Thursday, July 15, 2010

Perjalanan Wisata Adolf Hitler Ke Kota Paris

Rute wisata Adolf Hitler di kota Paris yang berawal dari Opéra de Paris dan berakhir di Sacré Coeur. Dia datang menggunakan kereta api dan pergi dengan pesawat terbang. Perjalanan ini hanya memakan waktu selama tiga jam lebih, tapi lihat berapa banyak tempat yang dikunjunginya! Efisiensi khas orang Jerman...



Oleh : Alif Rafik Khan

“Semenjak Stalingrad aku telah menjadi seorang komandan yang malang. Aku selalu bernasib harus melindungi bagian belakang dari tentara Jerman, dan setiap kali pula aku diharuskan merusakkan kota yang aku tinggali," kata General der Infanterie Dietrich von Choltitz. "Dan sekarang aku akan terkenal dalam sejarah sebagai orang yang menghancurkan Paris.”

Itu ucapan von Choltitz sebagai pemegang komando militer Jerman di Paris saat kota ini diambang kejatuhannya ke tangan Sekutu, soalnya antara tanggal 19-20 Agustus 1944 ia memperoleh perintah pribadi dari Adolf Hitler untuk mempertahankan Paris hingga saat terakhir dengan merusakkan semua jembatan di atas Sungai Seine yang membelah kota, serta menghancur-lantakkan bangunan-bangunan terkemuka di kota tersebut.

Karena tidak kunjung ada ujud pelaksanaannya, Hitler pun mengulangi perintah yang sama kepada Kepala Staff Tentara Grup B, Generalmajor Hans Speidel pada tanggal 23 Agustus 1944, yang notabene adalah bawahan von Choltitz. Hanya satu hal yang tidak diketahui oleh Hitler, bahwasanya kedua jenderal ini adalah pecinta berat kota Paris yang sarat dengan peninggalan bersejarah, dan bahkan keduanya pun fasih berbahasa Prancis! Mereka berdua telah sepakat secara pribadi jauh sebelum pendaratan Sekutu di Normandia bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan berupaya untuk tidak menghancurkan kota Paris.

Memang Paris tidak jadi dihancurkan dan keindahannya masih bisa kita nikmati hingga saat ini, dan ini berkat upaya diplomasi konsul Swedia Raoul Nordling yang menjadi penengah antara pasukan Sekutu dan Jerman sebagai pihak yang kalah. Jenderal von Choltitz menyerah bersama pasukannya pada tanggal 24 Agustus 1944 ke tangan Sekutu. Hitler pun murka lalu memerintahkan agar Paris dihujani bom terbang V-1 dari udara dan mortir-mortir raksasa 88 mm, tetapi kembali perintah ini digagalkan oleh General der Infanterie Günther Blumentritt (yang ternyata juga lagi-lagi pecinta berat kota Paris!) dengan alasan rasional, yaitu demi strategi militer ketimbang membuang amunisi percuma yang logistiknya kian terbatas. Setidaknya itu yang dikatakan kemudian hari oleh seorang jenderal Jerman lain, bernama Bodo Zimmermann.

Paris sungguh memiliki pesona luar biasa bagi siapa pun. Sejarah pun mencatat bahwa empat tahun sebelumnya seorang Adolf Hitler dengan rombongan kecilnya melakukan kunjungan wisata dadakan menembus kabut yang masih menyelimuti kota. Hal itu dilakukannya sehari sesudah Prancis menyerah, yakni tanggal 23 Juni 1940 tepat pukul 06.00 pagi.

Seorang penjaja koran di Place de l’Opera terpaku dan tidak mempercayai matanya sendiri ketika ia melihat Hitler, sang Penakluk Prancis, berdiri tidak jauh dari dirinya dan berlaku bak seorang wisatawan dengan rombongannya. Tapi seorang wanita Paris lainnya begitu terkejut dan masih sempat tergesa lari bak melihat hantu sambil berteriak, ” Ya Tuhan, dia ada disini “. Kita bisa memahami keterkejutan warga Paris ini, soalnya baru sehari negerinya diduduki dan keesokan harinya sang penakluk berdiri dihadapan mereka. Hitler datang bersama para ajudan, pengawal bersenjata, dan uniknya ia membawa serta pula dua seniman kesayangannya yaitu arsitek Albert Speer dan pematung Arno Breker. Ini karena buat dirinya, selain merupakan perjalanan kemenangan pribadi juga semacam wisata budaya.

Kunjungan singkat dan rahasia itu hanya berlangsung 3 jam dan terkesan acak-acakan jika dilihat dari tempat-tempat bersejarah yang dikunjungi serta jalur yang dilalui. Dari Gedung Opera dimana dengan bangga ia mengatakan bahwa ia tahu ada sebuah ruang yang hilang setelah berkunjung ke bagian dalam gedung, ternyata benar karena ruangan itu sudah ditutup dengan tembok pada renovasi sebelumnya ; maklum Hitler amat fasih dengan arsitektur gedung bersejarah ini. Lalu rombongan kecil itu kemudian melaju ke Madeleine, mengelilingi Arc de Triomphe kemudian berhenti dekat Menara Eiffel. Kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi makam Napoleon Bonaparte di Les Invalides. Di makam ini sambil menatap peti jenazah dari batu porfiri, tempat sang Penakluk Eropa terakhir terbaring, Hitler bergumam, “ Inilah saat yang paling indah dalam hidupku.”

Perjalanan kemudian dilanjutkan untuk singgah sejenak di Pantheon, Hotel de Ville dan gereja Sacre-Coeur. Lalu kemudian mereka melaju ke bandar udara Le Bourget sekitar pukul 09.00, dimana di sana ia sudah ditunggu lalu dikerumuni oleh para prajurit Jerman yang mengaguminya. Hitler terlihat santai dan riang ketika berdialog dengan mereka sebelum terbang pulang ke markas besarnya. Bahkan tercatat pula selama perjalanan pulang seperti banyak wisatawan lainnya, ia pun merasa gembira. Hari itu Adolf Hitler bak seorang wisatawan yang melakukan paket kunjungan ke 10 kota sekaligus!

Jadi ada dua perintah kontradiktif yang pernah ia berikan, yaitu untuk menghancurkan kota Paris ketimbang jatuh ke tangan Sekutu, yang besar kemungkinan lebih disebabkan keterdesakan nan sangat baik di Front Barat setelah Pendaratan Normandia, maupun di Front Timur ketika pasukannya babak belur harus menarik diri dari Rusia. Soalnya dalam banyak kesempatan jika berdiskusi soal seni, Hitler kerap menyatakan kecintaannya pada Kota Paris ketimbang Kota Wina saat ia menggelandang hidup sengsara dengan gaya bohemian pada tahun 1930-an.




 Persinggahan pertama Hitler selama kunjungan singkatnya di Paris adalah di Palais Garnier (Opéra de Paris). Marilah kita dengarkan arsitek terpercayanya, Albert Speer, berbicara: "Hitler telah mempelajari bangunan Opéra de Paris dengan cermat sebelumnya. Di dekat kotak proscenium (bagian depan panggung), dia tampak tertegun dan kemudian bertanya kemakanah salon yang biasa ada disitu kepada guide yang menemaninya. Si guide dengan sopan menjawab bahwa ruangan salon telah dihilangkan saat renovasi bangunan beberapa tahun sebelumnya. Dengan puas Hitler menoleh kepada pengiring Jermannya dan berkata: 'Kau lihat sendiri betapa aku tahu betul tempat ini."


 Kunjungan ke Les Invalides (L'Hôtel national des Invalides). Di tempat ini Hitler dan Napoleon "bertemu" dalam arti kiasan, karena disinilah jasad Napoleon Bonaparte, pemimpin Prancis terkemuka, dikebumikan dengan segala kemegahannya pada tahun 1861. Selain Napoleon, banyak tokoh terkemuka Prancis yang dimakamkan disini, di antaranya adalah Vicomte de Turenne, Sébastien de Vauban, Ferdinand Foch, dan Philippe Leclerc


Kunjungan pertama dan terakhir Adolf Hitler ke kota Paris berlangsung di pagi tanggal 23 Juni 1940. Foto di atas begitu terkenal dan memperlihatkan sang Führer diiringi oleh para bawahannya dengan latar belakang Menara Eiffel. Dari kiri ke kanan: Generalleutnant Karl Bodenschatz (di belakang Wolff), SS-Gruppenführer und Generalleutnant der Waffen-SS Karl Wolff, SS-Hauptsturmführer Max Wünsche (di belakang), Architekt Hermann Giesler, Generaloberst Wilhelm Keitel (di belakang Giesler), SA-Obergruppenführer Wilhelm Brückner, Architekt Albert Speer, SS-Obersturmbannführer Prof.dr.med. Karl Brandt (di belakang), Hitler, Reichsleiter Martin Bormann, Bildhauer Arno Breker, SS-Gruppenführer Dr.rer.pol. Otto Dietrich, dan SS-Obersturmführer Richard Schulze


Tak diragukan lagi, foto paling terkenal dari perjalanan Hitler ke Paris adalah foto di atas, dimana sang Führer berpose dengan latar belakang Menara Eiffel. Di sampingnya adalah arsitek Albert Speer (kiri) dan pematung Arno Breker. Konon Hitler mengucapkan salah satu kata-katanya yang terkenal di tempat ini: "Ambil satu (gambar) disini dan selanjutnya di depan Istana Buckingham (Inggris), setelahnya ambil gambar lain di depan gedung pencakar langit (New York)!"


Adolf Hitler dan para pengawalnya di depan gedung L'Hôtel national des Invalides (lebih dikenal sebagai Les Invalides) yang merupakan lokasi dikuburkannya pahlawan terbesar Prancis, Napoleon Bonaparte. Dari kiri ke kanan: SS-Obersturmführer Hans Pfeiffer, Generalleutnant Karl Bodenschatz, bildhauer Arno Breker, Reichsleiter Martin Bormann, Architekt Hermann Giesler, perwira SS tak dikenal, Führer Adolf Hitler, Generaloberst Wilhelm Keitel, architekt Albert Speer, dan perwira SS tak dikenal


Para "wisatawan" Nazi sedang mengagumi keindahan kota Paris dari lapangan terbuka La Basilique du Sacré Coeur de Montmartre, hari minggu tanggal 23 Juni 1940 (Bundesarchiv salah saat menyebutkan foto ini diambil tanggal 30 Juni 1940, begitu juga sumber lain yang menyebutkan tanggal 28 Juni 1940!). Dari kiri ke kanan: Führer Adolf Hitler, architekt Albert Speer, Reichsleiter Martin Bormann, architekt Hermann Giesler, bildhauer Arno Breker, SS-Obersturmführer Hans Pfeiffer, SS-Hauptsturmführer Max Wünsche, SS-Gruppenführer Karl Wolff, dan SA-Obergruppenführer Wilhelm Brückner


 Para "wisatawan" Nazi sedang mengagumi keindahan kota Paris dari lapangan terbuka La Basilique du Sacré Coeur de Montmartre, hari minggu tanggal 23 Juni 1940. Hitler tampak sedang berhadapan muka dengan Oberstleutnant im Generalstab Hans Speidel (Chef des Kommandostabes beim Militärbefehlshaber Frankreich), sementara disini kita juga bisa melihat Generaloberst Wilhelm Keitel (kanan, Chef des Oberkommando der Wehrmacht), Reichsleiter Martin Bormann (memakai jaket kulit, membelakangi kamera) dan Architekt Hermann Giesler


Foto ini diambil pada pulul 10:00 pagi oleh Heinrich Hoffmann pada saat momen kunjungan Hitler dkk ke Paris, Prancis, tanggal 23 Juni 1940. Lokasinya adalah di bandar udara Le Bourget di utara Paris, di akhir kunjungan 3 jam sang pemimpin Jerman di ibukota Prancis tersebut. Hitler bersiap untuk menaiki pesawat yang akan membawanya ke bandara Gros Caillou, dekat dengan markas sementaranya, Führerhauptquartier Wolfschlucht, yang berlokasi di Brûly-de-Pesche, Belgia. Berdiri paling kiri adalah Arno Breker (bildhauer), diikuti oleh Oberst Rudolf Schmundt (Chefadjutant des Heeres beim Führer und Oberbefehlshaber der Wehrmacht), Albert Speer (architekt), Generalleutnant Karl-Heinrich Bodenschatz (Verbindungsoffizier zwischen dem Oberbefehlshaber der Luftwaffe und dem Führerhauptquartier), dan Generaloberst Wilhelm Keitel (Chef des Oberkommandos der Wehrmacht)




Sumber :
Buku "Time-Life World War II : Blitzkrieg"
www.archives.gov
www.commons.wikimedia.org
www.hagemman.wordpress.com
www.iconicphotos.wordpress.com
www.militaria-archive.com
www.murderiseverywhere.blogspot.com
www.wehrmacht-awards.com

1 comment:

Unknown said...

terimakasih infonya sangat menarik,jangan lupa kunjungi balik website kami http://bit.ly/2MDy4mT