Saturday, July 3, 2010

Foto Sukarelawan India (Legion Freies Indien) Dalam Tubuh Wehrmacht dan SS

Pada bulan Januari 1942 Kementerian Propaganda Jerman mengumumkan pembentukan Legion Freies Indien (Legiun India Merdeka). Orang-orang India yang menjadi tentara Inggris dan berada di kamp-kamp tawanan Jerman dipindahkan ke kamp pelatihan khusus yang bernama Arbeitskommando Frankenburg, dimana mereka kemudian mendapat pelatihan militer lanjutan oleh perwira dan bintara Wehrmacht. Sekitar 300 orang sukarelawan kemudian dipindahkan ke Konigsbrück di dekat Dresden (Sachsen) untuk menerima jatah seragam Jerman beserta kelengkapannya. Sebuah panji lengan khusus sengaja dibuat untuk mereka, dalam bentuk perisai berisi bendera nasional India beserta gambar harimau. Seragam yang mereka kenakan sendiri umumnya adalah seragam tropis Jerman (tropenuniform), sementara untuk anggotanya yang beragama Sikh diperbolehkan untuk tetap mengenakan turban khas sebagai pengganti tropenmütze (topi tropis). Pasukan setingkat batalyon ini mengambil sumpah setia pertama mereka pada tanggal 26 Agustus 1942. Tak lama kemudian jumlah anggotanya membengkak sehingga mencapai puncaknya sebanyak 3.000 orang, sementara unitnya sendiri diupgrade menjadi setingkat resimen dengan nama resmi Infanterie-Regiment 950 (indische). Unit sukarelawan India ini tercatat bertempur mulai tahun 1944 di Prancis, Belanda dan Italia, sebelum ditarik mundur ke Jerman. Mereka kemudian dialihtugaskan menjadi bagian dari Waffen-SS, dengan nama resmi Indische Freiwilligen Legion der Waffen-SS


Para anggota Legion Freies Indien (Legiun India Merdeka) bersama dengan komandan Jerman mereka, kemungkinan besar sewaktu masa pelatihan di Prancis dan Belanda. Mereka semua mengenakan tropenuniform (seragam tropis) layaknya pasukan Afrikakorps, lengkap dengan tropenschuhe (sepatu tropis) dan tropenmütze (topi tropis). Pakaian tropis ini hanya digunakan di musim panas, sementara di musim yang lebih dingin mereka semua memakai pakaian berbahan wol tebal seperti halnya prajurit Jerman biasa


Belum pernah kan lihat tentara Wehrmacht gondrong? Nah, ini salah satu contoh penampakan langkanya! Foto ini memperlihatkan tiga orang tentara sukarelawan dari Legion Freies Indien (Legiun India Merdeka) yang sedang menjalani pelatihan militer di Truppenübungsplatz Beverloo, Belgia. Anggota unit ini - yang sebagian besarnya adalah orang-orang India yang bermukim di Eropa atau tawanan Inggris keturunan India - mendapat keistimewaan untuk tetap menjalankan tradisi keagamaan yang mereka anut, termasuk diantaranya adalah memanjangkan rambut serta menggunakan turban bagi orang-orang Sikh. Legion Freies Indien sendiri dibentuk pada tahun 1942, pada awalnya setingkat batalyon tapi kemudian membengkak menjadi sebuah resimen dengan kekuatan 3.000 orang. Sebuah panji lengan khusus sengaja dibuat untuk mereka, dalam bentuk perisai berisi bendera nasional India beserta gambar harimau. Seragam yang mereka kenakan sendiri umumnya adalah seragam tropis Jerman (tropenuniform). Mereka mempunyai nama resmi Infanterie-Regiment 950 (indische), di bawah pimpinan Oberstleutnant Kurt Krappe yang kharismatik. Unit sukarelawan India ini tercatat bertempur mulai tahun 1944 di Prancis, Belanda dan Italia, sebelum ditarik mundur ke Jerman. Mereka kemudian dialihtugaskan menjadi bagian dari Waffen-SS, dengan nama resmi Indische Freiwilligen Legion der Waffen-SS


 Mungkin inilah satu-satunya foto berwarna yang memperlihatkan anggota Legion Freies Indien (Legiun India Merdeka) dalam tubuh Wehrmacht! Foto ini terdapat dalam majalah "Historia" (Hors série n° 21 Les SS Vol 2 : L'Enfer Organisé) dari Prancis terbitan tahun 1971, dan memperlihatkan dua orang anggota Legiun yang sedang berlatih mengoperasikan senjata artileri. Dari turban di kepalanya diketahui bahwa mereka beragama Sikh. Terlihat jelas pula insignia perisai unit mereka di bagian lengan, yang bergambarkan harimau Benggala dengan latar belakang bendera nasional India



Pada sebuah upacara yang diselenggarakan di markas Infanterie-Regiment 950 (indische) di Lacanau-Ville tanggal 1 Oktober 1943, 12 orang perwira baru unit tersebut yang berkebangsaan India diperkenalkan ke muka publik. Mereka semua berpangkat Leutnant dan mendapat Ernennungsurkunden (surat pengangkatan) serta insignia kepangkatan dari Generalleutnant Felix Schwalbe (Kommandeur 344. Infanterie-Division). Salah satu di antaranya adalah Leutnant Sant Singh, yang dalam foto ini berpose dengan seragam menterengnya lengkap dengan belati kehormatan perwira Heer (Heeres ehrendolch). Nantinya dia menjadi perwira staff di Legiun Kroasia dan pangkat terakhirnya adalah Oberleutnant. Foto koleksi Peter Krappe, anak dari Oberstleutnant Kurt Krappe (Kommandeur Infanterie-Regiment 950)


 Leutnant Sant Singh (tengah), seorang perwira beragama Sikh dari Legion Freies Indien (Legiun India Merdeka), bersama dengan para anggota Wehrmacht lainnya, termasuk dua orang perwira dari Verstarken Kroatischen Infanterie Regiment 369 yang mengenakan insignia perisai kotak-kotak Kroasia di lengan mereka. Berdasarkan buku "For Free India" halaman 409 karya Martin Bamber, Soldbuch milik Sant Singh menunjukkan bahwa pangkat terakhirnya adalah Oberleutnant, dan dia juga pernah bertugas sebagai perwira staff di Legiun Sukarelawan Kroasia



Sesuai dengan negara penjajahnya, di India olahraga yang populer adalah kriket dan hoki. Foto di atas memperlihatkan pertandingan persahabatan antara tim sukarelawan India di Wehrmacht melawan tim Angkatan Darat Jerman yang dilaksanakan di Stadium Bordeaux tanggal 21 Maret 1944


Upacara pembentukan Pemerintahan Sementara Nasional Pusat "Freies Indien" India di Hotel Kaiserhof di Berlin tanggal 16 November 1943. Banyak tokoh terkemuka Jerman yang menghadiri acara ini, termasuk pula perwakilan sekutu-sekutu terdekatnya seperti Duta Besar Jepang jenderal Hiroshi Oshima dan diplomat Republik Sosial Italia Fasis Filippo Anfuso. Foto memperlihatkan saat para delegasi India memasuki ruangan upacara dengan dilengkapi oleh bendera kebanggaan mereka


Upacara pembentukan Pemerintahan Sementara Nasional Pusat "Freies Indien" India di Hotel Kaiserhof di Berlin tanggal 16 November 1943. Staatssekretär Dr.Ing. Wilhelm Keppler berbicara di hadapan hadirin, dengan latar belakang foto dari pendiri organisasi kemerdekaan India pro-Axis Subhas Chandra Bose


Kru artileri India Wehrmacht sedang latihan penembakan sasaran, 12 Februari 1944


Prajurit dari Legion Freies Indien memegang senapan mesin MG 34 di lubang pertahanan yang berada di Benteng Atlantik di Bordeaux, Prancis, tanggal 21 Maret 1944

Upacara sumpah serapah eh sumpah prajurit para legiun sukarelawan "Freies Indien" di Prop.Ers.Abt. Potsdam tahun 1942


Foto atas memperlihatkan sukarelawan India di Wehrmacht dari bangsa Sikh yang bertugas sebagai penjaga jembatan d Prancis. Dia mengkontrol siapapun yang ingin melintasi jembatan yang dijaganya, dan meminta kartu identitas dari penduduk yang lalu-lalang. Foto bawahnya memperlihatkan pelatihan sukarelawan India oleh perwira Jerman yang mendemonstrasikan cara penggunaan senapan yang baik dan benar (dan juga cara memegang dan menyilangkannya di bahu!). Kedua foto diambil tanggal 12 Februari 1944 


 Salah satu dari sedikit orang Jerman yang bertugas di Legion Freies Indien (Legiun India Merdeka). Terdapat dua buah foto dari abang-abang satu ini dalam buku "For Free India" karya Martin Bamber. Perhatikan bahwa di schulterklappen-nya (tanda pangkat bahu), dia mengenakan strap berwarna oranye-putih-hijau yang merupakan bendera nasional India, yang mengindikasikan bahwa dia telah bersama dengan Legiun India dari sejak masa pelatihan pertamanya sebagai sebuah kompi yang berada di bawah komando unit Brandenburger milik Abwehr (Dinas Intelijen Angkatan Darat Jerman) di tahun 1941. Terdapat foto yang memperlihatkan para sukarelawan India di masa itu yang mengenakan strap dengan bentuk yang sama


Dalam inspeksinya ke Atlantikwall, tidak lupa sang legendaris Generalfeldmarschall Erwin Rommel ikut memeriksa sukarelawan India (Legion Freies Indien) dari 950. Infanterie Regiment (Ind.) pimpinan Oberstleutnant Kurt Krappe (sebelah Rommel)


Generalfeldmarschall Erwin Rommel menginspeksi sukarelawan India di Wehrmacht, 10 Februari 1944. Sukarelawan ini kebanyakannya adalah orang-orang keturunan India yang bermukim, belajar atau bekerja di Eropa sebelum perang pecah


Generalfeldmarschall Erwin Rommel menginspeksi sukarelawan India anggota Infanterie (ind.) Regiment 950 di wilayah Gironde-Estuary (Prancis), tanggal 10 Februari 1944. Antara Rommel dan para prajurit Indihe adalah Oberstleutnant Kurt Krappe, komandan resimen tersebut, sementara jenderal peraih Ritterkreuz di belakang Rommel adalah Generalleutnant Hermann Meyer-Rabingen, komandan 159 Reserve-Division yang markasnya berdekatan dengan Infanterie (ind.) Regiment 950


Oberstleutnant Kurt Krappe nyengeh bareng Subhash Chandra Bose, pimpinan Indian Independence Movement yang bersimpati kepada Jerman. Bose diberitakan meninggal pada tahun 1945, meskipun kematiannya sendiri masih menjadi kontroversi


Subhas Chandra Bose bersama dengan Oberstleutnant Kurt Krappe menginspeksi sukarelawan India yang berbaris melewati mereka. Sukarelawan asal negeri Amitabh Bachchan ini kemudian ditransfer ke Waffen-SS di akhir perang, bersama dengan komandannya Krappe (pangkat terakhirnya adalah SS-Standartenführer)


Subhas Chandra Bose diapit oleh dua orang perwira dari 950. Infanterie Regiment (Ind.), di antaranya adalah Oberstleutnant Kurt Krappe di sebelah kanan


Oberstleutnant Kurt Krappe dan Subhas Chandra Bose. Di belakangnya adalah pasukan sukarelawan India sedang bersantai di atas Ferrari (WTF!)


Dari turbannya, ketahuan bahwa ia adalah prajurit sukarelawan Wehrmacht beragama Sikh!




Sukarelawan Sikh dengan turban khasnya yang dinamakan dengan Dastar atau Pagri


Manual militer Jerman dalam bahasa Hindi dan Urdu



Para prajurit dari Infanterie Regiment 950 (Ind.) "Legion Freies Indien" tahun 1942


Prajurit-prajurit sukarelawan India dalam Wehrmacht


Latihan perang dari Infanterie Regiment 950 (Ind.) "Legion Freies Indien" bulan Juli 1944



Anggota Azad Hind yang menjadi prajurit di Legiun Sukarelawan India. Azad Hind (lengkapnya: Ārzī Hukūmat-e-Āzād Hind) adalah pemerintah boneka India yang dibentuk oleh Subhas Chandra Bose dengan dibantu oleh tentara pendudukan jepang di Singapura tahun 1943


 Seorang sukarelawan India anggota Indische Freiwilligen Legion der Waffen-SS sedang berpose dalam sebuah foto studio. Dia mengenakan seragam SS dengan kerah hitam polos, yang belum ditempeli lambang kepala harimau benggala yang merupakan simbol resmi dari kesatuannya. Pada tanggal 8 Agustus 1944, Reichsführer-SS Heinrich Himmler mengeluarkan surat perintah perpindahan Legiun India dari Heer ke Waffen-SS (seperti juga semua unit sukarelawan luar negeri lainnya yang dimiliki oleh Angkatan Darat Jerman). Nama unitnya pun diganti, dari Legion Freies Indien menjadi Indische Freiwilligen Legion der Waffen-SS, seperti pula halnya dengan komandannya, dari Oberstleutnant Kurt Krappe ke SS-Oberführer Heinz Bertling. Ternyata para prajurit India ini sudah kadung mencintai komandan lama mereka sehingga menolak keras pergantian ke Bertling. Tidak ingin menambah masalah yang tidak perlu, Himmler mengalihkan kembali komando ke tangan Krappe pada bulan Desember 1944. Tercatat ada beberapa orang sukarelawan India yang juga kemudian menjadi perwira di Waffen-SS, diantaranya adalah Waffen-Untersturmführer der SS Jaswant Naik (kelahiran 1 Juni 1913), Waffen-Untersturmführer der SS Adolf Abdullah (kelahiran 1 Oktober 1921), dan Waffen-Untersturmführer der SS Broja Lal Mukerji (kelahiran 23 Juni 1912)


 Sekelompok anggota Grup Polisi Khusus dari Indische Freiwilligen Legion der Waffen-SS yang sedang berfoto bersama di akhir masa pelatihan mereka. Mereka mendapat pelatihan dari personil SD (Sicherheitsdienst) dan Gestapo, meskipun pada awalnya tidak diizinkan untuk mengenakan seragam SD (dengan alasan bahwa dikhawatirkan orang-orang India ini akan menyalahgunakan wewenang polisi Jerman yang diamanatkan pada mereka). Karenanya kita lihat bahwa mereka masih mengenakan seragam lama, yaitu tropenuniform Heer (Angkatan Darat). Peraturan ini kemudian direvisi, dan akhirnya mereka diperbolehkan untuk mengenakannya. Contoh paling nyata dari hal ini adalah foto Gora Chand Dey dengan seragam SD, dan juga penampakan L.C. Chopra yang sedang memakai kaos latihan SS


 Para anggota Grup Pelatihan Intelijen dan Keamanan Khusus dari Legion Freies Indien (Legiun India Merdeka) berfoto bersama dengan intsruktur mereka. Yang berdiri paling kanan adalah petugas Ordnungspolizei asli Jerman; duduk paling kiri adalah L.C. Chopra, sementara yang duduk memakai seragam sipil ketiga dari kanan adalah anggota Gestapo (Geheime Staatspolizei) atau Kripo (Kriminalpolizei). Perhatikan pula bahwa orang India yang berdiri kedua dari kiri mengenakan Schützenschnur (marksmanship lanyard) - alias tambang ketepatan menembak - yang melingkar di pundaknya


Gora Chand Dey adalah salah satu anggota Legion Freies Indien (Legiun India Merdeka) bentukan Jerman yang pernah mendapatkan pelatihan kepolisian oleh para personil Gestapo dan SD (Sicherheitsdienst). Dalam foto diatas, pemuda asal Kalkutta ini mengenakan seragam SD-Oberscharführer yang setingkat dengan bintara. Perhatikan kerah di sebelah kiri yang polos hitam khas SS-Sicherheitsdienst (Dinas Keamanan SS) alias SD


 Foto studio dari SS-Obersturmführer Rolf Schackert (Chef Stabskompanie / Indische Freiwilligen Legion der Waffen-SS), yang mengenakan seragam SS barunya sebagai pengganti seragam Heer lama. Perhatikan penggunaan kerah hitam polos di sebelah kiri, yang sengaja dikosongkan sambil menunggu kedatangan kragenspiegel "Kepala Harimau" yang merupakan insignia resmi dari Resimen SS beranggotakan sukarelawan asal India tersebut. Di lengan Schackert kita juga bisa melihat perisai "Freies Indien" (India Merdeka), yang telah digunakan oleh anggota Legiun India dari sejak masa tugas mereka di Heer. Seperti semua anggota Waffen-SS yang merupakan non-Reichsdeutsche (keturunan Jerman yang berada di dalam batas kekuasaan Reich) lainnya, orang-orang Indian anggota Freiwilligen Legion der Waffen-SS dilarang untuk mengenakan simbol "kilat ganda" khas SS di kerah mereka. Sebagai penggantinya, mereka diperbolehkan untuk memajang simbol unit di kerah dan lengan. Foto ini sendiri merupakan koleksi pribadi Christopher Ailsby, pengarang buku "Waffen-SS: Hitler's Elite in Photographs"


Penampakan super langka dari sukarelawan India yang tergabung dalam Indische Freiwilligen Legion der Waffen-SS, yang memakai seragam SS dengan panji "Freies Indien" di bagian lengan. Sang prajurit tak bersenjata terlihat berjalan dengan gagahnya melintasi jalanan desa Eriskirch di tepian utara Bodensee (Danau Constance), Baden-Württemberg, Jerman, bulan April 1945. Perhatikan insignia kepala macan di bagian kerahnya!


 Dua buah foto yang memperlihatkan para sukarelawan India - yang berasal dari Indische Freiwilligen Legion der Waffen-SS - yang ditangkap oleh pasukan Prancis dari 5e Division Blindée (Divisi Lapis Baja ke-5) di sekitar wilayah Wangen/Bregenz (barat daya Jerman), di akhir bulan April 1945. Setelah kejatuhan pemerintahan Nazi Jerman tinggal menghitung hari, mereka berusaha melarikan diri ke perbatasan dengan negara Swiss, tapi kemudian keburu tertangkap di tengah jalan. Perhatikan bahwa pihak Prancis dengan sengaja menempatkan orang-orang Sikh dengan turban khas mereka di deretan paling depan, untuk menunjukkan identitas India mereka yang paling mudah dikenali!


Miniatur seorang prajurit Sikh dari Legion Freies Indien


Sumber : 

Buku "For Free India: Indian Soldiers in Germany and Italy During The Second World War" karya Martin Bamber
Buku "Waffen-SS: Hitler's Elite in Photographs" karya Christopher Ailsby
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman 
Foto koleksi pribadi Alvin Lee Jun Ming
www.accionunoseis.org
www.commons.wikimedia.org

www.ecpad.fr
www.en.wikipedia.org
www.forum.axishistory.com
www.freeindianlegion.info

www.oocities.org
www.reibert.info
www.wehrmacht-awards.com

4 comments:

Dr K Prabhakar Rao said...

Very good information about the Indian legion in Germany during WW II. Unfortunately they did not succeed due to defeat of Axis powers.Secondly Hitlers attack on USSR turned the tables for Netaji and he had to go to Japan where. He succeeded in organising INA that invaded eastern India with Jap troops almost at the end of WW II. they captured. Some portions of Eastern Indian States. Dropping of Atom bomb by U.S. On Japan. Resulted in surrender of Jap army and also INA. Luck did not favour Netaji and he reportedly died in an air crash. The legion in Germany is not known to many Indians and the information given is very valuable to researchers and history buffs.

Dr K Prabhakar Rao said...

Netaji made it very clear to Hitler and got assurance that the legion will not be used against any allies during WW II and it would be used against the British for liberation of India. The troops were already trained troops and had to be retrained for Germa commands. And they did it well. They wore Wehrmacht uniforms and later were common added by SS officers.Sadly Indian govt has neglected the INA and legion soldiers and did not recognise their contribution. As it is they dubbed Bose as a Nazi and tried to erase his memory as much as possible. History books rarely refer to him in one line while MK Gandhi is glorified.Id is a fact that Gandhi never got Nobel prize. Although Govt neglects Netaji, people of India consider him as the greatest freedom fighter even Gretaer that MKG who took up arms to drive out the English men.But for atom bomb he would have succeeded. Long live Bose. And his men Even the present govt avoids the issue to grab votes from Gandhi admirers. Bose stands towering high over Gandhi and it is a fact. a nation that gets freedom by arms its people cherish the freedom won and the nation. it is not so in India. there are stocks of traitors in Ondia and admirers of MUsim terrorists who want yo break India. Shame indeed.

Dr K Prabhakar Rao said...

Pp

Dr K Prabhakar Rao said...

Even the present govt at centre has neglected Boise and his memories.Their priorities are different. The present govt should build a colossal statue of Bose in Delhi right on Rajpath so that every year the Republic day parade marches in front of the statue.