Monday, December 21, 2009

Foto Schützenloch (Parit/Lubang Perlindungan)

Seorang pengamat depan dari sebuah baterai artileri Wehrmacht mengawasi pergerakan musuh menggunakan Scherenfernrohr Sf.14Z 6x30 (teropong gunting) dari paritnya. Pengamat depan ditempatkan pada setiap baterai artileri untuk menjalankan pos pengintaian di antara unit-unit infanteri di front depan. Komunikasi antara pos-pos observasi dan baterai artileri biasanya digunakan melalui telepon lapangan, meskipun kadang digunakan juga peralatan radio. Biasanya target dibombardir oleh sebuah batalyon artileri, dengan pengamat depan mengkoreksi ketepatan penembakan mereka. Foto diambil pada saat berlangsungnya invasi Jerman ke Rusia musim panas 1941



Prajurit-prajurit infanteri Wehrmacht memperhatikan pergerakan tentara Rusia dari lubang pertahanan mereka tak lama sebelum dilakukannya sebuah serangan. Foto ini diambil pada tanggal 10 Juli 1941 sewaktu berlangsungnya Unternehmen Barbarossa, invasi Jerman atas Uni Soviet, dan pertama kali dipublikasikan pada bulan Oktober 1941. Seorang perwira berpangkat Leutnant tampak mengintip melalui "teropong gunting" Scherenfernrohr S.F.14.Z.Gi. Alat optik ini dikembangkan oleh perusahaan Leitz yang juga adalah produsen kamera Leica. Bentuknya sendiri merupakan hibrida antara teropong genggam standar dengan periskop, yang memungkinkan sang pengamat yang menggunakannya untuk tetap terlindungi, dengan hanya bagian "mata" teropongnya yang terlihat oleh musuh. Pihak Wehrmacht (Angkatan Bersenjata Jerman) sendiri menggunakannya secara luas, dari mulai sebagai sarana observasi umum (di darat dan di kendaraan) sampai dengan alat pengarah tembakan artileri. BTW, tali pengikat di schulterklappen (tanda pangkat bahu) Letnan dalam foto ini menunjukkan bahwa dia sebenarnya telah berpangkat satu tingkat lebih tinggi (Oberleutnant), hanya saja baru secara "de facto" (di lapangan) dan belum secara "de jure" (melalui surat keputusan resmi alias RDA, Rangdienstalter). Satu lagi: lencana bergambar petir yang digunakan prajurit berpangkat Obergefreiter di belakang sang perwira menunjukkan bahwa dia adalah anggota Nachrichtentruppe (Pasukan Sandi/Komunikasi)


SS-Obersturmbannführer Hellmuth Becker (memakai kacamata, Kommandeur SS-Totenkopf-Infanterie-Regiment 3) dan SS-Hauptsturmführer Karl Adolf Ullrich (merokok, Kommandeur SS-Totenkopf-Pionier-Bataillon) beristirahat di sebuah parit setelah pertempuran yang berat di wilayah Demyansk tahun 1941. Ketika pasukan Soviet melancarkan serangan balik di musim dingin tahun 1941/42, divisi Totenkopf dan beberapa unit Jerman lainnya terperangkang di Demyansk selama beberapa bulan (8 Februari - 20 Mei 1942) sebelum kemudian dibebaskan oleh pasukan Jerman lainnya. Ullrich sendiri meraih Ritterkreuz-nya dalam periode ini (19 Februari 1942)


Di Front Timur kedua belah pihak yang berperang banyak menggunakan sistem parit untuk memperkuat pertahanan mereka. Salah satu masalah utama sistem seperti ini, selain infiltrasi dari musuh, adalah banyaknya tikus yang berkeliaran dan bisa menjadi masalah serius karena membawa penyakit. Karenanya seringkali dilakukan perburuan binatang pengerat tersebut, utamanya saat sedang sepi dari pertempuran! Foto di atas diambil tahun 1942


Seorang Landser yang diserahi tanggungjawab sebagai "manajer" dari "Savoy Hotel" ini telah memasang pengumuman bahwa "Wolga Bar" menawarkan acara dansa-dansi pukul lima sore, akhir musim panas 1942. Gruppen- und Halbgruppenunterstände (bunker bermukim grup dan setengah grup) semacam ini biasa dijuluki sebagai "Kleine Häuser" (Rumah Kecil) oleh para Landser (prajurit) Jerman. Keberadaan mereka sangat dibutuhkan saat menghadapi bombardir artileri musuh atau bertahan dalam menghadapi cuaca musim dingin dengan suhu di bawah 0 derajat celcius


Dengan dilindungi oleh sebuah Panzerkampfwagen IV Ausf.F2, prajurit infanteri Jerman beristirahat sebentar di parit anti-tank bekas galian warga Stalingrad sebelum meneruskan serangan mereka terhadap posisi pertahanan Soviet, akhir musim panas 1942. Panzer IV Ausf.F mempunyai lapisan baja yang lebih tebal di bagian depan dan samping plus meriam 75mm yang lebih panjang dari versi sebelumnya. Semua kelebihan ini membuatnya lebih mampu menghadapi tank T-34 Rusia dibandingkan tank-tank Jerman versi sebelumnya. Dari penampilan seragamnya, para prajurit ini tampaknya masih fresh dan belum terlalu lama terlibat pertempuran. Tiga orang yang berdiri di latar depan terdiri dari seorang Unteroffizier dan dua orang Gefreiter. Seorang Infanterist (prajurit infanteri) dikenal juga dengan julukan "Fußlappenindianer" (Indian Mokasin), "Sandlatscher" (Perangkak Tanah), atau "Stoppelhopser" (Peloncat Tunggul). Penderitaan para prajurit infanteri serta pengabaian terhadap peran serta mereka dalam pertempuran biasa disindir sebagai "Schütze Arsch" (Pantat Penembak Senapan)


Satu leichter Maschinengewehrtrupp (pasukan senapan mesin ringan) bergerak maju dengan penuh kewaspadaan sementara tim senapan mesin dan penembak senapan kedua melindungi mereka dari belakang (pada saat ini banyak grup senapan dipersenjatai dengan dua senapan mesin untuk menambah kekuatan pendobrak). Seorang Funker (operator radio) mengoperasikan sebuah radio panggul Torn.Fu Bl di ujung parit, lengkap dengan kotak baterainya yang berada di sebelah kiri. Set radio ini tidak dapat dioperasikan pada saat pasukan sedang bergerak, karenanya ini kemungkinan adalah pos komando kompi. Foto diambil di Stalingrad akhir musim panas 1942


Prajurit Jerman menembaki jalanan di luar kota Stalingrad dari sarang senapan mesin mereka, akhir musim panas 1942. Penembak senapan mesin di sebelah kanan membawa perlengkapan infanteri standar seperti tali pengikat ("Y" Straps), kaleng masker gas beserta kantong pembungkus masker yang diikatkan di luarnya, kanvas kamuflase Zeltbahn yang digulung, kantong roti, botol air, peralatan menggali, serta Stielhandgranate Stg.24. Kontras dengannya adalah asisten senapan mesin di sebelah kiri yang telah melepaskan semua perlengkapannya. Dua buah kaitan metal pendukung ikat pinggang di seragamnya jelas terlihat


"Ich hatt' einen Kameraden" (Saya punya Rekan Seperjuangan) adalah sebuah lagu sendu yang berasal dari tahun 1809 dan biasanya dinyanyikan di upacara pemakaman. Lagu ini masih dinyanyikan oleh Angkatan Bersenjata Jerman sampai saat ini. Bekas perban dan kain yang berserakan menunjukkan bahwa sebelumnya telah dilakukan upaya untuk menyelamatkan nyawa si prajurit malang, tapi... dran sein (waktunya telah tiba). Di dekatnya sekelompok prajurit dari 389. Infanterie-Division sedang menunggu perintah untuk bergerak. Di akhir bulan September 1942, 6. Armee telah kehilangan 7.700 orang prajuritnya yang terbunuh dan 31.000 lainnya luka-luka. Paulus telah kehilangan 10% dari anakbuahnya, dan tetap dia masih belum bisa menyingkirkan secara tuntas perlawanan gigih pasukan Rusia yang terkepung di Stalingrad. Padahal yang terburuk belum lagi dimulai: perebutan distrik industri di kota tersebut


 Sebuah tank KV-1 (Klimenti Voroshilov) Soviet yang telah KO teronggok di belakang sebuah parit kecil di perbatasan terluar kota Stalingrad, Oktober 1942. Beberapa tank berat dari jenis ini diterjunkan dalam Pertempuran sengit di kota tersebut. Bersenjatakan meriam 76,2mm dan tiga senapan mesin 7,62mm, mereka menjelma menjadi sebuah mesin perang yang menakutkan dan efektif. Meskipun begitu, tank-tank berat semacam ini tetap tak berdaya bila harus dihadapkan dengan tembakan meriam anti-tank 5cm PaK 38 dalam jarak dekat. Para Landser biasa menyebut parit (yang mempunyai nama resmi Schützenloch atau lubang menembak) sebagai Wolfgrabhügel (timbunan serigala) yang merupakan analogi dari lubang serigala


Scherenfernrohr di medan berparit


Scherenfernrohr dan Stielhandgranaten di parit yang terkamuflase


Infanteri Jerman mengamati posisi Soviet dengan teropong di Tanah Genting Perekop bulan Oktober 1941. Salah satunya menggunakan Scherenfernrohr

--------------------------------------------------------------------------

SCHÜTZENLOCH

  Prajurit Panzergrenadier Afrikakorps dari Schützen-Regiment 115 / 15.Panzer-Division bersiaga dengan senapan mesin MG34 di lubang pertahanan mereka selama berlangsungnya Unternehmen Skorpion (Operasi Kalajengking). Mereka merupakan bagian dari Kampfgruppe von Herff yang dikomandani oleh Oberst Maximilian von Herff. Unternehmen Skorpion, yang berlangsung tanggal 26-27 Mei 1941, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh Pasukan Poros di bawah pimpinan Oberst Herff melawan pasukan Inggris dibawah pimpinan Lieutenant-General William "Strafer" Gott. Sebuah serangan balasan dilancarkan terhadap posisi Inggris di Celah Halfaya yang terletak di barat-laut Mesir - yang sebelumnya telah diduduki selama berlangsungnya Operation Brevity (15-16 Mei 1941). Skorpion adalah ofensif militer kedua yang dilakukan oleh Rommel setelah kedatangannya di medan perang Afrika Utara (diluar Pengepungan Tobruk), dan pengusiran Inggris keluar dari Celah Halfaya, berlanjut sampai ke wilayah Buq Buq dan Sofafi. Setelah celah strategis tersebut berhasil dikuasai, pihak Jerman dan Italia memperkuatnya dengan banyak posisi pertahanan dan jebakan tank yang menyebar sampai ke Sidi Azeiz, sebagai persiapan untuk menghadapi serangan balasan Inggris yang diperkirakan akan terjadi tak lama setelahnya. Perkiraan tersebut terbukti, dan Inggris melancarkan Operation Battleaxe (15-17 Juni 1941), yang berakhir dengan kegagalan dan membuat Panglima pasukan Inggris di Timur Tengah, Jenderal Sir Archibald Wavell, dipecat dari jabatannya


Seorang awak senapan mesin dengan santai mencangklong pipa rokok di dalam sebuah Maschinengewehrloch (lubang senapan mesin) sambil mengawasi sungai Volga yang membentang di hadapannya, akhir musim panas 1942. Jenis lubang pertahanan kecil berbentuk bulat ini juga dikenal dengan nama Russisches Loch atau Ruslock (Lubang Rusia). Prajurit ini mempersenjatai diri dengan senapan mesin MG-34 dan sebuah pistol P-38 9mm (tidak terlihat disini) yang biasanya dibawa-bawa menggunakan holster yang dipasang di kiri depan Koppel (ikat pinggang). Yang terakhir ini adalah nama resminya, sementara nama julukan yang biasa disebut oleh para Landser adalah Bauchbinde (emban atau ikat puser)


Istilah "Schützenloch für Maschinengewehr" (Lubang Tembak untuk Senapan Mesin) lebih dikenal oleh para Landser sebagai Maschinengewehrnest (Sarang Senapan Mesin). Lensa optik dari MG-34 di atas terlihat nyempil di antara dua stahlhelm yang dipakai oleh awaknya. Dalam istilah Jerman, kata Maschinengewehre "leichte" (ringan) atau "schwere" (berat) lebih menekankan pada perannya dan bukan ukuran senjatanya karena keduanya sama-sama menggunakan senapan mesin MG-34 7,92mm. Leichte Schützengruppe (Grup Senapan Ringan) dilengkapi dengan satu buah MG-34 yang dilengkapi bipod serta cadangan satu atau dua buah laras senapan, sementara schwere Schützengruppe (Grup Senapan Mesin berat) tetap membawa senapan mesin dengan bipod yang sama, hanya saja dibekali dengan tambahan tripod, lensa optik, serta cadangan laras senapan untuk memampukan awaknya dalam menyediakan tembakan jarak jauh yang berkelanjutan. Foto ini diambil di perbatasan kota Stalingrad bulan September 1942. Di latar belakang tampak dua buah tank T-34 Rusia yang terbakar. Dari banyaknya kotak amunisi kosong yang tercecer di belakang awak senapan mesin, kita bisa mengetahui bahwa tank-tank Soviet tersebut diiringi oleh sejumlah besar pasukan infanteri, yang sebagian besar darinya kini berserakan tak bernyawa di hamparan ladang gandum! Misi sikat habis musuh lebih dikenal dengan nama "Ausradieren" (pemusnahan total infanteri, posisi pertahanan, kendaraan atau instalasi lawan)


Sebuah pos terluar Jerman dalam pertempuran memperebutkan kota Stalingrad, akhir musim panas 1942. Dua orang Landser yang berlindung di Stichgraben (Celah Parit) ini mempersenjatai diri dengan sebuah senapan mesin MG-34, mortir ringan IeGW.36 5cm, dan sebuah senapan mesin ringan MP-40. Kotak amunisi kosong di belakang mereka merupakan bukti dari pertempuran berat yang telah terjadi sebelumnya. Sekarang, setelah kemenangan mulai terlihat jelas oleh 6. Armee, unit-unit Jerman mengadaptasi metode dalam mengalihkan kekuatan pendorong utama mereka antara satu wilayah dengan wilayah lainnya serta menghantam habis satu demi satu blok pertahanan musuh




Sumber :
Buku "Soldat (1) The German Soldier on the Eastern Front 1941-43" karya Gordon Rottman dan Stephen Andrews
Buku "Stalingrad Inferno: The Infantryman's War" karya Gordon Rottman dan Ronald Volstad
www.audiovis.nac.gov.pl
www.fieldgear.org
www.theatlantic.com
www.wehrmacht-awards.com
www.ww2colorfarbe.blogspot.com

2 comments:

BELAJAR BAHASA said...

lubang parit banyak dipakai dalam perang dunia ke 1

BELAJAR BAHASA said...

terima kasih infonya, komentar juga ya ke blog saya www.belajarbahasaasing.com