Wednesday, July 13, 2011

Jagdtiger, Kendaraan Lapis Baja Terberat Dalam Perang Dunia II!

Wallpaper bagi anda yang ingin memasang posternya di WC umum


Jagdtiger nomor 305004 di Bovington Tank Museum (Inggris)


Jagdtiger nomor 305020 di United States Army Ordnance Museum (Aberdeen Proving Ground, MD). Difoto oleh Mark Pellegrini tanggal 12 Juni 2007

Oleh : Alif Rafik Khan

Jagdtiger (“Harimau Pemburu”) adalah nama umum untuk satu jenis penghancur tank Jerman (dalam bahasa Jermannya: Jagdpanzer) masa Perang Dunia II. Nama resminya sendiri adalah Panzerjäger Tiger Ausf. B. sementara penunjukan inventaris perlengkapan perangnya adalah Sd.Kfz. 186. Jagdtiger digunakan dalam jumlah kecil dari akhir tahun 1944 sampai dengan berakhirnya peperangan, baik di Front Timur maupun Front Barat. Wikipedia mencatat bahwa dia merupakan kendaraan lapis baja terberat yang pernah digunakan dalam Perang Dunia II! Karena beratnya yang luar biasa itulah maka Jagdtiger secara konstan dihantui oleh masalah mekanis yang tak henti-hentinya.

Dengan kesuksesan StuG III yang berperan sebagai kendaraan penghancur tank (tank destroyer) utama milik Jerman, para pimpinan Wehrmacht memutuskan untuk menggunakan sasis dari kendaraan lapis baja yang sudah ada sebagai dasar dari artileri bergeraknya. Secara umum, kendaraan penghancur tank Jerman tidak dilengkapi dengan turet (menara meriam) dan memilih untuk menggunakan “badannya” sebagai tempat diletakkannya meriam. Sebagai hasilnya, kendaraan jenis ini mampu menampung meriam dengan kaliber lebih besar dibandingkan dengan kendaraan lapis baja dengan sasis yang sama tapi dilengkapi dengan turet. Ketiadaan turet juga mengurangi biaya produksi dan waktu pembuatannya, karena lebih sedikit komponen yang harus dibuat.

Pada awal tahun 1942, Staff Jenderal Angkatan Darat membuat sebuah permintaan kepada para produsen kendaraan perang Jerman untuk dapat membuat sebuah kendaraan tempur yang mampu menampung meriam kaliber 128 mm di sebuah sasis artileri bergerak lapis baja. Tanggal 18 Mei 1942 Adolf Hitler memerintahkan agar meriam 128 mm ini nantinya berperan sebagai sebuah penghancur tank dan bukannya pendukung infanteri. Uji penembakan meriam 128 mm menunjukkan persentase tinggi ketepatan menghancurkan sasaran, sementara kaliber meriam yang lebih kecil semacam 88 mm dan 105 mm juga ikut diujicobakan.

Pada awal tahun 1943 dihasilkan keputusan untuk memasangkan meriam 128 mm ke sasis Panther atau Tiger I sebagai senjata serang berat. Kemudian diketahui bahwa sasis Panther mempunyai performa yang kurang memuaskan setelah dilakukan percobaan dengan menggunakan tank prototipe berbahan kayu. Pada tanggal 20 Oktober 1943 tank prototipe kayu lainnya dibuat, dan kali ini menggunakan sasis Tiger II. Prototipe ini dipersembahkan kepada Hitler di Prusia Timur. Dua prototipe berhasil diproduksi: satu versi dengan sistem suspensi Porsche beroda delapan (nomor 305001) dan satu versi lain dengan sistem suspensi Henschel beroda sembilan (nomor 305002). Kedua prototipe yang menggunakan sasis Tiger II ini berhasil diselesaikan bulan Februari 1944. Pertamanya mau dinamakan sebagai Jagdpanzer VI, tapi kemudian bernama Jagdtiger dengan nomor perlengkapan perang khusus Sd.Kfz. 186.

Jagdtiger sendiri merupakan tambahan logis dari rancangan Jagdpanzer yang didasarkan atas desain tanknya, seperti Jagdpanther yang dibuat dari tank Panther. Jagdtiger menggunakan sebuah superstructure lapis baja yang diletakkan di atas sasis Tiger II yang diperpanjang. Kendaraan yang dihasilkan mempunyai penampilan yang membuat gentar siapapun yang melihatnya: dilapisi lapisan baja super tebal dengan meriam kaliber 128 mm PaK 44 L/55 yang mampu menghancurkan SEMUA jenis tank yang kelayapan saat itu, bahkan dari jarak yang sangat jauh (3,5 km atau 2,2 mil)! Lapisan bajanya saja mempunyai tebal 250 mm (9,8 inci) di bagian depan dan 150 mm (5,9 inci) di bagian belakang. Senjata utamanya mempunyai putaran yang terbatas (10 derajat saja), sehingga bila meriamnya mau diarahkan keluar jarak jangkaunya maka seluruh kendaraan harus ikut diputarkan pula.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, karena beratnya yang luar biasa (71,7 ton) dan mesinnya yang under-powered, maka Jagdtiger kerap kali menderita masalah mekanis dan teknis. Begitu seriusnya masalah ini, sehingga dalam sejarahnya lebih banyak Jagdtiger yang out of order karena masalah mesin atau kehabisan bensin dibandingkan dengan dihancurkan oleh musuh!

150 buah Jagdtiger dipesan, tapi hanya setengahnya yang berhasil dibuat. 11 di antaranya, dengan nomor seri 305001 dan 305003 sampai dengan 305012, diproduksi dengan menggunakan sistem suspensi Porsche (8 roda berantai), sementara sisanya menggunakan sistem suspensi Henschel (9 roda berantai).

Jumlah produksi bervariasi, yang tergantung dari sumber dan faktor-faktor lainnya seperti apakah prototipe turut disertakan dan apakah kendaraan yang dibuat setelah VE Day juga diikutkan. Jumlah total dari bulan Juli 1944 sampai dengan Mei 1945 adalah 77 sampai dengan 88 buah. 48 buah dari bulan Juli 1944 sampai dengan Desember 1944; 36 dari Januari sampai dengan April 1945, dengan nomor seri 305001 sampai 305088 (termasuk juga contoh dari bulan Mei 1945, juga prototipe pra-produksi serta sasis yang belum lengkap dikerjakan).

Beberapa sumber menyebutkan bahwa tidak ada lagi kendaraan jenis ini yang diproduksi setelah bulan Februari 1945. Beberapa Jagdtiger model akhir mempunyai peralatan yang kurang lengkap sehingga tak bisa digunakan untuk beroperasi, atau tak bisa disertakan dalam satu kesatuan.

Kronologis jumlah produksi berdasarkan nomor seri:

Februari 1944: 2 buah (305001–305002)

Juli 1944: 3 buah (305003–305005)

Agustus 1944: 3 buah (305006–305008)

September 1944: 8 buah (305009–305016)

October 1944: 9 buah (305017–305025)

November 1944: 6 buah (305026–305031)

Desember 1944: 20 buah (305032–305051)

Januari 1945: 10 buah (305052–305061)

Februari 1945: 13 buah (305062–305074)

Maret 1945: 3 buah (305075–305077)

April 1945: 7 buah (305078–305084)

Mei 1945: 4 buah (305085–305088)

Setelah nomor seri 305011 (September 1944), tak lagi ada tambahan perangkat anti-magnet Zimmerit yang dipasangkan oleh pabrik pembuatnya.

Hanya dua batalyon anti-tank berat (schwere Panzerjäger-Abteilung), nomor 512 dan 653, yang dilengkapi oleh Jagdtiger, dengan kendaraan pertama tiba di unitnya bulan September 1944. Sekitar 20% di antaranya tumbang dalam pertempuran; kebanyakan dihancurkan sendiri oleh awaknya sebelum ditinggalkan karena masalah mesin dan kekurangan bahan-bakar di akhir-akhir peperangan!

Meriamnya menggunakan dua loader amunisi terpisah. Ini berarti dua orang awak bertugas untuk mengisikan proyektil dan bungkus pendorong rudalnya, masing-masing secara terpisah. Ini berakibat pada lambatnya kecepatan tembakan dari satu “beledug” ke “beledug” lainnya. Asap mesiu yang timbul setelah peluru ditembakkan seringkali begitu banyaknya sehingga kadang membuat musuh mengetahui posisi si Jagdtiger (belum lagi membuat “buta” para awak dalam sementara waktu!).

Jago Tiger ternama Otto Carius menjadi komandan kompi kedua dari tiga kompi Jagdtiger di Panzerjägerabteilung 512. Buku memoarnya, Tigers in Mud, menyediakan kisah tempur langka dari 10 buah Jagdtiger yang berada di bawah komandonya. Dia mengklaim bahwa potensi Jagdtiger tidak pernah bisa difungsikan secara maksimal dikarenakan beberapa faktor: salah satu di antaranya adalah supremasi udara yang kentara dari pihak Sekutu sehingga membuat mereka sulit untuk bergerak, terutama di siang hari. Belum lagi meriam raksasanya yang harus selalu dikalibrasi ulang dari getaran setiap habis melakukan perjalanan, meskipun hanya dalam jarak pendek (catatan: masalah khusus ini terutama menimpa Jagdtiger dengan sistem suspensi Porsche yang terbukti tidak cocok bila digunakan melintasi jalanan yang buruk atau bergelombang. Getaran yang tercipta membuat si meriam tergeser dari kalibrasi asalnya. Untuk tipe yang memakai sistem suspensi Henschel sendiri, masalah ini tidak terjadi). Kendala lainnya: kendaraan raksasa ini lambat, dan transmisi serta beberapa bagian mesinnya begitu mudah rusak diakibatkan oleh beratnya yang 72 ton dan juga keharusan seluruh kendaraan berputar tiap kali meriamnya dirotasi. Selain itu, meriamnya harus dikunci pada posisinya demi mencegah kubah penyimpanannya tidak mempengaruhi keakuratan tembakan. Tapi selain dari kekurangan yang disebutkan di atas, satu kelebihan dari Jagdtiger yang begitu kentara: satu tembakan meriam 128 mm-nya mampu melepaskan peluru yang mampu menembus tembok sebuah rumah dan menghancurkan tank yang berada di baliknya!

Kurangnya latihan para awak dan moral yang menurun adalah masalah terbesar bagi Jagdtiger-Jagdtiger di bawah komando Carius. Di Kantong Ruhr, dua komandan Jagdtiger urung menyerang sebuah konvoy Amerika dalam jarak sekitar 1,5 km (1 mil) di siang hari karena takut mendapat serangan udara, meskipun Jagdtiger mereka berada dalam posisi yang tersembunyi! Tidak hanya itu, kedua kendaraan tersebut kemudian mogok ketika berusaha mundur dengan cepat karena takut diserang dari atas, dan satu Jagdtiger kemudian dihancurkan oleh awaknya sendiri. Untuk mencegah kejadian ini terulang, di Siegen Carius membuat posisi bertahan di dataran tinggi. Sebuah konvoy lapis baja Amerika yang mendekat kemudian terhindar dari sergapan setelah beberapa warga sipil Jerman memberikan peringatan kepada mereka (dasar pengkhianat!). tak lama kemudian, salah satu kendaraan terperosok ke sebuah lubang bekas bom dan tidak berfungsi, sementara satu lagi hancur akibat tembakan panzerfaust yang dilepaskan oleh kelompok Volkssturm yang belum pernah melihat Jagdtiger sebelumnya dan menyangka itu adalah kendaraan musuh!

Di dekat Unna, satu Jagdtiger naik ke atas bukit untuk menyerang lima tank Amerika yang berjarak 600 meter di bawahnya. Demi melihat kendaraan raksasa Jerman ini, dua tank kemudian mampret sementara tiga lainnya membuka tembakan. Beberapa tembakan mengenai Jagdtiger, tapi lapisan bajanya yang super tebal di bagian depan (250 mm) membuat peluru-peluru itu hanya memantul saja layaknya bola pingpong! Sayangnya, si komandan Jerman yang kurang berpengalaman kehilangan nyalinya dan memutar balik (bukannya menekan gigi mundur). Ini tentu saja membuat lapisan baja bagian belakang yang lebih tipis terekspos, sehingga berakibat salah satu tembakan mampu mempenetrasi dan membunuh keenam awaknya. Carius lalu menekankan bahwa sebagus apapun mesin perang yang ada, dan setebal apapun lapisan bajanya, semua ini akan sia-sia belaka manakala si awaknya sendiri tak mendapat cukup latihan dan moral bertempurnya begitu rendah.

Ketika tak mampu lolos dari Kantong Ruhr, Carius memerintahkan meriam-meriam dari Jagdtiger yang masih tersisa untuk dihancurkan dan kemudian mereka menyerahkan diri ke pihak Amerika. Jadinya, 10 buah Jagdtiger dari 2.Kompanie/Panzerjägerabteilung 512 menghancurkan satu tank Amerika untuk satu Jagdtiger yang hancur dalam pertempuran, satu lagi hancur akibat tembakan dari teman sendiri, sementara delapan lainnya rusak atau dihancurkan oleh awaknya untuk mencegah jatuh ke tangan musuh!

Tanggal 17 Januari 1945 dua buah Jagdtiger dari Korps XIV ditugaskan untuk menghancurkan sebuah bunker demi mendukung serangan infanteri di dekat Auenheim. Tanggal 18 Januari keesokan harinya mereka menembak empat buah bunker terlindung dari jarak 1.000 meter. Kubah lapis baja dari satu bunker terbakar setelah dua tembakan. Sebuah Sherman yang nekad mendekat dalam serangan balik pihak Amerika dihancurkan dengan mudahnya. Amunisi yang terpakai di satu hari itu termasuk 10 peluru penghancur dan 10 peluru anti-tank, dengan tidak ada satupun Jagdtiger yang hancur.

Di bulan April 1945, schwere Panzerjägerabteilung 512 menjalani pertempuran yang berat, terutama tanggal 9 April dimana 1.Kompanie melakukan penyergapan terhadap sebuah konvoy Sekutu dari sebuah posisi terlindung. Mereka berhasil menghancurkan 11 tank dan lebih dari 30 kendaraan lain, dengan beberapa tank musuh dimusnahkan dari jarak 4 kilometer jauhnya! Unit tempur ini hanya kehilangan satu Jagdtiger yang menjadi korban serangan udara pesawat-pesawat P-47 Sekutu yang menyusul kemudian. Selama beberapa hari selanjutnya 1.Kompanie mampu menghancurkan 5 tank Sherman lagi sebelum menyerahkan diri di Iserlohn. Sementara itu, 2.Kompanie memutuskan untuk tetap bertempur, dengan hasil yang kurang memuaskan. Tanggal 15 April 1945, unit ini akhirnya menyerah di Schillerplatz di Iserlohn tanpa perlawanan.

Tiga buah Jagdtiger berhasil selamat sampai akhir peperangan dan kini tersimpan di musium. Mereka adalah:

  • Jagdtiger dengan nomor seri 305004
    Jagdtiger ini dipajang di Bovington Tank Museum, Inggris. Dia merupakan salah satu dari delapan buah varian suspensi Porsche, dan dirampas oleh tentara Inggris bulan April 1945 di dekat Sennelager, Jerman. Kendaraan ini sendiri asalnya digunakan sebagai bahan percobaan. Set roda ketiga di bagian kirinya hilang, sementara Zimmerit dipasang dengan tinggi 2 meter di sasisnya dan Balkenkreuz dicat di bagian tengah. 18 buah ring gigi jentera pada awalnya ditemukan di kendaraan ini.
  • Jagdtiger dengan nomor seri 305020
    Jagdtiger ini dipajang di
    United States Army Ordnance Museum di Aberdeen, Maryland, Amerika Serikat. Dia diproduksi pada bulan Oktober 1944 dan menjadi bagian dari schwere Panzerjägerabteilung 653 dengan nomor kendaraan 331. Kendaraan ini dirampas di dekat Neustadt an der Weinstraße, Jerman, bulan Maret 1945. Sisa-sisa kerusakan masih bisa dilihat di bagian mantlet senjata, lapisan glacis, dan baja hidung bagian bawah. Dia menggunakan 9 ring gigi jentera, yang digunakan bersama dengan trek berkelanjutan model “sepatu kontak” dan “link penghubung” yang biasa dipakai di Tiger II Königstiger.
  • Jagdtiger dengan nomor seri 305083
    Jagdtiger ini dipajang di Musium Tank di dekat Moskow, dan merupakan varian Henschel. Dia berhasil didapat pasukan Soviet saat sebuah Kampfgruppe dari schwere
    Panzerjägerabteilung 653 yang dilengkapi dengan 4 Jagdtiger menyerahkan diri di Amstetten, Austria, tanggal 5 Mei 1945. Jagdtiger satu ini didapat dengan kondisi “tak tercela” lengkap dengan lapisan pelindung tambahan di bagian pinggir dan 9 ring gigi jentera. 12 buah kaitan di kiri dan kanan digunakan untuk membawa enam pasang rantai tank. Dia tidak dilapisi oleh Zimmerit, dan dipajang di musium tanpa dengan kelengkapannya, hanya sebuah senapan mesin MG-42 yang dipasang di dek mesin belakang.

Di luar dari 11 buah kendaraan bersuspensi Porsche model awal, satu-satunya varian lain yang dikembangkan adalah Sd.Kfz. 185. perbedaannya terletak pada senjata utama, dimana Sd.Kfz. 185 menggunakan meriam kaliber 88 mm PaK 43 dan bukannya 128 mm PaK 44. ini diakibatkan oleh kurangnya pasokan meriam yang disebutkan terakhir. Terdapat indikasi bahwa 12 buah kendaraan jenis ini berhasil diproduksi, meskipun tidak lengkap penyelesaiannya karena kurangnya perhatian sehingga tidak pernah masuk ke dalam masa tugas.

Dalam film Inggris They Were Not Divided, sebuah Jagdtiger ikut diperlihatkan. Film ini menonjol karena penggunaan secara besar-besaran kendaraan-kendaraan lapis baja Jerman asli bekas perang.

Spesifikasi:

Nama resmi: Panzerjäger Tiger Ausf. B

Tipe: penghancur tank

Produsen: Nibelungenwerk

(Steyr-Daimler-Puch)

Jumlah total yang dibuat: 88 buah

Berat: 71,7 ton (158.000 lb) (suspensi Henschel)

Panjang: 10,65 m (34 ft 11 in), termasuk meriam

Lebar: 3,6 m (11 ft 10 in)

Tinggi: 2,8 m (9 ft 2 in)

Jumlah awak: 6 orang

Lapisan baja: 250 mm (9,84 in)

Senjata utama: 1 × 12.8 cm PaK 44 L/55

Senjata tambahan: 1 × 7.92 mm Maschinengewehr 34

Mesin: V-12 Maybach HL 230 P30 700 PS (690 hp, 515 kW)

Tenaga/berat: 9,76 PS/ton

Suspensi: Torsion bar operational

Jarak jangkau: 120 km (75 mil)

3 comments:

Unknown said...

Hail Hitler!Maaf sebelumnya,saya ingin bertanya,untuk apa Nazi Jerman membuat penghancur tank,yang notabene nya sama seperti tank (berpenggerak roda rantai,lapis baja,dan menembakan meriam) malah kubah meriamnya tidak bisa diputar?saya tidak mengerti akan hal itu.Terima kasih

Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

Mungkin.contohnya jagdpanther .kubahnya tidak bisa digerakkan