Tuesday, February 8, 2011

Kota Anak Kembar Di Brazil Buatan Dokter Nazi?

Para pasangan kembar dari Cândido Godói. Perhatikan kebanyakan dari mereka yang mempunyai rambut pirang (dan mata biru)!


Dr. Josef Mengele


Kota kecil Cândido Godói di Brazil memiliki tingkat kelahiran anak kembar yang tidak wajar yakni 1:5! Fenomena ini tidak terjadi secara alami, melainkan dikatakan merupakan hasil eksperimen seorang dokter Nazi bernama Josef Mengele di tahun 1960-an.

Selain cukup tinggi dibanding tingkat kelahiran anak kembar di wilayah lain di dunia yang rata-rata hanya 1:8, keturunan yang dihasilkan juga unik. Hampir semua anak kembar di kota kecil bernama Cândido Godói ini memiliki rambut pirang dan mata biru!

Bertahun-tahun para ilmuwan gagal memecahkan misteri yang terjadi di kota yang terletak di perbatasan dengan Argentina itu. Hingga akhirnya pada awal 2009, seorang ilmuwan Argentina bernama Jorge Camarasa mengungkapkannya dalam buku berjudul "Mengele: the Angel of Death in South America".

Setelah melakukan investigasi mendalam, Camarasa memastikan bahwa fenomena itu adalah hasil eksperimen seorang dokter Jerman anggota Nazi, Josef Mengele. Dokter yang dijuluki Malaikat Maut itu bertugas di Auschwitz, salah satu kamp Nazi yang terletak di Polandia, sejak Mei 1943 hingga Januari 1945.

Misi besar yang diemban Mengele di kamp tersebut adalah menciptakan rekayasa genetika untuk menghasilkan anak kembar. Tujuannya tak lain adalah memperbanyak populasi ras yang dianggap Adolf Hitler paling mulia di seluruh dunia, yakni ras atau bangsa Arya.

Dikutip dari Telegraph terbitan Selasa tanggal 26 Oktober 2010, disebutkan bahwa Mengele gagal menyelesaikan misi itu hingga berakhir masa tugasnya lalu dipindahkan ke Paraguay. Rupanya ia masih penasaran, lalu melanjutkan eksperimen itu sampai akhirnya ajal datang menjemputnya di Brazil pada tahun 1975.

Selama melanjutkan eksperimen rahasia tersebut, Mengele yang selama hidupnya terus diburu oleh militer Israel tidak menetap di Paraguay tetapi berpindah-pindah ke Argentina dan Brazil. Diduga ia mulai menjadikan kota kecil Cândido Godói di Brazil yang dihuni para petani sebagai laboratorium hidup sekitar tahun 1960-an.

Kepada warga setempat, Mengele mengaku sebagai dokter hewan dan membantu mengobati hewan ternak. Setelah mendapat tempat di hati warga, ia mulai merawat ibu hamil dengan obat-obatan yang sesungguhnya berisi cairan kimia hasil eksperimen rahasianya tentang anak kembar.

"Dia (Mengele) banyak bicara soal ternak dan penyakitnya lalu mengatakan jangan khawatir, ia bisa mengobatinya. Para petani mengingatnya sebagai orang yang sopan dan bermartabat," ungkap Leonardo Boufler, seorang petani asal Cândido Godói saat menceritakan kenangan para warga tentang Mengele.

Secara detail, tidak diketahui pasti kapan dan bagaimana Mengele melakukan eksperimen tersebut. Namun menurut catatan, fenomena kelahiran banyak anak kembar dalam jumlah banyak di Cândido Godói muncul sekitar tahun 1963, saat Mengele diperkirakan mulai masuk di wilayah tersebut.

Meski banyak yang mengakui adanya eksperimen anak kembar oleh Josef Mengele, tidak semua sependapat bahwa fenomena Cândido Godói adalah hasil karyanya. Salah satu yang menentang adalah Ursula Matte, pakar genetika dari Porto Alegre Hospital di Brazil.

Dalam penelitian yang dilakukannya antara tahun 1990 hingga tahun 1994, kelahiran anak kembar yang tinggi di wilayah itu ternyata dipicu oleh faktor genetik. Pemeriksaan DNA yang dilakukan pada sejumlah pasangan kembar menunjukkan adanya kecenderungan pada sebagian warga untuk menghasilkan keturunan kembar.

Saat penelitian itu dilakukan, tingkat kelahiran anak kembar di Cândido Godói tercatat 10 persen sementara rata-rata di wilayah lain hanya 1,8 persen. Matte menduga sebelum era 1960-an angkanya tidak jauh berbeda, hanya saja belum tercatat.

"Paparan racun kimia dan teknik bayi tabung memang bisa menghasilkan bayi kembar, namun hingga kini belum diketahui mekanismenya. Sulit bagi saya untuk percaya Mengele bisa melakukannya pada masa itu dan memberikan efek dalam periode sedemikian panjang," ungkapnya seperti dimuat oleh Newscientist.


Sumber :
www.abc.net.au
www.health.detik.com
www.noobsters.com


No comments: