Tuesday, July 13, 2010

Foto Sukarelawan Wallonie (Belgia) di Wehrmacht dan Waffen-SS

SS-Obergruppenführer Sepp Dietrich berpidato di Charleroi, Belgia, tanggal 1 April 1944, dalam acara perayaan untuk menghormati sukarelawan Wallonie yang telah memperlihatkan semangat tempur yang mengagumkan dalam Pertempuran Cherkassy. Di sebelahnya adalah SS-Hauptsturmführer Jean Vermeire, Staff Perwira Divisi Wallonie


Para perwira Wehrmacht dan SS berkumpul di depan aula kota di Charleroi, Belgia, dalam acara parade "Kembalinya ke Kampung Halaman" Sturmbrigade Wallonien dari pengepungan Kantong Cherkassy yang digelar pada tanggal 1 April 1944. Di acara ini pula dilakukan upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub untuk perwira Sturmbrigade Wallonien yang paling cemerlang, Léon Degrelle, oleh SS-Obergruppenführer und General der Waffen-SS Josef "Sepp" Dietrich (Kommandierender General I. SS Panzerkorps "Leibstandarte"). Baris depan, dari kiri ke kanan: SS-Oberführer Fritz Witt (Kommandeur 12. SS-Panzer-Division "Hitlerjugend"); Militärverwaltungschef Eggert Reeder (Verwaltungschef für Belgien und Nordfrankreich); dan Generalleutnant Emil Zellner (Oberfeldkommandantur 520 Mons). Baris kedua: perwira Heer yang tidak diketahui namanya; SS-Obersturmbannführer Max Wünsche (Kommandeur SS-Panzer-regiment 12/12.SS-Panzer-Division "Hitlerjugend"); dan SS-Standartenführer Kurt Meyer (Kommandeur SS-Panzergrenadier-Regiment 25/12.SS-Panzer-Division "Hitlerjugend"). Paling belakang adalah seorang perwira Gebirgsjäger (perhatikan Edelweiss di schirmmütze!) yang tidak diketahui namanya. Para dedengkot divisi Hitlerjugend ikut hadir dalam acara ini karena lokasinya berdekatan dengan tempat pelatihan mereka di Beverloo (Belgia)


 Para perwira Wehrmacht dan SS berkumpul di depan aula kota di Charleroi, Belgia, dalam acara parade "Kembalinya ke Kampung Halaman" Sturmbrigade Wallonien dari pengepungan Kantong Cherkassy yang digelar pada tanggal 1 April 1944. Dari kiri ke kanan: SS-Oberführer Fritz Witt (Kommandeur 12. SS-Panzer-Division "Hitlerjugend"); Militärverwaltungschef Eggert Reeder (Verwaltungschef für Belgien und Nordfrankreich); dan Generalleutnant Emil Zellner (Oberfeldkommandantur 520 Mons). Baris belakang: SS-Sturmbannführer Heinrich "Hein" Springer (Divisionsadjutant 12. SS-Panzer-Division "Hitlerjugend"); SS-Obersturmbannführer Max Wünsche (Kommandeur SS-Panzer-regiment 12/12.SS-Panzer-Division "Hitlerjugend"); SS-Standartenführer Kurt Meyer (Kommandeur SS-Panzergrenadier-Regiment 25/12.SS-Panzer-Division "Hitlerjugend"); SS-Sturmbannführer León Degrelle (Kommandeur SS-Freiwilligen-Brigade "Wallonie"); SS-Oberführer Fritz Kraemer (Ia Erster Generalstabsoffizier I. SS-Panzer-Korps "Leibstandarte"); SS-Hauptsturmführer tak dikenal; SS-Hauptsturmführer Hermann "Bibl" Weiser (Adjutant Kommandierender-General I. SS-Panzer-Korps "Leibstandarte" Dietrich); SS-Standartenführer tak dikenal; dan SS-Gruppenführer und Generalleutnant der Polizei Richard Jungclaus (Bevollmächtigter des Reichsführer-SS in Belgien und Nordfrankreich)

 SS-Panzergrenadiers dari 5. SS-Freiwilligen-Sturmbrigade "Wallonien" di antara rongsokan tank T-34/85 dan IS-2 Soviet dari 5th Guard Tank Army. Para Grenadier ini sedang memeriksa kondisi sekitar medan pertempuran demi mencari target baru tak lama setelah baku tembak kecil-kecilan di dekat Riga, Latvia, bulan Agustus 1944


SS Grenadier Henry Lanin di Pomerania tahun 1945


SS-Untersturmführer Pierre Dengis


Para calon prajurit Wallonie. Tipikal hari pertama "kerja" bagi orang-orang ini. Tiba dengan jas sipil necis, potong rambut, mengagumi diri masing-masing saat bercermin dengan seragam baru, mulai latihan baris-berbaris dan sebagainya


prajurit veteran Wallonie dengan penghargaan yang telah diraihnya. Perlu diketahui bahwa sukarelawan Wallonie bukanlah prajurit gunung, tapi mengapakah bapak-bapak di atas memakai topi M43 dengan simbol edelweiss seperti layaknya unit Gebirgsjäger? Ini karena sewaktu mereka masih nyantol di di Heer, mereka dimasukkan ke dalam 97. Jäger-Division di front Kaukasus, dan karenanya "berhak" untuk memakai topi khusus itu, walaupun telah keluar dari unit tersebut


"Hari pertama kerja" di Wildflecken bagi para sukarelawan Waffen-SS setelah sebelumnya bertugas di Heer, akhir musim panas 1943. Mereka adalah para perwira rendahan berpengalaman dengan beberapa di antaranya telah dianugerahi medali. Banyak di antaranya masih memakai sepatu gunung mereka, Gebirgsjäger legging wraps, celana gunung (dengan lipatan!), dan topi Bergmütze kehormatan M43 dengan insignia edelweiss. Perwira di sebelah kiri adalah SS-Sturmbannführer Lucien Lippert, komandan SS Sturmbrigade Wallonie. Foto ini diambil tak lama setelah perpindahan status dari Infanterie Bataillon 373 ke Waffen-SS


 
Orang dengan kemeja hitam adalah anggota Formations de Combat atau milisi Rexist. Foto ini diambil di Pieske saat para anggota sukarelawan Wallonie tiba untuk memulai peralihan unit mereka dari Heer ke Waffen-SS sekaligus pembentukan 5. SS-Sturmbrigade Wallonien. Para anggota Formations de Combat ikut datang untuk bergabung dengan Sturmbrigade, dan mereka disambut dengan hangat oleh para veteran perang di Front Timur. Para veteran ini sendiri telah menerima insignia SS tapi belum dilengkapi dengan kragenspiegel (tanda pangkat di kerah)



Pasukan gunung Wallonie dengan senapan MP40 dan kantung magasin seluruhnya-kulit Schmeisser yang langka. Medali yang dipasang di saku dadanya adalah Croix de Bourgogne (Blood Order), sementara medali kecil berbentuk bujur sangkar persis di atasnya adalah Rex "Badge of Honor" yang diberikan kepada anggota Partai Rexis yang dipenjarakan oleh pemerintah Belgia selama berlangsungnya invasi Jerman tahun 1940 (seluruhnya hanya berjumlah 300 buah!). Perhatikan bahwa dia tidak memakai tanda pangkat (Kragenspiegel) di kerahnya. Kemungkinan besar foto ini diambil pada saat sukarelawan Wallonie baru saja ditransfer dari Heer ke Waffen-SS, dan mereka tidak diperkenankan memakai Kragenspiegel sebelum diambil sumpahnya!


Sukarelawan Wallonie


Léon Degrelle dalam acara penyematan medali di Charleroi bagi para sukarelawan Wallonie yang selamat dari pengepungan Cherkassy


Poster perekrutan mantan anggota Legiun Wallonie untuk bergabung dengan Waffen-SS. Meskipun nampak gambar panzer Tiger dalam poster ini, tapi kebanyakan sukarelawan Wallonie bertempur sebagai pasukan pejalan kaki alias infanteri!


Mencoba sepiring sup panas. Di sebelah kiri adalah Hubert van Eyser yang nantinya akan terbunuh di Cherkassy sebagai pimpinan peleton dari Kompi ke-1


A la soupe... Latihan perang para sukarelawan Wallonie di Batalion Infanteri ke-373 Angkatan Darat Jerman


Leutnant Jules Mathieu, musim panas 1942. Mathieu merupakan pejabat tinggi partai Rexis Belgia di masa pra-perang, dan dia memulai masa baktinya di Legiun Wallonie sebagai pimpinan peleton di Kompi Pertama (yang mempunyai anggota-anggota tangguh semacam Léon Degrelle). Ketika perang berakhir, Mathieu sudah berpangkat SS-Sturmbannführer dan menjadi komandan Resimen ke-69


Perwira rendah Wallonie bersama dengan peletonnya selama berlangsungnya latihan perang di pertengahan tahun 1942


Sebuah kartu pos yang memperlihatkan para perwira Wallonie sedang memberikan instruksi dalam latihan anti-tank, musim semi-panas 1942. Terlihat komandan legiun Wallonie, Lucien Lippert (dua dari kiri), dan disebelahnya yang berseragam putih adalah Pierre Dengis. Dengis nantinya akan menjadi komandan Assault Gun Company dari 5th SS Wallonien Assault Brigade


SS-Sturmbannführer Léon Degrelle (Kommandeur 5. SS-Freiwilligen-Sturmbrigade Wallonien) berfoto bersama dengan para perwiranya di Restaurant de I’Horloge, Brussels (Belgia), pada tanggal 11 April 1944. Sebagai identifikasinya, dari kiri ke kanan: 1.SS-Untersturmführer Alfred Devaux (13 November 1922 - ?), 2.SS-Untersturmführer Albert Steiver (26 September 1917 - 1990), 3.SS-Untersturmführer Georg von Schafroff (17 November 1903 - ?), 4.SS-Obersturmführer Henri Derriks (31 Juli 1904 - 6 November 1972), 5.SS-Untersturmführer Valére-Jahn Roemaet (20 Oktober 1897 - ?), 6.SS-Untersturmführer Jacques Wautelet (5 Januari 1922 - 1996), 7.SS-Untersturmführer Jean-Marie Lantiez (25 Agustus 1920 - ?), 8.SS-Untersturmführer Albert Nortier (11 November 1918 - 1982), 9.SS-Obersturmführer Marcel Lamproye (31 Mei 1914 - akhir 1990-an), 10.SS-Untersturmführer Albert Sapin (24 November 1916 - 1986), 11.SS-Untersturmführer Adrien Godsdeel (23 Desember 1898 - awal 1980-an), 12.SS-Untersturmführer Charles Monfils (4 Mei 1920 - ?), 13.SS-Untersturmführer François Chomé (15 November 1913 - ?), 14.SS-Obersturmführer Josy Graff (2 Desember 1917 - ?), 15.SS-Sturmbannführer Léon Degrelle (15 Juni 1906 - 31 Maret 1994), 16.SS-Obersturmführer Henri Thyssen (15 Juli 1920 - 20 April 1945), 17.SS-Obersturmführer Camille Bosquion (13 Agustus 1905 - 3 Juni 1944), 18.SS-Hauptsturmführer Jules Mathieu (23 September 1909 - ?), 19.SS-Untersturmführer Raymond Camby (7 Januari 1922 - ?), 20.SS-Untersturmführer Nicolas Kamsky (14 Desember 1898 - ?), 21.SS-Untersturmführer Charles Schumacher (? - ?), 22.SS-Untersturmführer Edouard Serlet (? - ?), 23.SS-Untersturmführer Roger Wastiau (31 Oktober 1921 - 1985), 24.SS-Untersturmführer Gustave Paquot (14 Januari 1925 - 3 Mei 2011), 25.SS-Untersturmführer Marcel Thomas (? - ?), 26.SS-Untersturmführer Fernand Foulon (18 Maret 1916 - ?), 27.SS-Obersturmführer Albert Wehinger (21 Juli 1914 - ?), 28.SS-Untersturmführer Roger De Goy (22 Oktober 1919 - 27 Juni 1979), 29.SS-Untersturmführer Guy Warnier (26 November 1920 - ?), 30.SS-Hauptsturmführer Adolphe Renier (18 Juli 1915 - 30 Mei 1998), 31.SS-Obersturmführer Marcel Bonniver (20 Januari 1905 - 26 Desember 1983), 32.SS-Untersturmführer Jules Sandron (16 Oktober 1915 - ?), 33.SS-Obersturmführer Robert Denie (24 Agustus 1908 - ?), 34.SS-Obersturmführer Albert Lassois (2 Februari 1905 - ?), 35.SS-Obersturmführer Georges Ruelle (23 April 1910 - 1981), 36.SS-Untersturmführer Georges Van Eesbeeck (? - ?), dan 37.SS-Untersturmführer Rudolphe Bal (30 April 1911 - Januari 1945)


Leutnant Louis Calonne (kiri) dan Kadet H. van Eyser sedang mengarahkan latihan perang di lapangan


 Para anggota dari 28. SS-Freiwilligen-Grenadier-Division "Wallonien" menyempatkan diri untuk berpose di depan kamera saat berlangsungnya pertempuran berat di Pomerania bulan Februari-Maret 1945. Dari kiri ke kanan: SS-Untersturmführer Georges Suain (Chef 4.Kompanie / SS-Freiwilligen-Grenadier-Regiment 70 [wallonische nr.2]), SS-Untersturmführer Léon Gillis (Chef Panzerjäger-Kompanie / SS-Freiwilligen-Panzerjäger-Abteilung 28), SS-Untersturmführer Désiré Lecocq (Chef 7.Kompanie / SS-Freiwilligen-Grenadier-Regiment 69 [wallonische nr.1]. KIA 6 Maret 1945), SS-Oberscharführer Van Isschott, dan SS-Sturmmann Collard

--------------------------------------------------------------------------

PERAIH RITTERKREUZ

 SS-Untersturmführer Léon Gillis (11 Februari 1913 - 24 Maret 1977) dari 28. SS-Freiwilligen-Grenadier-Division "Wallonien" mengawasi wilayah sekitarnya dari keberadaan musuh di Pomerania, musim semi tahun 1945. Dia mempersenjatai diri dengan sebuah senapan serbu StG 44. Gillis merupakan salah satu dari hanya tiga orang sukarelawan asal Wallonie yang dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (dua lainnya adalah León Degrelle dan Jacques Leroy). Gillis meraihnya pada tanggal 30 September 1944 sebagai Zugführer Panzerjäger di 5. SS-Freiwilligen-Sturmbrigade "Wallonien", setelah berhasil menghancurkan antara 14 s/d 19 tank T-34 Rusia dengan senjatanya dalam sebuah pertempuran yang berlangsung di bulan Agustus 1944 di Tartu, timur Estonia. Pada saat itu peletonnya harus menghadapi serangan pasukan tank Soviet berkekuatan besar yang berusaha menghancurkan pasukan Jerman yang masih bercokol di Estonia. Satu-satunya yang menjadi penghalang gerak maju mereka adalah tiga buah senjata anti-tank dari Divisi Wallonien. Gillis memposisikan senjatanya langsung ke arah jalan tempat datangnya musuh dan berhasil memukul mundur serangan demi serangan yang bergantian datang. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung sepanjang hari, ketiga senjata anti-tank andalan pihak yang bertahan akhirnya dibungkam musuh dan sebagian besar awaknya terluka. Seantero front kini bergantung pada tindakan Gillis selanjutnya. Dia memilih untuk menyerang. Serangan yang hanya bermodalkan granat tangan tersebut berhasil menghancurkan tiga tank tambahan sehingga membuat sisa pasukan musuh mundur. Sampai dengan berakhirnya pertempuran, pasukan Soviet yang berkekuatan jauh lebih besar tetap tak mampu untuk menghalau sang komandan peleton yang gigih luar biasa tersebut dari posisi pertahanannya!


Sumber :
Buku "Encyclopédie de l'Ordre Nouveau Wallonie" karya Grégory Bouysse
Foto koleksi pribadi Remy Spezzano
www.5sswiking.tumblr.com
www.facebook.com
www.flickr.com
www.gutenberg-e.org
www.home.arcor.de
www.wehrmacht-awards.com

No comments: