Tuesday, December 16, 2014

Situasi Politik Jerman Menjelang Meletusnya Perang Dunia II




Oleh : Fachrizal

Sebelum Ribbentrop tiba di Moscow untuk menandatangani Pakta Nazi-Soviet, Inggris telah bereaksi terhadap berita tentang perjanjian itu yang telah bocor.

Pakta itu tidak mengubah apapun sejauh pemerintahan Inggris masih peduli dan hal itu diberitahukan pada Adolf Hitler. Perdana Menteri Neville Chamberlain mengirimi Führer sebuah surat pribadi yang memperingatkan dia bahwa jika Nazi menyerbu Polandia, Inggris akan “mengerahkan dengan segera semua kekuatan angkatan bersenjata di bawah perintah mereka, dan adalah mustahil untuk meramalkan akhir permusuhan saat sekali ditautkan…”

Surat itu dikirimkan pada Hitler di Berchtesgaden tanggal 23 Agustus oleh duta besar Inggris Nevile Henderson dan membuat Hitler menjadi naik darah seperti biasanya. Pada titik ini, Hitler telah meyakinkan para jenderalnya bahwa Inggris dan Perancis tidak akan berperang atas Polandia. “Orang-orang yang kuketahui di Munich adalah bukan orang yang akan memulai perang dunia baru,” Hitler membual dalam konferensi militer di Berchtesgaden.

Selama tahun 1939, Hitler semakin banyak menghabiskan waktunya di puncak gunung Berchtesgaden tempatnya menyepi mencoba untuk memikirkannya dengan hati-hati. Sejauh ini dalam karirnya, dia adalah master catur dalam panggung Eropa, merendahkan dan menipu semua lawannya, selalu selangkah atau dua langkah lebih maju dari lainnya.

Tetapi sekarang permainan telah berubah. Bukan lagi merupakan gertakan atau keberanian. Hal itu telah berubah menjadi ancaman perang yang nyata, yang menyangkut nasib jutaan manusia. Hitler mengancam berperang. Polandia mengancam berperang. Inggris dan Perancis mengancam berperang.

Bahkan Amerika juga terlibat. Presiden Franklin Roosevelt menerjang ke arah kekacauan itu dengan mengirim pertanyaan pada Hitler melalui telegram: “Apakah kamu akan memberi jaminan bahwa pasukanmu tidak akan menyerang atau menginvasi wilayah negara-negara merdeka berikut ini?” Roosevelt memberikan daftar 31 negara termasuk Polandia, negara-negara Baltik, Denmark, Belanda, Belgia, Perancis, dan Inggris.

Hitler memberikan jawaban dalam pidatonya kepada Reichstag dan menjamin ‘Herr Roosevelt’ bahwa Jerman hanya bermaksud damai dengan tetangganya. Jerman, kata Hitler, “tidak punya pemikiran untuk bertentangan dengan Polandia.”

Masalahnya adalah tak seorangpun di luar Jerman yang percaya lagi padanya. Hitler telah sering berbohong. Dan Hitler telah membuat kesalahan fatal dengan merendahkan dan mempermalukan pemimpin kerajaan Inggris, yang tidak akan pernah memaafkan dia untuk perbuatannya melanggar Perjanjian Munich. Inggris akan bertempur, mereka mengingatkan Hitler dan itu berarti perang dunia baru.

Tetapi walaupun telah diperingatkan berkali-kali, Hitler masih yakin bahwa Inggris akan mundur pada saat terakhir.

Masalah besar bagi Hitler pada titik ini dalam karirnya adalah bahwa egonya yang membengkak menutupi laksana kabut kecemerlangannya dalam politik internasional. Führer –si dewa Jerman, secara perlahan-lahan menyerah pada kepercayaan bahwa dia sempurna, jika dia mengatakan sesuatu hal adalah benar, maka hal itu harus benar. Dia menderita semacam gila kemuliaan dan itu menutupi pertimbangannya, membutakan dia pada kenyataan.

Bagaimanapun, tidak ada seorangpun yang tinggal di Jerman ingin mengatakan padanya bahwa dia salah, tidak ada yang ingin menanyakan apa yang dia katakan, tak peduli betapa anehnya hal itu.

Ketika Hitler mengumpulkan jenderal-jenderal tingginya pada tiga konferensi sebelum perang di tahun 1939, mereka mendengarkan dalam kebisuan dikte Führer, yang akan memberikan bencana terbesar dalam sejarah kemanusiaan.

Pada tanggal 23 Mei, 1939, Führer mengundang empat belas pejabat militer senior di Berlin termasuk Hermann Göring, Admiral Raeder, Jenderal Brauchitsch, Halder dan Keitel, dan menjelaskan pada mereka bahwa Jerman memerlukan perang karena ekonomi Reich berada dalam keadaan yang mengerikan. Dan memperbaiki ekonomi Jerman akan “mustahil tanpa menyerang negara lain atau menyerang hak milik orang lain.”

Bagi Nazi Jerman, pengadaan Lebensraum sekarang telah menjadi tuntutan ekonomi. Hal ini berhubungan dengan program pengadaan persenjataan besar-besaran oleh Hitler yang membanjiri sampai 23 persen produk nasional tahunan kotor Jerman. Hitler telah memerintahkan industri di Jerman untuk mengesampingkan semuanya dan mempersenjatai kembali negeri secepat mungkin. Sebagai hasilnya, tingkat tenaga kerja teknik di Reich mencapai 125 persen, yang berarti terjadi kekurangan tenaga kerja yang besar pada banyak pekerjaan yang tidak terisi, terutama dalam bidang pertanian. Hal ini terjadi walaupun keseluruhan populasi dari Reich yang besar mencapai 80 juta dengan tambahan penduduk Austria dan Czechoslovakia.

Ekonomi Nazi yang hanya condong pada satu sisi menuntun ke arah kehancuran kecuali jika segera dilakukan realokasi tenaga kerja dan bahan baku, atau, jika ada tambahan orang dan bahan yang didapat dari luar Reich. Hal inilah yang dipilih Hitler dan diberitahukan pada jenderal-jenderalnya pada tanggal 23 Mei.

Satu bulan kemudian, tanggal 23 Juni, Göring mengadakan rapat Dewan pertahanan Reich untuk mengkoordinir mobilisasi total sumber daya dan tenaga kerja Jerman untuk perang yang akan datang. Hitler tidak hadir, tetapi 35 pejabat sipil dan militer hadir termasuk Keitel, Raeder, Halder dan pemimpin SS Heinrich Himmler. Hitler, seperti telah diumumkan, memutuskan untuk mengerahkan tujuh juta orang untuk melayani angkatan bersenjata. Kekurangan tenaga kerja ditutup oleh pekerja paksa, memanfaatkan tawanan perang, bersama dengan tahanan dari kamp konsentrasi dan pejara-penjara. Pemimpin SS Himmler menyatakan bahwa “akan dibuat kamp-kamp konsentrasi dalam masa perang untuk penggunaan lebih besar.” Göring mengatakan bahwa “ratusan ribu ” pekerja Czech akan dibawa ke Jerman sebagai pekerja paksa di pertanian. Ini menandai permulaan dari program kerja paksa Nazi, dirancang untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja murah Reich yang tidak dipenuhi.

Pada akhir Agustus, jalan menuju penaklukan sudah disiapkan untuk Hitler melalui Pakta Non-Agresi dengan Stalin, memastikan bahwa Jerman tidak akan bertempur dalam dua front. Sementara Ribbentrop sedang berada di Moscow untuk menandatangani Pakta, dan tinta di kertas bahkan belum kering, Hitler mengumpulkan jenderal-jenderalnya di Berchtesgaden untuk rapat pra-perang terakhir guna memberi mereka lampu hijau untuk penyerangan ke Polandia.

Sekarang saatnya, Hitler mengumumkan “keputusan yang tak dapat diubah” untuk perang.

“Situasi ekonomi kita sudah sedemikian rupa, sehingga kita tidak akan dapat bertahan lebih dari beberapa tahun. Göring dapat menegaskan hal ini. Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus bertindak,” kata Hitler. Sejauh ini, semua wilayah yang didapat Jerman adalah hasil dari “gertakan politik ” tetapi sekarang diperlukan untuk menggunakan mesin militer Jerman.”

“Aku akan memberi suatu alasan propagandis untuk memulai perang. Tidak peduli apakah itu masuk akal atau tidak. Pemenang tidak akan ditanyai setelahnya apakah dia mengatakan kebenaran atau tidak. Dalam memulai dan berperang tidak penting hal lainnya kecuali kemenangan.”

Dan bagaimana pasukannya bertindak dalam perang yang akan datang?

“Tutup hatimu untuk belas kasihan!” perintah Führer. “Bertindaklah dengan brutal! Delapan puluh juta orang harus mendapatkan hak mereka…Orang yang lebih kuat adalah yang benar…Jadilah kejam dan kasar! Berkeras hatilah terhadap semua tanda-tanda rasa kasihan!”

‘Alasan Propagandis’ Hitler untuk memulai perang telah dirancang oleh Himmler dan Heydrich atas permintaan Führer. Rencana itu begitu penting sehingga diberi kode nama Operasi Himmler dan meliputi serangan palsu SS yang seolah dilakukan angkatan bersenjata Polandia terhadap pasukan Jerman sepanjang perbatasan Jerman-Polandia. Di stasiun radio Gleiwitz, seorang Jerman yang berbicara dalam bahasa Polandia bekerja dengan SS akan merebut mikropon dan menyiarkan pidato yang berapi-api dalam bahasa Polandia yang menyatakan bahwa waktunya tiba bagi rakyat Polandia untuk bertempur melawan Jerman. Tahanan dari kamp konsentrasi yang diberi pakaian seragam angkatan bersenjata Polandia akan dibunuh dengan suntikan mematikan kemudian dilubangi dengan peluru dan ditinggalkan sebagai bukti penyerangan, yang kemudian akan disaksikan oleh pers.

Persiapan untuk Operasi Himmler berlangsung penuh, dengan penyerangan ke Polandia direncanakan Hitler untuk mulai pada jam 4:30 pagi. Pada hari Sabtu, 26 Agustus. Sebagai pembukaan serangan, mesin propaganda Goebbels berputar dengan cepat menyebarkan cerita tentang kekejaman yang dilakukan oleh orang Polandia terhadap sepuluh ribu etnis Jerman yang tinggal di Polandia.

Untuk beberapa bulan, jurnalis Nazi juga mencoba untuk mempersiapkan rakyat Jerman untuk perang yang tak terelakkan di Eropa. Mereka secara personal diinstruksikan oleh Hitler untuk membangun antusiasme untuk perang dan untuk melawan pesimisme warga sipil. Tetapi propaganda itu hanya mendapat sukses terbatas. Kebanyakan orang Jerman masih tidak ingin perang.

Menariknya, menjelang pertempuran, Jumat, 26 Agustus, Hitler kehilangan keberaniannya dan menunda seluruh serangan. Terdapat dua perkembangan diplomatik besar yang menggoncangkan kepercayaan Führer. Pertama, Hitler menjadi sadar bahwa Inggris dan Polandia telah menandatangani perjanjian tolong-menolong terhadap serangan Jerman. Kedua, Mussolini memberitahu Führer bahwa Italia tidak dipersiapkan untuk perang dan tidak akan bergabung dalam pertempuran, meskipun Pakta Baja militer telah ditandatangani dengan Jerman.

Sekitar pukul 6:30 malam hari itu, Hitler memanggil Jenderal Keitel ke istana kanselir Reich dan berkata kepadanya: “Hentikan semuanya dengan segera…Aku membutuhkan waktu untuk negoisasi.”

Di atas semua itu, Hitler ingin mencegah campur tangan militer Inggris, bahkan pada saat-saat terakhir. Nazi sekarang mencoba suatu saluran diplomatik pintu belakang, memanfaatkan teman Swedia Göring bernama Birger Dahlerus sebagai penengah informal. Göring mengirimnya ke London untuk mengatakan pada Sekertaris Menteri luar negeri Halifax bahwa Nazi berharap untuk mencapai semacam “pengertian” dengan Inggris. Halifax mengirimkan dia kembali ke Berlin dengan surat yang menyatakan bahwa Inggris masih mengharapkan semacam penyelesaian damai.

Göring berpikir bahwa surat dari Halifax cukup penting untuk disampaikan kepada Hitler secepatnya. Ditemani oleh Dahlerus, Göring tiba di istana kanselir di Berlin sekitar tengah malam pada hari Sabtu, 26 Agustus. Hitler, yang secara normal adalah manusia malam, telah siap pergi ke tempat tidur dan dibangunkan atas permintaan Göring.

Anehnya, Hitler tidak memperhatikan surat itu malah menanyai Dahlerus panjang lebar tentang sifat alami orang Inggris. Hitler, seperti banyak pemimpin tinggi Nazi, mengagumi dan membenci Inggris, tetapi tidak pernah dapat memahami mereka.

Dahlerus, yang tinggal dan bekerja di Inggris, membantu Führer dan bercerita tentang orang Inggris. Tetapi Hitler mulai bertindak aneh. Berdasarkan sebuah catatan yang kemudian di buat oleh Dahlerus, Führer “tiba-tiba berdiri, dan menjadi sangat gelisah, mondar-mandir…tiba-tiba dia berhenti di tengah ruangan dan berdiri di sana mematung. Suaranya tidak jelas, dan tingkah lakunya adalah sepenuhnya orang yang tidak normal. Dia berbicara dengan ungkapan: ‘Jika harus terjadi peperangan, maka aku akan membangun kapal U, kapal U, Kapal U, kapal U, kapal U’…kemudian dia menarik dirinya, meningkatkan suaranya seperti ditujukan pada pendengar yang banyak dan memekik: ‘Aku akan membangun pesawat terbang, membangun pesawat terbang, pesawat terbang, pesawat terbang, dan aku akan membasmi musuh-musuhku!’ “

Tanpa sepengetahuan Dahlerus, Führer punya alasan tepat untuk merasa begitu tidak tenang. Beberapa jam sebelumnya, dia dengan tiba-tiba mengubah pikirannya tentang penyerangan terhadap Polandia dan menelepon Panglima tinggi angkatan bersenjata, memerintahkan mempersiapkan semuanya untuk tanggal penyerangan baru, 1 September.

Dalam beberapa hari berikutnya, Dahlerus melakukan beberapa kali perjalanan antara Berlin dan London membawa proposal dan jawaban proposal pulang pergi, yang semuanya tidak menghasilkan apa-apa. Nazi terutama menginginkan utuk mengambil alih Danzig dan Koridor Polandia, sedangkan Inggris menolak melakukan aapun yang tampaknya terlihat seperti Perjanjian Munich.

Hitler dan Ribbentrop juga menemui duta besar Henderson beberapa kali dan dengan sukses menggunakan dia untuk memaksa Polandia ke dalam semacam negoisasi menit-menit terakhir untuk perdamaian. Untuk tujuan propaganda, Nazi ingin menunjukkan pada dunia bahwa mereka ingin mendiskusikan penyelesaian damai dengan Polandia. Dalam kenyataannya, mereka dengan bebas membuat berbagai rintangan untuk mencegah perundingan yang berarti terjadi dan kemudian berkata bahwa Polandia enggan bekerja sama.

Di sepanjang perbatasan Jerman-Polandia, persiapan militer secara penuh sedang berlangsung untuk melancarkan serangan. Pada pukul 12:30 siang, hari Kamis, 31 Agustus, Panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Jerman, Adolf Hitler, mengeluarkan Directive No. 1 untuk melakukan peperangan. Tujuan Hitler adalah menghancurkan Polandia dengan cepat melalui serangan kilat menyeluruh dan kemudian memutar pasukannya ke barat dan berhadapan dengan Inggris dan Perancis jika mereka menyerang Jerman dari barat. Dia masih tidak yakin apakah mereka benar-benar menghormati komitmen mereka pada Polandia.

Saat senja hari Kamis, satu juta limaratus tentara Jerman bergerak dalam posisi akhir untuk menyerang Polandia. Operasi Himmler mulai berjalan pada pukul 8 malam saat anggota SS berpakaian seragam angkatan bersenjata Polandia membuat serangkaian serangan palsu di perbatasan, termasuk di Gleiwitz tempat mereka mengambil alih mikropon radio dan berteriak dalam bahasa Polandia, “Rakyat Polandia, waktunya sudah tiba untuk perang antara Polandia dan Jerman!” Hitler sekarang mempunyai alasan untuk memulai perang.

Saat fajar hari Jumat pagi, 1 September, pasukan Jerman bergerak melintasi perbatasan menuju Polandia dan menghancurkan segala sesuatu yang ada di hadapan mereka. Angkatan bersenjata Polandia yang ketinggalan zaman melakukan perlawanan dengan berani tetapi dihancurkan tanpa belas kasihan oleh mesin militer Jerman yang luar biasa.

Pukul 10 pagi itu Hitler muncul di hadapan Reichstag di Berlin dan mengumumkan: “Malam ini untuk pertama kalinya tentara reguler Polandia melakukan tembakan di wilayah kita. Sejak pukul 5:45 pagi. Kita telah membalas tembakan itu, dan sejak sekarang bom akan dijawab dengan bom.”

Perang untuk Lebensraum yang selalu diinginkan Hitler akhirnya dimulai. Lima tahun, delapan bulan dan enam hari pertumpahan darah dan penghancuran terpampang didepan mata yang akan menyebabkan sekitar 40 juta orang terbunuh dan banyak peninggalan kebudayaan Jerman dan Eropa hancur. Rakyat Jerman telah menyerahkan kehendaknya pada satu orang dan dia akan menjerumuskan mereka ke dalam perang dunia baru untuk memenuhi ambisi gilanya.


Sumber :



No comments: