Friday, July 23, 2010

Misteri Tak Terpecahkan Di Balik Meledaknya Balon Zeppelin "Hindenburg"!


Dua buah balon udara kebanggaan Jerman: Graf Zeppelin (terbang) dan saudaranya yang lebih muda, Hindenburg (berlogo Swastika), difoto pada tahun 1936. Terlihat para penonton sangat antusias berlarian menghampiri "keajaiban" dunia penerbangan pada saat itu


Graf Zeppelin (kanan) dan Hindenburg sedang berada di hanggarnya yang berada di landasan udara Friedrichshafen, Jerman (1936)





Rangkaian foto jepretan fotografer Arthur Cofod yang memperlihatkan detik-detik meledaknya balon udara 'Hindenburg'


Foto lain dari peristiwa terbakarnya Hindenburg. Langit malam langsung tampak terang benderang akibat dari 230 ribu meter kubik hidrogen yang dilalap api!


Kapal itu adalah monster udara, suatu keajaiban teknologi dan keahlian teknik. Kapal udara raksasa Hindenburg berukuran lebih dari 245 meter panjangnya dan distabilkan oleh sebuah sirip ekor setinggi bangunan sepuluh tingkat! Keempat mesin dieselnya yang kuat memberikan tenaga untuk bisa terbang tanpa susah payah di atas awan-awan dengan kecepatan 135 km per-jam. Kapal udara itu dapat membawa 100 penumpang menempuh angkasa selama seminggu dalam gaya semewah kapal pesiar yang mana saja!

Ketika ke-16 kantung di dalam rangka berukuran 22,8 m itu sudah dipenuhi oleh hidrogen, kapal udara itu akan melepaskan diri dari tanah dengan kekuatan angkat sebesar 239 ton, cukup untuk mengangkat sebuah jumbo jet modern! Harus diakui sifat-sifat gas hidrogen yang lebih ringan dari udara di sekelilingnya memberikan kekuatan angkat bagi Hindenburg untuk terbang ke udara, membawa bahaya dan resiko terjadinya ledakan. Tapi dengan pengalaman lebih dari seperempat abad yang sukar diperoleh, perusahaan Zeppelin yakin takkan ada kecelakaan yang bisa membahayakan kapal udara mereka yang baru. Mereka tahu bahwa hidrogen di dalam kantung udara (lebih dari 230.000 meter kubik gas!) sangat mudah untuk terbakar, dan akan meletus menjadi ledakan yang menghancurkan bila ada yang memicunya. Tapi desainnya, kata mereka, tanpa cacat. Hanya tindakan Tuhan atau sabotase yang disengaja oleh orang gila yang bisa merusak Hindenburg!

Dan ketika Hindenburg tertelan oleh sebuah bola api di atas New Jersey pada tanggal 6 Mei 1937 sekaligus membunuh 13 orang penumpang, 22 orang awak kapal dan 1 pekerja kontrol lapangan, baik pemerintah Amerika maupun Nazi Jerman malahan berkerjasama untuk menutupi segala macam bukti yang mungkin ada dalam kejadian yang tercatat merupakan kejahatan terbesar dalam sejarah penerbangan!

Sementara perusahaan penerbangan yang masih belum berpengalaman di tahun 1920-an dan 1930-an mendapat masalah besar dari cuaca buruk dan kerusakan mekanis sewaktu mencoba mengoperasikan layanan penerbangan di antara kota-kota yang hanya beberapa ratus mil jaraknya, kapal-kapal udara monster milik Jerman muncul secara reguler di atas jalur penerbangan Rio de Janeiro dan New York!

Kapal-kapal itu menjadi terkenal sebagai Zeppelin, sesuai dengan nama desainer cemerlang sekaligus eksentrik mereka, Graf Ferdinand von Zeppelin. Lahir pada sebuah keluarga bangsawan Prusia pada tahun 1838, ia adalah seorang pemuda berumur 23 tahun yang berjiwa petualang ketika ia memperoleh kesempatan mengunjungi Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln selama Perang Saudara Amerika dan bergabung dengan tentara Union sebagai petugas kavaleri 'tamu'.

Tapi prajurit muda itu segera menjadi bosan dengan langkah lambat perang itu dan memutuskan untuk bergabung dengan sebuah ekspedisi sipil untuk mengeksplorasi sumber-sumber di sungai Mississipi pada sebuah misi pengintaian di St. Paul, Minnesota. Untuk pertama kalinya ia naik sebuah balon yang ditambatkan untuk mensurvei bermil-mil pedesaan dalam sebuah penerbangan singkat.

Kalau saja balon dapat diberi tenaga dan dikendalikan, pikirnya bergairah, balon-balon itu akan menjadi panggung tempat menembak dan senjata pengeboman yang sempurna, melayang dengan aman di atas infanteri dan kavaleri yang merencah di atas medan pertempuran. Visinya tentang balon-balon raksasa atau balon berkemudi sebagai senjata perang tak pernah meninggalkan benaknya, meskipun ia tetap menjadi petugas kavaleri yang berada di atas tanah hingga akhir karir militernya pada usia 52 tahun.

Selama beberapa tahun ia pensiun, ia telah mendaftarkan hak paten pada sebuah kapal udara dan mulai bereksperimen dengan desainernya, Dr. Hugo Eckener, seorang pelaut berpengalaman dan meteorolog, di bengkel kecil mereka di dekat danau Constance di selatan Jerman.

Pada tahun 1909 Zeppelin telah mendirikan layanan penumpang kapal udara pertama, Deutsche Luftschiffahrts Atkien Gessellschaft (DELAG). Dengan penerbangan operasional antara Berlin, Frankfurt, Hamburg dan Dresden, kapal udaranya mengangkut 32.750 penumpang dalam 1.600 penerbangan selama lima tahun tanpa pernah mengalami satu kecelakaan pun!

Kemudian tibalah tahun 1914, dan kapal-kapal Zeppelin pun ikut digunakan untuk kepentingan perang.

Kapal-kapal Zeppelin yang menyerang di atas Inggris menyebabkan sedikit kerusakan material tapi telah menimbulkan rasa panik di antara penduduk London. Melihat kapal-kapal udara yang ditakuti itu (yang terlihat dalam sinar pencari) menjatuhkan bom-bom mereka di atas ibukota, membuat para penduduk London keluar ke jalan-jalan, berteriak-teriak, dan mengacungkan tinju mereka tanpa daya ke udara.

Tapi dalam waktu dua tahun, penerbangan Inggris menjadi pemenangnya dengan menggunakan pesawat tempur bersayap ganda kecil mereka yang lebih dari sekedar menyamai monster-monster Zeppelin. Dalam kantung-kantung hidrogen pesawat Zeppelin mereka membawa bibit kehancuran bagi diri sendiri. Hanya perlu satu hantaman dari peluru-peluru pengejar ZPT yang baru dikembangkan yang berlapis fosfor terbakar, untuk mengubah kapal-kapal udara itu menjadi bencana kebakaran terbang!

Graf von Zeppelin meninggal pada tahun 1917, tepat saat terbukti bahwa kapal udaranya terlalu rentan terhadap tembakan senjata untuk menjadi mesin perang.

Tapi Dr. Hugo Eckener berjuang melewati puing-puing ekonomi pasca perang di Jerman sebagai presiden perusahaan Zeppelin, dan memimpikan suatu masa depan yang damai bagi kapal-kapal udara sebagai alat transportasi transatlantik.

Pada bulan Juli 1928, kapal udara penumpang yang paling canggih, Graf Zeppelin, melakukan penerbangan pertamanya pada ulang tahun ke-90 kelahiran Count tua tersebut. Tiga bulan kemudian, dengan 20 penumpang di atasnya, kapal udara itu melakukan perjalanannya yang pertama ke New York tempat Eckener dan kru mendapat sambutan selamat datang dengan pita telegraf. Dalam lima tahun berikutnya operasi layanan reguler ke Amerika Utara dan Selatan, Graf Zeppelin menetapkan diri sebagai penguasa kapal terbang yang tak tertandingi di udara!

Prestise pencapaian ini tentu saja tidak dilewatkan oleh para penguasa Nazi Jerman yang baru. Eckener tidak disenangi oleh rezim yang baru. Sebelum mereka bangkit berkuasa, ia telah mengadakan siaran radio di Jerman yang mengutuk brutalitas mereka. Tapi karena Nazi mengontrol tali dompet industri Jerman (termasuk Perusahaan Zeppelin), maka ia tak berdaya untuk menghentikan warna-warna tradisional hitam, putih dan merah khas pesawat-pesawat Zeppelin dicat ulang dengan Swastika, simbol Hitler dan Nazinya.

Eckener, seorang pria yang saat itu berusia 68 tahun yang keras kepala, bersikap menentang ketika ia dipanggil menghadap Dr. Joseph Goebbels, Menteri Propaganda, pada tahun 1936 ketika kapal udara terbaru, terbesar, tercepat, dan bertenaga paling besar miliknya diluncurkan.

Kapal udara itu harus diberi nama 'Adolf Hitler', kata menteri Nazi padanya. "Tidak," jawab Eckener. "Saya peringatkan anda, munculnya tanda swastika di kapal udara kami sudah memprovokasi tindak kekerasan ketika kami merapat di Amerika Serikat. Bila kapal udara baru itu diberi nama 'Adolf Hitler', maka pesawat itu akan tambah-tambah lagi menjadi target kebencian dan sabotase."

Eckener menang hari itu, tapi kemudian Goebbels mengumumkan di surat kabar dan radio Jerman bahwa kapal udara baru itu tidak akan disebut dengan nama yang diberikan oleh perusahaan Zeppelin, Hindenburg. Dalam surata kabar Nazi, pesawat itu dipanggil sesuai dengan nama desain kerjanya: LZ 129.

Ketika Hindenburg memulai layanan regulernya dari Frankfurt ke Pangkalan Udara Angkatan Laut Lakeheath di New Jersey, pesawat itu menerima sambutan penuh kegembiraan. Tapi saat aliran kecil pengungsi yang dianiaya yang melarikan diri dari Nazi membanjiri pantai-pantai Amerika, kekhawatiran Eckener akan Swastika yang dipamerkan itu terbukti sangat berdasar. Di bulan Agustus 1936 lebih dari 100 orang demonstran Amerika, yang menyamar sebagai tamu kehormatan, menumpang kapal laut Jerman 'Bremen' saat merapat di dermaga New York dan meletuskan suatu protes yang bersifat mengacau melawan keterlibatan Hitler dalam Perang Saudara Spanyol.

Keamanan ditingkatkan di dermaga kapal laut dan di hanggar Hindenburg yang terletak di seberang sungai di Lakeheath. Parahnya lagi, pemerintah Amerika merasa prihatin oleh laporan bahwa Hindenburg menjadi target penembak yang telah melepaskan tembakan ke Zeppelin dari puncak pencakar langit Manhattan dan dari ladang-ladang terbuka di New Jersey!

Duta Besar Jerman di Washington menerima sejumlah besar telepon yang mengancam dan surat-surat dari pihak oposisi Nazi yang bertekad untuk menghancurkan Hindenburg dan mengusir Swastika dari langit Amerika.

Menyadari pukulan serius yang akan terjadi pada prestise rezim bila Hindenburg disabotase, maka Sicherheitsdienst (elit keamanan SS Nazi) mulai melakukan penggeledahan di hanggar Hindenburg di Frankfurt dan di kapal itu sendiri sebelum setiap penerbangan.

Pada hari Senin tanggal 3 Mei 1937, Oberst Fritaz Erdmann (Kepala dinas intelijen khusus baru Luftwaffe), diperintahkan untuk pergi ke kantor pusat SS di Berlin guna menjalani pengarahan tentang penerbangan Hindenburg yang dijadwalkan terbang di hari itu.

Erdmann dan kedua pejabat yunior yang hendak menemaninya dengan berpakaian sipil dalam penerbangan ke Amerika itu terkejut oleh pengarahan yang diberikan SS-Sturmbannführer Kurt Hufschmidt pada mereka. Perwira setingkat mayor itu memberitahu mereka, "Kami mendapat informasi terpercaya bahwa akan ada percobaan untuk menghancurkan penerbangan anda. Sabotase itu akan dilakukan dengan bom, mungkin setelah Hindenburg tiba di atas tanah Amerika. Serangan ini direncanakan untuk membuat tanah air rentan di mata musuh kita: orang-orang Jerman yang tak setia, orang-orang Yahudi, dan para pembuat masalah di Amerika."

Orang SS itu juga mengungkapkan bahwa di bulan Maret 1935 sebuah bom sudah ditemukan di salon ruang makan utama Graf Zeppelin, disembunyikan di bawah sebuah meja oleh salah satu penumpang. Bom itu berhasil dijinakkan dengan selamat.

Ia juga memberitahukan sebuah penggerebekan Gestapo di sebuah kamar hotel di Frankfurt yang disediakan bagi seorang penumpang misterius yang baru saja tiba dari Amerika di atas penerbangan Hindenburg. Orang itu telah bepergian dengan sebuah paspor Swedia palsu dan walaupun ia lolos dari Gestapo, mereka menggeledah kamarnya dan menemukan gambar teknis mendetail tentang Graf Zeppelin dan Hindenburg.

Erdmann diberi ikhtisar penumpang yang dicurigai yang terbang bersamanya. Daftar itu meliputi satu pasangan Jerman, keduanya jurnalis, yang diketahui mempunyai teman seorang penulis Yahudi; seorang fotografer muda dari Bonn yang biaya perjalanannya diatur oleh seorang eksekutif senior Zeppelin yang dipecat sebab ia mempunyai nenek moyang Yahudi; seorang eksekutif periklanan Amerika berusia 36 tahun yang dikenal sebagai mata-mata intelijen negara tersebut; dan Joseph Spah, seorang penghibur gedung musik berusia 35 tahun dari Douglaston, Long Island.

Spah adalah seorang pemain komedi dan akrobat yang bepergian dengan paspor Prancis dan beristrikan orang Amerika. Tapi orang SS yang tak berselera humor itu mencurigainya karena pertunjukan gedung musiknya, yang populer di berbagai bagian Berlin, dikenal mengandung lelucon melawan orang-orang yang berkuasa.

Di hanggar pemberangkatan di Frankfurt, seluruh penumpang dan bagasi mereka digeledah dengan teliti. Orang-orang keamanan menyita semua bola lampu kilat fotografer muda itu, takut kalau bohlam-bohlam itu digunakan untuk menimbulkan api dengan sengaja. Mereka juga menyinari sebuah boneka suvenir keramik Dresden kecil yang dibawa oleh Spah dengan sinar X.

Tapi petugas intelijen Luftwaffe meminta jaminan kepada kapten Hindenburg, Ernst Lehmann, bahwa pasangan suami istri jurnalis itu kedua-duanya adalah teman pribadinya yang sedang menuliskan biografinya. Dan kapten Lehmann bersikeras bahwa mata-mata Amerika yang bekerja untuk agen periklanan sudah diawasi secara cermat dan bukan merupakan ancaman. Petugas intelijen itu menerima penjelasannya.

Joseph Spah, menurut kapten, tak lebih dari seorang pengganggu. Ia membawa seekor anjing gembala Jerman muda yang lincah yang bepergian bersamanya untuk menjadi bagian dari pertunjukan barunya di Gedung Musik Radio City di New York. Anjing itu bepergian dalam kompartemen kapal di bagian belakang kapal udara dan dua kali Spah ditemukan di wilayah itu tanpa diawasi, jauh dari ruang santai penumpang yang diizinkan. Tapi mereka menerima penjelasannya bahwa ia harus secara pribadi memberi makan anjing muda yang gugup itu selama perjalanan dua setengah hari itu.

Oberst Erdmann meyakinkan kapten, "Penumpang manapun yang mensabotase Hindenburg dalam perjalanan ini sama saja melakukan bunuh diri. Saya rasa percobaan sabotase akan terjadi setelah kita berlabuh di Lakeheath. Kemudian akan menjadi tanggungjawab staff darat untuk memastikan keselamatan kapal udara."

Tapi menurut banyak penyelidik dan ahli sejarah, sebuah bom sudah berada di atas kapal. Sebuah bom bakar, dihubungkan dengan sebuah pengatur waktu fotografis ruang gelap yang bertenaga dua baterai kecil yang tersembunyi di dalam atmosfer hidrogen yang mudah meledak di Sel Gas Empat, dekat dengan ekor Hindenburg.

Hindenburg dijadwalkan berlabuh di Lakeheath pukul 06.00 tanggal 6 Mei. Tapi malam sebelumnya, pesawat itu didera angin sakal yang kuat di atas Newfoundland dan kapal udara itu mengirim berita radio bahwa ia baru bisa tiba pukul 18.00. Hindenburg selalu dibuat merapat tepat pukul 06.00 atau 18.00 untuk memberikan waktu kerja yang jelas bagi kru darat.

Sebuah komite penyambutan kecil yang menunggu kedatangan Hindenburg di Lakeheath mengambil manfaat atas penundaan itu dengan pergi untuk makan malam di kota terdekat di Toms River. Komite ini meliputi penyiar Herbert Morrison, yang sedang bersiap-siap untuk merekam komentar pendaratan kapal udara itu bagi para pendengar stasiun WLS di Chicago.

Pada tengah siang tanggal 6 Mei Hindenburg telah melewati Long Island dengan selamat, dan penampakan kapal udara raksasa dengan Swastikanya yang berkilauan menimbulkan kemacetan di Manhattan. Saat kapal udara itu melintasi stadion sepakbola di Ebbert's Field di Brooklyn, pertandingan antara Brooklyn Dodgers melawan Pittsburgh Pirates ditunda karena para pemain dan penonton seperti menganga mengagumi kebanggaan Jermannya Hitler!

Tepat sebelum pukul 16.00, kapal udara itu tiba di atas Lakeheath. Tapi kapten Lehmann kemudian memutuskan untuk berputar ke arah selatan untuk bertahan dalam angin badai selama dua jam hingga kru darat sudah berkumpul pada waktu kedatangannya yang dijanjikan.

Pada pukul 17.22, Hindenburg diberi saran oleh menara kontrol darat untuk tetap berputar-putar mendahului badai yang mendekat. Dan pada saat itulah, seperti yang diyakini orang, pengatur waktu detonator bom api yang tersembunyi di Sel Gas Empat menyala - untuk dua jam ke depan.

Satu jam kemudian Lakeheath mengirim berita radio: "Dinasihatkan untuk mendarat sekarang", dan kapal udara itu pun mengarah ke lapangan yang telah disediakan. Pada pukul 19.05 Hindenburg menyeberangi pagar selatan lapangan udara. Saat 92 orang anggota Angkatan Laut Amerika Serikat dan 139 pekerja sipil bersiap-siap untuk mencapai tali-tali pendaratan yang akan dijatuhkan dari Hindenburg untuk mengikat kapal, reporter radio Herbert Morrison bisa melihat para penumpang yang ceria di jendela dek tempat berjalan-jalan yang terbuka sambil melambaikan tangan kepadanya.

Pada pukul 19.22 Hindenburg menurunkan tali-tali pendaratan dan menghembuskan mesinnya yang terakhir kalinya untuk mensejajarkan kapal dengan menara pendaratan setinggi 61 meter.

Bila kapal udara itu tepat waktu, semua penumpang akan sudah turun dan pesawat itu hanya akan mengambang di tiang pendaratan dengan satu orang kru yang diperlukan saja. Tapi pengatur waktu bom telah diatur sesuai dengan jadwalnya yang asli...

Pada pukul 19.22 itu terlihat segumpal nyala api dan sebuah bola api berdiameter 122 m meledak dari kerangka bertutup linen Hindenburg.

Herbert Morrison sedang melukiskan pemandangan saat kapal udara itu berlabuh:

"Sungguh pemandangan yang indah, pemandangan yang menggetarkan jiwa... pemandangan yang luar biasa. Matahari bersinar di jendela dek pengamat di sisi barat dan berkilauan seperti permata yang berkelap-kelip di atas latar belakang beludru gelap. Oh, oh, oh... kapal itu menyala terbakar! Tolong keluarlah! Oh, ini mengerikan... kapal itu terbakar, meledak menjadi bola api, kapal itu runtuh! Oh, ini adalah salah satu peristiwa terburuk, oh, dari segi kemanusiaan..."

Suaranya hilang ditelan airmata...

Ketika film dari kamera berita yang merekam bola api itu diproses, film itu menunjukkan bahwa hanya perlu waktu 34 detik sejak ledakan api pertama hingga kerangka Hindenburg yang berkilauan itu menghantam tanah! Jutaan meter kubik hidrogen menyala dalam waktu kurang dari satu menit, walaupun nyala api, mesin, minyak bahan bakar dan kerangka bertahan selama berjam-jam.

Para kru di atas tanah yang sedang memegang tali-tali pendaratan di bawah raksasa yang terbakar itu langsung menyebar kacau dan berlarian demi menyelamatkan hidup mereka.

Salah satu kru itu, Allen Hagaman, tersandung jeruji yang mengelilingi menara pendaratan dan kerangka kapal yang menyala itu tanpa ampun jatuh di atasnya. Ia diidentifikasi keesokan harinya melalui sisa-sisa gosong cincin kawinnya...

Tapi dalam beberapa detik sewaktu Hindenburg jatuh dari udara, ada orang-orang yang lolos dengan ajaib saat para penumpang dan kru melompat dari kapal udara yang jatuh, atau hanya tinggal di dalam reruntuhan yang terbakar itu hingga sampai di atas tanah dan berlari menuju ke tempat aman melalui lingkaran-lingkaran putih panas kerangka Hindenburg! Joseph Spah adalah salah satu dari mereka yang selamat. Ia melompat lebih dari 9 meter dari kapal udara yang terbakar dan, dengan latihan akrobatnya, tampaknya mendarat tanpa terluka! Intelijen Luftwaffe Oberst Fritz Erdmann, yang meramalkan bahwa serangan baru akan dilakukan setelah Hindenburg mendarat, mati dalam kobaran api. Dari 36 penumpang, 13 orang di antaranya tewas. Dari 61 kru kapal, 22 orang yang tewas.

Dalam komisi penyelidikan yang diadakan kemudian, para ahli Jerman diundang untuk bergabung dalam penyelidikan sebagai 'pengamat'. Sebagian besar diskusi komisi ini adalah pembicaraan 'off-the-record' antara pejabat pemerintah Amerika dan diplomat tingkat tinggi Jerman.

Dokumen-dokumen yang sekarang disimpan di Lembaga Arsip Nasional di Washington menunjukkan bahwa ahli-ahli teknik Amerika dan Jerman setuju untuk tidak menganggap sabotase sebagai penyebab malapetaka - paling tidak di depan umum!

Arsip ini menunjukkan bahwa para pejabat senior Departemen Perdagangan dan Dalam Negeri Amerika memperingatkan pengacara Komisi Mr. Trimble Jr. bahwa "penemuan adanya sabotase dapat menyebabkan terjadinya insiden internasional, terutama di pantai-pantai ini". Komisi itu juga mengabaikan laporan tertulis detektif George McCartney dari unit penjinak bom kepolisian New York, yang sebelumnya telah menganalisa reruntuhan dan merekonstruksi detail teknis bom api yang ia yakini ditempatkan di Sel Gas Empat. Dan panglima Luftwaffe, Hermann Göring, memerintahkan para penasihat teknis Jerman di komisi untuk tidak bekerjasama dalam kesempatan apapun di dalam penyelidikan yang menunjukkan adanya sabotase oleh anggota kru yang mana saja!

Setelah dengar pendapat selama satu bulan, komisi ini mencapai kesimpulan yang didukung oleh pihak Amerika maupun pihak Jerman. Bola api hidrogen itu dinyalakan, kata mereka, oleh sebuah percikan aneh listrik statis, sebuah fenomena tak menguntungkan yang tak pernah terlihat sebelumnya maupun sesudah peristiwa ini! Hermann Göring menyetujuinya. "Itu adalah tindakan Tuhan. Tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya."

Tapi di balik drama di Jerman, tanpa belas kasihan Gestapo menginterogasi keluarga dan teman setiap kru dan penumpang Hindenburg. Kecurigaan mereka akhirnya terpusat pada Erich Spehl yang berusia 25 tahun. Sebagai petugas pemasang tali-temali di atas kapal Hindenburg, ia adalah salah satu kru yang bertanggungjawab untuk mengecek kebocoran kantung gas.

Spehl adalah seorang Katolik yang taat, dan tak pernah menjadi pendukung kuat rezim Nazi. Ia punya satu kelemahan besar, yaitu cinta membuta terhadap seorang janda yang sepuluh tahun lebih tua darinya dan yang telah menjadi kekasihnya selama ini.

Para agen Gestapo, yang telah mengecek gosip itu dengan para tetangga Spehl di Frankfurt, menemukan bahwa pemuda itu telah mengalami pertemuan traumatis dengan bekas suami kekasihnya tepat sebelum perjalanan terakhir Hindenburg. Orang itu datang ke apartemen Spehl. Ia seorang artis yang kurus kering dan separuh gila karena takut. Ia lari dari Gestapo dan memerlukan uang untuk melarikan diri.

Spehl memberinya semua uang yang ia miliki... dan kemudan memberitahu Gestapo. Para penyiksa Nazi menangkap artis itu dan menghancurkan jari-jarinya satu demi satu dengan sebuah penjepit hingga tulang-tulang bermunculan dari buku-buku jarinya! Spehl dilaporkan menjadi marah sewaktu melihat hal ini, dan kemarahannya masih menggelegak ketika ia menumpang penerbangan Hindenburg yang fatal itu.

Para penyelidik Gestapo di Frankfurt menghancurkan apartemen Spehl hingga berkeping-keping. Mereka tak dapat menemukan tanda-tanda kekasihnya, yang telah melarikan diri dari kota itu. Dan mereka pun tak dapat menemukan jejak alat baru kesayangan Erich untuk ruang gelap fotografinya, pengatur waktu dua zaman miliknya.

Mereka juga tak bisa menginterogasi Erich Spehl. Ia meninggal, terbakar secara mengerikan, dalam rumah sakit lapangan darurat yang didirikan di Lakeheath, di sebelah bara yang menyala pada kapal udara terbesar di dunia yang terakhir...


Sumber :
Buku "Misteri Besar Yang Tak Terjawab" dari Alice Saputra Communication
www.life.com


No comments: