Tuesday, June 14, 2011

Kacamata Hitam Era Third Reich

 Foto berwarna yang menarik ini diambil pada tanggal 10 Agustus 1942 dan memperlihatkan para perwira tinggi Jerman dan Finlandia sedang mengarungi danau Ladoga di Finlandia menggunakan Siebelfähre (Kapal angkut/Feri Siebel) milik Einsatzstab Fähre Ost (EFO), sebuah unit Luftwaffe yang beroperasi di sekitar wilayah danau Ladoga bersama dengan MTB Italia (12. Squadriglia MAS) dan kapal-kapal ranjau Jerman dari C-Gruppe / 31.Minensuch-Flottilla. Dari kiri ke kanan: Oberstleutnant der Reserve Friedrich-Wilhelm Siebel (Kommandeur Einsatzstab Fähre Ost); Kolonel Finlandia Eino Iisakki Järvinen (Komandan Brigade Pantai Danau Ladoga), dan dua orang perwira Luftwaffe tak dikenal (yang paling kanan berasal dari unit Flak kalau dilihat dari waffenfarbe-nya). Dari sumber asalnya dikatakan bahwa perwira kedua dari kanan adalah Generaloberst Alfred Keller, tapi menurut saya identifikasi ini salah karena mukanya beda jauh!


Oleh : Alif Rafik Khan

Pada tahun 1920-an kacamata hitam kadangkala dipakai untuk olahraga lapangan semacam golf dan tennis, juga mulai digunakan untuk kegiatan baru yang menjadi trend: berjemur matahari. Meskipun begitu, kacamata jenis ini masih belum menjadi bagian dari fashion secara umum - sampai pada awal tahun 1930-an ketika bintang-bintang Hollywood seperti Bette Davis dan Marlene Dietrich berfoto menggunakan kacamata hitam mereka di sela-sela syuting film, saat menonton pertandingan tenis dan balap kuda, atau manakala ingin keluar dari rumah tanpa dikenali. Kacamata hitam mulai menjadi simbol glamornya kehidupan di Hollywood, meskipun variasi modelnya sendiri masih terbatas: model yang tersedia, baik bagi pria maupun wanita - hanyalah berbentuk bundar dengan kaca rata dan frame tipis. Pilihan yang tersedia berada pada jenis warna frame-nya saja.

Menjelang akhir dekade 1930-an, permintaan akan kacamata hitam serta variasinya yang tersedia menjadi meningkat secara dramatis: pada tahun 1938 jumlah kacamata yang terjual membengkak dari puluhan ribu menjadi jutaan, dan para produsen berlomba-lomba mengeluarkan varian model dan warna terbaru. Kacamata hitam mulai dipakai untuk pelengkap kegiatan jalan-jalan, sebagai tambahan saat bermain ski, juga sebagai pelindung dari matahari saat berjemur di pantai. Variasinya mulai bermacam-macam. Sebagai contoh adalah sampul majalah "Vogue" edisi 1 September 1939 yang memajang kacamata hitam dengan frame putih "dan juga pengait telinga sehingga menimbulkan kesan sebagai gogel". Kacamata hitam, yang berharga lebih murah dibandingkan dengan kacamata standar dengan lensa min/plus, mulai diidentikkan dengan kegiatan pelepas kepenatan dan fashion "bersenang-senang" dengan ragam dan model yang berubah dengan cepat.


Dua orang prajurit Luftwaffe yang berpangkat Gefreiter (kiri) dan Obergefreiter (kanan) berpose di depan kamera sambil menyunggingkan senyum lebar mereka. Mereka berdua sama-sama memakai kacamata hitam. Foto ini merupakan koleksi dari Akira Takiguchi, salah seorang moderator di Wehrmacht-Awards.com. Berdasarkan dari teks yang diselipkan di bagian kiri atas, diketahui bahwa foto ini diambil dari album milik salah seorang awak senjata Flak 37mm Luftwaffe, meskipun kedua orang dalam foto ini sendiri besar kemungkinan bukanlah anggota dari unit tersebut (berdasarkan dari kragenspiegel yang mereka kenakan, yang tidak berwarna merah seperti layaknya anggota Flaktruppen)


  Adolf Hitler (Führer und oberster Befehlshaber der Wehrmacht) berjalan dengan bantuan tongkat diantara tumpukan salju bersama dengan Heinrich Himmler (Reichsführer-SS und Chef der Deutschen Polizei) di Berghof Berchtesgaden (Münich) tanggal 3 April 1944. Di belakang mereka adalah, dari kiri ke kanan: SS-Obersturmbannführer Fritz Darges (persönlicher SS Adjutant bei Adolf Hitler), SS-Hauptsturmführer Josef "Sepp" Kiermaier (persönlicher leibwächter bei Heinrich Himmler), perwira tak dikenal, dan SS-Brigadeführer und Generalmajor der Waffen-SS Hermann Fegelein (Verbindungsoffizier der Waffen-SS zum Führerhauptquartier). Foto ini diambil saat Hitler melakukan jalan-jalan rutin ke Mooslahnerkopf Teehaus (rumah teh) yang biasa dia lakukan tiap hari apabila sedang berada di Berghof, sebelum dia balik lagi menggunakan mobil. Mooslahnerkopf Teehaus sendiri adalah sebuah bangunan kecil yang berada tepat di seberang rumah peristirahatan sang Führer di Berghof, yang berbeda dengan rumah teh resmi yang berada di atas puncak Gunung Kehlstein. Mooslahnerkopf Teehaus dibangun pada tahun 1937 di sebelah utara wilayah tersebut, persis di bawah bukit Mooslahnerkopf dan menghadap lembah Berchtesgaden yang berada di bawahnya. Acara jalan-jalan semacam ini kadangkala memberi inspirasi bagi Hitler dalam mengeluarkan keputusan-keputusan politik pentingnya, meskipun seringkali Hitler memilih untuk bersantai - dan bahkan tidur siang - di dalam bangunan Teehaus-nya sendiri, dengan dikelilingi oleh para teman terdekat serta anakbuahnya. Apa yang disebut sebagai Eagle's Nest di Kehlstein kadangkala disebut sebagai "Rumah Teh Hitler", tapi hal ini secara teknis kurang tepat. Hitler tak pernah menjadikan Kehlsteinhaus sebagai rumah teh pribadinya, karena tempat yang dia pilih untuk dikunjungi setiap hari di Berghof adalah Mooslahnerkopf Teehaus. Foto ini sendiri diambil oleh fotografer Hitler yang berasal dari Luftwaffe, Walter Frentz, dan bisa jadi merupakan satu-satunya yang memperlihatkan saat sang pemimpin Nazi tersebut mengenakan kacamata hitam!



 Oberstleutnant der Reserve Wilhelm Bach (5 November 1892 – 22 Desember 1942) adalah salah satu karakter yang paling tidak biasa dalam tubuh Afrikakorps. Dia merupakan seorang mantan pastor Lutheran yang juga salah satu komandan batalyon terbaik yang dipunyai Erwin Rommel. Meskipun pangkatnya membuat ia selayaknya dihormati, tapi dia adalah salah satu komandan Jerman yang paling bersahabat, paling cu'ek dan paling santai yang berada di bawah komando si Serigala Rumah Makan Padang eh Padang Pasir Rommel! Ketika Erwin Rommel mencapai Afrika di bulan Februari 1941, dia diperkenalkan kepada para perwira yang menyambutnya. Dia tidak tersenyum atau mencoba bersikap bersahabat. Dia tahu tak ada waktu untuk beramah tamah dan ngadu huntu karena dia harus menguji mereka dalam pertempuran terlebih dahulu. Tapi ada satu orang perwira yang begitu dibenci Rommel pada awalnya: dia adalah Hauptmann Bach, seorang veteran pertempuran Prancis sama seperti Rommel dan peraih medali Eisernes Kreuz I klasse. Bach pernah terluka di lututnya sehingga kemana-mana dia selalu membawa tongkat. Rommel tidak menyukai kenyataan bahwa ada seorang komandan pasukan "tidak sehat" di bawah komandonya, apalagi setelah dia mengetahui bahwa Bach juga adalah seorang pendeta Lutheran. Seorang pendeta bertempur??? Tak pernah terbayangkan! Beberapa bulan kemudian, Rommel berbalik mencintai dan mengagumi Bach. "Si Pincang" ternyata adalah master dari meriam artileri 88mm, sehingga seakan-akan benda tersebut menyatu dalam dirinya. Berkali-kali dia memanfaatkan senjata yang sejatinya ditujukan untuk melawan pesawat udara itu untuk menghantam tank-tank Inggris yang mencoba mengancam posisi Jerman. Bahkan meskipun kapten Bach tidak pernah terlihat memakai seragamnya dengan benar (dan kadangkala tampak culun!), dia begitu dicintai para bawahannya. Wajar saja, karena Bach tidak pernah menjaga jarak sejengkalpun, dan dia menganggap para prajuritnya sebagai anak kandung yang diperlakukan dengan penuh kehangatan. Bach adalah salah satu figur yang paling mudah dikenali di seantero Afrikakorps... Rokok yang selalu menempel di mulutnya, kumis ala Hitler dan kacamata miopik, semuanya telah sama diketahui oleh para penembak artileri DAK. Major Bach pula lah yang berhasil menahan serbuan 20.000 pasukan Inggris dari 12th Corps di Halfaya Pass dengan hanya bermodalkan 4.000 orang saja! Dengan gagah berani dia mempertahankan Halfaya Pass (biasa dinamakan dengan "Hellfire Pass" oleh pihak Sekutu) sampai akhirnya pasokan suplainya terputus dan dia sama sekali terkepung tanggal 17 Januari 1942 sehingga kemudian terpaksa menyerah. Sebagai tawanan perang dia dikirimkan ke Kanada dimana dia meninggal karena kanker (saya tidak mendapat data kanker apa, tapi kemungkinan kanker paru-paru karena hobi merokoknya yang gila-gilaan!) akhir tahun itu juga, tepatnya tanggal 22 Desember 1942. Rasa cinta pasukannya ditunjukkan dengan adanya sebuah tanda peringatan dari kayu yang ditempatkan di sudut pemakaman dan terpisah dari kuburannya. Wilhelm Bach sendiri dikuburkan di Woodland Cemetery yang terletak di Kitchener, Ontario (Kanada). Dia dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 9 Juli 1941 sebagai Hauptmann der Reserve dan Kommandeur I.Bataillon / Schützen-Regiment 104 / 5.leichte-Division / Deutsches Afrika-Korps (DAK). Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (7 Mei 1915) dan I.Klasse (31 Januari 1920); Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918 (24 Oktober 1934); 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (12 Juni 1940) dan I.Klasse (17 Juli 1940); Verwundetenabzeichen in Schwarz; serta Infanterie-Sturmabzeichen in Silber



Oberleutnant Gert Blume (5 Juli 1919 - 23 Mei 1942) adalah pilot pembom jempolan di 1.Staffel / I.Gruppe / Kampfgeschwader 51 "Edelweiss" yang gugur pada musim semi 1942 saat pesawat Junkers Ju 88 A-4 "9K+GB" (Werknummer 5721) yang dipilotinya ditembak jatuh oleh pesawat pemburu Rusia di atas Kharkov. Ikut gugur pula ketiga awaknya: Oberfeldwebel Christof Müller, Feldwebel Heinrich Deussen dan Unteroffizier Werner von Drage. Pria kelahiran Schwelm ini kemudian dianugerahi Deutsches Kreuz in Gold secara anumerta tanggal 2 Juli 1942, meskipun tentu saja tidak nampak dalam foto koleksi Peter Weinsoldner di atas yang memperlihatkan saat Blume masih bernyawa. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Flugzeugführer- und Beobachterabzeichen; Eisernes Kreuz II.Klasse; Eisernes Kreuz I.Klasse; Frontflugspange für Kampfflieger; serta Luftwaffe Ehrenpokale für Besondere Leistungen im Luftkrieg (1 Desember 1941)


Generalleutnant Karl Böttcher


 
Para perwira tinggi Wehrmacht dalam perjalanan menggunakan pesawat menuju kamp tawanan perang tak lama setelah menyerahnya pasukan Jerman di Afrika awal Mei 1943. Yang memakai kacamata hitam adalah Oberst Alfred Koester, sementara jenderal Luftwaffe di sebelahnya adalah Generalmajor Dipl.-Ing. Gerhard Bassenge. Keduanya adalah peraih Deutsches Kreuz in Gold; Koester tanggal 21 April 1943 sementara Bassenge 15 Juli 1942. Sedikit tambahan informasi yang menarik mengenai Koester bisa dibaca di bawah!



Oberst Alfred Koester mengenakan sendiri medali Ritterkreuz yang diraihnya pada tanggal 13 Mei 1943 sebagai Kommandeur Panzergrenadier-Regiment 200/90.Leichte Afrika-Division. Ironisnya, di tanggal ini pula dia menyerah ke tangan pasukan Amerika di Tunisia dan harus menghabiskan sisa numpang-nampang dengan medali barunya di sepanjang masa perang yang tersisa di kamp tawanan perang Camp Clinton! Dalam foto bawah terlihat dia sudah memakai seragam lengkap yang memperlihatkan medali Deutsches Kreuz in Gold yang didapatkannya tanggal 21 April 1943


SS-Obersturmführer Erich Kempka (sopir pribadi Adolf Hitler) bersantai menggunakan kacamata hitam sementara temannya yang berpangkat SS-Hauptscharführer mencoba "heureuy" di belakangnya! Kempka mengenakan seragam hitam Allgemeine-SS M32 dengan ärmelstreifen "Adolf Hitler", sementara di dadanya terpasang medali Sportkranz des Ringes der Nationalen Kraftfahrt und Luftfahrtbewegung (Sports Wreath of the Association of the National Motoring and Aeronautics Movement). Tokoh Third Reich lain yang diketahui merupakan peraih medali yang sama adalah Hermann Göring, Adolf Hühnlein dan Julius Schreck


 
Generalmajor Karl Lorenz (24 Januari 1904 - 3 Oktober 1964) menjadi komandan Divisi Panzergrenadier "Großdeutschland" periode 1 September 1944 s/d 1 Februari 1945, menggantikan Hasso von Manteuffel dan digantikan Hellmuth Mäder. Dia adalah seorang peraih Eichenlaub zum Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes #395 yang didapatkannya tanggal 12 Februari 1944 sebagai Oberst dan Kommandeur Grenadier-Regiment "Großdeutschland". BTW, alat optik yang nongkrong di depan Lorenz namanya adalah 12x60 Richtungsweiser-Fernrohr, jaket yang dikenakannya berasal dari jenis Fellmantel, codet di pipinya adalah hasil Mensur di masa muda, dan kacamata hitam (!) di schirmmütze-nya adalah varian dari Cenkdem (gochenk adem)


 Dari kiri ke kanan: Oberleutnant Heinrich "Heinz" Burkhard (Adjutant I.Abteilung / Panzer-Regiment 35), Major Hans-Detloff von Cossel (Kommandeur I.Abteilung / Panzer-Regiment 35) dan Hauptmann der Reserve Hans-Georg Müller (Chef 1.Kompanie / I.Abteilung / Panzer-Regiment 35). Yang terakhir - bersama dengan seorang perwira lain - memakai kacamata hitam untuk mengatasi terik matahari yang menyengat di musim panas Front Timur. Tampaknya Cossel sedang berpidato dengan diiringi para perwiranya



Foto yang diambil oleh Kriegsberichter Broenner bulan Mei 1943 ini memperlihatkan kunjungan SS-Obergruppenführer und General der Waffen-SS Josef "Sepp" Dietrich (Kommandeur SS-Panzergrenadier-Division "Leibstandarte SS Adolf Hitler") ke tempat pelatihan Divisi Großdeutschland di Borisovka, barat-laut Kharkov, sebelum dimulainya Unternehmen Zitadelle (Pertempuran Kursk). Disini Oberst der Reserve Hyazinth Strachwitz von Groß-Zauche (Kommandeur Panzer-Regiment "Großdeutschland") sedang memberikan keterangan tentang cara menggaet cabe-cabean dengan lebih singkat dan efisien. Perwira mungil yang bertolak pinggang persis di depan Strachwitz adalah Generaloberst Hermann Hoth (Oberbefehlshaber 4. Panzerarmee), sementara dua orang perwira berkacamata cengdem (goceng adem) di sebelah kiri Dietrich adalah, dari kiri ke kanan: Oberst im Generalstab Oldwig von Natzmer (Chef des Stabes Panzergrenadier-Division "Großdeutschland") dan SS-Oberführer Werner Ostendorff (Chef des Generalstabes SS-Panzerkorps). Di sebelah kanan Dietrich sendiri berdiri SS-Sturmbannführer Rudolf "Rudi" Lehmann (Ia Erster Generalstabsoffizier SS-Panzergrenadier-Division "Leibstandarte SS Adolf Hitler")


Para perwira dari 2. SS-Panzer-Division "Das Reich" sedang menonton pertunjukan (ludruk?). Duduk dari kiri ke kanan: SS-Obersturmbannführer Fritz Klingenberg (Lehrgruppenleiter zur Division " Das Reich" in SS-Junkerschule Bad Tölz), SS-Obersturmbannführer Christian Tychsen (Kommandeur SS-Panzer-Regiment 2 "Das Reich"), dan SS-Standartenführer Sylvester "Vestl" Stadler (Kommandeur SS-Panzergrenadier-Regiment 4 “Der Führer”). Kemungkinan besar foto ini diambil pada saat reorganisasi dan pemulihan Divisi SS Das Reich sebelum dikirim untuk bertempur di Normandia musim panas 1944. Klingenberg adalah Ritterkreuzträger, Tychsen (dalam foto ini memakai kacamata hitam) adalah Eichenlaubträger, dan Stadler Schwerternträger



 Acara pisah-sambut jamuan makan siang Divisi Leibstandarte untuk menghormati SS-Standartenführer Dr.-Med. Hermann besuden (IVb Divisionsarzt SS-Panzergrenadier-Division "Leibstandarte SS Adolf Hitler") yang baru saja ditunjuk untuk menjadi Korpsarzt I. SS-Panzerkorps, awal bulan Juli 1943. Disini Dr. Besuden sedang berpidato sambil memegang gelas berisi racun tikus, sementara di sebelahnya adalah SS-Oberführer Theodor "Teddy" Wisch (Kommandeur SS-Panzergrenadier-Division "Leibstandarte SS Adolf Hitler") yang melepaskan seragam serta medalinya dan hanya mengenakan diensthemd (kemeja tugas). Foto oleh SS-Kriegsberichter Max Büschel



Hauptmann Hans-Joachim Marseille

--------------------------------------------------------------

 Oberfeldwebel Maschke (Truppfüher di 12.Kompanie / III.Bataillon / Afrika-Schützen-Regiment 963) dengan santai menduduki seekor keledai dengan gaya kemayu di sepanjang jalanan Kalliopi, Pulau Lemnos (Yunani), dalam sebuah foto yang diambil pada tahun 1943. Afrika-Schützen-Regiment 963 sendiri merupakan bagian dari 999. leichte Afrika-Division, sebuah unit hukuman yang sebagian besar anggotanya diambil dari para tahanan politik ataupun prajurit yang melakukan kejahatan berat. Unit ini dibentuk pada awal tahun 1943 dan awalnya disiapkan untuk tugas militer ke Afrika Utara. Berhubung pasukan Jerman keburu menyerah disana, maka sebagian besar anggotanya kemudian dialihkan ke Yunani untuk menjadi pasukan penjaga wilayah pendudukan


Prajurit Jerman yang terbunuh di Stalingrad. Selain memakai Eisernes Kreuz I klasse, dia juga memakai kacamata hitam!


Foto-foto yang memperlihatkan pemakaian kacamata hitam oleh anggota Wehrmacht. Selain untuk kepentingan bergaya, kacamata dari jenis ini juga sangat dibutuhkan untuk personil yang bertugas di daerah tropis atau bahkan di musim dingin, yang terakhir untuk melindungi dari silaunya putih salju


Sumber :
 
Buku "German Fighter Ace Hans-Joachim Marseille, The Life Story Of The Star Of Africa" karya Franz Kurowski
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi
Foto koleksi pribadi Hans-Jürgen Zeis
Foto koleksi pribadi William "Bill" Petz 
www.audiovis.nac.gov.pl
www.deutsches-afrikakorps.blogspot.com
www.enanosin.wordpress.com
www.forum.axishistory.com
www.hans-mueller.blogspot.com
www.wehrmacht-awards.com
www.ww2colorfarbe.blogspot.com

No comments:

Post a Comment