Wednesday, December 30, 2009

Free Download Video : Stalingrad


Bagi penggemar film-film berlatar belakang Perang Dunia II, apalagi kalau ada Nazi dan Sovietnya, maka film ini tidak boleh untuk dilewatkan! Salah satu masterpiece film tentang Nazi Jerman (setidaknya menurut saya), apalagi dengan dibintangi oleh aktor kaporit eh favorit saya Thomas Kretschmann, makin menambah hoootttt! (emangnya bokep?)

Bagi yang mau tahu bagaimana cerita film ini bisa melihatnya DISINI. Bagi yang males buat nyedot/download dan tertarik untuk memiliki copy DVD originalnya, bisa beli dari saya (subtitle bahasa Indonesia)!

Film yang didownload ini sesuai dengan versi aslinya yang berbahasa Jerman, dengan tambahan teks bahasa Inggris.

Koleksi Panzer Wehrmacht

  1. Panzerkampfwagen I (Panzer I)
  2. Panzerkampfwagen II (Panzer II)
  3. Panzerkampfwagen III (Panzer III)
  4. Panzerkampfwagen IV (Panzer IV)
  5. Panzerkampfwagen V (Panther)
  6. Panzerkampfwagen VI (Tiger)
  7. Panzerkampfwagen VI (Königstiger)
  8. Panzerkampfwagen VIII (Maus)
  9. Panzerjäger I
  10. Befehlspanzer (Tank Komando)
  11. Bergepanzer
  12. Ferdinand-Elefant
  13. Flakpanzer IV Kugelblitz
  14. Goliath
  15. Jagdpanzer 38 'Hetzer'
  16. Jagdpanther
  17. Jagdtiger
  18. Marder
  19. Nashorn
  20. Sturmgeschütz (StuG)
  21. Sturmtiger
  22. Kebun binatang Wehrmacht
  23. Winterketten dan Ostketten
  24. Schürzen (Panzerschürze / Seitenschürzen / Tank Skirt / Rok Tank) 
  25. Diagram Panzer IV
  26. Foto Jagdpanzer IV
  27. Foto Jagdpanzer 38 'Hetzer'
  28. Foto Jagdpanther
  29. Foto Jagdtiger
  30. Foto Marder
  31. Foto Neubaufahrzeug (NBFZ)
  32. Foto Nimród
  33. Foto Panzerjäger Ferdinand/Elefant
  34. Foto Panzerjäger Nashorn/Hornisse
  35. Foto Panzer 35(t)
  36. Foto Panzer 38(t)
  37. Foto Panzer I
  38. Foto Panzer II
  39. Foto Panzer III
  40. Foto Panzer IV
  41. Foto Panzer V Panther
  42. Foto Panzer VI Tiger
  43. Foto Panzer VI Königstiger
  44. Foto Panzer-Feldhaubitze 18 auf Sfl. 39H(f)
  45. Foto Sturmgeschütz (StuG) III dan IV
  46. Foto baris kemenangan (Abschußbalken/Victory Bar) panzer Wehrmacht
  47. Foto Befehlswagen (Kendaraan Komandan)
  48. Foto Beutepanzer (tank rampasan)
  49. Foto komandan panzer dan panzernya
  50. Foto panzer lucu Nazi Jerman
  51. Gepäckkasten (Kotak Penyimpanan) Panzer
  52. Tank Desant (infanteri numpang di panzer)

BMW R12, Sepeda Motor Nazi Jerman Paling Terkenal!

Profil sepeda motor BMW R12 buatan tahun 1938 yang diperuntukkan bagi Angkatan Darat (Heer)


Para tentara Jerman berfoto dengan sepeda motor BMW R12 di tengah reruntuhan. Kaleng penyimpan masker gas tergantung di dada masing-masing. Tampaknya mereka baru saja mengalami hari yang melelahkan!


Masih dari orang-orang yang sama dengan yang di atas. Berfoto sejenak di tengah perjalanan jauh. Jaket hujan mereka telah penuh dengan debu, jangan pula ditanya wajah dan sepeda motor tandem BMW R12 mereka!


Masa kejayaan Nazi Jerman : seorang Feldgendarmerie (Polisi Militer) yang mengendarai BMW R12 mengawasi barisan tawanan Prancis yang tertangkap dalam penyerbuan Jerman ke Negara-Negara Bawah dan Prancis tahun 1940. Sementara itu, prajurit Jerman lain yang sedang beristirahat dengan penuh rasa ingin tahu memperhatikan musuh yang baru saja dikalahkannya


Barisan pengendara BMW R12. Biasanya pasukan bersepeda motor ini adalah pasukan reconnaisance (pengintaian) yang bertugas sebagai tim pelopor dalam iring-iringan. kendaraan sepeda motor yang ringan, kecil dan berkecepatan tinggi memungkinkan mereka untuk secara mobil bolak-balik dari front ke induk pasukan untuk melaporkan situasi sekitar


Dua orang prajurit Wehrmacht bergaya dengan sepeda motor tandem BMW R12 mereka. Tampaknya motor ini masih gres, yang tampak dari ban depan yang masih mulus dan belum gundul!


Ngapain tuh ember ikut-ikutan nongol di belakang? Mau nimba, Kang?


Oleh : Alif Rafik Khan


Perusahaan otomotif BMW pertama kali memperkenalkan sepeda motor seri R12 di tahun 1935, dan merupakan sepeda motor pertama di dunia yang dilengkapi oleh peredam teleskopis hidrolik yang bercabang tiga. Dengan mesin 745-cc dan berat 408 lbs, BMW R12 berkekuatan 20 tenaga kuda di 3400rpm dan dapat mencapai kecepatan maksimal 75 mil/jam.


BMW-R12 adalah jenis BMW yang paling populer dipakai oleh Wehrmacht, walaupun yang R35, R71 dan R75 pun lumayan ngetop dan banyak muncul dalam foto-foto era tersebut.


Tahun produksi: 1935 – 1941

Jumlah produksi keseluruhan: 20.000 buah untuk sipil, dan 10.000 buah untuk kalangan militer. Totalnya adalah 36.008 buah
Mesin: sidevalve 18hp/3400rpm atau 20hp/4000rpm, 2-cyl 4-stroke aircooled, boxer-motor 745cc SV
Bore/Stroke: 78/78 mm
Rasio kompresi: 5,2 : 1
Dimensi (solo): panjang: 2100mm

lebar: 900mm
tinggi: 940mm

tinggi sadel: 70cm
Dimensions (gespann, dengan tandem): panjang: 2520mm

lebar: 1615mm

tinggi: 1000mm
Jarak antar roda (wheelbase): 1380mm
Rear track (gespann, versi tandem): 1070mm
Road clearance (solo): 120mm
Road clearance (tandem): 245mm
Carburetter: Amal 6/406 SP dan 6/407 SP (berdasarkan sumber lain)
Starter: 45/70 Watt
Aki: 6 Volt 7 Ah
Kopling: dry single plate
Gearbox: 4-speed
Rasio: I - 3,18; II - 2,06; III - 1,42, IV - 1,09 Gardan
Rasio transmisi: solo - 4,07 (14 : 57),
gespann - 4,75 (12 : 57),
Heer (militer) - 5,18 (11 : 57)
Pressed steel frame
Telescope front fork
Roda belakang tanpa alat pengatur api
Rem kaki: dihubungkan dengan tuas ke roda belakang
Rem tangan: dihubungkan dengan kabel ke roda depan
Turning radius: 2,25m (kiri), 1,8m (kanan)
Berat (solo): 188 kg
Kecepatan maksimum: 125 km/jam (sipil);
100 km/jam (Wehrmacht solo);
85 km/jam (Wehrmacht gespann)
Roda: 3,50x19 or 4,00x19 inci
Tekanan roda, atm.: depan - 1,4 (dengan tandem - 1,4)

belakang - 1,5 (dengan tandem - 1,9, untuk tiga - 2,3)
Kapasitas tangki bahan bakar: 14 Liter
Konsumsi bahan bakar: 4,4 Liter/100km (sipil)

5,5 Liter/100km (Wehrmacht solo)

6,5 Liter/100km (Wehrmacht gespann).
Oli mesin, gearbox dan gardan – SAE 40 (musim panas), diganti setiap 2000 km, sementara filter olinya harus diganti setiap 12.000 km.
Kemampuan mengarungi air sampai kedalaman 250mm



Sumber :

www.tipete.com

www.autogallery.org.ru



Tuesday, December 29, 2009

Koleksi Foto Kondisi Alam dan Cuaca

  1. Foto barikade 
  2. Foto hutan dan rimba
  3. Foto lumpur
  4. Foto malam 
  5. Foto masa lalu dan kini (now and then)
  6. Foto parit 
  7. Foto pegunungan dan bukit batu
  8. Foto penunjuk jalan
  9. Foto penyeberangan sungai dan jembatan
  10. Foto rawa dan paya
  11. Foto reruntuhan dan puing-puing
  12. Foto salju
  13. Foto stepa dan padang rumput
  14. Foto tundra

Foto Malam Hari

Awak mortir Waffen-SS sedang beraksi di parit perlindungan mereka di waktu malam. Tidak diketahui apakah foto ini diambil pada saat latihan atau sewaktu perang beneran, yang jelas penembakan artileri di waktu malam lebih sulit karena gelapnya malam membuat penentuan target menjadi tidak "seterang benderang" saat siang. Tampaknya mortir yang digunakan berasal dari jenis Granatwerfer 34


 Flak (senjata anti pesawat) Berat Luftwaffe sedang beraksi menembak target mereka di waktu malam. Schwere Flak biasanya terdiri dari meriam 88mm (yang luar biasa efektif) yang disetting mode anti pesawat (karena bisa juga digunakan untuk target darat). Pada tahun 1942 lebih dari 15.000 meriam 88mm telah disebar di seantero daratan Eropa yang membentang bagaikan sabuk dari Belanda sampai ke Jerman dengan kerapatan 20km. banyak baterai flak yang dikendalikan oleh radar dan bekerja bersama-sama dengan lampu sorot pencari. Flak-flak ini menjadi mimpi buruk bagi awak pembom musuh karena kedatangannya yang mendadak dan tak terlihat. Seandainya sang pilot bisa menghindari ledakan di depannya, maka dia dapat dengan mudahnya dihadang oleh ledakan demi ledakan lagi yang masih "satu set" dengan ledakan sebelumnya. Di siang hari ledakannya terlihat menyebarkan asap hitam dengan bagian tengah merah, sementara di waktu malam ledakannya menyebarkan paduan cahaya kuning dan merah yang cepat menghilang. Ketika sebuah pesawat terkena oleh ledakan semacam ini, maka biasanya pecahannya menembus seantero badan pesawat dan merobek apapun yang menghalanginya, termasuk bagian tubuh manusia. Bila terkena secara telak, maka pesawat akan bergoyang hebat, asap memenuhi kabin, awak yang terkena pecahan ledakan menjerit kesakitan, dan kecepatan melambat atau bahkan berhenti sama sekali untuk kemudian meluncur turun tak terkendali. Kadangkala sayap pesawat patah atau terlipat, atau kadang juga si pesawat malang kemudian menghilang dalam api ledakan dan hancur berkeping-keping. Bila cukup beruntung, maka pesawat masih bisa mengeluarkan bom bawaannya atau dibawa kembali ke pangkalannya walaupun dalam keadaan carut marut. Tapi cobaan belum berhenti disini, karena seringkali si pesawat berhasil kembali hanya untuk hancur saat berusaha mendarat dengan kondisi mesin macet atau alat pendarat tidak berfungsi


Sebuah Panzerkampfwagen VI Königstiger dari Panzer-Ersatz-Abteilung 500 (Detasemen Tank Pelatihan dan Pengganti 500) yang bermarkas di Paderborn bergerak melintasi sebuah jalan di waktu malam di tahun 1943, tampaknya dalam sebuah acara parade. Tank berat satu ini menggunakan bahan bakar gas batubara cair dan dilengkapi dengan empat buah tabung gas yang ditempatkan di bagian belakang



1944: Fahnenjunker-Oberfeldwebel Richard Löfgen (Flugzeugführer) menyambut Staffelkapitän-nya, Leutnant Klaus Bretschneider, saat baru pulang dari misi tempur malam menggunakan pesawat Focke-Wulf F190 A7. Mereka berdua berasal dari 5.(Sturm)Staffel / II.Gruppe / Jagdgeschwader 300 (JG 300) "Wilde Sau". Keduanya adalah jagoan udara Luftwaffe, dimana Löfgen mengemas 12 buah kemenangan udara, sementara Bretschneider 34 buah. Sang Staffelkapitän juga merupakan seorang Ritterkreuzträger (peraih medali Ritterkreuz), yang diraihnya pada tanggal 18 November 1944



Lampu sorot Jerman beraksi memburu pesawat-pesawat Sekutu


Tawanan perang Jerman yang ditangkap oleh pasukan Amerika


Penggunaan Scherenfernrohr dalam pertempuran malam di Rusia (1943). Seorang Oberleutnant tampak sedang mengarahkan Scherenfernrohr-nya, sementara operator radio yang memakai zeltbahn sibuk ngadu huntu di feldtelefon


Awak lampu sorot Jerman sedang beraksi, sebuah alat pencari suara dapat kita lihat di latar belakang


Sumber :

Buku "Nachtjagd: Defenders of the Reich 1940-1943" karya Martin W. Bowman
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
Foto koleksi US National Archives and Records Administration (NARA)
www.archives.gov
www.en.wikipedia.org

Pencarian Selama 10 Tahun Demi Menemukan Akhir Dari Kakekku Tercinta di Halbe


Saya menemukan kisah mengharukan ini dalam situs www.axishistory.com, dan kisah ini begitu menyentuh sehingga sayang sekali kalau tidak saya share kepada para pembaca blog ini. Salah satu efek lain lagi dari peperangan yang semoga akan menyadarkan kita...


Makam Tak Berujung

Pencarian Selama 10 Tahun Demi Menemukan Akhir Dari Kakekku Tercinta di Halbe

Oleh : Roland Fogt


Surat bertahun 1960 dari Kantor Pencarian Palang Merah Jerman di Münich itu telah menguning karena termakan usia, tapi kata-kata “durch Grenatsplitter in Ringenwalde bei Berlin” (tewas oleh pecahan granat di Ringewalde dekat Berlin) masih terus menghantuiku. Apa sesungguhnya yang telah terjadi pada kakekku, dan dimanakah tempat peristirahatannya yang terakhir?


Sesungguhnyalah, motivasi pertama dari pencarian yang seakan tak berujung dari kakekku datang dari kecintaanku pada genealogi. Aku telah mengumpulkan catatan tak terhitung akan nenek moyangku, rekaman terperinci akan setiap bagian dari hidup mereka. Pada akhirnya, catatan kakekku sendiri mengandung bagian yang sangat mengganggu pikiranku. Setiap saat terpenting dalam hidupnya; kelahirannya, kehidupannya dari kecil sampai dewasa, pernikahannya, repatriasinya, semuanya terdokumentasikan kecuali satu. Setiap saat aku kembali untuk melihat dokumen-dokumen tua yang telah menguning ini, hanya untuk mencari jawaban yang tak pernah bisa kutemukan. Salinan wajib militer Volkssturmnya kadang membuatku gusar ketika membayangkan bahwa laki-laki yang telah berusia 57 tahun ini meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk terjun dalam peperangan yang dia tahu pasti akan berakhir dengan kekalahan.


Aku alihkan kemarahanku kepada keyakinan dan tekad untuk mencari tahu penyebab sebenarnya dari kematiannya. Aku hubungi sepupuku Karl Hoeffgen di Jerman, yang juga seorang veteran perang dan anggota dari VdK, organisasi veteran Jerman. Karl mengajukan permohonan yang dimuat dalam laporan berkala VdK tahun 1987, guna meminta pertolongan sumbangan informasi dari siapapun yang mengetahui akan unit ini – Volkssturm Battalion Martin 36/169. Tak banyak harapanku saat itu, karena aku tahu bahwa unit itu kebanyakan hanyalah berisi orang-orang tua. Tahun demi tahun berlalu tanpa ada perkembangan berarti. Aku tak putus harapan, dan meminta pertolongan yang sama pada organisasi Palang Merah Jerman, hanya untuk menerima jawaban pendek bahwa fakta yang ada tak beranjak dari apa yang hadir di tahun 1960.


Meninggalnya ayah yang kucintai di tahun 1992 telah membatasi semangatku, karena aku dihadapkan pada masalah-masalah mendesak di keluargaku sendiri. Ayahku, yang juga veteran Wehrmacht, dengan teliti telah menyimpan setiap catatan dan rincian dari kehidupannya. Ketika aku mulai menyaring data-data yang disimpan oleh ayahku selama bertahun-tahun, aku mulai menemukan kembali nama dari kakekku, yang selalu muncul di setiap kesempatan. Ini membuat semangatku kembali muncul. Pada tahun 1996 aku menyengajakan diri terbang ke Eropa khusus untuk masalah ini. Aku mulai dari desa kecil tempat kelahirannya di Kolonie Jozefin, yang saat ini menjadi bagian dari Polandia selatan. Dari sana aku menuju Berlin untuk menyiapkan diri mengunjungi desa Ringenwalde yang berada di timur laut Berlin. Desa inilah, seperti yang disebutkan dalam surat Palang Merah Jerman, yang menjadi lokasi kematian kakekku. Betapa ironisnya, ketika aku tahu bahwa dia pernah tinggal pula di tempat ini pada tahun 1926 dalam kapasitasnya sebagai pelayan pribadi Countess Von Saldern-Ahlimb. Aku dapat mencari tahu bagian lain dari kehidupannya ini sebagai pelengkap lain dari pencarian akan kuburannya.


Tak lama semenjak aku menetap di sebuah Gasthaus kecil di desa tersebut, aku lalu “diadopsi” oleh pasangan Jerman tua yang juga sedang mengadakan kunjungan kesana. Mereka meminta apakah aku berkenan untuk menemani mereka menuju Monumen Seelow Height. Aku dengan senang hati menerimanya. Seelow Height, sebuah punggung bukit yang terletak di atas pinggiran sungai Oder, adalah saksi dari pertempuran dahsyat antara Jerman dan Rusia di bulan-bulan akhir Perang Dunia II. Monumen dan musiumnya, meskipun cukup menarik, tak menampakkan satu titik cahayapun untuk pencarianku. Aku menghabiskan hari itu dengan mencari di pemakaman lokal Ringenwalde, dan menemukan beberapa batu nisan bertanda “Prajurit Jerman Tak Dikenal”. Aku membayangkan akan beratus-ratus ribu batu nisan seperti ini yang tersebar di setiap lokasi pemakaman kota-kota kecil Jerman. Apakah salah satu di antaranya menyimpan jenazah kakekku?


Di sore hari sekembalinya di Gasthaus, pasangan baik hati itu memperkenalkanku dengan warga lokal yang juga merupakan seorang sejarawan amatir. Dia melihat surat dari Palang Merah itu, peta yang dipunyainya, lalu mengumpulkan sedikit kenangan yang masih tersisa untuk kemudian menyimpulkan, “surat ini salah”. Bagaimana mungkin, tanyaku? Dia lalu menerangkan dengan sabar bahwa berdasarkan dari keterangan tanggal kematian yang tertera pada surat tersebut, lalu membandingkannya dengan lokasi dari pasukan Rusia yang menyerang, maka seharusnyalah pertempuran telah berhenti di Ringenwalde berhari-hari sebelumnya. Dia lalu menunjukkan padaku peta sebuah desa lain dengan nama yang sama, Ringenwalde, yang terletak di tenggara Berlin, di sebuah wilayah dimana di dalamnya pernah terperangkap pasukan Tentara ke-9 Jerman di bawah pimpinan General der Infanterie Theodor Busse dalam hari-hari akhir perang. Aku begitu kecewa bahwa penantianku di desa ini berakhir dengan ketiadaan, tapi begitu bersemangat pula untuk memulai kunjunganku yang baru.


Aku ingin berkata, bahwa kebaikan dari begitu banyak orang asing, yang beberapa tahun sebelumnya masih merupakan musuh di era Perang Dingin, menunjukkan bukti tak terbantahkan bahwa pada dasarnya manusia dipenuhi oleh rasa kemanusiaan akan sesamanya. Berbulan kemudian di tahun yang sama aku mengadakan liburan di institut Goethe lokal di St. Louis, dan disana seorang wanita muda dari Jerman mendengar cerita tentang kunjunganku ke Jerman. Dia lalu menyarankan untuk menghubungi sebuah organisasi bernama “Volksbund der Deutsche Kriegsgraberfursorge”, Komisi Pekuburan Perang Jerman. Tak hanya itu, dia juga memberitahuku alamat suratnya. Tentu saja aku sangat berterimakasih, dan pada bulan Desember 1996 aku mengirimkan permintaan tertulis pada organisasi tersebut. Tepat satu bulan kemudian aku menerima surat balasan yang sebagiannya berbunyi :


“Dear Mr. Fogt,

Kami telah menerima surat anda, dan setelah meneliti catatan-catatan yang kami miliki, kami dapat menyimpulkan kepada anda bahwa kakek anda dimakamkan di pekuburan Muckendorf, wilayah Zossen.”


Aku diliputi oleh emosi. Kalau saja aku tahu keberadaan organisasi ini sembilan tahun sebelumnya! Aku tak pernah menduga bahwa sebenarnyalah pencarianku jauh dari akhir. Segera aku salin surat tersebut dan mengirimkannya ke sepupuku Dr. Helmut Fogt, yang sedang bersiap untuk pindah ke Berlin seiring dengan pergantian pusat pemerintahan. Di titik ini Dr. Fogt mengambil alih pencarian untuk selanjutnya. Dia berkelana ke Muckendorf hanya untuk menemukan sebuah pekuburan kecil dengan lebih banyak batu nisan bertandakan “Prajurit Jerman Tak Dikenal”. Dia tak melihat tanda-tanda keberadaan makam kakekku. Pembicaraan singkat dengan Burgermeister lokal dan petani sekitar mengungkapkan bahwa satu dekade sebelumnya pekuburan massal disini telah direlokasikan ke sebuah desa bernama Halbe, tak jauh dari situ. Dr. Fogt melanjutkan perjalanannya ke Halbe dan mendapati sebuah pekuburan bernama Waldfriedhof Halbe, yang merupakan salah satu pekuburan terbesar yang menyimpan lebih dari 20.000 prajurit Jerman zaman Perang Dunia II. Pekuburan itu tak dilengkapi dengan indeks nama, dan lebih dari setengah makamnya ditandai dengan kata sederhana “Unbekannt” (Tak Dikenal). Banyak dari makam itu yang merupakan kuburan massal yang diisi oleh 30, 50, 100 atau 150 prajurit yang tak diketahui namanya. Dengan diiringi salju dan hujan yang turun begitu deras, sepupuku dan keluarganya meneliti satu demi satu batu nisan yang bagaikan tak terhitung untuk melihat apakah ada nama kakekku yang tertera disana. Usaha itu tetap tak mendatangkan hasil...


Beberapa hari kemudian dia mengunjungi kantor pencatat lokal di Teupitz. Tampaknya ini adalah usaha terakhir keluarga kami setelah sekian lama berakhir dengan kegagalan demi kegagalan. Pencarian lewat komputer untuk mencari nama kakekku tak pula mendatangkan hasil. Petugas jaga yang ramah itu lalu mencoba untuk mencari catatan dan dokumennya secara manual. Tak lama, dia menyerahkan sebuah dokumen yang telah sobek dan menguning, yang di dalamnya berisi 14 nama. Ketiga dari bawah terteralah :


12? Fogt, Jakob geb. 19.8.1887 Lublin

Wehrpass: ev. Verh. Gartner W.B.K. Lissa/Wartheland


Pada akhirnya, penguburan kakekku di Waldfriedhof Halbe secara resmi terdokumentasikan. Aku merasa sedikit kecewa karena tidak mengetahui persis lokasi dikuburkannya, tapi ketika aku sadar bahwa lebih banyak lagi prajurit tak bernama yang terbaring disana, aku bersyukur pada Tuhan karena mengetahui lokasi keberadaannya. Aku berkunjung ke Halbe tahun berikutnya, sebuah tempat yang mudah dijangkau hanya dengan berkereta api atau menggunakan mobil dari Berlin. Aku tak bisa berkata apa-apa ketika telah berada di tengah lokasi dari sebuah pemakaman massal yang menyimpan begitu banyak batu nisan tak bertanda. Ketika berjalan menyusurinya, banyak pikiran muncul di benakku; keadaan buruk yang membuat kakekku berakhir disini; harapan bila saja ayahku masih hidup dan menemaniku saat ini; dan ketololanku karena tak menyiapkan diri dengan membawa bunga sekedarnya agar aku bisa meletakkannya di makam manapun yang kuinginkan. Aku memetik sebuah geranium lalu kubaringkan di monumen pekuburan tersebut, sebagai perlambang dari sepuluh tahun yang telah kulalui demi bisa berada disini saat itu. Sebuah campuran perasaan kepuasan dan ketenangan hadir dalam diriku.


Ketika kau telah selesai membaca kisah ini, aku ingin kau mengingat kembali prajurit-prajurit tak bernama yang kini terbaring disana dan menyebutkannya dalam doamu. Bayangan akan mereka seakan sebagai pengingat dari kesia-siaan dan horor yang tersisa dari setiap peperangan.

Monday, December 28, 2009

Dead Snow, Film Zombie SS Nazi Yang Bangkit Dari Salju Norwegia!

Poster film Dead Snow versi Norwegia


Ini poster film yang sama tapi gambarnya beda


Herzog, pemimpin barisan zombie mantan anggota Einsatzgruppe (Grup Pembunuh) Jerman dalam Perang Dunia II yang mati penasaran


Potongan cover DVD film Dead Snow


Yang kayak gini nih tipe anak buah Herzog paling ganteng!


Kalo malem-malem ketemu yang ginian, kebayang kan!


Oleh : Alif Rafik Khan


Film Dead Snow (judul aslinya Død Snø) adalah film horor dari Norwegia yang dibintangi oleh Charlotte Frogner, Stig Frode Henriksen, Bjørn Sundquist, Ane Dahl Torp dan Jenny Skavlan, sementara sutradaranya adalah Tommy Wirkola. Film ini mulai diluncurkan tanggal 9 Januari 2009 di Norwegia, sementara pemutaran perdananya di Amerika dihelat di Sundance Film Festival. Setelah acara ini, peredaran untuk wilayah Amerika dipegang oleh IFC Films. Pendistribusiannya sendiri terbatas saja, dan mulai diedarkan tanggal 19 Juni 2009. Film ini dinominasikan dalam Scream Awards 2009 untuk kategori Adegan-Berkelahi-Sampai-Mampus, Mutilasi-Paling-Dikenang, Film Asing Terbaik dan Film Horor Terbaik!


Ceritanya sendiri tentang seorang wanita (Ane Dahl Torp) yang sepanjang film dikejar-kejar oleh para zombie yang berpakaian hitam ala Allgemeine-SS Jerman di tengah hamparan salju Norwegia yang seakan tak berujung. Wanita ini akhirnya tersudutkan dan nasibnya sudah bisa diduga, ko’it alias tewas!


Adegan kemudian berpindah ke rombongan tujuh mahasiswa medis yang sedang berlibur Paskah. Mereka tiba di sebuah kabin kecil di dekat Øksfjord, sekitar 45 menit perjalanan dari tempat mereka menaruh mobil. Kabin itu adalah kepunyaan dari Sarah, salah seorang dari mahasiswa-mahasiswa tersebut yang merupakan pacar dari Vegard (Lasse Valdal), mahasiswa yang paling mengetahui seluk-beluk hutan tempat mereka berlibur. Sarah telah berski demi menemui mereka, tapi tidak sampai-sampai juga.


Di kabin itu mereka melakukan seperti layaknya remaja-remaja bule, pesta sambil mabok-mabokan. Terus datanglah seorang pengelana misterius (Bjørn Sundquist), yang lalu bercerita tentang legenda dari zaman Perang Dunia II tentang sebuah unit Einsatzgruppen yang dipimpin oleh Standartenführer Herzog yang sangat ditakuti. Mereka menguasai wilayah ini selama tiga tahun, dan selama masa tersebut telah melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap masyarakat sekitar. Belum cukup, ketika kekalahan Jerman mulai terasa, mereka kabur dari wilayah ini setelah sebelumnya menjarah barang-barang berharga yang masih tersisa. Penduduk desa yang menaruh dendam kesumat tentu saja tidak membiarkan mereka pergi begitu saja, dan berhasil menyergap pasukan Herzog ini dalam sebuah persimpangan, dan membunuh banyak di antaranya. Orang-orang Nazi yang masih tersisa, termasuk Herzog, lalu kabur ke daerah pegunungan, dan sampai sekarang belum pernah ditemukan. Banyak yang bilang kalau mereka semua telah membeku kedinginan. Pengelana tersebut melanjutkan ceritanya dengan berkata bahwa sampai saat ini wilayah tersebut mempunyai reputasi yang menyeramkan, karena beberapa pendaki gunung dan penjelajah telah dibunuh oleh para zombie gentayangan dari pasukan Nazi yang mati mengenaskan tersebut ketika sedang berkemah di salju.


Keesokan paginya, Sara masih belum nongol juga, sehingga Vegard berinisiatif untuk menggunakan snowmobile untuk mencarinya. Dalam perjalanan, dia menemukan jenazah seorang pengelana yang membujur kaku di tendanya, tapi kemudian terperosok dalam salju dan masuk ke dalam sebuah gua.


Mahasiswa lainnya menemukan sebuah kotak kayu tua yang tersembunyi di bawah lantai dan berisi medali-medali Jerman yang berharga. Mereka sempat berniat untuk mengambil dan menjualnya, tapi kemudian memutuskan untuk tetap menyimpannya di tempat semula, kecuali beberapa orang yang secara sembunyi-sembunyi mencurinya. Setelah hari sudah gelap, salah seorang mahasiwa, Chris (Jenny Skavlan) pergi ke WC, tapi kemudian dibunuh ketika sedang berada di toilet. Yang lain kemudian pergi mencarinya, tapi hanya menemukan ransel Chris yang terkubur di bawah salju.


Tak lama kemudian, kepala Chris yang telah copot muncul di jendela... eng ing eeeng, para zombie mulai beraksi! Erlend (Jeppe Laursen) terbunuh sebelum para mahasiswa yang lain akhirnya berhasil menutup jendela dan pintu kabin. Malam itu mereka berdiam dalam kabin sementara di luar para zombie telah siap untuk menyerbu!


Terus, bagaimana dengan nasib Vegard yang terjebak dalam gua? Dia berhasil menemukan jalan memutar dalam gua tersebut, dan menemukan helm, senjata dan bendera Nazi... plus kepala Sarah yang telah terpotong! Ternyata dia adalah wanita yang dikejar-kejar zombie dalam pembuka film ini. Vegard lalu mendapat giliran diserang oleh zombie, tai berhasil melarikan diri dari gua amit-amit tersebut. Dia sempat tergigit oleh salah seorang dari zombie, tapi masih selamat. Dia lari lagi ke snowmobile, sambil membawa senapan mesin MG 34 hasil rampasan.


Sementara itu, empat mahasiswa yang masih tersisa dalam kabin memutuskan untuk memecah diri menjadi dua. Dua pria, Martin (Vegar Hoel) dan Roy (Stig Frode Henriksen) akan berusaha menarik perhatian para zombie, sementara dua wanita, Hanna (Charlotte Frogner) dan Liv (Evy Kasseth Røsten) pergi ke mobil sambil mencari pertolongan. Rencana tersebut tidak berjalan sesuai rencana, karena Liv kemudian disergap sebelum sampai di tujuan. Inilah yang menurut saya adegan paling dahsyat dari film ini, karena ketika para Zombie mulai mengeluarkan isi perutnya, Liv masih sempat mengeluarkan Stielhandgranate dan menghancurkan para penyerangnya! Martin dan Roy berlindung dalam kabin. Sialnya, secara tidak sengaja mereka membuat kabin tersebut terbakar gara-gara molotov cocktail. Untungnya, kebakaran itu membuat mereka mendapati bahwa lumbung yang berada di sebelah kabin ternyata berisi dengan “peralatan perang” : gergaji mesin, palu dan kapak. Sekarang, para zombie kacingcalang itu akan mendapatkan pembalasan yang setimpal!


Seperti bisa diduga, gerombolan zombie Nazi menyerang, dan kali ini mereka mendapat perlawanan dahsyat dari manusia-manusia yang sudah tak ada pilihan lain selain bertarung! Vegard yang datang kemudian ikut membantu dalam pertempuran tersebut. Sayangnya, Vegard terbunuh dan terpotong-potong oleh para Zombie dan Martin secara tidak sengaja membunuh pacarnya sendiri, Hanna, yang balik kembali karena tidak berhasil menemukan mobil (rekannya Liv kan sudah diobok-obok oleh zombie). Herzog (Ørjan Gamst) datang ke tempat pertempuran bersama sejumlah zombie SS lain, tapi Martin dan Roy berhasil mengatasi mereka semuanya. Ketika lengan Martin tergigit zombie, dengan berani dia memotongnya dengan gergaji mesin demi mencegah dirinya tidak berubah menjadi ksatria baja hitam eh zombie! Melihat pasukannya mulai kalah, Herzog lalu memanggil zombie-zombie lain yang masih ada di sekitar hutan itu, sehingga kedua mahasiswa tersisa yang mulai kepayahan tersebut terpaksa melarikan diri. Roy terjatuh dalam perjalanan dan otomatis terhapus dari muka bumi.


Pada akhirnya Martin menyadari kenapa para zombie tersebut mengejar mereka, karena ternyata Herzog dan pasukan zombie bermuka zombie (wtf?) itu memburu medali-medali yang dirampas oleh Martin dan teman-temannya! Nah, lalu apa yang akan dilakukan Martin demi mencegah nyawanya tidak ikut melayang seperti teman-temannya?


Film ini mendapat penilaian yang biasa-biasa saja dari para kritikus film Norwegia, dan mendapat rating 3/6 dari Verdens Gang dan Dagbladet. Manohla Dargis dari The New York Times mengeluarkan komentarnya, “Direktur Tommy Wirkola telah menulis screenplay bersama-sama dengan Stig Frode Henriksen dengan cerita yang tidak nyambung, dimana tidak hanya dia mengeksploitasi setiap goncangan standar film horor, tapi juga membuatnya menjadi bagaikan bubur kertas yang tidak menarik.” Tidak hanya itu, penulis resensi wanita ini juga menggarisbawahi efek spesial film ini yang telah bekerja dengan “luar biasa menjijikkan”. Tapi tidak semua berpandangan sebrutal death itu, karena Stephen Witty dari The Star-Ledger menganggap bahwa visual film ini tidaklah jelek-jelek amat, malah memuji Wirkola dalam hal “tangan dingin ketika membesut adegan-adegan aksinya”. Hanya saja, Witty secara jujur menyatakan bahwa plot film ini terlalu biasa dan menganggapnya sebagai kelemahan utama. Dia ‘menuduh’ para karakternya sebagai lemah motivasi, dan “saling tidak menonjolkan dirinya masing-masing”. Belum lagi ending filmnya yang nggak ‘kena’. Dalam “Rotten Tomatoes”, film ini mendapat penilaian positif sebanyak 67%, dengan kesimpulan : “meskipun tidak menampilkan perbedaan dari film-film horor yang telah ada sebelumnya, tapi setidaknya Dead Snow telah mengumpulkan ketakutan, darah, dan keberanian menjadi satu.”


Jadi bagaimana, masih minat nonton filmnya? Lumayan rame kok, apalagi bagi para penggila film horor!


Sumber :
www.collider.com
www.mymavra.com
www.communities.canada.com
www.ultimate-war3z.com
www.en.wikipedia.org


Free Download e-book : Military Geologists and the German Afrikakorps 1940-1943



Di luar dari aspek perang dan pertempuran yang berdarah-darah, kedatangan Erwin Rommel ke Afrika membawa pula para ahli geologi (ilmu tentang batu-batuan) yang sangat antusias mendapati lingkungan yang jauh berbeda dengan tempat mereka di Jerman. Walaupun mereka tidak jauh berbeda dengan prajurit DAK (Deutsche Afrikakorps) lainnya, dalam artian memakai seragam militer dan juga mempunyai pangkat militer, sesungguhnyalah mereka tetap seorang ilmuwan juga dalam hatinya, yang lebih memilih mengubek-ubek batu dan pasir daripada berdekatan dengan mesiu!

Di e-book ini anda tidak akan mendapati suasana di garis depan, tapi kebanyakan foto-foto yang berisi kehidupan sehari-hari prajurit Jerman di panasnya Afrika. Kita bisa melihat mereka bersama dengan unta, makan ransum, berpose di tenda dan lain sebagainya. Benar-benar sisi lain dari peperangan yang tak banyak diketahui!