Namanya Moshe Feiglin, tapi julukan yang pantas baginya adalah Adolf Hitler ala Israel. Senin, 8 Desember, hari ketika partai Likud melakukan Pemilu putaran pertama, Feiglin memenangkan posisi yang aman di Knesset Partai Likud untuk bersiap-siap pada Pemilu Israel berikutnya. Ini artinya bahwa hampir bisa dipastikan Feiglin akan menjadi anggota Knesset karena dari berbagai poling yang dilakukan mengindikasikan bahwa partai yang menganut nasionalisme yang berlebihan akan menjadi pemenang pada Pemilu dan menduduki pemerintahan Israel periode berikutnya.
Moshe Feiglin, adalah anggota kubu ekstrim kanan Likud. Julukan Hitler yang disematkan pada Feiglin sangat pas baginya. Sosok ini berjuang dan membela ide dan cita-cita fasis sebagaimana Hitler dulu membela kejahatan Nazi. Faktanya, apa pun perbedaan yang mungkin ada antara Feiglin dengan Hitler lebih mengacu ke bentuk daripada substansinya. Misalnya saja Hitler dan pengikut-pengikutnya percaya bahwa ras Arya adalah ras yang paling unggul, sedangkan Feiglin dengan jutaan pendukungnya percaya bahwa mereka adalah bangsa super yang telah dipilih Tuhan. Ketika Hitler menyebut wilayah ekspansi Jerman sebagai "lebensraum," Feiglin menggunakan istilah yang lebih mudah dipahami berkaitan dengan perluasan wilayah Israel: Eretz Yisrael ha'Shlema (Israel, tanah yang dijanjikan) melingkupi wilayah pendudukan Palestina, Jordania, Libanon, dan sebagian besar wilayah Syria, Iraq dan Mesir.
Pada tahun 1995, Feiglin sempat diwawancarai oleh surat kabar Ha’aretz. Ia pun digambarkan selevel dengan pemimpin Nazi, Hitler yaitu kemiripan di antara keduanya dalam hal ‘jenius dalam militer’ dan sekaligus sebagai bapak pendiri bangsa.
“Hitler adalah sosok jenius dalam militer yang tak tertandingi. Paham Nazi mampu merubah Negara Jerman yang semula dianggap remeh menjadi sebuah Negara luar biasa baik dalam tataran keberhasilan materi ataupun ideology. IBarat sebuah tubuh, Jerman yang dulunya adalah anak muda dengan tampilan acak-acakan dan dianggap sampah oleh semua orang, kemudian berubah menjadi anak muda yang rapi dan tampan di tengah masyarakat. Jerman pun kemudian menjadi sebuah Negara yang patut untuk dicontoh terutama dalam system hukum dan pengaturan masyarakat. Hitler mempunyai selera bagus dalam musik. Ia pun melukis. Dan ini semua bukanlah kejahatan. Mereka hanya berusaha mengaitkan antara kejahatan dan homoseksual.”
Pada wawancara yang sama, Feiglin berusaha memberikan wajah positif pada rasisme. “Tak bisa dipungkiri bahwa agama Yahudi adalah agama rasis. Dan ketika mereka yang di PBB mengatakan bahwa paham zionis adalah rasis, maka tak ada alasan bagi saya untuk protes. Orang-orang yang menganggap bahwa paham zionis adalah sebuah paham yang membeda-bedakan antara ras satu dengan yang lain, maka dengan tegas saya katakan bahwa paham zionis adalah rasis. Meskipun saya tahu bahwa hal ini cukup primitive untuk dilakukan dengan membeda-bedakan ras satu dengan yang lain.
Pada tahun 2001, Feiglin berusaha mempengaruhi George W. Bush agar ia mau berjuang untuk menghancurkan Islam. Feiglin berdalih bahwa tanpa menghancurkan Islam lebih dulu, maka upaya Amerika untuk memerangi terorisme tidak akan pernah berhasil.
“Amerika tidak akan pernah mau mengakui bahwa perang yang dikobarkannya adalah perang kebudayaan, terlebih pada faktanya perang ini adalah perang antar agama. Amerika tidak pernah mau mengakuinya sehingga akibatnya Amerika tidak bisa menyerang balik para musuh-musuhnya. Hal inilah yang terjadi pada Israel. Mereka gagal mengidentifikasi siapa yang jadi musuhnya. Israel berusaha mencari siapa yang menjadi teroris sebagaimana yang dilakukan Sharon terhadap teroris sebagai individu-individu. Ini sama saja dengan menangkap tawon tanpa menghancurkan sarangnya. Mereka takut konfrontasi terbuka antara nilai-nilai zionis dengan Islam.
Namun Feiglin tidak mau mengaku bagaimana cara ia meyakinkan Bush dalam upayanya membantai 1,5 juta manusia.
Berkaitan dengan isu Palestina, Feiglin mempunyai pendapat menarik. Ia menyatakan bahwa, “Tidak ada yang namanya Negara Palestina. Yang ada hanyalah orang Arab yang berusaha berbicara di depan umum dan tiba-tiba mengakui dirinya sebagai manusia, yaitu sisi negative dari gerakan zionis yang ditumpangi oleh parasit. Fakta bahwa mereka tidak melakukan pembelaannya dari dulu, menunjukkan bahwa betapa inferior/rendah diri mereka itu sebagai bangsa. Mereka itu sama seperti orang Afrika yang juga tidak mempunyai kebangsaan. Cuma Zulu dan Tutsi saja yang punya.”
Ketika ditanyakan tentang bagaimana cara pendekatannya dalam penyelesaian masalah Palestina apabila satu hari nanti ia menjadi Perdana Menteri Israel, Feiglin mengungkap rencana tanpa berkedip sekali pun.
Menurut website miliknya Manhigut ha'Yehudit (Pemimpin Yahudi), Feiglin akan menerapkan kebijakan terhadap Palestina dengan memerintahkan, “penghentian seluruh fasilitas air, listrik dan saluran komunikasi” bagi empat juga penduduk Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur (komunikasi diputus agar proses pemusnahan masal terhadap rakyat Palestina bisa dilakukan secara diam-diam sehingga para korban tidak bisa memberitahuan pihak dunia luar tentang kekejaman pembantaian masal yang dilakukan oleh Israel). Serangan apa pun yang ditujukan kepada Israel akan memunculkan “penaklukan daerah yang penghuninya menyebabkan kekerasan, pengusiran dan perusakan infrstruktur area tersebut.”
Ketika ditanya tentang bagaimana sikapnya dalam menghadapi protes rakyat Palestina, Feiglin berkata bahwa ia akan memerintahkan dana pertahanan dipotong 30% dengan menghentikan pasokan senjata bagi para pendemo semisal peluru karet dan gas airmata.
“Senjata peluru karet dan gas airmata digunakan untuk mencegah korban dari pihak musuh ketika mereka melawan angkatan bersenjata. Para pendemo itu akan dihancurkan di bawah mandat resmi pada tiap basis militer.”
Bagaimanapun Feiglin menyatakan bahwa seluruh rakyat Palestina, bahkan yang cenderung membangkang harus ber-emigrasi ke Negara lain. Israel akan membantu semampunya bagi keluarga Arab yang mau melakukannya.
Dalam sebuah wawancara pers yang diterbitkan Rabu, 10 Desember, ia menyarankan pemerintah Israel agar membayar sebesar $250.000 untuk setiap keluarga Palestina yang setuju ber-emigrasi.
Kegilaan berlebihan Feiglin dalam pembunuhan terencana merupakan perbuatan tercela terhadap rakyat Palestina melalui dua cara yaitu pembunuhan masal dan pengusiran ke negara lain.
Sebagaimana dikutip oleh surat kabar Ha’aretz, langkah pertama yang akan dilakukannya ketika ia terpilih sebagai perdana menteri adalah mengajak pemerintah untuk berterima kasih kepada Tuhan dan berdoa di lapangan Masjid Al-Aqsa, di Al Quds.
Dalam 100 hari berikutnya, ia akan mengumumkan keluarnya Israel dari PBB, menutup kedutaan besar Israel di Jerman dan semua Negara yang anti Semit. Ia juga akan melakukan penjadwalan ulang terhadap tahun ajaran baru menurut kalender penanggalan Yahudi.
Langkah ini menurutnya, adalah langkah maju bagi “Detak nadi Negara Yahudi itu harus diselaraskan dengan gerak jam dan penanggalan Yahudi sendiri, bukan ikut-ikutan kaum Kristen.”
Terlepas dari isi manifestnya yang mirip dengan ideology Nazi, sesungguhnya bukan tanpa sebab Feiglin dijadikan semacam kambing hitam dalam partai Likud, yaitu sebuah partai fasis yang berkembang yang lantang menyuarakan sudut pandang fasis yang dianutnya yang biasanya diselenggarakan oleh mayoritas pemimpin dan anggotanya.
Faktanya, seseorang dapat berdalih dengan sedikit berlebihan bahwa Partai Likud secara keseluruhan merupakan partai fasis yang tangguh, dengan “pola pikir ala Feiglin” yang menghadirkan norma daripada pengecualian.
Ambil sebagai contoh adalah pemimpin partai, Benyamin Netanyahu. Sosok ini mendukung pemukiman Yahudi untuk jangka waktu lama di Tepi Barat, mempercepat langkah meyahudikan Jerusalem Timur dan pembersihan etnis atas rakyat Palestina baik di Israel maupun di wilayah pendudukan.
Beberapa tahun yang lalu, Netanyahu sering digambarkan oleh banyak media Barat sebagai perwujudan dari “pusat kebenaran”. Seorang mahasiswa Israel berkata bahwa Israel seharusnya mengambil kesempatan yang ada untuk mengusir warga Arab sebanyak-banyaknya dari ‘tanah Israel’.
Lalu bagaimana dengan Moshe Ya’alon yang memenangkan predikat sebagai pengambil langkah jitu dalam jajaran partai Likud? Selain sebagai staff kepala angkatan darat Israel, orang ini juga yang menyuruh tentaranya untuk membunuh rakyat sipil Palestina yang tak berdosa secara kejam termasuk anak sekolah mengebom bangunan apartemen dan rumah yang di dalamnya penuh berisi rakyat sipil yang menyebabkan punahnya seluruh keluarga.
Singkat kata, saat ini kita sedang membicarakan sebuah partai yang kepemimpinan dan anggota terpilihnya memegang jabatan fasis yang tangguh. Partai Likud adalah sebuah partai yang bisa dibandingkan dengan partai Nazi. Intinya, di bawah kepemimpinan orang-orang seperti Netanyahu, Feiglin, Ya’alon, Israel menjadi mirip Jerman di tahun 1937.
Bagaimana mungkin Barat yang mengaku dirinya sebagai ‘beradab’ dan ‘demokratis’ khususnya kepemimpinan baru di bawah Amerika, bereaksi terhadap adanya penyimpangan arah terhadap paham Nazi Yahudi di Israel?
Akankah Barat memboikot partai Likud, termasuk Israel? Akankan empat serangkai (PBB, Amerika, Uni Eropa dan Rusia) menjatuhkan hukuman yang sama terhadap Israel sebagaimana mereka memperlakukan pemerintahan yang dipegang Hamas yang menang secara demokratis dalam Pemilu tahun 2006 lalu?
Sumber : www.hidayatullah.com
No comments:
Post a Comment