal 8 Januari s/d 1 Februari 1943, Jenderal Strecker mengorganisasi pertahanan Jerman terakhir di pabrik traktor Dhzreshinsky bersama dengan korpsnya - yang tinggal tersisa beberapa ribu orang - dalam menahan serbuan terus-menerus pasukan komunis selama dua hari penuh. Pihak Jerman benar-benar kalah segalanya, apalagi dengan kondisi banyak prajurit yang kelaparan serta keterbatasan amunisi dan air yang akut (kecuali salju yang mencair yang bisa dijadikan sebagai air minum dadakan). Dengan hanya mengandalkan senjata genggam, granat atau bayonet - dan di beberapa kasus dengan menggunakan potongan metal dari pabrik sebagai pengganti bayonet - mereka masih dapat membendung beberapa kali serangan Tentara Merah, dan menyebabkan musuh menderita jumlah korban yang tidak sedikit pula. Tapi kenyataan yang tak bisa dihindari adalah: garnisun Jerman terkepung dari segala penjuru, sementara kondisi semakin memburuk seiring dengan bertambahnya waktu. Tentara yang mati tetap berada di tempat mereka gugur, sementara yang terluka kemudian ikut mati pula karena kelaparan serta udara dingin. Pertempuran kemudian berlanjut menjadi duel satu lawan satu, dengan pihak Jerman kini hanya mengandalkan potongan metal serta batu sebagai alat pertahanan terakhir mereka! Strecker tinggal mempunyai satu buah radio sebagai jalur komunikasi ke dunia luar. Dari situ pula dia mengetahui tentang promosinya menjadi Generaloberst serta pidato Hitler yang berapi-api agar setiap prajurit Jerman melaksanakan tugas historis mereka dengan penuh kesungguhan - sesuatu yang persis sedang mereka lakukan saat itu! Sementara itu, pihak Rusia terus menyerang dengan artileri, tank dan mortir. Pada tanggal 2 Februari 1943 pukul 08:40 pihak yang bertahan mengeluarkan pesan terakhir mereka, dan pada pukul 09:00 semua perlawanan terhenti. Hanya beberapa orang dari wilayah pabrik Dhzreshinsky yang digelandang sebagai tawanan, sementara sisanya telah musnah. Strecker kemudian ditahan di Uni Soviet dengan status sebagai penjahat perang sampai dengan tahun 1955. Klaim Strecker setelahnya bahwa dia pernah dipromosikan menjadi Generaloberst berdasarkan pengumuman dari radio (Funkspruch) masih diperdebatkan kebenarannya, karena tidak ada bukti tertulis yang valid sebagai bahan pendukung
Generalstabsarzt Prof.Dr.-med. Otto Renoldi (9 Oktober 1886 - 1 April 1967) adalah anak dari pasangan Dr.med. Wilhelm Renoldi dan Elisabeth Piekenbrock yang kemudian meniti karir sebagai perwira medis di militer Jerman. Dia memulai karirnyza dari sejak tanggal 1 Oktober 1908 dan ikut berpartisipasi dalam Perang Dunia I sebagai Unterarzt. Pada tanggal 1 Oktober 1936 dia dipromosikan menjadi Oberstarzt sekaligus Divisionsarzt di 36. Infanterie-Division. Dalam Perang Dunia II Renoldi sudah menjabat sebagai Korpsarzt XXII. Armeekorps (27 Januari 1939 - 16 November 1940), dilanjutkan dengan Panzergruppenarzt Panzergruppe 1 (16 November 1940 - 15 Februari 1941), Armeearzt 1. Panzerarmee (6 Maret 1942 - 10 Februari 1942), dan Armeearzt 6. Armee (20 September 1942 - 24 Januari 1943). Dia dipromosikan menjadi Generalarzt (setingkat Generalmajor) pada tanggal 1 November 1940 dan Generalstabsarzt (setingkat Generalleutnant) tanggal 1 November 1942. Renoldi menyerahkan diri pada pasukan Rusia di dekat lapangan udara Stalingradski pada tanggal 24 januari 1943 (tampaknya dia tersesat saat berusaha melarikan diri dari gerak maju Tentara Merah), dan tercatat sebagai jenderal Jerman pertama yang menyerah di Stalingrad! Medali dan penghargaan yang diraihnya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse; Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918; 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse; 1939 Eisernes Kreuz I.Klasse; serta Kriegsverdienstkreuz II.Klasse und I.Klasse mit Schwertern. Dalam kehidupan pribadinya, Renoldi menikah dengan Franziska Margarete Steber pada tanggal 10 Agustus 1939 saat usianya sudah menginjak 42 tahun! Pasangan ini tidak dikaruniai keturunan
Generalleutnant
Heinrich-Anton Deboi (6 April 1893 - 20 Januari 1955) masuk ketentaraan
sebagai Fähnrich di 2. Infanterie-Regiment "Kronprinz" tanggal 6 Juli
1912. Dia ikut berpartisipasi dalam Perang Dunia Pertama di Front Barat
dan mendapatkan beberapa medali sebagai penghargaan atas kontribusinya.
Di masa Reichswehr dia menjabat sebagai komandan kompi di
Infanterie-Regiment 19, sementara ketika perang pecah kembali tahun
1939, Deboi sudah menjadi komandan resimen di 57. Infanterie-Division.
Jabatan ini terus dipegangnya sampai tanggal 30 Januari 1942 ketika dia
diangkat sebagai komandan sementara 44. Infanterie-Division. Pada
tanggal 1 Mei 1942 Deboi ditunjuk sebagai komandan 295.
Infanterie-Division, tapi hanya berselang sehari kemudian dia dibalikkan
lagi sebagai komandan tetap 44. Infanterie-Division! Divisinya
merupakan bagian dari 6. Armee dan karenanya ikut serta dalam
Pertempuran Stalingrad. Di pertempuran yang super brutal ini divisinya
hancur lebur (begitu juga sebagian besar divisi 6. Armee lainnya), tapi
kepahlawanan Deboi membuatnya dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen
Kreuzes tanggal 10 September 1942 sebagai Generalmajor dan Kommandeur
44.Infanterie-Division / LI.Armeekorps / 6.Armee / Heeresgruppe B. Deboi
dan banyak perwira tinggi Wehrmacht lainnya ditangkap oleh pasukan
Soviet di neraka Stalingrad tanggal 28 Januari 1943. Dia meninggal dalam
tahanan bulan Januari 1955 (versi lain 5 Juli 1955) di rumah sakit kamp
#48 Černcy akibat dari Uremia. Jenazahnya kemudian dikuburkan di
Ležnevo (Černcy). Medali dan penghargaan lain yang diterimanya:
Bayerische Militär-Verdienst-Orden IV. Klasse mit Schwertern; 1914
Eisernes Kreuz II.Klasse; 1914 Eisernes Kreuz I.Klasse;
Verwundetenabzeichen 1918 in Silber; Ehrenkreuz für Frontkämpfer
1914/1918; Wehrmacht-Dienstauszeichnungen 1939 spange zum 1914 Eisernes
Kreuz II.Klasse; 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz I.Klasse; Medaille
Winterschlacht im Osten 1941/42 (Ostmedaille); serta Deutsches Kreuz in
Gold (21 Februari 1942). BTW. foto ini diambil saat menyerahnya Deboi ke
tangan Rusia tanggal 28 Januari 1943, tapi anehnya dia tidak mengenakan
medali Ritterkreuz di lehernya!
Generalmajor
Dr.rer.pol. Otto Korfes (23 November 1889 - 24 Agustus 1964)
adalah anak pastor yang memilih jalur militer sebagai pilihan karirnya dengan menjadi Fahnenjunker di 3. Magdeburgische Infanterie-Regiment Nr. 66 tanggal 17 Maret 1909. Dia bertempur secara khusus di Front Barat dalam perang Dunia I dan kemudian meneruskan karir di Reichswehr pada tahun 1920. Korfes meneruskan studi doktoratnya di bidang Sosial-Politik dan lulus pada tahun 1923. Setelah sempat bekerja di Reichsarchiv Potsdam (dan menikahi putri pimpinannya!), Korfes masuk kembali ke Wehrmacht yang baru diaktifkan pada tanggal 1 Juni 1935 sebagai Major der Reserve. Jenjang karirnya semakin meningkat, dan begitu juga pangkatnya: Komandan Batalyon tahun 1937, Komandan Resimen tahun 1938, dan Komandan Divisi tahun 1942. Dia dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes dalam Pertempuran Stalingrad pada tanggal 22 Januari
1943 sebagai Generalmajor dan Kommandeur 295.Infanterie-Division /
LI.Armeekorps / 6.Armee / Heeresgruppe Don. Hanya beberapa hari kemudian (31 Januari 1943), Korfes menyerahkan diri pada pasukan Rusia yang mengepung kota tersebut. Dalam tahanan dia berbalik berkhianat terhadap tanah airnya dengan menjadi anggota organisasi anti-Nazi berhaluan komunis, Nationalkomitee Freies Deutschland (NKFD). Setelah Perang Dunia II usai dia bertugas di Kasernierte Volkspolizei (KVP) Jerman Timur - yang merupakan cikal-bakal Nationale Volksarmee (NVA) - dari tanggal 1 Oktober 1952 s/d 31 Maret 1956. Medali dan penghargaan lain
yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (1916) und I.Klasse
(1916); Ritterkreuz des Königlicher Preußen Hausordens von Hohenzollern
mit Schwertern; Braunschweig Kriegsverdienstkreuz mit
Bewarungsabzeichen; Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918;
Wehrmacht-Dienstauszeichnung; Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober
1938; Cruces del Mérito Militar (Spanyol); 1939 spange zum 1914 Eisernes
Kreuz II.Klasse und I.Klasse; Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42
(1942); serta Deutsches Kreuz in Gold (11 Januari 1942). Korfes juga
mendapatkan medali khusus selama masa baktinya di Jerman Timur:
Vaterländischer Verdienstorden der DDR in Silber 1959 anlässlich seines
70. Geburtstages; Ernst-Moritz-Arndt-Medaille 1957; dan Medaille für
Kämpfer gegen den Faschismus 1933 bis 1945
Generalmajor
Erich Magnus (31 Juli 1892 - 6 Agustus 1979) pertama kali bergabung
dengan Angkatan Darat Kekaisaran Jerman pada tanggal 1 April 1911. Dia
ikut bertempur dalam Perang Dunia Pertama dan kemudian meneruskan
karirnya di Reichswehr dan Wehrmacht. Pada saat Perang Dunia II pecah
pada bulan September 1939, Magnus sudah berpangkat Oberstleutnant dan
Kommandeur III.Bataillon / Infanterie-Regiment 12, yang dilanjutkan
jabatan sebagai Kommandeur Infanterie-Regiment 131 (28 Oktober 1939 - 9
Juli 1940), Kommandeur Lehr-Abteilung II in der Infanterieschule (9
Agustus 1940 - 15 Juni 1942), dan Kommandeur Schule V für
Offizieranwärter in der Infanterieschule Döberitz (15 Juni 1942 - 1
Agustus 1942). Pada tanggal 1 Oktober 1942 dia dipromosikan menjadi
Generalmajor dan kemudian pada tanggal 1 November 1942 diangkat sebagai
Kommandeur 389. Infanterie-Division yang sedang bertempur melawan
Tentara Merah di Stalingrad. Ternyata kondisi pertempuran yang berat
tidak cocok untuk Magnus, dan tak lama kemudian dia menderita keruntuhan
mental (nervous breakdown) pada awal bulan Januari 1943 sehingga
posisinya sebagai Divisionskommandeur digantikan oleh Generalmajor
Martin Lattmann (yang juga rangkap jabatan sebagai Komandan 14.
Panzer-Division). Beberapa sumber menyebutkan bahwa Magnus bahkan
pura-pura sakit agar bisa diterbangkan keluar dari Stalingrad yang
terkepung! Pada akhirnya dia tetap tinggal di kota tersebut, dan
kemudian ditangkap oleh tentara Soviet bersama dengan sebagian besar
pasukan Wehrmacht lainnya dari 6. Armee setelah kejatuhan kantong utara
Stalingrad pada tanggal 2 Februari 1943. Dalam kamp tawanan, Magnus
ditawari untuk bergabung dengan Nationalkomitee Freies Deutschland
(NKFD), sebuah organisasi anti-Nazi yang dibentuk oleh Soviet untuk para
tawanan Jerman berpangkat tinggi, tapi dia menolak dengan keras
sehingga baru dilepaskan dari kamp tawanan pada tanggal 6 Oktober 1955
setelah menjadi tawanan selama 12,5 tahun! Istri tercintanya meninggal
saat dia berada dalam penjara, dan dia menikah lagi pada tahun 1957
serta tinggal bersama dengan istri barunya di Hamburg. Mereka berdua
terkenal sebagai penyuka musik dan merupakan pengunjung setia Hamburger
Staatsopera. Medali dan penghargaan yang diterimanya: 1914 Eisernes
Kreuz II.Klasse (12 Juni 1917) und I.Klasse (3 Juli 1918);
Verwundetenabzeichen 1918 in Schwarz; Ritterkreuz des königlichen
Hausordens von Hohenzollern mit Schwertern (20 Agustus 1918); Hamburg
Hanseatenkreuz; Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918;
Dienstauszeichnung der Wehrmacht IV.Klasse bis I.Klasse - 25 Jahre (Juli
1938); serta 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse
Oberst
Hans-Günther van Hooven (27 Oktober 1896 - 7 September 1964) berasal
dari keluarga pegawai negeri yang kemudian bergabung dengan militer
Jerman sebagai sukarelawan pada awal Perang Dunia I. Di akhir perang
(1918), Oberleutnant Hooven memutuskan untuk berkarir di bidang
ekspedisi barang dan melanjutkan pendidikannya di universitas. Pada
tahun 1935 dia bergabung kembali dengan Wehrmacht sebagai Hauptmann.
Pada tanggal 28 Desember 1942 Oberst Hooven diangkat sebagai
Nachrichtenführer 6. Armee yang saat itu sedang bertempur mati-matian
melawan Tentara Merah di Stalingrad. Untuk menghargai jasa-jasanya
sebagai Kepala Sandi dan Intelijen, Hooven dianugerahi Deutsches Kreuz
in Silber pada tanggal 25 Januari 1943. Bersama dengan puluhan ribu
prajurit Jerman lainnya yang terperangkap di Stalingrad, Hooven
menyerahkan diri pada pasukan Rusia pada tanggal 31 Januari 1943.
Kemarahannya pada strategi Hitler dalam masalah Stalingrad yang
dianggapnya sebagai blunder membuat dia, dan beberapa perwira tinggi
Wehrmacht lainnya, membentuk "Bundes deutscher Offiziere" (Persatuan
Perwira Jerman) pada bulan September 1943 yang merupakan organisasi
anti-Nazi yang anggota-anggotanya diambil dari
tawanan Jerman di kamp Soviet. Seusai perang Hooven tinggal di Jerman
Timur sampai dengan akhir hayatnya. Medali dan penghargaan lain yang
diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse; Ehrenkreuz für
Frontkämpfer 1914/1918; Verwundetenabzeichen; Medaille Winterschlacht im
Osten 1941/42 (1942); serta Kriegsverdienstkreuz II.Klasse und I.Klasse
mit Schwertern
Unteroffizier Heimo Nussbaumer dari 5.Staffel / II.Gruppe / Kampfgeschwader 76 (KG 76) menceritakan tentang kisahnya di Stalingrad: "Staffel kami bermarkas di aerodrome lapangan di Tazinskaya. Dengan menggunakan pesawat-pesawat Junkers Ju 88, kebanyakan kami dikirim untuk melakukan misi pengeboman dengan target-target besar seperti pabrik traktor, elevator gandum raksasa, "unit anti pesawat udara wanita" di deretan pulau di sungai Volga, dan ferry-ferry penyeberangan di malam hari. Di waktu kemudian kami mengetahui bahwa pihak Rusia telah membangun sebuah jembatan penyeberangan bawah air melintasi Volga (aku sendiri tak pernah melihatnya, karena itu adalah sesuatu yang mustahil di perairan yang coklat berlumpur dan sangat deras seperti sungai tersebut!). Sebagai seorang gunner, aku tidak hanya bertanggungjawab atas penanganan senapan mesin, tapi juga sebagai mekanik udara dan fotografer target. Untuk tugas terakhir, aku dilengkapi dengan kamera khusus berlensa tele 75mm yang dapat mengambil 13 foto perdetik, meskipun bukan sebuah kamera film. Seringkali terjadi bahwa tak ada yang bisa diambil gambar di Stalingrad yang terkepung karena begitu pekatnya asap hasil pengeboman serta bekas pertempuran yang terus menerus terjadi. Kami hanya pernah menyerang target spesifik secara terbatas sebanyak satu kali, yang nyaris dibayar dengan jiwa kami. Pada saat itu kami tak dapat melepaskan bom karena target yang tersedia tak sepenuhnya tercakup dalam visor penjejak, sehingga "sang pelatih" (pilot) harus mengerahkan segenap kemampuannya untuk menukik tajam demi mendapatkan hasil pengeboman seakurat mungkin, yang berarti bahwa dibutuhkan lebih dari dua kali radius yang biasa dilakukan dalam waktu normal. Kalau saja pada waktu itu ketinggian air di Volga tidak berada 30 meter di bawah dataran kota, kami sudah pasti melayang menabrak daratan (kecepatan tukik sekitar 700km perjam)."
Unteroffizier
Heinrich Schlapp adalah bintara dari Artillerie-Regiment 389 /
389.Infanterie-Division yang ikut serta dalam penyerbuan ke pabrik
traktor Dzershinzky di Stalingrad pada tanggal 14 Oktober 1942. Dia,
yang selamat sampai akhir perang, mengenang: "Serangan besar-besaran
pada tanggal 14 Oktober akhirnya membuat kami bisa menguasai pabrik
traktor. Tidak kurang dari 60 pesawat Stuka menukik di depan kami.
Sirinenya, yang menimbulkan suara memekakkan telinga dan bisa
meruntuhkan mental, bisa terdengar sampai berjam-jam lamanya. Kami
hampir-hampir tak dapat bernafas karena tebalnya asap mesiu. Kami
akhirnya meraih target yang dibebankan sebelumnya: mencapai pinggiran
sungai Volga. Di depan gerbang masuk ke pabrik traktor terdapat patung
peringatan untuk pendirinya, Dzershinzky, dan bunga-bunga bertebaran di
kakinya. Setelah pertempuran mereda, aku mengambil beberapa bunga
tersebut dan lalu menyelipkannya kedalam surat yang kukirim ke kampung
halaman."
Para mantan perwira Armeeoberkommando 6 (AOK 6) dalam acara reuni yang diselenggarakan pada bulan Juni 1969 di Wiesbaden, Jerman. Semuanya pernah merasakan berada di neraka Stalingrad: beberapa dari mereka terbang meloloskan diri dari pengepungan Tentara Merah, sementara yang lainnya berhasil selamat dari bertahun-tahun tinggal di kamp tawanan Soviet. Dua orang dari mereka (Ullrich dan Hahn) bernasib lebih beruntung karena berhasil keluar dari Stalingrad sebelum kepungan dimulai di bulan November 1942. Dari kiri ke kanan: 1.Hans Leo Walter von Luttitz (IIb - 2. Adjutant 6. Armee), 2.Karl Schmid-Lossberg (Ia - 1. Generalstabsoffizier Höherer Artillerie-Kommandeur 310), 3.August Ullrich (Kommandant Hauptquartier-Kompanie 6. Armee), 4.Ina Selle (istri Herbert Selle), 5.Artur Neuman (III - Armeerichter 6. Armee), 6.Rolf Galler (Ic - Dolmetscher 6. Armee), 7.Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6. Armee), 8.Fritz Hahn (Deputi Ib - 2. Generalstabsoffizier 6. Armee), 9.Josef Linden (Offizier in Oberquartiermeister 6. Armee), 10.Dietrich Sewing (Luftwaffe verbindungsoffizier in der 6. Armee), 11.Otto Erich Purper (Adjudant Versorgungspersonal Stab 6. Armee), dan 12.Siegfried Blumke (Geheimdienstoffizier Nähkampfgruppe 7 / 6.Armee)
Para mantan perwira Armeeoberkommando 6 (AOK 6) dalam acara reuni yang diselenggarakan pada bulan Juni 1969 di Wiesbaden, Jerman. Semuanya pernah merasakan berada di neraka Stalingrad: beberapa dari mereka terbang meloloskan diri dari pengepungan Tentara Merah, sementara yang lainnya berhasil selamat dari bertahun-tahun tinggal di kamp tawanan Soviet. Dua orang dari mereka (Ullrich dan Hahn) bernasib lebih beruntung karena berhasil keluar dari Stalingrad sebelum kepungan dimulai di bulan November 1942. Dari kiri ke kanan: 1.Fritz Hahn (Deputi Ib - 2. Generalstabsoffizier 6. Armee), 2.Dietrich Sewing (Luftwaffe verbindungsoffizier in der 6. Armee), 3.Hans Leo Walter von Luttitz (IIb - 2. Adjutant 6. Armee), 4.Rolf Galler (Ic - Dolmetscher 6. Armee), 5.Karl Schmid-Lossberg (Ia - 1. Generalstabsoffizier Höherer Artillerie-Kommandeur 310), dan 6.August Ullrich (Kommandant Hauptquartier-Kompanie 6. Armee)
Para mantan perwira Armeeoberkommando 6 (AOK 6) dalam acara reuni yang diselenggarakan pada bulan Juni 1969 di Wiesbaden, Jerman. Semuanya pernah merasakan berada di neraka Stalingrad: beberapa dari mereka terbang meloloskan diri dari pengepungan Tentara Merah, sementara yang lainnya berhasil selamat dari bertahun-tahun tinggal di kamp tawanan Soviet. Dua orang dari mereka bernasib lebih beruntung karena berhasil keluar dari Stalingrad sebelum kepungan dimulai di bulan November 1942. Dari kiri ke kanan: 1.Josef Linden (Offizier in Oberquartiermeister 6. Armee), 2.Tamu tak dikenal (tidak ada dalam susunan perwira 6. Armee), 3.Artur Neuman (III - Armeerichter 6. Armee), 4.Tamu tak dikenal / Palter? (tidak ada dalam susunan perwira 6. Armee), 5.Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6. Armee), dan 6.Wilhelm Arnold (Armee-Nachrichtenführer 6. Armee)
----------------------------------------------------------------------
Para mantan perwira Armeeoberkommando 6 (AOK 6) dalam acara reuni yang diselenggarakan pada bulan Juni 1969 di Wiesbaden, Jerman. Semuanya pernah merasakan berada di neraka Stalingrad: beberapa dari mereka terbang meloloskan diri dari pengepungan Tentara Merah, sementara yang lainnya berhasil selamat dari bertahun-tahun tinggal di kamp tawanan Soviet. Dua orang dari mereka (Ullrich dan Hahn) bernasib lebih beruntung karena berhasil keluar dari Stalingrad sebelum kepungan dimulai di bulan November 1942. Dari kiri ke kanan: 1.Hans Leo Walter von Luttitz (IIb - 2. Adjutant 6. Armee), 2.Karl Schmid-Lossberg (Ia - 1. Generalstabsoffizier Höherer Artillerie-Kommandeur 310), 3.August Ullrich (Kommandant Hauptquartier-Kompanie 6. Armee), 4.Ina Selle (istri Herbert Selle), 5.Artur Neuman (III - Armeerichter 6. Armee), 6.Rolf Galler (Ic - Dolmetscher 6. Armee), 7.Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6. Armee), 8.Fritz Hahn (Deputi Ib - 2. Generalstabsoffizier 6. Armee), 9.Josef Linden (Offizier in Oberquartiermeister 6. Armee), 10.Dietrich Sewing (Luftwaffe verbindungsoffizier in der 6. Armee), 11.Otto Erich Purper (Adjudant Versorgungspersonal Stab 6. Armee), dan 12.Siegfried Blumke (Geheimdienstoffizier Nähkampfgruppe 7 / 6.Armee)
Para mantan perwira Armeeoberkommando 6 (AOK 6) dalam acara reuni yang diselenggarakan pada bulan Juni 1969 di Wiesbaden, Jerman. Semuanya pernah merasakan berada di neraka Stalingrad: beberapa dari mereka terbang meloloskan diri dari pengepungan Tentara Merah, sementara yang lainnya berhasil selamat dari bertahun-tahun tinggal di kamp tawanan Soviet. Dua orang dari mereka (Ullrich dan Hahn) bernasib lebih beruntung karena berhasil keluar dari Stalingrad sebelum kepungan dimulai di bulan November 1942. Dari kiri ke kanan: 1.Fritz Hahn (Deputi Ib - 2. Generalstabsoffizier 6. Armee), 2.Dietrich Sewing (Luftwaffe verbindungsoffizier in der 6. Armee), 3.Hans Leo Walter von Luttitz (IIb - 2. Adjutant 6. Armee), 4.Rolf Galler (Ic - Dolmetscher 6. Armee), 5.Karl Schmid-Lossberg (Ia - 1. Generalstabsoffizier Höherer Artillerie-Kommandeur 310), dan 6.August Ullrich (Kommandant Hauptquartier-Kompanie 6. Armee)
Para mantan perwira Armeeoberkommando 6 (AOK 6) dalam acara reuni yang diselenggarakan pada bulan Juni 1969 di Wiesbaden, Jerman. Semuanya pernah merasakan berada di neraka Stalingrad: beberapa dari mereka terbang meloloskan diri dari pengepungan Tentara Merah, sementara yang lainnya berhasil selamat dari bertahun-tahun tinggal di kamp tawanan Soviet. Dua orang dari mereka bernasib lebih beruntung karena berhasil keluar dari Stalingrad sebelum kepungan dimulai di bulan November 1942. Dari kiri ke kanan: 1.Josef Linden (Offizier in Oberquartiermeister 6. Armee), 2.Tamu tak dikenal (tidak ada dalam susunan perwira 6. Armee), 3.Artur Neuman (III - Armeerichter 6. Armee), 4.Tamu tak dikenal / Palter? (tidak ada dalam susunan perwira 6. Armee), 5.Arthur Schmidt (Chef des Generalstabes 6. Armee), dan 6.Wilhelm Arnold (Armee-Nachrichtenführer 6. Armee)
Sumber :
Buku "Winter Storm: The Battle for Stalingrad and the Operation to Rescue 6th Army" karya Hans Wijers
www.flickr.com
www.forum.axishistory.com
www.flickr.com
www.forum.axishistory.com
Mungkin ini perang terkeren sepanjang sejarah. Sangat brutal, membingungkan, dan dramatis. Nice article, bang Alif.
ReplyDelete