Monday, March 30, 2020

Foto Dietrich von Saucken, Jenderal Panzer Terkemuka

  General der Panzertruppe Dietrich von Saucken (16 Mei 1892 - 27 September 1980) adalah jenderal pasukan panzer Jerman dalam Perang Dunia II, salah satu dari hanya 27 orang di seantero Wehrmacht / SS yang dianugerahi penghargaan super bergengsi: Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub, Schwerter und Brillanten (keriting dah tuh lidah!). Dia adalah tipikal perwira Prusia totok, baik penampilan maupun kepribadiannya. Monokel (kacamata tunggal) tidak pernah lepas dari mata kirinya, pedang di pinggangnya, dan penampilannya yang kaku pun seakan menegaskan dari mana dia berasal. Meskipun begitu, Saucken pada awalnya justru mempunyai cita-cita menjadi seniman, tapi kemudian dia memilih untuk mendaftar di Angkatan Darat Prusia pada tahun 1910 tak lama setelah lulus SMA. Dia ikut bertempur dalam Perang Dunia Pertama (1914-1918), begitu juga dalam kekacauan yang terjadi sesudahnya, dimana Saucken bergabung dengan unit Freikorps lokal demi membendung pemberontakan kaum Komunis Jerman. Pada tahun 1921 dia ditarik menjadi anggota Reichswehr (Angkatan Bersenjata Republik Weimar), dan menjadi ahli dalam bahasa Rusia setelah ditugaskan ke Uni Soviet pada tahun 1927. Pada saat Perang Dunia II pecah (1 September 1939), Saucken sudah menjadi Komandan Resimen Kavaleri dengan pangkat Oberst. Dia ikut ambil bagian dalam kampanye militer Jerman di Prancis, Balkan dan Rusia. Dalam kancah Pertempuran Moskow di akhir tahun 1941, Saucken diangkat sebagai Komandan 4. Panzer-Division. Dia memimpin unit barunya dengan begitu semriwing, sehingga diganjar dengan medali Ritterkreuz (6 Januari 1942) beserta turunannya, Eichenlaub (22 Agustus 1943) dan Schwerter (30 Januari 1944). Satu lagi yang terakhir, Brillanten, dia dapatkan pada tanggal 8 Mei 1945 saat perang baru saja berakhir di Eropa. Meskipun notabene seorang pahlawan Jerman, Saucken tidak pernah menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap "braune Bande" (gerombolan coklat) alias orang-orang Nazi. Ketika dia diperintahkan oleh Hitler untuk mengambil-alih komando 2. Armee pada bulan Maret 1945, dia datang ke markas sang Führer dengan "tangan kirinya secara santuy diselonjorkan di pedang kavaleri yang selalu dibawanya, sementara monokel terpasang di salah satu matanya". Von Saucken lalu memberi hormat tradisional tentara dan membungkuk sedikit. Tak terbayangkan, karena ini adalah tiga "pelanggaran berat" sekaligus: Dia sama sekali tidak memberikan salam Nazi dengan mengangkat tangannya dan meneriakkan 'Heil Hitler' (seperti yang tertera dalam peraturan resmi semenjak 20 Juli 1944), dia tidak menyerahkan senjatanya untuk disimpan saat masuk... dan dia tetap memakai monokelnya tanpa terganggu saat memberi salam pada Hitler! Ketika diberitahu oleh Hitler bahwa dia akan berada di bawah perintah dari Albert Forster yang merupakan Gauleiter (Gubernur Nazi) di Danzig, Saucken "langsung memandang Hitler di matanya... dan menghentakkan kedua tangannya dengan keras di meja marmer tempat menyimpan peta, dia menjawab 'Aku tak akan pernah menempatkan diriku, Herr Hitler, di bawah perintah dari seorang Gauleiter'. Dengan melakukan ini Saucken telah jelas-jelas menentang perintah langsung dari Hitler dan, lebih-lebih lagi, tidak memanggil pemimpin Jerman yang ditakuti itu dengan sebutan Mein Führer! Yang lebih mengejutkan lagi bagi semua yang hadir disitu, Hitler tampak pasrah pada kehendak jenderalnya yang keras kepala tapi berotak brilian ini, tidak murka seperti biasanya, dan dengan tenang membalas, "baik Saucken, pegang komando untuk dirimu sendiri". Hitler dan Saucken berpisah tanpa berjabat tangan, dan si jenderal Prusia itu meninggalkan ruangan dengan sedikit saja menggerakkan badannya ke bawah untuk membungkuk tanda hormat! Ingat beibeh, ini bukan berarti bahwa pribadinya bertipe pemberontak dan semangat tempurnya telah menurun sehingga dia tampak sangat tidak menghormati pemimpinnya sendiri. Ini adalah hasil keteguhan seorang didikan staf jenderal Prusia sejati yang memegang teguh sumpah keprajuritan. Bolehlah dia kurang hormat sama Hitler, tapi perintah Hitler diturutinya sampai akhir. Bukankah dia baru menyerah satu hari setelah semua pasukan Jerman lain menurunkan senjatanya? Bukankah dia telah mendarmabaktikan seluruh tenaga dan pikirannya untuk negaranya, sehingga anaknyapun telah menjadi "tumbal" dari perjuangannya? Bukankah semua penghargaan dan medali yang telah diraihnya menjadi pertanda dari kedahsyatannya di medan pertempuran? Tentunya Hitler tidak akan memilih Saucken kalau tahu jenderalnya ini memang selembek perkedel dan bukannya "mutu manikam" yang tak tergoyahkan badai sedahsyat apapun! Kekerasan hatinya ini tampak ketika di hari-hari akhir Perang Dunia II, saat Karl Dönitz (pengganti Hitler sebagai pemimpin Jerman) mengirimkan sebuah pesawat demi mengevakuasi jenderalnya yang berharga ini agar terhindar dari tangkapan Rusia. Lalu apa reaksi Saucken? Bukannya berterimakasih dan buru-buru naik pesawat, dia malah menolak mentah-mentah tawaran Dönitz dan lebih memilih masuk penjara Rusia yang terkenal brutal bersama dengan pasukan yang sangat dicintainya! Soviet pun tidak mampu menundukkan keteguhannya dalam bersikap. Ketika dia disuruh untuk menandatangani sebuah surat pernyataan palsu, Saucken menolak dengan keras sehingga akibatnya dia harus menerima vonis palu hakim kerja paksa selama 20 tahun, dimasukkan dalam sel terpisah, dan mendapat siksaan begitu berat sehingga harus menggunakan kursi roda di sisa akhir hidupnya! Biografi singkatnya bisa dilihat DISINI


Lagebesprechung (brifing) para perwira tinggi Heeresgruppe Mitte yang diselenggarakan di markas 2. Armee di Orel, Rusia, kemungkinan pada akhir musim semi tahun 1943 sebelum dimulainya Unternehmen Zitadelle atau Pertempuran Kursk. Yang duduk di sebelah kanan adalah Generalleutnant Dietrich von Saucken (Kommandeur 4. Panzer-Division), sementara yang memakai jaket bulu sambil membelakangi kamera adalah Generalfeldmarschall Hans-Günther von Kluge (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Mitte)


Generalleutnant Dietrich von Saucken sedang mencoba salah satu panzer baru yang diterima oleh 4.Panzer-Division di musim panas 1943 tepat sebelum Operasi 'Zitadelle'. Pz.Bef.Wg.III ini telah dilapisi warna kamuflase pasir di atas abu-abu gelap, sementara nomor taktis 'D02' dibuat dengan cat hitam. Saat itu (antara April s/d awal Juli 1943) bisa dibilang sebagai "saat membahagiakan" bagi divisi pimpinan Saucken, karena mereka menerima tambahan mesin perang baru begitu banyak, sebanyak yang diterima dalam kurun waktu dua tahun sebelumnya! Salah satu kendaraan barunya adalah seperti yang tampak di foto atas, Pz.Bef.Wg.III di atas sasis Ausf.J yang berbeda dibandingkan dengan Pz.Bef.Wg.III biasa dalam hal persenjataan utamanya yang operasional dan turetnya yang bisa berputar. Kendaraan jenis ini lalu dimasukkan ke unit markas divisi dan Panzer-Regiment 35


Foto ini kemungkinan besar diambil pada tahun 1943, dan memperlihatkan para perwira dari 4. Panzer-Division dalam sebuah jamuan makan. Menghadap kamera, dari kiri ke kanan: seorang Oberstleutnant tak dikenal, Oberst Clemens Betzel (Kommandeur Panzer-Artillerie-Regiment 103), Generalleutnant Dietrich von Saucken (Kommandeur 4. Panzer-Division), dan Oberst Dr.med.dent. Karl Mauss (Kommandeur Panzergrenadier-Regiment 33). Uniknya, Saucken dan Mauss menjadi dua dari hanya 27 orang di seantero Wehrmacht yang nantinya mendapatkan medali bergengsi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub Schwerter und Brillanten, Mauss di urutan ke-26 (15 April 1945) sementara Saucken di urutan ke-27 (8 Mei 1945)!


 Oberst Dr.med.dent. Karl Mauss (Kommandeur Panzergrenadier-Regiment 33 / 4.Panzer-Division) berdiskusi dengan Generalleutnant Dietrich von Saucken (Kommandeur 4. Panzer-Division) yang nongkrong di atas schützenpanzerwagen (halftrack) Sd.Kfz. 251/6 Ausf.A mittlere Funkpanzerwagen (Kommandopanzerwagen). Tidak ada keterangan kapan dan dimana foto ini diambil, tapi kemungkinan besar di tahun 1943 di Front Timur. Uniknya, Saucken dan Mauss menjadi dua dari hanya 27 orang di seantero Wehrmacht yang nantinya mendapatkan medali bergengsi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub Schwerter und Brillanten, Mauss di urutan ke-26 (15 April 1945) sementara Saucken di urutan ke-27 (8 Mei 1945)!


Setelah puas menunggang panzer, kini giliran kuda yang ditunggangi oleh Dietrich von Saucken!


Komandan 4.Panzer-Division Dietrich von Saucken sedang berunding bersama para komandan lapangannya. Di latar belakang adalah half-track komandonya, SdKfz 251/6 Ausf.B, sementara di sebelah kanan adalah SdKfz 250/1 dengan plat nomor WH-1451180


Dietrich von Saucken di atas half-tracknya. Dari foto ini kita bisa mengetahui, berdasarkan goresannya, bahwa kendaraan ini berwarna dasar abu-abu gelap yang ditambahi kamuflase warna pasir. Label pengiriman dan daya angkutnya merupakan hasil cat ulang, yang jelas mengindikasikan bahwa ini adalah SdKfz 251/6. Sekedar informasi saja, dari seluruh pihak yang bertikai dalam Perang Dunia II, Jerman adalah satu-satunya negara yang memberi perhatian besar terhadap seni kamuflase, sehingga tidak heran kalau hal ini berkontribusi terhadap minat luar biasa para pemerhati terhadap kendaraan militer Jerman era tersebut


Generalfeldmarschall Walter Model (kiri) bersama dengan jenderal-jenderalnya. Yang di tengah jelas-jelas Dietrich von Saucken (wajah dan potongan rambutnya yang khas emang "nempel" banget!) sementara yang di kanan tampaknya adalah Georg-Hans Reinhardt


Emblem baru dari 4. Panzer-Division yang diperkenalkan di awal tahun 1944 setelah sang komandan divisi (siapa lagi kalau bukan Dietrich von Saucken!) dianugerahi Schwertern ke Ritterkreuz-nya. Emblem itu sendiri dibuat dari warna kuning dengan warna dasar hitam dan terdiri dari logo divisi pertama (rune manusia dalam lingkaran yang mula diperkenalkan di Prancis tahun 1940) yang sekarang ditambahi gambar pedang bersilang (yang melambangkan medali bergengsi yang telah diraih Saucken) di bawahnya. Emblem pertama telah digunakan secara terbatas dalam kampanye di Uni Soviet dan digantikan dengan lambang kepala panah di tahun 1943. BTW, emblem di foto di atas terpasang di mobil Horch yang biasa dipakai cross-sountry


Generalleutnant Dietrich von Saucken berdiri di atas kendaraan halftrack SdKfz 251/6 Ausf.B yang berjalan mendekati para penjaga gerbang di markas sementara 4.Panzer-Division yang terletak di hutan pinus Rusia. Ini merupakan kebiasaan Saucken yang selalu berkeliling medan tempur dan menginspeksi pasukan menggunakan halftrack pribadi tua yang telah dipakainya selama bertahun-tahun. Kendaraan ini dilengkapi dengan frame antena model lama yang dipakai untuk set radio jarak jauh, panji komando yang terletak di mudguard sebelah kiri, dan... sebuah ladam kuda yang dipasang di bagian depan. Gunanya? Untuk keberuntungan! Ternyata orang bule juga percaya yang ginian...


Kendaraan yang dinaiki Dietrich von Saucken sendiri mempunyai pola warna kamuflase coklat dan hijau di atas warna pasir sedikit gelap. Yang menarik dari foto ini adalah rambu pos di sebelah kiri pintu gerbang yang terbuat dari kayu dan ditambah bentuk tank (yang juga terbuat dari kayu, yang anehnya mirip banget sama tank Sherman punya Amerika!). Tulisan di rambu tersebut berbunyi "Saucken-Hausen" yang secara literal berarti "Rumah-Saucken". Di bawahnya, sebuah emblem divisi kecil tak lupa dicat di tiang. BTW, foto ini dan foto di atasnya diambil saat acara pidato perpisahan Saucken kepada 4.Panzer-Division karena dia telah dipindahkan memegang komando dan jabatan lebih tinggi sebagai panglima XXXIX Panzer-Korps


Generalleutnant Dietrich von Saucken berkeliling meninjau kamp di hari terakhirnya sebagai komandan 4.Panzer-Division, bulan April 1944. Di foto ini tampak dia melintasi Panzer IV Ausf.H terbaru dari I./Panzer-Regiment 35 yang membawa nomor taktis '425' di lapisan baja turetnya, yang mengindikasikan bahwa dia berasal dari 4.Kompanie. Panzer tersebut diberi tiga warna kamuflase coklat dan hijau di atas warna pasir gelap. Tepat berdiri di depan panzer, salah seorang soldat tampak memakai 'Kholm Shield' atau 'Crimea Shield' di lengan kirinya


Panji berbentuk tombak tampak lebih jelas di foto ini ketika sang jenderal melintasi Panzer IV Ausf.H lainnya. Panji tersebut dibuat dari metal yang dicat hitam di atas putih di atas garis merah yang mengindikasikan bahwa yang punyanya adalah komandan divisi panzer. Panji yang lebih kecil umumnya jarang terlihat, dan kadang dicat kuning atau abu-abu di atas pelat persegi panjang


Emblem divisi terpasang di lapisan depan dari Panzer IV Ausf.H di latar depan ini. Emblem tersebut terbuat dari warna kuning di atas warna dasar hitam dengan tambahan tulisan 'I./Pz.Rgt.35'. Simbol "belah ketupat" panzer dan nomor mengindikasikan kompi panzer tersebut berasal


Foto close-up dari Dietrich von Saucken yang berdiri di atas kompartemen kru dari half-track komandonya. Pola kamuflase kendaraan tersebut dapat dengan jelas terlihat disini, dimana corak yang lebih gelap adalah warna coklat sementara yang sedikit cerah berarti warna hijau


Tiga foto di atas diambil saat pidato perpisahan Dietrich von Saucken kepada para prajurit dan perwira 4.Panzer-Division. Komando diserah-terimakan kepada Oberst Clemens Betzel (yang sebelumnya adalah komandan Panzer-Artillerie-Regiment 103) yang kemudian dilanjutkan dengan naik pangkatnya sang Oberst menjadi Generalmajor tanggal 1 Juli 1944. Perhatikan pola kamuflase yang beragam dari dua buah Panzer IV Ausf.H yang terpampang di foto-foto atas. Foto paling bawah memperlihatkan dengan jelas metode pemasangan lapisan "rok" baja tambahan untuk mencegah tembakan meriam dari samping


 Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht) memberikan selamat kepada perwira-perwira terbaik Wehrmacht yang baru saja mendapatkan medali Schwerter atau Eichenlaub. Foto ini diambil di tempat peristirahatan sang Führer di Berghof Obersalzberg pada tanggal 25 Mei 1944. Para penerimanya adalah, dari kiri ke kanan: Generalleutnant Dietrich von Saucken (Schwerter #46 tanggal 30 Januari 1944 sebagai Kommandeur 4. Panzer-Division), Generalleutnant Georg-Wilhelm Postel (Schwerter #57 tanggal 26 Maret 1944 sebagai Kommandeur 320. Infanterie-Division), Oberst Franz Griesbach (Schwerter #53 tanggal 6 Maret 1944 sebagai Kommandeur Grenadier-Regiment 399 / 170.Infanterie-Division), General der Artillerie Maximilian Fretter-Pico (Eichenlaub #368 tanggal 16 Januari 1944 sebagai Kommandierender General XXX. Armeekorps), General der Infanterie Friedrich Schulz (Eichenlaub #428 tanggal 20 Maret 1944 sebagai Kommandierender General III. Panzerkorps), Generalmajor Ernst-Günther Baade (Eichenlaub #402 tanggal 22 Februari 1944 sebagai Führer 90. Panzergrenadier-Division), Oberst Herbert Schwender (Eichenlaub #442 tanggal 6 April 1944 sebagai Kommandeur Grenadier-Regiment 45 / 21.Infanterie-Division), Major Heinz Wittchow von Brese-Winiary (Eichenlaub #441 tanggal 6 April 1944 sebagai Führer II.Bataillon / Panzergrenadier-Regiment 108 / 14.Panzer-Division), serta Hauptmann der Reserve Heinrich Hogrebe (Eichenlaub #454 tanggal 13 April 1944 sebagai Kommandeur II.Bataillon / Grenadier-Regiment 422 / 126.Infanterie-Division)


 Generalleutnant Dietrich von Saucken dalam beberapa foto studio yang diambil oleh fotografer pribadi Adolf Hitler, Walter Frentz, di Obersalzberg (Bavaria), pada tanggal 25 Mei 1944. Di tanggal tersebut, Saucken dan beberapa jenderal Wehrmacht terpilih lainnya diundang oleh sang Führer ke Berghof Obersalzberg untuk menerima ucapan selamat atas medali terbaru yang telah mereka peroleh (Schwerter atau Eichenlaub). Saucken sendiri dianugerahi Schwerter #46 zum Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub pada tanggal 30 Januari 1944 sebelumnya, yang diberikan sebagai penghargaan atas prestasinya sebagai Komandan 4. Panzer-Division dalam pertempuran defensif yang sengit dan berat melawan pasukan Soviet di sekitar Gomel, yang berlangsung di akhir tahun 1943. Pada saat foto ini diambil, Saucken sudah meninggalkan 4. Panzer-Division dan naik jabatan sebagai Komandan sementara III. Panzerkorps


 Foto ini diambil di Rusia pada tahun 1944, dan memperlihatkan Generalleutnant Dietrich von Saucken (Kommandeur 4. Panzer-Division) yang sedang berjalan sambil memakai mantel jenderal berkerah merah marun, yang diikuti oleh perwira yang kemungkinan adalah Oberst Ernst-Wilhelm Hoffmann (Kommandeur Panzergrenadier-Regiment 12 / 4.Panzer-Division). Tampaknya mereka sedang dalam keadaan terburu-buru, yang diindikasikan oleh seorang anggota divisi lain di latar belakang yang terlihat sedang berlari


 Dari kiri ke kanan: Hauptmann der Reserve Fritz-Rudolf Schultz (Kommandeur I.Abteilung / Panzer-Regiment 35 / 4.Panzer-Division) dan Generalleutnant Dietrich von Saucken (Kommandeur 4. Panzer-Division). Foto ini diambil pada tanggal 21 April 1944, dalam acara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Hauptmann Schultz. Medali bergengsi tersebut diberikan setelah batalyon panzer pimpinan Schultz menghancurkan 19 tank Soviet pada tanggal 1 Agustus 1943, dilanjutkan dengan 26 tank pada tanggal 2 Agustus 1943, 13 tank tanggal 28 Agustus 1943, dan 22 tank tanggal 19 November 1943. Selain itu, batalyon ke-1 juga dianggap berhasil dalam pertempuran defensif di Desna, Dnieper dan sungai Ssosh, dilanjutkan dengan kesuksesan Operasi Nikolaus tanggal 21 Desember 1943 serta pertempuran defensif di Kalinkovitschi (8-29 Januari 1944)



Generalleutnant Dietrich von Saucken (Kommandeur 4. Panzer-Division) di pos komandonya di Front Timur tahun 1944. Di lehernya tercantol medali Schwerter zum Ritterkreuz yang didapatkannya pada tanggal 30 Januari 1944. Foto ini menjadi salah satu dari yang sedikit yang memperlihatkan seorang jenderal Wehrmacht memakai seragam hitam Panzertruppen!


Dari kiri ke kanan: Generalmajor Clemens Betzel (Kommandeur 4. Panzer-Division), Generaloberst Georg-Hans Reinhardt (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Mitte), dan
General der Panzertruppe Dietrich von Saucken (Kommandierender General XXXIX. Panzerkorps). Foto ini diambil pada bulan Agustus 1944 sewaktu 4. Panzer-Division (Betzel) berada di bawah kendali XXXIX. Panzerkorps (Saucken), yang juga menjadi bagian dari Heeresgruppe Mitte (Reinhardt)


General der Panzertruppe Dietrich von Saucken (kiri, Kommandierender General XXXIX. Panzerkorps) memberikan ucapan selamat kepada Generalmajor Clemens Betzel (Kommandeur 4. Panzer-Division) atas raihan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes yang diterimanya pada tanggal 5 September 1944. Saucken sendiri adalah mantan komandan 4. Panzer-Division dalam tiga periode yang berlainan (27 Desember 1941 - 2 Januari 1942, 31 Mei 1943 - Januari 1944, dan Februari 1944 - 1 Mei 1944). Foto diambil di Front Latvia


 Para Ritterkreuzträger (peraih medali Ritterkreuz) dari 4. Panzer-Division berkumpul dalam acara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Komandan Divisi mereka, Generalleutnant Clemens Betzel, dalam sebuah foto yang diambil pada tanggal 5 September 1944 di Latvia. Dari kiri ke kanan: Oberstleutnant im Generalstab Peter Sauerbruch (Ia Erster Generalstabsoffizier 4. Panzer-Division. Ritterkreuz tanggal 4 Januari 1943), Oberfeldwebel Helmut Thierfelder (Zugführer in der 6.Kompanie / II.Bataillon / Panzergrenadier-Regiment 33. Ritterkreuz tanggal 4 September 1944), Hauptmann Wilhelm Westermann (Kommandeur Panzer-Aufklärungs-Abteilung 4. Ritterkreuz tanggal 15 September 1941), Oberst Ernst-Wilhelm Hoffmann (Kommandeur Panzergrenadier-Regiment 12. Ritterkreuz tanggal 4 September 1940 dan Eichenlaub tanggal 9 Juni 1944), General der Panzertruppe Dietrich von Saucken (Kommandierender General XXXIX. Panzerkorps yang juga merupakan mantan Komandan 4. Panzer-Division. Ritterkreuz tanggal 6 Januari 1942, Eichenlaub tanggal 22 Agustus 1943, Schwerter tanggal 30 Januari 1944, dan Brillanten tanggal 8 Mei 1945), Generalmajor Clemens Betzel (Kommandeur 4. Panzer-Division. Ritterkreuz tanggal 5 September 1944 dan Eichenlaub tanggal 11 Maret 1945), Oberst Gerlach von Gaudecker-Zuch (Kommandeur Panzergrenadier-Regiment 33. Ritterkreuz tanggal 8 Agustus 1944), Hans Christern (Kommandeur Panzer-Regiment 35. Ritterkreuz tanggal 31 Januari 1941), dan satu orang lagi yang tidak diketahui namanya



Berbagai pose dari Dietrich von Saucken, lengkap dengan monokelnya yang khas



Sumber :
Buku "4.Panzer-Division on the Eastern Front 1941-1943" karya Robert Michulec
Buku "4.Panzer-Division on the Eastern Front (2) 1944" karya Robert Michulec
Majalah "The Combat Tanks Collection" edisi No.102
CD "Deutsches Wehrkundearchiv"
CD "Ritterkreuzträger im Bild"
Foto koleksi pribadi Sepp45 / Malvinas
Foto koleksi pribadi Tibor Bogar "Fakatona"
www.en.wikipedia.org
www.forum.axishistory.com
www.historicalwarmilitariaforum.com
www.thirdreichcolorpictures.blogspot.com
www.warandgame.com
www.warrelics.eu
www.wehrmacht-awards.com

Monday, March 23, 2020

Urkunde (Dokumen) Ritterkreuz



 
Frieda Thiersch (1889-1947) adalah seniman yang bertugas menjilid dokumen penganugerahan dokumen Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes serta turunannya (Eichenlaub, Schwertern, Brillanten dan Goldenem Eichenlaub). Putri dari Friedrich von Thiersch (arsitek terkenal kota Münich) ini di masa mudanya pernah menjadi model patung Athena yang diletakkan di Maximiliansbrücke, Münich. Pembuatnya? Siapa lagi kalau bukan ayahnya tercinta! Karena berasal dari keluarga yang menghargai seni, Frieda pun kemudian mempunyai ketertarikan besar pada seni dan ornamennya. Dia belajar penjilidan buku di London dari pakarnya yang merupakan orang Skotlandia, Charles McLeish. Perang Dunia Pertama membuat hobi sekaligus mata pencahariannya terganggu, dan Frieda menjadi suster rumah sakit militer untuk sementara waktu. Setelah perang usai, Frieda bekerja di Bremer Presse, salah satu dari hanya dua perusahaan penjilid buku yang dianggap terbaik di Jerman. Tak lama nama wanita satu ini sudah mengemuka karena karya-karyanya yang dianggap unik dan berkelas. Pada tahun 1930-31 dia bahkan mendapatkan pesanan khusus dari Vatikan untuk menjilid buku doa yang digunakan langsung oleh Paus! Ketika Nazi naik ke tampuk kekuasaan di tahun 1933, nama Frieda pun dipilih untuk membuatkan sertifikat eksklusif untuk kepentingan Adolf Hitler. Pada tahun 1937 dia mendapatkan kontrak untuk membuatkan sampul buku penghormatan untuk kunjungan diktator Italia Mussolini di tahun itu. Desain elang Nazi dengan sayap menghadap ke bawah yang diciptakannya kemudian menjadi insignia standar Nazi untuk seterusnya! Frieda Thiersch menjelma menjadi pilihan nomor satu bagi para petinggi Nazi dalam hal pembuatan jilid dan sampul buku, yang berpuncak pada penunjukan dirinya sebagai pembuat sampul urkunde (dokumen) penganugerahan medali keberanian tertinggi Jerman dalam Perang Dunia II: Ritterkreuz


Franziska Kobell adalah seniman grafis yang bertugas untuk membuat kaligrafi serta sepuhan yang terdapat di dalam urkunde (dokumen) penganugerahan medali Ritterkreuz. Bersama dengan Gerdy Troost (penerbit), Frieda Thiersch (pembuat sampul), serta Franz dan Hermann Wandinger (penyemat perhiasan), Kobell memproduksi 7.000 lebih dokumen penganugerahan medali keberanian Jerman paling bergengsi tersebut, ditambah lagi dengan sekitar 800 dokumen Eichenlaub, 150 dokumen Schwerter, dan masing-masing satu untuk dokumen Goldenem Eichenlaub serta Großkreuz


Sumber :
www.boingboing.net
www.ritterkreuzurkunden.com

Saturday, March 14, 2020

Kunjungan Delegasi Militer Axis ke Asia Tenggara




Oleh : Alif Rafik Khan

Tak lama setelah jatuhnya Hindia-Belanda ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, sebuah delegasi militer dari negara-negara yang bersekutu dengan Jepang melakukan kunjungan ke wilayah-wilayah kekuasaan baru negara Matahari Terbit di Asia Tenggara, khususnya lokasi yang pernah menjadi ajang pertempuran sengit sebelumnya. Terdapat empat orang atase militer Negara Poros di Jepang yang ikut serta dalam kunjungan, dan mereka berasal dari Jerman, Italia, Rumania serta Finlandia. Dari Jerman diwakili oleh Oberst Alfred Kretschmer, dari Italia oleh Kolonel Guido Bertoni, dari Rumania oleh Brigadir-Jenderal Gheorghe Bagulescu, dan dari Finlandia oleh Kolonel Auno Kaila.

Pada tanggal 9 Maret 1942 seluruh rombongan bertolak dari Tokyo dan kemudian tiba di Hongkong melalui jalur Formosa / Taiwan. Pada tanggal 13 Maret mereka mengunjungi lokasi-lokasi di Kowloon dan Hongkong, terutama bekas benteng pertahanan Inggris yang masih tersisa. Setelah berhenti sebentar di Saigon dan Bangkok, pada tanggal 19 Maret rombongan terbang dari bandara Don Muang di Thailand menuju ke Alor Setar di Malaya. Letnan-Kolonel Shizuo Saeki, Komandan Resimen Tank ke-1 AD Jepang, bela-belain berkendara selama tiga hari lamanya hanya untuk menemui mereka, dan kemudian menjadi guide dadakan saat menjelaskan mengenai apa saja yang terjadi selama berlangsungnya Pertempuran Jitra di Kedah.

Keesokan harinya - 20 Maret 1942 - rombongan berangkat dari Ipoh menuju Kuala Lumpur, dengan menggunakan jalan darat yang lumayan sulit dilalui karena harus melewati hutan belantara. Pada tanggal 21 Maret rombongan tiba di Singapura, dan langsung berangkat lagi menuju Johor Bahru.

Kunjungan selanjutnya pada tanggal 22 Maret 1942 adalah balik ke pelabuhan militer di Seletar, Singapura. Pada tanggal 23 Maret rombongan melakukan peninjauan ke bekas lokasi pertempuran dari atas sebuah bukit di Kallang, dan melihat langsung salah satu dari beberapa buah meriam kaliber 38mm yang digunakan untuk menjaga Singapura dari kemungkinan invasi.

Pada tanggal 24 Maret 1942 rombongan terbang menuju Palembang di pulau Sumatera, untuk menginspeksi wilayah bekas pertempuran yang melibatkan pasukan terjun payung Jepang. Selain itu, rombongan juga melihat-lihat rongsokan bekas pesawat milik Inggris, Amerika dan Belanda yang teronggok disana.

Pada tanggal 25 Maret 1942 rombongan terbang ke Bandung di pulau Jawa. Mereka lalu berangkat ke Lembang sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Batavia, dimana mereka dijamu dengan makan malam mewah rijsttafel yang berisi berbagai macam makanan lokal yang disajikan oleh 20 orang pelayan. Dengan ini berakhirlah setengah bagian dari perjalanan inspeksi para atase militer tersebut. Setengahnya lagi, yang mencakup perjalanan ke Filipina, dimulai dengan terlebih dahulu terbang kembali menuju Singapura.

Pada tanggal 1 April 1942 rombongan tiba di Manila dan melakukan kunjungan ke pelabuhan militer di Cavite. Pada tanggal 3 April mereka berkendara sejauh 300 kilometer menuju ke Teluk Lingayen, dan menghabiskan malam di rumah kediaman bekas Gubernur-Jenderal di Baguio, yang dinamakan "The Mansion". Pada tanggal 4 April rombongan mengunjungi Clark Field Air Base untuk menginspeksi pesawat-pesawat terbang Amerika Serikat yang hancur atau dirampas oleh Jepang. Pada tanggal 5 April mereka terbang ke Pulau Luzon dan kemudian ke Vigan, yang merupakan salah satu lokasi pendaratan pasukan Jepang selama berlangsungnya invasi ke Filipina.

Pada tanggal 7 April 1942 rombongan tiba kembali di Bandara Haneda, Tokyo, setelah menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 20.000 kilometer dalam kunjungan mereka di Asia Tenggara.


-------------------------------------------------------------------------------


Pada tanggal 19 Maret 1942, Letnan-Kolonel Shizuo Saeki (Komandan Resimen Tank ke-1 AD Jepang) menjadi guide dadakan untuk tamu-tamu VIP-nya yang merupakan para atase militer dari empat negara sekutu Jepang dalam Perang Dunia II: Jerman, Italia, Rumania dan Finlandia. Disini dia memberikan penjelasan tentang bekas benteng pertahanan Inggris yang diduduki oleh pasukan Jepang setelah usainya Pertempuran Jitra (11-13 Desember 1941) di Kedah, Malaya. Kemenangan Jepang dalam pertempuran menentukan tersebut membuat Panglima Inggris di Malaya, Letnan-Jenderal Arthur Percival, memindahkan pesawat-pesawatnya yang berpangkalan di Malaya ke pulau Singapura


Pada tanggal 21 Maret 1942, rombongan atase militer negara-negara Sekutu Jepang dalam Perang Dunia II (Jerman, Italia, Rumania dan Finlandia) melakukan kunjungan ke Johor Bahru, untuk melihat-lihat bekas lokasi pertempuran antara Jepang dan Inggris disana. Foto ini memperlihatkan, dari kiri ke kanan: Kolonel Guido Bertoni (Atase Militer Italia), perwira Jepang tak dikenal, dan  Brigadir-Jenderal Gheorghe Bagulescu (Atase Militer Rumania)


  Rombongan atase militer negara-negara sahabat Jepang di Tokyo (Jerman, Italia, Rumania dan Finlandia) tiba di lapangan udara Andir, bandung, dalam rencana kunjungan satu hari untuk melihat bekas-bekas pertempuran antara Hindia-Belanda dan Jepang yang berkobar beberapa minggu sebelumnya. Di belakang terlihat pesawat transport Mitsubishi Ki-57 "Topsy", kemungkinan model pertama yang mempunyai dua mesin 850p, yang mengangkut rombongan tersebut dalam perjalanan udara dari Palembang ke Bandung. Pesawat tersebut tampaknya telah mendapat tambahan cat kamuflase yang cukup signifikan di sekujur badannya


Rombongan atase militer negara-negara sahabat Jepang di Tokyo dalam acara kunjungan ke Bandung, tanggal 25 Maret 1942. Foto bawah memperlihatkan Kolonel Auno Kaila (Atase Militer Finlandia) yang berdiri kedua dari kiri, sementara yang mengangkat tangan di tengah adalah Kolonel Guido Bertoni (Atase Militer Italia), diikuti oleh Oberst Alfred Kretschmer (Atase Militer Jerman) yang merupakan perwira tinggi besar di belakangnya. terakhir adalah Brigadir-Jenderal Gheorghe Bagulescu (Atase Militer Rumania) yang berdiri ketiga dari kanan


Para perwira militer dari negara-negara Poros memperhatikan dengan serius saat dua orang prajurit Jepang bercanda dengan seekor monyet peliharaan. Foto ini diambil pada bulan Maret 1942 dalam rangkaian kunjungan para atase militer negara-negara sahabat Jepang ke wilayah-wilayah kekuasaan baru negara Matahari Terbit tersebut di Asia Tenggara (Malaya, Singapura, Hindia-Belanda dan Filipina). Perwira berkumis tipis di tengah adalah Kolonel Guido Bertoni (Atase Militer Italia di Tokyo), sementara di belakangnya adalah ajudan Oberst Alfred Kretschmer (Atase Militer Jerman di Tokyo)


Inspeksi para atase militer Negara-negara Poros di pelabuhan militer Cavite, Filipina, pada tanggal 1 April 1942. Mereka sedang mengamati kapal selam USS Sealion (SS-195) milik US Navy yang rusak berat setelah terkena serangan bomber-bomber Jepang pada tanggal 10 Desember 1941, dan kemudian diledakkan pada tanggal 25 Desember oleh pihak Amerika sendiri demi mencegahnya digunakan oleh pihak Jepang


Inspeksi para atase militer Negara-negara Poros di Clark Field Air Base, Filipina, pada tanggal 4 April 1942. Mereka sedang mengamati sebuah pesawat pembom B-17 milik Amerika Serikat yang ditinggalkan disana setelah bandara tersebut dikuasai oleh Jepang




Sumber :