Thursday, August 27, 2009

Para Veteran Nazi Yang Membantu Mesir Dan CIA Setelah Perang Dunia II!

Generalmajor Reinhard Gehlen (tengah) yang menggalang veteran Nazi untuk bekerja demi CIA. Dia adalah perwira intelijen kepercayaan Hitler, dan jasanya begitu dihargai, sehingga Gehlen dianugerahi Kriegsverdienstkreuz (War Merit Crosss) kelas pertama, noh tuh yang nongol di dadanya!


SS-Standartenführer Otto Skorzeny, orang di balik keberhasilan pasukan komando Jerman dalam Perang Dunia II. Amerika Serikat sampai merengek dan mengancam demi bisa mendapatkan jasanya setelah berakhirnya perang!



Sumber-sumber terpercaya di Palestina mengungkapkan bahwa dinas intelijen AS, CIA, memberikan perangkat mata-mata canggih kepada pemerintahan Fatah. Tujuan utama pemberian peralatan mata-mata tersebut adalah untuk mengawasi gerak-gerik komandan brigadir Izzudin Al Qassam. Alat tersebut juga dipergunakan untuk menyadap pembicaraan dari sang komandan melalui telepon. Dalam sebuah dokumen, terungkap bahwa tindakan tersebut dilakukan sebelum pejuang Hamas memutuskan untuk membersihkan Gaza dari para pengkhianat.

Dalam sebuah sambungan telepon khusus dengan situs Al Qassam, menanggapi soal penemuan dokumen tersebut, Abu Obaida mengatakan, “Ini bukan pertama kalinya kami menemukan dokumen yang berisi hal-hal seperti itu, pemerintahan Abbas memang memiliki agenda pengkhianatan, mereka juga memata-matai para mujahidin dan mengejar lalu menangkap para pejuang Islam atas perintah dari penjajah Zionis.”

“Kami sama sekali tidak terkejut mengenai aktivitas mata-mata yang dilakukan pemerintahan Abbas, karena kami sudah tahu benar seperti apa agenda mereka. Sungguh memuakkan, mereka berkomplot dengan agen-agen asing untuk membantai orang-orang Palestina sendiri yang seharusnya masih saudara mereka.”

Mengenai aktivitas mata-mata terhadap Mohammed Ad-Deif, buronan yang paling dicari oleh pasukan Zionis, Abu Obaida membenarkan pemberitaan yang beredar bahwa pengejaran Ad-Deif oleh pasukan keamanan Palestina ada di bawah kendali dan pengawasan CIA.

“Kami memiliki sejumlah dokumen lain yang ingin kami tunjukkan pada saat yang tepat,” tambahnya.

Mengenai upaya pembunuhan terhadap Ad-Deif, dia mengamini bahwa upaya pembunuhan terhadap Ad-Deif adalah bukti betapa kuatnya hubungan antara pemerintahan Fatah dengan CIA.

Abu Obaida mengakhiri kata-katanya dengan ucapan, “Mereka (pasukan keamanan Palestina) telah melakukan sebuah pengkhianatan besar bagi rakyat Palestina.”

Keterlibatan CIA dalam permasalahan Timur Tengah memang sudah banyak menjadi perbincangan kalangan masyarakat.

Banyak orang yang meyakini bahwa terciptanya Israel adalah karena dukungan kuat dari AS. Pada tahun 1947, pemerintahan AS memberikan suara di dalam tubuh PBB untuk memisahkan Palestina menjadi sebuah negara Yahudi dan sebuah negara Arab. Namun demikian, departemen luar negeri AS tampak “menentang” terbentuknya negara Yahudi. Presiden Truman memerintahkan perwakilan AS di PBB untuk mendukung pembagian Palestina. Hal tersebut ada hubungannya dengan pidato berapi-api dari Andrei Gromyko dari Uni Soviet di hadapan Majelis Umum PBB yang mendukung berdirinya negara Yahudi. Pidato tersebut menghilangkan pilihan politik AS, karena AS tidak ingin terlihat kurang memusuhi Nazi dibandingkan dengan Soviet.

Pakar sejarah Christopher Simpson membuat dokumentasi dengan dasar materi yang diperoleh melalui Freedom of Information Act, segera setelah tahun 1945, pemerintah AS secara diam-diam mulai merekrut Nazi dalam jumlah besar, termasuk di dalamnya sejumlah besar penjahat perang Nazi. Perekrutan tersebut dilakukan untuk membangun dinas rahasia AS. Harian Washington Post menuliskan ulasannya mengenai buku yang ditulis Simpson, “Tidak penting lagi – atau tidak mungkin lagi – untuk menyangkal fakta bahwa pemerintahan AS secara sengaja dan secara sistematis merekrut puluhan ribu orang Nazi yang masih aktif.”

Frank wisner adalah salah satu arsitek utama perekrutan Nazi untuk membentuk CIA. Menyusul kekalahan Mesir pada perang tahun 1948, Simpson menjelaskan, “Frank Wisner telah mengirimkan orang kepercayaannya ke Timur Tengah, Kermit (Kim) roosevelt, ke Kairo pada awal tahun 1951 untuk membuka negosiasi rahasia dengan kolonel Gamal Abdel Nasser dan para pemberontak yang tengah bersiap-siap untuk melancarkan kudeta di negara tersebut.

Kormit Roosevelt melaporkan kepada para atasannya bahwa memang benar ada persetujuan dengan Nasser. Nasser meminta Roosevelt untuk membantu membangun kekuatan intelijen militer Mesir dan pasukan keamanan nasional, kekurangan Mesir yang terlihat dengan kekalahan mereka dari Yahudi Israel membuat direktur CIA kala itu, Allen Dulles, memerintahkan (Reinhard) Gehlen pada tahun 1953 untuk membantu Mesir.

Reinhard Gehlen mengepalai upaya perekrutan Nazi untuk membentuk kekuatan CIA, sesuatu yang tidak terlalu mengherankan karena Gehlen adalah seorang petugas intelijen militer paling senior yang dipercaya oleh Hitler.

“Gehlen memperoleh banyak informasi dari peranannya dalam sebuah kejahatan perang yang mengerikan: penyiksaan, interogasi, dan pembunuhan pelan-pelan melalui rasa lapar terhadap 4 juta orang tahanan Soviet. Para tahanan yang menolak untuk bekerjasama seringkali disiksa hingga akhirnya ditembak mati. Banyak tahanan yang dieksekusi bahkan setelah mereka memberikan informasi yang diminta, dan sejumlah besar tahanan lainnya dibiarkan kelaparan hingga menemui ajal,” tulis Simpson dalam bukunya.

Ketika pemerintah AS merekrut Gehlen setelah perang, mereka memintanya untuk menciptakan kembali infrastruktur intelijen Nazi, dan hal ini dikenal dengan sebutan ‘Gehlen Org,’ yang bnerpusat di Pullach, Jerman Barat.

Sebagian dari para Nazi yang direkrut AS bukan berasal dari ‘Gehlen Org’ karena mereka berasal dari imigran yang pindah ke AS, bahkan sebagian Nazi imigran tersebut ada yang menjadi bagian dari tentara AS, sebagian lainnya dipergunakan sebagai aset CIA di berbagai belahan dunia yang lain.

Christopher Simpson menuliskan bahwa setidaknya setengah lusin – atau mungkin lebih – dari jajaran staf pertamanya, yang terdiri dari 50 orang, adalah mantan anggota SS (Schutzstaffel, polisi khusus pelindung Adolf Hitler) atau SD (Sicherheitsdienst, pasukan intelijen Nazi), termasuk Obersturmführer (sebuah pangkat yang diberikan kepada petinggi militer Nazi dari pasukan SS) Hans Sommer.Pendukung Fatah memberi penghormatan selayaknya Nazi.

Menyusul kekalahan Mesir, AS meminta bantuan Gehlen untuk membantu meningkatkan kekuatan militer dan intelijen Mesir. Gehlen sendiri memerintahkan Otto Skorzeny.

Skorzeny adalah seorang Nazi “murni” – sesuai dengan penggambaran fisik sosok bangsa Arya yang tinggi dan berambut emas, yang sangat disukai oleh der führer, Adolf Hitler – Hitler sendiri berbadan pendek dan berambut coklat. Skorzeny disebut-sebut sebagai komandan favorit Hitler. Dia adalah seorang pakar sabotase, pembunuhan, dan sejumlah misi-misi sulit lainnya dalam agenda penyusupan.

Gehlen menginginkan Otto Skorzeny untuk melatih pasukan Mesir. Skorzeny sendiri mengatakan bahwa dirinya segan melakukan itu, sehingga pemerintah AS sampai harus merengek memohon kepada Skorzeny secara pribadi, dia dijanjikan gaji yang besar dan seluruh biaya operasional intelijennya. Skorzeny tidak bergeming, sampai akhirnya Gehlen menekan ayah mertua Skorzeny, Hjalmar Schacht, untuk meyakinkannya.

Skorzeny kemudian menggunakan dana dari CIA untuk merekrut sekitar 100 orang penasihat Jerman untuk membimbing pasukan intelijem Mesir, kebanyakan dari orang Jerman yang direkrut berasal dari organisasi neo-Nazi.

Pelatihan pasukan militer dan intelijen Mesir bukanlah satu-satunya peranan Nazi (suruhan CIA) di Timur Tengah. Gerakan Fatah juga diciptakan di Kairo.

Pemimpin Fatah dan presiden pemerintahan Palestina, Mahmoud Abbas, dikabarkan juga mendapatkan pelatihan Nazi, karena Abu Mazen (panggilan Abbas) adalah salah satu pendiri Fatah.


Sumber :
www.suaramedia.com
www.deviantart.com
www.eaglesandlions.com

No comments: