Wednesday, December 17, 2008

Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Diketik Menggunakan Mesin Ketik Nazi!


Mesin ketik yang bersejarah tersebut di Museum Proklamasi



Naskah proklamasi kemerdekaan, perhatikan, mirip dengan...



Dokumen U-boat!


Oleh : Alif Rafik Khan

Tahukah anda, bahwa secara tidak langsung, Nazi Jerman mempunyai ‘peranan’ terhadap jalannya Proklamasi Kemerdekaan? Dengan cara yang unik, mesin ketik yang biasa dipakai oleh awak Kriegsmarine (Angkatan Laut) Jerman pada waktu itu, menjadi factor penting dalam hal penulisan naskah Proklamasi Kemerdekaan bangsa kita tercinta! Fakta menarik lainnya adalah betapa miripnya naskah Proklamasi Kemerdekaan ini dengan dokumen asli yang diperuntukkan pada awak U-boat yang bermarkas di Jakarta!

Kisah nyata ini berawal pada malam tanggal 16 Agustus 1945, bertempat di rumah Laksamana Muda Kekaisaran Jepang, Maeda (Minoru) Tadashi...

Sebuah draft baru saja disiapkan beberapa jam sebelumnya oleh Soekarno, Hatta, dan Soebardjo, yang dikerjakan di rumah Laksamana baik hati tersebut, di jalan Miyako-Doori 1, Jakarta. Maeda sendiri telah pulas tertidur di loteng rumahnya. Sebelumnya dia telah mengambil resiko dengan menyatakan persetujuannya terhadap ide kemerdekaan Indonesia, dan bahkan meminjamkan rumahnya sebagai tempat penyusunan Deklarasi Kemerdekaan.

Naskah tersebut rencananya akan ditandatangani oleh 27 orang anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang sekaligus melambangkan keberagaman Negara Indonesia. Selain itu, hal tersebut juga terinspirasi pada semangat dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Tapi kemudian, rencana tersebut mendapatkan tentangan dari sejumlah aktivis muda, yang memandang bahwa Panitia yang dibentuk oleh Jepang itu terlalu Jepang-Sentris dan tidak mempunyai kekuatan untuk mandiri. Kekuatan Jepang yang merosot tajam di kancah Perang Asia akan memunculkan isu kredibilitas yang akan menghambat usaha pengakuan dari negara-negara lain bila kemudian Deklarasi tersebut selesai dibuat. Para aktivis muda tersebut melangkah lebih jauh lagi dengan menuntut supaya merekalah berenam yang akan menandatangani naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia! Akhirnya setelah debat yang panas, tercapai kompromi di antara kedua belah pihak yang berselisih, bahwa yang akan menandatangani naskah Proklamasi adalah Soekarno dan Hatta berdua saja, dengan sebelumnya mencantumkan ’atas nama bangsa Indonesia’. 

Tapi kemudian masalah yang tak terduga sebelumnya terjadi. Mesin ketik Jepang yang berada di rumah sang Laksamana tidak mempunyai huruf latin di dalamnya dan hanya huruf kanji! Untungnya, salah seorang dari mereka mengetahui dimana bias didapat mesin ketik yang diinginkan pada malam yang selarut itu. Beberapa orang yang hadir segera bergegas pergi menggunakan jip kepunyaan Maeda, Satsuki Mishima, untuk “meminjam” mesin ketik kepunyaan kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) di Indonesia, Korvettenkapitän Dr. Kandeler. Sajuti Melik kemudian mengetikkan naskah yang super bersejarah ini untuk kemudian, keesokan harinya, naskah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945.

Saat ini, mesin ketik kepunyaan Kriegsmarine yang digunakan untuk mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah “disemayamkan” di bangunan yang sama tempat dulu naskah tersebut didiktekan, yaitu di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di jalan Imam Bonjol No.1, Menteng, Jakarta.


Foto-foto berasal dari koleksi Mahandis Yoanata Thamrin (Indonesia) dan Michel (Prancis)

Korvettenkapitän (Mayor Laut) Dr. Hermann Kandeler (24 Juli 1901 - 15 Maret 1990) adalah seorang anggota Kriegsmarine kelahiran Berlin yang memulai karir kemiliterannya sebagai perwira staff di Oberkommando der Marine (OKM) dari bulan Februari 1936 s/d Februari 1940. Setelah itu dia ditugaskan sebagai perwira pengawas di kapal penjelajah ringan "Karlsruhe" (Februari 1940 - April 1940) sebelum mendapat pendidikan tambahan di Schiffsartillerieschule (April 1940 - Juni 1940). Dia kembali ke lautan dengan menjadi perwira di kapal perang Scharnhorst (Juni 1940 - Juli 1940), kapal penjelajah ringan Nürnberg (Juli 1940 - Februari 1941), dan kapal penjelajah ringan Emden (Februari 1941 - Juli 1941). Setelahnya Kandeler bertugas di kapal penjelajah pembantu "Thor" (Juli 1941 - November 1942), yang terkenal karena banyak menghancurkan kapal milik Sekutu tanpa pernah bisa ditaklukkan di lautan! Kapal ini akhirnya habis terbakar dalam sebuah kecelakaan di pelabuhan Yokohama, Jepang, dan beberapa awaknya - termasuk Kandeler - "terpaksa" melanjutkan karir sebagai anggota Atase Angkatan Laut Jerman di Tokyo (November 1942 - September 1943). Di akhir musim panas tahun 1943 Kandeler dikirim ke Asia Tenggara dan bertugas di U-Stützpunkt (pangkalan kapal selam) di Jakarta sampai dengan bulan Januari 1944. Setelahnya Kandeler menjadi Kepala U-Stützpunkt Penang (Januari 1944 - Desember 1944) sebelum balik lagi ke U-Stützpunkt Jakarta sampai dengan akhir perang. Namanya tertulis dalam buku sejarah Indonesia saat mesin ketik milik kantor Kriegsmarine di Jakarta (yang saat itu dipimpin olehnya) "dipinjam" oleh para perumus naskah proklamasi kemerdekaan menjelang hari bersejarah tanggal 17 Agustus 1945. Mesin ketik tersebut sampai saat ini masih tersimpan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di jalan Imam Bonjol No.1, Menteng, Jakarta. Kandeler sendiri akhirnya pulang kembali ke Jerman, dan meninggal di Kassel pada tahun 1990. Uniknya, dalam kunjungan kenegaraan Soekarno ke Jerman pada tahun 1956, Kandeler dan sang presiden flamboyan sempat berkesempatan untuk bercakap-cakap secara pribadi di Staatsoper Berlin (Gedung Opera Berlin). Tidak diketahui apa yang mereka bicarakan pada saat itu!

4 comments:

xrootboy said...

wah....Kalau saya simpulkan dari Artikel Diatas..
Berarti Selama Ini Kita Masih Hutang 1 Mesin Ketik Kepada jerman Karena Meminjam And belum Dikembalikan....
wkwkwkwk......

Anonymous said...

kayanya waktu minjem mesin ketik, dokumen uboat ada yang kebawa. jadi nulis teks proklamasi ngikutin aja model dokumen tsb.

Unknown said...

nah... apa si "Amrik" nulungin indonesia kala itu??? nggak kan??? tapi kenapa Indonesia "Sekarang" meng-ELU_ELU kan "Amrik"??? padahal sudah jelas kalo NAZI Jerman lah yang banyak membantu,,so... jangan 'Su'udzon' dulu sama NAZI Jerman,, ga salah gue bangga-bangga in NAZI,, memang terbukti banyak ngebantu Indonesia Tercinta,, Jempol (y) ga abis-abis buat NAZI Jerman ;)

Unknown said...

pantesnya merica itu di bom atom gan