Saturday, February 6, 2010

Sejarah Swastika Yang Sekarang Identik Dengan Simbol Nazi Jerman!

Beberapa contoh penggunaan lambang Swastika, dari kebudayaan India Kuno sampai komik Manga Jepang


Tim hoki es wanita dari Edmonton, Kanada, yang berfoto di tahun 1916. Anda pasti sudah tahu lambang apa yang tercetak di baju mereka!


Bangunan yang berbentuk Swastika dan terekam melalui Google Earth ini telah terkenal di jagad internet. Kalau anda menyangka bangunan ini terletak di Jerman atau negara-negara netral yang tidak antipati terhadap Nazi dan Hitler, maka anda salah besar! Sesungguhnyalah bangunan ini adalah markas Angkatan Laut Amerika Serikat!


Kalau yang ini sih semua orang juga sudah tahu lambang apa. Guoblok banget kalo orang sering nongkrongin blog ini tapi malah nyangka ini lambang Tut Wuri Handayani!


Setiap melihat simbol di atas kita langsung teringat akan pasukan Nazi dan Hitler sebagai pemimpinnya yang dengan begitu dahsyatnya menguasai sebagian besar Eropa daratan dalam Perang Dunia II. Simbol tersebut telah begitu melekat dan identik dengan Nazi Jerman sehingga banyak orang menyangka bahwa ia diciptakan oleh Hitler, padahal aslinya tidaklah begitu!

Swastika merupakan salah satu simbol yang paling disucikan dalam tradisi Hindu juga Budha, dan merupakan contoh nyata tentang sebuah simbol religius yang memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang kompleks sehingga hampir mustahil untuk dinyatakan sebagai kreasi atau milik sebuah bangsa atau kepercayaan tertentu.

Diyakini sebagai salah satu simbol tertua di dunia, dia telah ada sekitar 4000 tahun lalu (berdasarkan temuan pada makam di Aladja-hoyuk, Turki), berbagai variasi Swastika dapat ditemukan pada tinggalan-tinggalan arkeologis ( koin, keramik, senjata, perhiasan atau pun altar keagamaan) yang tersebar pada wilayah geografis yang amat luas. Wilayah geografis tersebut mencakup Turki, Yunani, Kreta, Cyprus, Italia, Persia, Mesir, Babilonia, Mesopotamia, India, Tibet, China, Jepang, negara-negara Skandinavia dan Slavia, Jerman hingga Amerika.

Jauh sebelum Perang Dunia II, swastika telah dikenal luas oleh dunia sebagai simbol dari kebijakan dan belas kasih. Ia mewakili pergerakan berkesinambungan – sebuah pergerakan seperti kincir yang digerakkan angin atau air. Ia akan terus menerus berputar searah perputaran jarum jam dan sebaliknya. Ketika berputar searah jarum jam ia mewakili energi alam semesta, kuat dan penuh kecerdasan; ketika ia berputar berlawanan dengan arah jarum jam, ia mewakili belas kasih. Ia juga melambangkan keharmonisan universal dan keseimbangan dari hal-hal yang berlawanan.

Kata Swastika berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tanda perwujudan diri.

Dengan kata lain, ia adalah sebuah tanda penjelmaan diri sendiri, dan tanda seseorang yang telah mendapatkan pencerahan, secara umum dianggap sebagai seorang Buddha (kata Buddha berasal dari bahasa Sansekerta, India kuno, yang artinya adalah Sang Sadar, Orang Suci atau Nabi).

Karena itu Buddha dalam seni sering digambarkan mempunyai tanda (swastika) pada dada atau telapak tangan mereka.

Kata Swastika umumnya dipercaya sebagai campuran dari kata Su dan Asati. Su artinya baik dan Asati artinya ada atau hadir. Dalam tata bahasa Sansekerta, bila dua kata digabungkan akan menjadi Swasti (-ka adalah imbuhan yang merubah kata sifat menjadi kata benda). Bila turunan kata swastika ini betul, maka arti harafiah katanya akan menjadi "biarlah kebaikan itu nampak", sehingga lambang Swastika pun merupakan bentuk simbol atau gambar dari terapan kata Swastyastu (Semoga dalam keadaan baik).

Simbol ini, yang dikenal dengan berbagai nama seperti misalnya Tetragammadion di Yunani atau Fylfot di Inggris, menempati posisi penting dalam kepercayaan maupun kebudayaan bangsa-bangsa kuno, seperti bangsa Troya, Hittite, Celtic serta Teutonic. Simbol ini dapat ditemukan pada kuil-kuil Hindu, Jaina dan Buddha maupun gereja-gereja Kristen (Gereja St. Sophia di Kiev, Ukrainia, Basilika St. Ambrose, Milan, serta Katedral Amiens, Prancis), mesjid-mesjid Islam ( di Ishafan, Iran dan Mesjid Taynal, Lebanon) serta sinagog Yahudi Ein Gedi di Yudea.

Swastika pernah (dan masih) mewakili hal-hal yang bersifat luhur dan sakral, terutama bagi pemeluk Hindu, Jaina, Buddha, pemeluk kepercayaan Gallic-Roman (yang altar utamanya berhiaskan petir, swastika dan roda), pemeluk kepercayaan Celtic kuna (swastika melambangkan Dewi Api Brigit), pemeluk kepercayaan Slavia kuno (swastika melambangkan Dewa Matahari Svarog) maupun bagi orang-orang Indian suku Hopi serta Navajo (yang menggunakan simbol itu dalam ritual penyembuhan). Jubah Athena serta tubuh Apollo, dewa dan dewi Yunani, juga kerap dihiasi dengan simbol tersebut.

Di pihak yang lain, Swastika juga menempati posisi sekuler sebagai semata-mata motif hiasan arsitektur maupun lambing entitas bisnis, mulai dari perusahaan bir hingga laundry.

Untuk kebudayaan Barat, seperti Yunani, Celtic, Finlandia, dan beberapa budaya asli, Swastika juga sebuah simbol yang sangat penting. Ini paling banyak digunakan untuk seni busana, arsitektur, keramik, dan seni ukir atau patung.

Kebudayaan Barat menamakannya roda penerangan. Di Tiongkok diketahui sebagai simbol Wan.
Wan mempunyai kesamaan bunyi dengan sepuluh ribu, sebuah angka yang sering digunakan untuk mencakup semua penciptaan alam semesta.

Saat Adolf Hitler memakai Swastika pada lencananya, ia berharap kekuatan alam semesta dapat dimilikinya. Swastika-nya sendiri sedikit berbeda dengan swastika standar karena berbentuk "sinistrovere" (miring ke kiri sekitar 45 derajat). Sejak itu, dunia-baru telah mengaitkan Swastika dengan rejim dan ideologi Hitler. Di Jerman, simbol ini masih terlihat dan punya pengertian yang tidak baik sampai kini.


Sumber :
www.celebrity.detikyogyakarta.net
www.mongolchuudaa.wordpress.com
www.theblogofrecord.com
www.tothewire.wordpress.com


3 comments:

Unknown said...

wah kren bangets nh bang..
boleh dunz COPAS buat blog ane,,
saya penggemar de Fuhrer Adolf Hitler nh..

Unknown said...

kerennnnnnn banget

Unknown said...

jadi lambang yg skrg dilarang tu swastikanya ya kak?