Tuesday, December 30, 2014

SS-Standartenführer Otto Skorzeny (1908-1975), Orang Paling Berbahaya di Eropa!



 Album foto Otto Skorzeny bisa dilihat DISINI

 Oleh : Alif Rafik Khan

Nama lengkap: Otto Skorzeny
Panggilan/julukan: "The Long Jumper" (setelah berhasil membebaskan Benito Mussolini dari Gran Sasso; "The Most Dangerous Man in Europe" (setelah Pertempuran Bulge)
Lahir: 12 Juni 1908 di Wina (Austro-Hungaria)
Meninggal: 5 Juli 1975 di Madrid (Spanyol)
Nomor keanggotaan NSDAP: 1 083 671
Nomor keanggotaan SS: 295 79
Gelar akademis: Dipl.-Ing.
Agama: Katolik, lalu menjadi "Gottgläubig" (bertuhan tapi tidak beragama) tahun 1936
Anggota keluarga: Margareta Schreiber (istri pertama yang dinikahi bulan Mei 1937. Bercerai); Emmi Linhart (istri kedua yang dinikahi pada tanggal 9 Maret 1938. Bercerai); Ilse Luthje "Baroness" Fincke von Finckenstein (1919-2001. istri ketiga yang dinikahi tanggal 1 Maret 1954); Waltraud Skorzeny (anak perempuan dari istri kedua Emmi)
Ciri fisik: Tidak diketahui

Beförderungen (Promosi):
30.01.1939 SS-Untersturmführer (Algemeine-SS)
01.02.1940 SS-Schütze (SS-Verfügungstruppe)
01.05.1940 SS-Unterscharführer der Waffen-SS
01.09.1940 SS-Oberscharführer der Waffen-SS
30.01.1941 SS-Untersturmführer der Reserve der Waffen-SS
20.04.1941 SS-Obersturmführer der Reserve der Waffen-SS
28.04.1943 SS-Hauptsturmführer der Reserve der Waffen-SS
12.09.1943 SS-Sturmbannführer der Reserve der Waffen-SS
16.10.1944 SS-Obersturmbannführer der Reserve der Waffen-SS
20.04.1945 SS-Standartenführer der Reserve der Waffen-SS

Karriere (Karir):
00.00.1931 - 00.00.1938 Bergabung dengan NSDAP cabang Austria dan menjadi anggota SA
00.00.1940 - 00.05.1940 Ingenieur di Kfz.-Instandsetzungskompanie
00.05.1940 - 00.00.1941 Anggota SS-Regiment "Germania"
19.04.1943 - 15.05.1945 Gruppenleiter Amt VI (Schulen; Ausbildung und Einsatz) / SD-Ausland (Auslandsnachrichtendienst) / Reichssicherheitshauptamtes (RSHA)
16.06.1943 - 17.04.1944 Kommandeur Sonderverband z.b.V. Friedenthal
17.04.1944 - 01.10.1944 Kommandeur SS-Jäger-Bataillon 502
01.10.1944 - Kommandeur SS-Jagdverbände
31.01.1945 - 28.02.1945 Kommandeur Brückenkopf Schwedt/Oder
30.03.1945 - 15.05.1945 Kommandeur Alpenschutzkorps
15.05.1945 - 09.09.1947 Ditangkap oleh pasukan Amerika di Styria (Austria)
24.06.1947 - 09.09.1947 Mendapat dakwaan kejahatan perang oleh Tribun Militer Amerika di Dachau
09.09.1947 - 25.07.1948 Dibebaskan karena tidak terbukti bersalah, hanya untuk ditangkap lagi oleh pihak berwenang Jerman Barat
25.07.1948 Berhasil kabur dari kamp interniran di Darmstadt dan melarikan diri ke berbagai negara

Orden und Ehrenzeichen (Medali dan Penghargaan):
00.00.19__ Deutsches Reichssportabzeichen
00.00.193_ Totenkopfring der SS
00.00.193_ Medaille zur Erinnerung an den 13. März 1938
00.00.193_ Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938 mit spange Prager Burg
00.00.19__ Nationalsozialistischer Deutscher Studentenbund Ehrenzeichen
26.08.1941 Eisernes Kreuz II.Klasse
02.09.1942 Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42 (Ostmedaille)
12.09.1943 Eisernes Kreuz I.Klasse
00.00.19__ Dienstauszeichnung der NSDAP in Silber
00.00.194_ Magyar Köztársasági Érdemrend (Hungaria)
18.08.1943 Verwundetenabzeichen in Silber
00.00.194_ Allgemeines-Sturmabzeichen
13.09.1943 Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes #2153, sebagai SS-Hauptsturmführer der Reserve dan Gruppenleiter in Reichssicherheitshauptamt Berlin und Kommandeur Sonderverband z.b.V. Friedenthal
00.09.1943 Rarissima Medaglia Originale dei Moschettieri del Duce (Italia)
16.09.1943 Gemeinsames Flugzeugführer- und Beobachterabzeichen in Gold mit Brillanten
00.00.194_ Arditi d'Italia Cross
16.10.1944 Deutsches Kreuz in Gold
05.02.1945 Ehrenblattspange des Heeres und Waffen-SS
09.04.1945 Eichenlaub zum Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes #826, sebagai SS-Obersturmbannführer der Reserve dan Kommandeur SS-Jagdverbände

Aufzeichnungen (Catatan):
* Skorzeny lahir di Austria dari keluarga kelas menengah keturunan Polandia yang mempunyai tradisi militer yang kuat.
* Selain Jerman, Skorzeny juga fasih berbahasa Prancis dan Inggris.
* Pada masa remajanya Skorzeny pernah protes pada ayahnya mengenai keadaan kehidupan keluarga mereka yang tidak kunjung membaik, apalagi dari sejak depresi yang melanda Austria seusai kekalahan dalam Perang Dunia Pertama. Sang anak berkata bahwa dia tidak pernah merasakan yang namanya mentega dalam hidupnya. Menjawab tuntutan anaknya tercinta, ayah Skorzeny membalas dengan apa yang tampaknya seakan menjadi ramalan masa depan anaknya: "Sesuatu yang besar bisa dilakukan dalam keadaan serba kekurangan. Hal ini bahkan bagus untukmu agar tidak membiasakan hidup dalam keadaan serba enak."
* Selama masa kuliahnya di Wina (Austria), Otto Skorzeny bergabung dengan sebuah klub anggar anggota Burschenschaft (Persaudaraan Pelajar) yang bernama "Markomannia". Dia tercatat ikut serta dalam 15 kali duel anggar dengan sesama pelajar dari Burschenschaft lainnya. Yang ke-10 di tahun 1928 membuatnya terkena luka gores di wajah yang kemudian membekas dan menyertainya selama sisa hidupnya. Luka akibat pertarungan anggar semacam ini biasa dinamakan sebagai "Schmiss", yang arti harfiahnya adalah "terkena"
* Sebagai seorang anggota NSDAP cabang Austria dari sejak tahun 1931, Skorzeny yang kharismatis ikut berperan dalam "Anschluss" (Penyatuan) dengan Jerman tahun 1938 meskipun tidak besar. Dia bahkan sempat menyelamatkan Presiden Austria Wilhelm Miklas dari terkena tembakan anggota Nazi rekannya.
* Setelah invasi Jerman atas Polandia tahun 1939, Skorzeny - yang saat itu bekerja sebagai insinyur sipil - mendaftar secara sukarela untuk bergabung dengan Luftwaffe. Tapi lamarannya ditolak karena dia terlalu jangkung (192cm) dan juga sudah terlalu tua (31 tahun pada saat itu) untuk mengikuti pelatihan awak udara. Akhirnya Skorzeny bergabung dengan resimen bodyguard Hitler, Leibstandarte SS Adolf Hitler, sebagai seorang kadet perwira.
* Skorzeny pertama kali pergi berperang bersama dengan SS-Division "Das Reich" dalam medan laga di Front Timur tahun 1941. Pada bulan Oktobernya dia dipercaya sebagai "petugas teknis" pasukan Jerman dalam Pertempuran Moskow. Misinya adalah merebut bangunan-bangunan penting Partai Komunis seperti kantor NKVD di Lubyanka, kantor pusat telegraf, dan fasilitas prioritas tinggi lainnya sebelum mereka dihancurkan oleh musuh yang mundur. Dia juga diperintahkan untuk menduduki bendungan Kanal Volga-Moskow karena Hitler berencana untuk membuat Moskow menjadi danau buatan raksasa dengan membukanya. Misi tersebut tak keburu dilaksanakan karena pasukan Jerman gagal merebut ibukota Uni Soviet tersebut.
* Skorzeny terkenal sebagai perokok berat dan tidak lupa menyebutkan tentang hobinya ini dalam beberapa halaman memoarnya. Dalam pertemuan pertamanya dengan Reichsführer-SS Heinrich Himmler yang berlangsung sebelum operasi pembebasan Mussolini, dia dan General der Fallschirmtruppe Kurt Student ngobrol sampai larut malam dengan pemimpin SS tersebut tentang situasi terkini di Italia. Skorzeny lalu minta izin keluar dari ruangan dengan alasan untuk menelepon tim komandonya dan, saat sedang berada di telepon, menyempatkan diri untuk menyalakan rokok. Tiba-tiba Himmler melintas di hadapannya dan langsung menyemprot: "Dasar tembakau abadi! Apakah kamu tak dapat melakukan apapun tanpa rokok nyempil di mulutmu? Tampaknya kamu bukan orang yang cocok untuk melakukan pekerjaan ini (menyelamatkan Mussolini)!"
* Dalam memoarnya yang berjudul "My Commando Operations: The Memoirs of Hitler's Most Daring Commando", Skorzeny mengenang bahwa pada bulan Juli 1943 dia dipanggil untuk menghadap Hitler di Führerhauptquartier Wolfsschanze Rastenburg. Disana dia bertemu dengan lima atau enam perwira Wehrmacht yang semuanya berpangkat lebih tinggi dari dia (seorang Oberstleutnant dan seorang Major dari Heer, dua Oberstleutnant dari Luftwaffe, dan satu Sturmbannführer dari SS). Tampaknya mereka semua adalah spesialis dalam "Operasi Senyap" ala komando. Hitler lalu bertanya pada mereka: "Apa pendapat kalian tentang Italia?", dan hampir semuanya menjawab sesopan mungkin: "Italia adalah sekutu kita," "negara itu adalah anggota Poros", atau "anggota Pakta Tripartit." Tapi ketika tiba gilirannya, Skorzeny malah menjawab: "Mein Führer, saya dari Austria." Ketika pertemuan berakhir, Hitler tetap meminta Skorzeny untuk tinggal dan menyuruh yang lainnya pergi. Hasil akhirnya semua kita sudah tahu: Otto Skorzeny lah yang dipilih oleh Hitler untuk melaksanakan operasi pembebasan Mussolini!


Foto Kleinkampfverbände Kriegsmarine

PERAIH RITTERKREUZ

Kapitänleutnant Helmut Bastian (17 November 1916 - 7 Maret 1996) adalah anak dari Laksamana Max Bastian yang merupakan seorang peraih Ritterkreuz des Kriegsverdienstkreuz mit Schwertern. Helmut bergabung dengan Kriegsmarine tanggal 1 April 1936 tak lama setelah lulus SMA. Dia ditempatkan di 4.Torpedobootsflottille dan ikut berpartisipasi dalam Perang Saudara Spanyol. Setelah itu berturut-turut dia bertugas di kapal perusak "Wilhelm Heidkamp" dan "Bruno Heinemann". Setelah dipromosikan menjadi Oberleutnant zur See, Bastian menjadi Flaggleutnant (Ajudan) dari Flottenchef Admiral Otto Schniewind. Dia menjalani perannya sebagai perwira staff tersebut tak lama saja, karena pada tanggal 7 Januari 1943 Bastian kembali bertugas aktif di lapangan sebagai Komandan Torpedoboot "Möwe" yang dipimpinnya dalam 115 buah patroli. Setelah berhasil menenggelamkan kapal perusak Norwegia HNoMS Svenner tanggal 6 Juni 1944 dan dengan berani menyerang enam kapal perang Sekutu lainnya di perairan Normandia, Bastian dianugerahi Deutsches Kreuz in Gold tanggal 9 Juni 1944. "Möwe" kemudian mendapat giliran ditenggelamkan oleh musuhnya pada tanggal 15 Juni 1944 di Le Havre sehingga Bastian - yang kini tanpa kapal - pindah tugas sebagai komandan Sprengboot-Flottille. Ternyata di tempatnya yang baru sang perwira laut berbakat tidak berhenti menunjukkan prestasinya. Atas kesuksesan Flotilla-nya dalam menenggelamkan 8 kapal transport (dengan total 40.000 GRT) ditambah satu kapal perusak, satu kapal penjaga dan dua kapal jenis lainnya (belum lagi dua kapal penjelajah yang rusak parah), Bastian dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 3 November 1944 sebagai Kapitänleutnant dan Führer 1.Sprengbootflottille (Kleinkampfflottille 211) sekaligus Lehrkommando 200 / K-Stab Skagerrak / Kommando der Kleinkampfverbände. Ketika Perang Dunia II berakhir dia bertugas sebagai Komandan 4.Kleinkampfmittel-Division di Belanda. 1.500 orang anakbuahnya berhasil dia bawa pulang kembali ke Jerman dengan selamat. Setelah dilepaskan dari penjara tahun 1948 Bastian mendirikan perusahaan perkapalannya sendiri yang dinamainya "Helmut Bastian" dan yang dipimpinnya dengan sukses selama 40 tahun. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Eisernes Kreuz II.Klasse (6 November 1939); Zerstörerkriegsabzeichen (10 November 1940); serta Eisernes Kreuz I.Klasse (6 September 1943)



Sumber :
www.de.wikipedia.org
www.ritterkreuztraeger-1939-45.de

Monday, December 29, 2014

Foto 132. Infanterie-Division

Para perwira dari 132. Infanterie-Division curhat bareng di Shapki (Leningrad/Uni Soviet) bulan Juni 1943. Dari kiri ke kanan: Oberst Friedrich Altmann (Kommandeur Grenadier-Regiment 438 / 132.Infanterie-Division), Generalmajor Fritz Lindemann (Kommandeur 132. Infanterie-Division), Oberst Max Kindsmüller (Kommandeur Grenadier-Regiment 437 / 132.Infanterie-Division), Major Friedrich Schmidt (Kommandeur III.Bataillon / Grenadier-Regiment 437 / 132.Infanterie-Division), dan seorang perwira tak dikenal



Sumber :
www.lexikon-der-wehrmacht.de

Foto Pertukaran Tawanan Perang (Repatriasi)

Seorang perwira Luftwaffe diantar turun melewati jembatan kayu dari kapal rumah sakit untuk melakukan latihan olahraga ringan yang diperuntukkan bagi para tawanan perang Jerman di Inggris, 5 Oktober 1941. Dia adalah salah satu dari beberapa tawanan yang terluka dan menunggu untuk direpatriasi ke negaranya berdasarkan perjanjian pertukaran tawanan perang yang sedang dibahas oleh pihak Inggris dan Jerman. Perjanjian tersebut kemudian ditinggalkan alias tidak jadi setelah negosiasi antara kedua negara tidak menemukan titik terang. BTW, jadi lebih kerenan yang ditawan daripada yang menawan!


 Foto jepretan Hugo Jaeger ini memperlihatkan para tawanan perang Jerman (kebanyakan bekas anggota Afrikakorps) hasil repatriasi yang baru tiba di negara mereka setelah menjalani proses pertukaran tawanan perang dengan Inggris, 1943. Konvensi Jenewa memberikan ketentuan tentang repatriasi (pemulangan kembali) semua tawanan perang bahkan saat permusuhan masih berlangsung. Pada tahun 1939-1945 ketentuan ini hanya berlaku bagi tawanan yang menderita sakit atau cacat. Mayoritas dari 40.000 orang prajurit Inggris - yang ditawan oleh Jerman antara tahun 1939 dan 1940 - baru mendapatkan kesempatan untuk ikut serta dalam program pertukaran tawanan perang hanya setelah ratusan ribu prajurit Poros digaruk oleh Sekutu di Tunisia bulan Mei 1943. Negosiasi untuk hal ini sendiri sebenarnya telah diusahakan oleh Palang Merah Internasional dari akhir tahun 1940, hanya saja belum menemukan momentumnya yang tepat seperti tahun 1943. Pertukaran tawanan pertama antara kedua negara berlangsung bulan Oktober 1943


Dua pertukaran tawanan perang berlangsung antara pihak bertahan Jerman dengan pasukan Amerika Serikat dari 94th Infantry Division, dengan lokasinya adalah di wilayah-wilayah pelabuhan Prancis yang masih dikuasai oleh Jerman (tapi kini terkepung oleh Sekutu). Andrew Hodges, perwakilan dari Palang Merah Amerika Serikat, menugaskan 302nd Infantry Regiment sebagai koordinator utama pertukaran tersebut. Pada tanggal 17 November 1944 dia mengatur sebuah gencatan senjata antara pihak Amerika dan Jerman demi untuk menegosiasikan pertukaran tawanan di sektor Lorient. Setelah berpikir beberapa waktu, pihak Jerman menyetujui bahwa 71 orang tawanan Amerikanya akan ditukarkan dengan tawanan Jerman dalam jumlah yang sama. Sebagian besar tawanan Amerika ini berasal dari patroli 301st Infantry Regiment yang bernasib sial, sementara sisanya berasal dari 6th Armored Division dan 83rd Infantry division. Pertukaran tawanan kedua dilaksanakan pada tanggal 29 November 1944 di sektor St. Nazaire, dimana 53 orang direpatriasi oleh kedua belah pihak yang berperang. Pada tanggal 15 dan 29 Desember 1944 kembali diadakan pertukaran tawanan perang dengan total 140 orang prajurit Sekutu yang dibebaskan dan dikembalikan lagi ke unitnya masing-masing


 Dari kiri ke kanan: Oberleutnant Dr. Alfrons Schmitt, Oberst Otto Borst dan Andrew Gerow Hodges. Foto diambil di dermaga Etel tanggal 16 November 1944, satu hari sebelum upacara pertukaran tawanan perang antara pihak Amerika Serikat dan Jerman. Schmitt dikenang oleh tawanan Amerika sebagai perwira "arogan tapi cerdas" yang menginterogasi mereka. Dia adalah mantan anggota Abwehr di Prancis yang berbicara Prancis lebih fasih daripada orang Prancis sendiri!


 Sebuah regu patroli Amerika Serikat beranggotakan 55 orang dari 301st Infantry Regiment / 94th Infantry Division / 3rd Army tertangkap oleh pasukan Jerman di dekat Lorient (Prancis) di musim gugur tahun 1944. Ujung-ujungnya adalah pertukaran tawanan pertama di medan perang Eropa dalam Perang Dunia II yang melibatkan tawanan yang berada dalam kondisi sehat! Perwira Heer yang baru saja menurunkan tangan setelah memberi salam Nazi di latar depan adalah wakil dari pihak Jerman dalam peristiwa ini, sementara perwira Amerika berpakaian gelap di tengah adalah Andrew Gerow Hodges, perwakilan dari US Red Cross yang memfasilitasi acara pertukaran tawanan yang dilangsungkan di Brittany tanggal 17 November 1944 tersebut



www.life.time.com
www.rallypoint.com

Friday, December 26, 2014

Foto Feuer! (Tembak)

Awak mortir Waffen-SS sedang beraksi di parit perlindungan mereka di waktu malam. Tidak diketahui apakah foto ini diambil pada saat latihan atau sewaktu perang beneran, yang jelas penembakan artileri di waktu malam lebih sulit karena gelapnya malam membuat penentuan target menjadi tidak "seterang benderang" saat siang. Tampaknya mortir yang digunakan berasal dari jenis Granatwerfer 34. Foto oleh SS-Kriegsberichter August Ahrens


 Flak (senjata anti pesawat) Berat Luftwaffe sedang beraksi menembak target mereka di waktu malam. Schwere Flak biasanya terdiri dari meriam 88mm (yang luar biasa efektif) yang disetting mode anti pesawat (karena bisa juga digunakan untuk target darat). Pada tahun 1942 lebih dari 15.000 meriam 88mm telah disebar di seantero daratan Eropa yang membentang bagaikan sabuk dari Belanda sampai ke Jerman dengan kerapatan 20km. banyak baterai flak yang dikendalikan oleh radar dan bekerja bersama-sama dengan lampu sorot pencari. Flak-flak ini menjadi mimpi buruk bagi awak pembom musuh karena kedatangannya yang mendadak dan tak terlihat. Seandainya sang pilot bisa menghindari ledakan di depannya, maka dia dapat dengan mudahnya dihadang oleh ledakan demi ledakan lagi yang masih "satu set" dengan ledakan sebelumnya. Di siang hari ledakannya terlihat menyebarkan asap hitam dengan bagian tengah merah, sementara di waktu malam ledakannya menyebarkan paduan cahaya kuning dan merah yang cepat menghilang. Ketika sebuah pesawat terkena oleh ledakan semacam ini, maka biasanya pecahannya menembus seantero badan pesawat dan merobek apapun yang menghalanginya, termasuk bagian tubuh manusia. Bila terkena secara telak, maka pesawat akan bergoyang hebat, asap memenuhi kabin, awak yang terkena pecahan ledakan menjerit kesakitan, dan kecepatan melambat atau bahkan berhenti sama sekali untuk kemudian meluncur turun tak terkendali. Kadangkala sayap pesawat patah atau terlipat, atau kadang juga si pesawat malang kemudian menghilang dalam api ledakan dan hancur berkeping-keping. Bila cukup beruntung, maka pesawat masih bisa mengeluarkan bom bawaannya atau dibawa kembali ke pangkalannya walaupun dalam keadaan carut marut. Tapi cobaan belum berhenti disini, karena seringkali si pesawat berhasil kembali hanya untuk hancur saat berusaha mendarat dengan kondisi mesin macet atau alat pendarat tidak berfungsi


Sumber :
Foto koleksi US National Archives and Records Administration (NARA)

Foto 335. Infanterie-Division

PERAIH RITTERKREUZ
 
 Major Leopold Bartl (31 Maret 1902 - 4 Februari 1980) bertugas di Angkatan Bersenjata Austria sebelum "Anschluß" (Penyatuan) dengan Jerman tahun 1938. Dari pertama dia terkenal sebagai salah satu perwira Pionier (Zeni) terbaik yang dimiliki oleh Austria. Setelah bergabung dengan Wehrmacht, Bartl ditempatkan di Pionier-Bataillon 86 sebelum pindah ke Pionier-Bataillon 70. Dengan unitnya ini Bartl turut serta dalam kampanye militer Jerman di Polandia dan Prancis, dimana dia mendapatkan medali karena berhasil membangun jembatan yang memampukan gerak maju Jerman terus melaju tanpa hambatan alam. Pada tahun 1942 unitnya terlibat dalam pertempuran sengit di Sebastopol. Disini unit Pionier lebih condong digunakan untuk membantu infanteri Jerman dalam menyerbu posisi pertahanan berlapis pasukan Rusia serta bunker-bunker lapis beton. Bartl terluka dua kali dalam tugasnya. Dia kemudian ditarik dari Front Timur dan diserahi tanggungjawab untuk menjadi komandan batalyon zeni di 335. Infanterie-Division yang beroperasi di Barat. Setelah kembali lagi ke Front Timur, sang Bataillonskommandeur membuktikan nilai lebihnya sebagai Pionieroffizier dalam pertempuran melawan tank Rusia di Voroshilovgrad dan Donets sehingga dia dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 6 November 1943 sebagai Major dan Kommandeur Pionier-Bataillon 335 / 335.Infanterie-Division / XXIX.Armeekorps / 1.Panzerarmee / Heeresgruppe Süd. Setelahnya keberanian Bartl semakin menjadi-jadi sehingga berkali-kali dia terluka dalam pertempuran. Dia sempat menjadi instruktur di Pionierschule Breslau sebelum diterjunkan kembali di Front Timur untuk kesekian kalinya demi membangun pertahanan yang memadai di timur Polandia. Bartl ditangkap oleh pasukan Soviet bulan Mei 1945 setelah Pertempuran Halbe, dan baru dilepaskan tahun 1947. Dia kemudian meneruskan karir sebagai perwira Zeni di Bundesheer Austria dan pensiun pada tahun 1966. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Eisernes Kreuz II.Klasse (30 September 1939); Allgemeines-Sturmabzeichen (23 Maret 1940); Eisernes Kreuz I.Klasse (25 Juni 1940); Deutsches Kreuz in Gold (14 Februari 1942); Medaille Winterschlacht im Osten (28 Agustus 1942); Bulgarische Auszeichnung (1942); Rumänische Auszeichnung (1942); Krimschild (1943); serta Verwundetenabzeichen in Silber (1943);



Sumber :
www.ritterkreuztraeger-1939-45.de

Foto EMP (Erma Maschinenpistole) atau MPE (Maschinenpistole Erma)

Anggota Polizei ini berpatroli sambil membawa frame Traggestell M43 yang diisi dengan peralatan mortir Granatwerfer, sementara di tangannya tergenggam sebuah senapan mesin dari tipe EMP (Erma Maschinenpistole). Foto diambil di Kroasia bulan April 1944.  Senjata ini diproduksi periode 1931-1938 oleh Firma Erma berdasarkan desain dari Heinrich Vollmer. Total sekitar 10.000 buah yang berhasil dibuat (dalam tiga varian) dan diekspor ke Spanyol, Meksiko, Cina dan Yugoslavia. Untuk penggunaan secara lokal sendiri hanya terbatas oleh unit-unit SS dan Polizei



Sumber :
www.flickr.com

Foto 18. Infanterie-Division / 18. Panzergrenadier-Division

Adolf Hitler terlibat dalam diskusi serius dengan Generalmajor Friedrich-Carl Cranz mengenai perkembangan terkini pertempuran saat melakukan kunjungan ke wilayah operasi 10. Armee di Rawa/Tomaszów (sebelah tenggara Łódź), tanggal 11 September 1939. Sebagai identifikasinya: 1.Korvettenkapitän Karl-Jesko von Puttkamer (Adjutant der Kriegsmarine beim Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), 2.General der Artillerie Walther von Reichenau (Oberbefehlshaber 10. Armee), 3.Generalmajor Erwin Rommel (Kommandeur Führer-Begleit-Bataillon), 4.Reichsleiter Martin Bormann (Persönlicher Sekretär bzw. Stabsleiter des Stellvertreters des Führers Rudolf Hess), 5.Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), 6.Generaloberst Wilhelm Keitel (Chef der Oberkommando der Wehrmacht), 7.Generalmajor Friedrich-Carl Cranz (Kommandeur 18. Infanterie-Division), dan 8.Hauptmann Gerhard Engel (Adjutant des Heeres beim Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht)


Komandan 18. Infanterie-Division, Generalmajor Friedrich-Carl Cranz, menerangkan kepada Adolf Hitler mengenai penempatan pasukannya dalam pertempuran melawan Polandia dan gerak maju menuju Warsawa yang terjadi baru-baru ini. Pertempuran yang menentukan di Polandia hampir usai, dan kini pasukan Jerman melakukan pengepungan di dekat Radom, sebelah barat Warsawa. Foto ini sendiri diambil pada saat sang Führer melakukan kunjungan ke wilayah operasi 10. Armee di Tomaszów (sebelah tenggara Łódź), tanggal 11 September 1939. Dari kiri ke kanan: General der Artillerie Walther von Reichenau (Oberbefehlshaber 10. Armee), Reichsleiter Martin Bormann (Persönlicher Sekretär bzw. Stabsleiter des Stellvertreters des Führers Rudolf Hess), Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), Generaloberst Wilhelm Keitel (Chef der Oberkommando der Wehrmacht), tidak diketahui, Hauptmann Gerhard Engel (Adjutant des Heeres beim Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), Generalmajor Friedrich-Carl Cranz, dan Generalmajor Karl-Heinrich Bodenschatz (Verbindungsoffizier zwischen dem Oberbefehlshaber der Luftwaffe und dem Führerhauptquartier)


 Dari kiri ke kanan: General der Artillerie Walther von Reichenau (Oberbefehlshaber 10. Armee), Generalmajor Erwin Rommel (Kommandeur Führer-Begleit-Bataillon), SA-Obergruppenführer Wilhelm Brückner (di belakang, Chefadjutant des Führers und Reichskanzler), Reichsleiter Martin Bormann (Persönlicher Sekretär bzw. Stabsleiter des Stellvertreters des Führers Rudolf Hess), Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), Generaloberst Wilhelm Keitel (tertutup oleh Cranz, Chef der Oberkommando der Wehrmacht), Generalmajor Friedrich-Carl Cranz, dan Hauptmann Gerhard Engel (Adjutant des Heeres beim Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht). Foto ini diambil pada saat Hitler melakukan kunjungan ke wilayah operasi 10. Armee di Rawa/Tomaszów (sebelah tenggara Łódź), tanggal 11 September 1939


Generaloberst Ernst Busch (Oberbefehlshaber 16. Armee) dalam salah satu inspeksi ke unit yang berada di bawah komandonya, musim panas tahun 1941. Pada saat itu jutaan pasukan Wehrmacht sedang dikerahkan untuk menginvasi Uni Soviet, dalam apa yang dinamakan sebagai Unternehman Barbarossa (Operasi Barbarossa). Berhubung foto ini terdapat dalam album milik 18. Infanterie-Division (motorisiert), maka kemungkinan besar unit yang sedang dikunjungi oleh Busch adalah divisi infanteri pimpinan Generalmajor Friedrich Herrlein tersebut



2 Juni 1943: Generalfeldmarschall Georg von Küchler (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Nord) menganugerahkan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes kepada Oberfeldwebel Georg Straube (Zugführer di 2.Kompanie / Panzerjäger-Abteilung 18 / 18.Infanterie-Division), sebagai penghargaan atas keberanian luar biasa yang dipertontonkannya dalam pertempuran di wilayah Staraya Russa, sektor utara Front Timur. Foto ini diambil oleh Kriegsberichter Bohne

 -------------------------------------------------------------------------------

PERAIH RITTERKREUZ

 
Oberleutnant Hans Bartkowiak (8 Maret 1917 - 15 April 1985) bergabung dengan Infanterie-Regiment 30 tanggal 14 November 1938 dan ikut ambil bagian dalam kampanye militer Jerman di Polandia, Prancis dan Rusia. Pada bulan Oktober 1943, 18. Panzergrenadier-Division (tempat Bartkowiak bertugas) terlibat dalam pertempuran melawan Tentara Merah di sepanjang jalan kereta api Orsha-Smolensk. Divisi infanteri bermotor Wehrmacht tersebut berusaha mundur ke garis pertahanan Jerman di Panther Line, dan untuk mencapai tujuan tersebut mereka harus bertempur mati-matian melawan pasukan musuh yang berkekuatan lebih besar di Dnieper, Bobrova, Dubrovno, Ljady, dan Barsuki. Dalam pergulatan di Bobrova, Chandogi dan Volkholakovka, peleton zeni resimen dibawah komando Bartkowiak mendemonstrasikan keberanian luar biasa dalam bekerja di tengah hujan tembakan sehingga berhasil mencegah terobosan musuh ke pertahanan Jerman. Atas prestasinya ini dia dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 25 Oktober 1943 sebagai Leutnant dan Pionierzugführer Stabskompanie / Grenadier-Regiment 30 (motorisiert) / 18.Panzergrenadier-Division / XXVII.Armeekorps / 4.Armee / Heeresgruppe Mitte. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Eisernes Kreuz II.Klasse (1 Juli 1940); Infanterie-Sturmabzeichen in Silber (30 September 1940); Eisernes Kreuz I.Klasse (21 September 1941); Verwundetenabzeichen in Schwarz (28 April 1942); Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42 (5 September 1942); Anerkennungsurkunde des Oberbefehlshabers des Heeres (7 September 1943); serta Nahkampfspange in Bronze (21 Desember 1943)



Sumber :
Buku "Der Große Deutsche Feldzug gegen Polen" karya Heinrich Hoffmann
Buku "Mit Hitler in Polen" karya Heinrich Hoffmann
www.en.wikipedia.org
www.ritterkreuztraeger-1939-45.de

Foto Dramatis Perang Dunia II

Seorang bocah perempuan Polanda berusia 10 tahun bernama Kazimiera Mika menangis histeris sambil meratapi kakak perempuannya yang sekarat di sebuah lapangan di Warsawa setelah terkena tembakan senapan mesin Jerman dalam sebuah serangan udara, September 1939. Dalam kata-kata fotografer Julien Bryan: "Saat kami sedang melewati sebuah lapangan kecil di pinggir kota, kami ternyata beberapa menit terlambat untuk menjadi saksi sebuah peristiwa tragis, yang paling menggetarkan dari semuanya. Tujuh orang wanita sedang menggali kentang di lapangan. Tak ada terigu tersisa di distrik mereka, dan mereka sangat kelaparan. Tiba-tiba dua pesawat Jerman datang dan langsung menjatuhkan dua buah bom di atas sebuah rumah yang berjarak tidak jauh dari situ. Dua orang wanita yang sedang berada di rumah tersebut langsung terbunuh. Para penggali kentang di lapang langsung bertiarap di tanah, beharap untuk tak diketahui. Setelah pesawat pembom tersebut pergi, para wanita itu kembali bekerja. Mereka harus makan. Tapi ternyata penerbang-penerbang Nazi tak puas dengan hasil pekerjaan mereka. Dalam beberapa menit mereka kembali dan menukik turun sampai sekitar seratus meter dari tanah, kali ini langsung memberondong lapangan dengan senapan mesin. Dua dari tujuh wanita itu terbunuh. Saat aku sedang sibuk mengabadikan mayat korban penembakan tersebut, seorang gadis kecil berusia 10 tahun datang sambil berlari dan langsung tertegun ketika melihat salah satu korban yang tewas, yang ternyata adalah kakak perempuannya. Si gadis kecil tersebut tak pernah melihat kematian dan tak dapat mengerti kenapa kakaknya diam membujur tanpa bergerak sedikitpun... dia kelihatan shock dan langsung menangis sambil membelai kakaknya tersayang. Aku tersentuh dan melingkarkan tanganku di tubuhnya untuk memeluknya, mencoba menghibur dia yang telah kehilangan. Dia terus menangis. Begitu juga aku dan dua orang perwira Polandia yang sedang bersamaku saat itu..."


 Gefreiter Josef Schulz (juga ditulis Joseph Schultz) adalah bintara kelahiran tahun 1909 dari 714. Infanterie-Division yang ditempatkan di wilayah Balkan. Pada tanggal 20 Juli 1941 dia dan ketujuh orang rekannya ditugaskan untuk melakukan misi yang dia kira hanya patroli rutin belaka. Ternyata kali ini berbeda: mereka mendapati 16 orang warga lokal yang ditutup matanya. Kedelapan orang dari Zug (peleton) Schulz berhenti 10-15 meter jauhnya, dan seorang bintara lain kemudian memerintahkan mereka untuk mengeksekusi ke-16 orang warga lokal tersebut. Tujuh orang langsung melaksanakan tugas tanpa banyak cingcong dan bersiap mengarahkan senapan mereka. Di keheningan yang kemudian tercipta, dengan tenang Gefreiter Schulz melemparkan senapannya dan kemudian berjalan ke arah 16 orang terhukum (yang hanya bisa mendengar rumput diinjak). Dia kini berdiri sejajar dengan mereka, dan lebih memilih untuk menjadi bagian dari terhukum mati daripada harus menembak orang yang dia tidak tahu kesalahannya! Beberapa detik kemudian, 16 orang warga sipil dan satu tentara Jerman tergeletak tak bernyawa di tumpukan alang-alang. Si prajurit telah dieksekusi oleh rekan-rekannya sendiri atas perintah dari si bintara. Oberkommando der Wehrmacht (OKW) menyebutkan kematiannya sebagai KIA (Killed in Action), tapi berita tentang tindakannya yang "heroik" kemudian tersebar, terutama setelah usainya Perang Dunia II. Sebuah film dibuat tentangnya, "Joseph Schultz" (1973). Tapi kemudian kebenaran berita ini diragukan oleh para sejarawan, terutama dari Bundesarchiv Jerman, dan salah satu foto yang dianggap diambil pada saat itu (foto atas) dianggap berasal dari peristiwa lain. Dalam foto tersebut Schulz disebut adalah orang tanpa stahlhelm di tengah yang sedang berjalan ke arah para tawanan


Selama berlangsungnya Pertempuran Perekop di semenanjung Krimea tahun 1941, bau busuk tentara yang tewas di medan pertempuran begitu menyengatnya sehingga membuat prajurit Jerman ini mati-matian menahannya dengan menutupkan secarik kain basah di mukanya


 "... yang lebih baik yang tak akan kau dapatkan. Drum pertempuran bertalu-talu. Dia berada di sampingku, dalam baris dan langkah yang serentak. Sebuah peluru melesat datang. Apakah dia ditujukan untukku atau temanku? Dia menerjang kameradku, dan kini dia terbaring di bawah kakiku, seakan menjadi bagian dari diriku. Tangannya berupaya menggapaiku saat aku mengisi senapanku. Aku tak mampu memegang tanganmu untuk saat ini, beristirahatlah di keabadian dengan tenang, kameradku yang baik..." ("Der Gute Kamerad", dikenal juga dengan nama "Ich Hatt Einen Kameraden", sebuah requiem buatan tahun 1809 yang selalu dikumandangkan pada saat upacara penguburan militer di Jerman sampai saat ini)


Prajurit Jerman yang terluka dari 26. Infanterie-Division membopong Zugführer (Kepala Peleton) mereka ke tempat perawatan sementara di garis belakang, Front Timur tahun 1941. Sang Zugführer terluka parah oleh pecahan peluru artileri. Seragam dan celananya telah digunting untuk memudahkan perawatan dari luka-luka yang terutama mengenai kepala, dada dan kakinya. Korban di pihak Wehrmacht meningkat secara geometris seiring dengan makin sengitnya perang yang terjadi antara Jerman dan Rusia. "Trend" ini terus meningkat tanpa ampun sampai dengan hancurnya Nazi Jerman di tahun 1945


Foto berwarna asli masa Perang Dunia II ini diambil di Front Timur pada tahun 1942 dan memperlihatkan seorang prajurit Heer (Angkatan darat Jerman) yang putus lengan kirinya oleh ledakan bom. Rekan-rekannya berusaha membantu melakukan pertolongan pertama, termasuk seorang anggota Sanitäter (medis) yang memakai pita lengan dengan lambang palang merah. Untuk mencegah infeksi di lokasi luka biasanya digunakan bubuk sulfa karena pada masa Perang Dunia II Jerman tidak memakai Penisilin (meskipun Penisilin telah ditemukan bertahun-tahun sebelumnya oleh Alexander Fleming saat bekerja di rumah sakit London). Seorang Sanitäter Wehrmacht - apalagi di Front Timur yang terkenal brutal - rata-rata dibekali dengan pistol yang akan digunakan untuk bertempur hanya dalam keadaan darurat alias kepepet. Meskipun secara resmi dilabeli sebagai "bukan prajurit tempur" oleh Konferensi Jenewa (selain dari Pendeta Militer), tapi di tengah-tengah kontak-senjata yang berkecamuk biasanya sulit dibedakan antara prajurit biasa atau prajurit medis (meski telah dilengkapi oleh pita lengan atau tanda palang merah di helm)


Dalam Pertempuran Stalingrad yang berlangsung dari tanggal 17 Juli 1942 sampai dengan 2 Februari 1943, lebih dari 91.000 orang prajurit Wehrmacht ditangkap oleh Tentara Merah (dengan hanya 5.000 orang yang kemudian kembali hidup-hidup!). Di antara mereka adalah anak muda yang malang ini (yang menyerah bulan Januari 1943), yang kedinginan, kelaparan, dan juga digebuki! Dari ekspresinya kita bisa mengetahui nasib apa yang akan menimpanya di depan! BTW, senjata yang dipegang oleh tentara Soviet adalah PPSh-41


 Tiga orang prajurit dari SS-Panzergrenadier-Division "Leibstandarte SS Adolf Hitler" menghentikan kendaraan mereka saat melihat sebuah piano yang ditinggalkan oleh penghuninya di pinggir jalan. Salah seorang diantaranya - yang ternyata mempunyai keahlian bermain piano - kemudian melakukan konser dadakan di hadapan teman-temannya. Mereka memakai, dari kiri ke kanan: jaket parka musim dingin, baju pelapis kamuflase, dan seragam hitam panzer. Perhatikan bendera swastika yang dipasang di kap depan  Kübelwagen yang dimaksudkan sebagai pengenal bagi pesawat udara Luftwaffe. Foto ini diambil di Kharkov (Ukraina) pada bulan Maret 1943 tak lama setelah pasukan Jerman berhasil merebut kota tersebut dari tangan Tentara Merah


 Dengan sang gunner tampak jelas di kokpit belakang, pesawat pembom tukik Jepang ini (kemungkinan Yokosuka D4Y Suisei atau Nakajima B5N Kate) meluncur deras menuju ke lautan di bawah dengan asap tebal keluar dari mesinnya. Pesawat naas ini tertembak jatuh di dekat pangkalan Jepang di Truk, Kepulauan Caroline (Pasifik), tanggal 2 Juli 1944. Lieutenant Commander William Janeshek, pilot pesawat US Navy PB4Y yang menembaknya, bersaksi bahwa si gunner sebenarnya sudah bersiap-siap bail-out dengan menggunakan parasut, tapi kemudian dia tertegun untuk kemudian diam dengan tenang saat pesawatnya menghajar air dan hancur berantakan. Tidak diketahui alasan kenapa dia memutuskan untuk tewas bersama pesawatnya, tapi kemungkinan besar karena menyadari bahwa sang pilot rekannya di kokpit depan telah gugur duluan atau tidak bisa keluar dari pesawat yang terbakar!


18 Juli 1944: Dengan mendapat penjagaan dari seorang serdadu Kanada, seorang bintara Jerman yang tampak depresi duduk dengan menyandarkan kepala di tangannya setelah tertangkap di selatan Caen, Normandia, selama berlangsungnya Operasi Goodwood. Antara D-Day sampai dengan 25 Juli 1944, pasukan Inggris dan Kanada menggaruk 11.500 orang tawanan di pihak lawan! Foto oleh Lieutenant Ken Bell


 Di kamp konsentrasi Wöbbelin, Ludwigslust (Jerman), banyak para penghuninya yang ditemukan oleh U.S. Ninth Army dalam kondisi menyedihkan. Disini salah satu dari mereka jatuh dalam tangisan saat mengetahui dirinya tidak ikut berangkat bersama grup pertama tawanan yang meninggalkan kamp menuju rumah sakit lapangan yang didirikan tidak jauh dari situ. Foto dramatis ini diambil tanggal 4 Mei 1945 oleh Private Ralph Forney dari U.S. Army


Pada tanggal 8 Mei 1945, satu hari setelah penyerahan resmi Jerman ke tangan Sekutu, 13 orang sukarelawan Prancis dari 33. Waffen-Grenadier-Division der SS Charlemagne (französische Nr. 1) dieksekusi tanpa diadili terlebih dahulu di dekat Bad Reichenhall, Jerman, berdasarkan perintah dari Jenderal Philippe Leclerc de Hauteclocque, komandan 2nd Armored Division Prancis. Apa yang menjadi alasan penembakan mereka? Semata karena mereka mengenakan seragam Jerman, musuh Prancis! Diceritakan bahwa sang Jenderal menginterogasi para tawanan sebangsanya tersebut: "Mengapa kalian mengenakan seragam Jerman? Kalian semuanya adalah pengkhianat karena mengenakan seragam negara lain!" Seorang tawanan lalu menjawab: "Anda juga mengenakan seragam negara lain, seragam Amerika." Leclerc begitu murka menerima jawaban ini sehingga dia langsung memerintahkan eksekusi terhadap mereka!


 Januari 1946: "William The Conqueror" alias "Willie", anjing kesayangan Jenderal George S. Patton berjenis Bull Terrier, terbaring dengan ekspresi berduka yang kentara di samping barang-barang pribadi milik tuannya, tak lama setelah Patton tewas dalam sebuah kecelakaan mobil di Bad Nauheim, Jerman, tanggal 21 Desember 1945. Patton adalah seorang pencinta anjing, dan dia begitu menyayangi anjing peliharaan yang dia dapatkan tahun 1944 tersebut (bahkan dia membuatkan Willie sebuah pesta ulangtahun!). Willie pun sama pula terhadap tuannya, seperti yang dikatakan Patton sendiri dalam catatan buku harian tertanggal 15 Juli 1944: "Willie sangat tergila-gila padaku dan selalu menantikan saat kedatanganku di markas. Dia juga ngorok saat tidur tapi tetap menjadi teman yang menyenangkan di saat malam..." Foto di atas diambil beberapa hari setelah Patton dimakamkan, saat barang-barang pribadinya hendak diberangkatkan ke keluarga yang menunggu di Amerika. Willie sendiri menghabiskan sisa hidupnya bersama istri dan anak mendiang Patton


 Frankfurt, 1946 : seorang prajurit Jerman pulang ke rumahnya setelah menjalani masa penahanan hanya untuk mendapati bahwa rumahnya telah hancur oleh bom dan keluarganya tak ada lagi disana. Foto oleh Tony Vaccaro


 Edda Göring dan ibunya Emmy Göring menerima sebuah surat bertulisan tangan dari ayah dan suami mereka, mantan Reichsmarschall Hermann Göring, dari sel penjaranya di Nürnberg. Foto ini diambil dari buku "Nuremberg, the Last Battle" karya pengarang favorit saya David Irving. Edda adalah satu-satunya anak pasangan Hermann dan Emmy Göring. Sebelum menikah, Emmy (lahir dengan nama Emma Johanna Henny Sonnemann) adalah seorang artis ternama Jerman. Setelah menikah dengan sang Reichsmarschall tanggal 10 April 1935 dia otomatis menjadi ibu negara Jerman karena Hitler tidak beristri (dan keberadaan Eva Braun disembunyikan dari umum). Emmy Göring adalah seorang wanita yang murah hati dengan keluguan yang memikat. Edda sendiri lahir tanggal 2 Juni 1938 dan dibesarkan di Berlin. Foto ini diambil di Nürnberg tanggal 26 September 1946 selama berlangsungnya Peradilan Penjahat Perang bagi tokoh-tokoh Nazi. Hanya berselang 19 hari kemudian Hermann Göring bunuh diri dengan menelan kapsul sianida sehari sebelum rencana eksekusinya. Pada saat itu Edda baru berusia delapan tahun




Sumber :
Buku "Time-Life Books World War II: Liberation" oleh Martin Blumenson
Majalah "Luftwaffe im Focus" Spezial No.1 tahun 2003
Foto koleksi NARA Archives
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi

www.5sswiking.tumblr.com
www.avaxnews.com

Foto Artistik, Bernilai Seni dan Terindah dari Perang Dunia II

FOTO BERWARNA

Waktu subuh di pangkalan 7.(F)/LG 2 di Yunani bulan Mei 1941. Operasi sudah dimulai walaupun matahari baru nampak sepenggalan. Di latar belakang sebuah Junkers Ju 52 tinggal landas. Para awak darat pastinya telah bangun pagi-pagi sekali demi mempersiapkan pesawat ini beroperasi di pagi buta seperti itu! Di latar depan adalah siluet pesawat pengintai Messerschmitt Bf 110 milik 7.(F)/LG 2


Pesawat penghubung sangat dibutuhkan untuk memelihara kontak langsung antara markas dengan prajurit di front depan. Tanpa pesawat ini maka akan mustahil bagi para komandan senior untuk bertemu dengan bawahannya dalam jangka waktu sebentar demi mendiskusikan perkembangan situasi atau sekedar melakukan inspeksi singkat di front. Karena biasanya pos komando dan markas front berada di wilayah hutan lebat, tertutup oleh kamuflase atau di desa-desa terpencil, maka kadangkala tak ada landasan udara standar terdekat yang menjangkaunya. Atas alasan ini maka Fieseler Fi 156 Storch, dengan kemampuan take-off dan landingnya di landasan sempit, menjadi pilihan utama para komandan staff senior. Pesawat ini bahkan bisa mendarat di atas permukaan yang kasar atau berlumpur. Foto di atas memperlihatkan sebuah desa kecil Rusia yang dikelilingi oleh hutan. Panji yang terpasang di depan sebuah rumah di sebelah kiri menandakan bahwa lokasi itu telah dijadikan sebagai markas sebuah Armee-Korps. Di latar belakang terparkir sebuah Storch, yang kemungkinan dipakai untuk menerbangkan sang komandan korps dalam kunjungan ke front depan atau membawa para komandan divisinya ke tempat ini


Seorang komandan bersiap-siap untuk terbang bersama dengan dua orang staffnya. Peta dan kertas-kertas yang dibawa menandakan bahwa mereka baru saja menghadiri sebuah rapat militer. Pesawat yang digunakan adalah sebuah Fieseler Fi 156 C “GK+M?” yang mempunyai strip kuning di badannya, suatu praktek yang biasa dilakukan oleh pesawat-pesawat Luftwaffe di Front Timur. Salah seorang staff yang membelakangi kamera mengenakan celana kavaleri yang dilengkapi lapisan kulit. Foto ini sendiri diambil di Rusia di musim panas 1941 atau 1942



 Foto yang sangat indah ini diambil bulan Agustus 1942 dan memperlihatkan Olavi Paavolainen (1903-1964), seorang pujangga Finlandia yang dalam Perang Dunia II ikut angkat senjata membela negaranya dalam perang melawan Uni Soviet. Dia menjadi anggota Departemen Informasi sebelum ditempatkan di Mikkeli, Finlandia timur, sebagai ajudan jenderal infanteri. Pada tahun 1944 dia mengunjungi kampung halamannya di Vienola, dan Paavolainen begitu sedih setelah mendapati rumah masa kecilnya telah rata dengan tanah akibat perang yang kejam


Foto ini, yang tampaknya telah disetting dengan baik, kemungkinan dibuat untuk kepentingan propaganda Jerman. Seorang prajurit Luftwaffe berdiri sambil membaca surat yang datang dari tanah air di depan sepeda motor Zündapp Ks 600 bersespan, sementara di latar belakang mengudara sebuah pesawat Focke-Wulf Fw 189 "Uhu" (Burung Hantu). Pesawat bermesin ganda dan berkursi tiga ini terutama sekali dibuat untuk kepentingan pengintaian. Dibandingkan dengan pesawat yang umum diproduksi di masa itu, Fw 189 terlihat aneh karena mempunyai dua "badan". Pada awalnya kemampuannya diragukan, tapi kemudian medan udara Front Timur membuktikan kemampuan Fw 189 yang jauh melebihi harapan para pembuatnya! Pesawat ini dijuluki sebagai "matanya Luftwaffe" dan ketangguhannya terbukti dengan beberapa kali dia mampu pulang ke pangkalannya dengan sebagian ekornya copot atau rusak parah! Keberadaannya tidak diketahui oleh pihak Sekutu sampai dengan tahun 1941, walaupun prototipe pesawat ini sudah berseliweran dari masa sebelum perang. Total produksinya sampai dengan perang berakhir adalah 849 buah

--------------------------------------------------------------------------------------

FOTO HITAM-PUTIH

 Para ilmuwan Nazi mengujicoba sistem aerodinamik dari sebuah pesawat Messerschmitt Bf 109 E-3 di tahun 1940. Ditenagai oleh mesin Rolls-Royce Kestrel V, pesawat hasil pengembangan kesekian dari Bf 109 ini mempunyai kecepatan maksimum 660km/jam. Panjangnya 8,65m dengan rentang sayap 9,87m. Senjata utamanya adalah dua buah kanon 20mm ditambah dengan dua senapan mesin sebagai pelengkap. Versi pertama pesawat rancangan Willy Messerschmitt ini telah teruji ketangguhannya dalam Perang Saudara Spanyol. Para pilotnya telah disumpah sebelum mereka meninggalkan Jerman bahwa mereka tidak akan membiarkan pesawat mereka sampai jatuh ke tangan musuh. Bila pesawatnya jatuh atau mendarat darurat di wilayah musuh, maka mereka harus membakarnya segera dengan menggunakan tangki khusus berisi materi yang mudah terbakar yang bisa disulut seketika dan memang disiapkan untuk tujuan semacam ini!



Generalmajor Walter Krüger (kanan) bersama dengan salah seorang perwiranya memperhatikan dengan seksama saat pasukan Jerman dari 1. Panzer-Division melakukan serbuan ke garis pertahanan Rusia di luar kota Leningrad, Uni Soviet. Dari tanggal 17 Juli 1942 Krüger diangkat sebagai "mit der Führung beauftragt" alias Komandan sementara dari Divisi Panzer Pertama Jerman, setelah sebelumnya menjabat sebagai Komandan brigade infanteri bermotor dari divisi yang sama. 1. Panzer-Division sendiri telah terlibat dalam pertempuran terus-menerus dari sejak penyerbuan ke Rusia bulan Juni 1941, dan pada pertengahan bulan Agustus 1941 jumlah tanknya yang masih berfungsi tinggal mencapai 44 buah dari asalnya 155 buah! Foto ini diambil pada awal musim gugur tahun 1941 oleh fotografer tak dikenal dari Presse-Illustrationen Heinrich Hoffmann, dan pertama kali dipublikasikan oleh 'Berliner Volkszeitung' edisi 5 November 1941


 Dengan menggunakan mobil staff Horch Kfz.15, Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") dan Oberst im Generalstab Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Deutsches Afrikakorps) mengunjungi Tobruk di Libya tak lama setelah kota pelabuhan yang menjadi pangkalan Inggris tersebut jatuh ke tangan pasukan Jerman pada tanggal 21 Juni 1942 (Bayerlein duduk di kiri sementara Rommel di kanan). Di sebelah kiri foto tampak terparkir sebuah Panzerbefehlswagen III Ausf.C/H (SdKfz. 266/267/268). Foto oleh Sonderführer Fritz Moosmüller dari PK (Propaganda-Kompanie) "Afrika"


 Pada bulan November 1941, General der Panzertruppe Erwin Rommel (Kommandierender General Panzergruppe "Afrika") mengunjungi Bardia (Libya) yang menjadi lokasi bongkar-muat suplai pasukan Poros selain di Tripoli dan Derna. Meskipun kapasitasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pelabuhan utama di Tripoli, tapi Bardia lebih efisien karena lebih dekat ke front yang mendekati perbatasan dengan Mesir. Disini biasanya kapal-kapal selam Italia yang bongkar-muat barang karena lebih aman dari incaran pesawat-pesawat Sekutu. Dalam kunjungannya ke Bardia pun Rommel menyempatkan diri untuk beramah-tamah dengan awak kapal selam Italia yang kebetulan sedang berlabuh disana. Dia kemudian difoto di atas tebing yang menjorok ke pantai dengan latar belakang sebuah kapal selam Italia yang sedang berlayar meninggalkan pelabuhan. Kemungkinan kapal selam ini berasal dari kelas Atropo of the Foca (Anjing Laut) dengan berat 1.109 ton yang biasa digunakan untuk menanam ranjau laut. Dia baru saja mengantarkan 60 ton bahan bakar ke pelabuhan Bardia

 Para anggota sebuah kompi tank berat Jerman berpose bersama dengan dua buah tunggangan andalan mereka, Panzerkampfwagen VI Tiger (8,8 cm L/56) Ausf.E (Sd.Kfz. 181). Detasemen Tank Berat Jerman (schwere Panzerabteilungen), adalah unit tank elite dalam Perang Dunia II seukuran batalyon yang dilengkapi dengan Tiger I, dan kemudian Tiger II. Pada awalnya unit semacam ini ditujukan untuk bertempur secara ofensif dalam operasi penembusan pertahanan musuh, tapi kemudian situasi perang yang makin memburuk memaksa mereka digunakan untuk tujuan defensif dengan menyediakan tembakan pendukung serta ujung tombak dalam serangan balik ke wilayah-wilayah dimana pasukan lapis baja musuh berhasil menembus masuk pertahanan Jerman. Karenanya dalam beberapa kesempatan mereka kadang direorganisasi menjadi Kampfgruppen (Grup-Grup Tempur) yang hanya digunakan sementara dan sesuai kebutuhan saja sebelum dikembalikan kembali ke unit asal mereka


 
17 September 1944. Private First Class Clifton C. Rhodes (kiri) dan Lieutenant Edwin O. Guthman dari 339th Infantry Regiment/85th Division/Fifth Army Amerika berjaga-jaga di posisi pertahanan Hill 732 (Gothic line), Grezzano, Italia, yang baru saja direbut dari tangan Jerman. Mereka menggunakan senapan mesin MG 42 (Maschinengewehr 42) hasil rampasan dari tangan musuhnya. Foto ini merupakan koleksi NARA Archives dengan kode 5/MM-44-3604 dan sebagai fotografernya adalah McQuarrie (31S1 SIG SV CO)


Sumber :
Buku "Time-Life Books World War II: Liberation" oleh Martin Blumenson
Majalah "Luftwaffe im Focus" Spezial No.1 tahun 2003
Foto koleksi NARA Archives
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi
www.avaxnews.com