Hans-Ulrich Rudel setelah menerima Schwerter (Swords) pada Ritterkreuznya
Hans-Ulrich Rudel. Selalu tersenyum dalam setiap fotonya, hal yang luar biasa mengingat betapa dekatnya dia dengan maut!
Oleh : Alif Rafik Khan
Meskipun sasaran utamanya adalah tank musuh, Hans-Ulrich Rudel bukanlah tipikal "jagoan panzer" seperti halnya Michael Wittmann atau Otto Carius. Meskipun dia adalah seorang pilot, Hans-Ulrich Rudel bukanlah tipikal "jagoan udara" seperti halnya Erich Hartmann atau Hans-Joachim Marseille. Anehnya, dengan predikat 'abal-abal' seperti tersebut, Rudel berhasil keluar sebagai juara dalam hal jago paling jago (ace of aces), prestasi yang membuat dia dianugerahi penghargaan tertinggi yang bisa diberikan Hitler kepada prajuritnya yang paling gagah berani, tak lain tak bukan adalah Goldenem Eichenlaub (Golden Oakleaves, Daun Oak Emas) yang super prestisius, yang tercatat hanya diberikan kepada Rudel seorang! Malahan saya secara pribadi berpendapat, manusia edan satu ini adalah pembunuh single-handed paling mumpuni atau paling banyak dalam sejarah, demi melihat rekor berperangnya yang amit-amit!
Baiklah, cukup sudah promosi untuk orang ini, mari kita berlanjut ke biografinya. Sebelumnya saya ingatkan, bahwa saya tidak akan menyalahka anda apabila anda geleng-geleng kepala demi membaca biografinya yang dahsyat seakan dongeng kepahlawanan, meskipun ini sama sekali bukan seperti itu. Ini adalah kisah nyata yang benar-benar ada, kisah dari manusia luar biasa bernama Hans-Ulrich Rudel!
Dia dilahirkan di Konradswaldau (Silesia), yang saat itu masih menjadi bagian dari Jerman, tapi kini telah berpindah tangan menjadi milik Polandia setelah berakhirnya Perang Dunia II, pada tanggal 2 Juli 1916. Ayahnya yang bernama Johannes adalah pendeta Lutheran lokal, dan Rudelpun dibesarkan dengan berpindah-pindah dari satu paroki ke paroki Silesia lainnya. Rudel tidaklah istimewa dalam mata pelajaran di sekolahnya, walaupun sejak muda dia telah menunjukkan minat yang besar pada olahraga, dan dalam bidang inilah bakat Rudel yang utama. Setelah selesai mendapatkan Abitur (ijazah), dia segera bergabung dengan Luftwaffe (Angkatan Udara) pada bulan Agustus 1936 yang saat itu merupakan satuan Angkatan Bersenjata Jerman yang masih fresh karena baru didirikan setahun sebelumnya! Pangkat pertama Rudel adalah Kadet Perwira. Tak lama segera menyusul pendidikan dasar di Sekolah Peperangan Udara di Wildpark-Werder. Alasan Rudel bergabung di kemiliteran karena dia menyadari bahwa di tempat inilah dia bisa mengembangkan bakat dan minatnya yang besar terhadap olahraga.
Ketika NSDAP (kita lebih mengenalnya sebagai Partai Nazi) naik ke tampuk kekuasaan Jerman seiring kemenangan mereka yang sensasional pada tahun 1933, Rudel ikut pula terindoktrinasi pada ideologi yang dibawa Hitler tersebut, keyakinan yang terus dibawanya sepanjang akhir hayatnya! Pada bulan Juni 1938 Rudel bergabung dengan unit Stuka Jerman (1./Stukageschwader 168) di Graz sebagai kadet perwira senior. Pada awalnya, Rudel terlihat mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap teknik-teknik baru yang dipelajarinya. Sementara rekan-rekan seangkatannya telah terlatih penuh, Rudel masih ngos-ngosan mengejar ketertinggalannya, dengan akibat dipindahkannya Rudel ke bagian yang lebih mudah, yaitu pelatihan pilot reconnaisance (pengamatan, mata-mata) di Sekolah Terbang Reconnaisance di Hildesheim [ada 1 Januari 1939. . Rudel dianggap tidak memenuhi syarat sebagai pilot tempur!
Tapi ada hikmahnya juga. Pangkat Rudel naik satu strip menjadi Leutnant pada hari itu, dan setelah menyelesaikan pelatihannya, dia ditempatkan di Fernaufklärungsgruppe 121 (Skuadron Reconnaisance Jarak Jauh) di Prenzlau.
Sama seperti pemimpin yang amat dicintainya, Hitler, Rudel juga adalah seorang teetotaler (tidak minum minuman beralkohol) dan juga tidak merokok. Begitu tidak biasanya gaya hidupnya, sehingga teman-temannya memberi julukan, Hans-Ulrich Rudel, er trinkt nur sprudel (Hans-Ulrich Rudel, dia hanya meminum air yang berkilauan)!
Perang Dunia II kemudian pecah, dan dalam penyerbuan Jerman ke Polandia tahun 1939, Rudel terbang dalam misi reconnaisance dari pangkalannya di Breslau. Disini dia dianugerahi medali Salib Baja kelas kedua (Iron Cross 2nd class) pada 11 Oktober 1939. Merasa bahwa disini bukanlah habitatnya, Rudel mengajukan permohonan agar ditransfer ke satuan pengebom tukik Jerman (Stuka). Hanya setelah beberapa kali pengajuan, bar ulah keinginan Rudel dipenuhi, dan dia segera pindah ke Resimen Pelatihan Udara di Crailsheim, untuk kemudian pada Mei 1940
ditempatkan pada unit yang dulu menolaknya, 1./StG 3, yang berkedudukan di Caen. Pada Battle of Britain yang terkenal, Rudel (kini berpangkat Oberleutnant, Letnan Satu) hanya berada di belakang layar karena tugasnya belum mengizinkannya untuk ikut bertempur. Dia masih tetap dianggap sebagai pilot tempur yang buruk, karenanya dia dikembalikan pada unit cadangan di Graz untuk menjalani pelatihan lanjutan, termasuk juga pelatihan dive bombing (terbang tukik) yang diidam-idamkannya. Kini Rudel ditugaskan di 1./StG 2 yang berpangkalan di Molai, tapi tetap reputasi 'busuk'nya yang sudah tersebar tetap tak mengizinkannya untuk iku
t bertempur, dan dalam pertempuran merebut pulau Kreta (1941), Rudel tetaplah berperan sebagai non- combatant role.
Tapi Rudel tak usah menunggu lama. Akhirnya kesempatan untuk 'icip-icip' perang itu datang juga, bersamaan dengan penyerbuan Jerman ke Uni Soviet yang lebih dikenal sebagai Operation Barbarossa (22 Juni 1941). Satu hari kemudian, persis jam 3 subuh, Rudel menjalani peran pertamanya sebagai pilot stuka. Dan hanya dalam 18 jam ke depan, Rudel telah menjalani empat misi perang! Kini Rudel adalah orang yang jauh berbeda dengan Rudel dulu yang lemot. Skillnya telah meningkat dengan drastis, perpaduan dari latihan intensif yang terus menerus dan semangat membara untuk pembuktian diri. Tak lama kemudian, 18 Juli 1941, Rudel menerima Salib Baja kelas pertama.
Mengejutkan, hanya kata itu yang pantas untuk menggambarkan prestasi Rudel pada 23 September 1941, ketika dia berhasil menenggelamkan kapal perang kebanggaan Soviet, Marat, dalam suatu penyerbuan udara terhadap pelabuhan Kronstadt di Leningrad, dimana kapal perang naas tersebut tertambat. Bom seberat 1.000 kg yang dibawanya telah menghantam Marat pada bagiannya yang paling mematikan, tempat penyimpanan amunisi, yang membuat tubuh kapal perang tersebut belah jadi dua! Demi melihat itu, gunnernya yang bernama Scharnovski langsung berteriak histeris lewat interkom, "Kita telah mengenainya! Kamu pasti menghantam depot amunisinya... Dia meledak!"
Pada bulan Desember tahun yang sama, dia telah melakoni misinya yang ke-500, sehingga mendapat anugerah Deutsches Kreuz in Gold yang disematkan langsung oleh jenderal Wolfram Freiherr von Richthofen sendiri (keponakan dari jagoan terbang Perang Dunia pertama, Manfred von Richthofen) pada 30 Desember 1941. Pada bulan Januari tahun 1942 ia menerima medali prestisius Salib Ksatria (Knight's Cross, atau Ritterkreuz). Rudel yang dipindahkan ke tempat yang lebih aman di Graz dengan tugas untuk mela tih pilot-pilot Stuka baru ternyata tidak betah, dan ia meminta agar dikembalikan ke front depan! Catatan Rudel tidak berhenti sampai disini...
Pada 10 Febriari 1943, ia menjadi pilot pertama dalam sejarah yang menjalani misi tempur sebanyak 1.000 kali, dan otomatis dirinya menjadi pahlawan nasional di mata rakyat Jerman. Dalam masa ini pula Rudel mulai menjalani peran barunya di "Panzerjagdkommando Weiss" yang dibentuk di Briansk sebagai "pembunuh tank" dengan pesawat Ju-87 versi D-3 'Stuka' yang telah dimodifikasi menjadi Panzerknacker (Penghancur tank) atau kanonenvogel (burung kanon). Ini sebenarnya hanyalah pemasangan dua Rheinmetall-Borsig 37mm (BK) Flak 18 guns (masing-masing dipasangkan dengan menggunakan kanopi khusus dibawah tiap sayap dengan 6 putaran amunisi) yang dikembangkan di markas eksperimen Luftwaffe di Rechlin (dekat Neustrelitz, Jerman), dengan prototipe digunakan untuk per tama kalinya untuk menghancurkan kapal-kapal pendarat (landing craft) Soviet di Laut Hitam. Disinilah Rudel menemukan bakat terbesarnya. Hanya dalam rentang waktu tiga minggu, Rudel telah berhasil menghancurkan 70 kapal semacam itu! Rudel pun tercatat menghancurkan tank pertamanya (d
ari sekian banyak tank yang kemudian dia 'lalap') dalam pertempuran di sekitar Belgorod bulan Maret 1943. Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, dari sejak pertempuran Kursk sampai musim gugur tahun 1943, Rudel seorang telah berhasil merontokkan 100 tank lebih!
Stuka Kanonenvogel
Pada 14 April 1943, Rudel dianugerahi Eichenlaub (Oakleaves) pada Ritterkreuznya. Skuadron Hauptmann (Kapten) Rudel yang diperlengkapi denga n sembilan Stuka penghancur tank ditugaskan untuk mendukung gerak maju Divisi Panzer SS ke-3 "Totenkopf" dalam pertempuran Kursk (Operasi Citadel) yang tercatat sebagai perang antar tank terbesar dalam sejarah. Dalam misi pertamanya, Rudel telah menggasak empat tank Soviet, dan pada sore harinya, skornya bertambah menjadi 14!
Pada bulan Maret 1944, Rudel telah menjadi Gruppenkomandeur (komandan) III./StG 2 (ditunjuk tanggal 19 Juli 1943), dan telah mencapai misi yang ke-1300 plus 202 tank dihancurkan!
Pada tanggal 13 Maret 1944, ada kemungkinan bahwa Rudel telah bertempur melawan pilot legendaris Uni Soviet, peraih medali Hero of the Soviet Union, Lev Shestakov. Shestakov tidak kembali dari misinya dan sejak saat itu dicatat sebagai missing in action. Untuk hal ini, mari kita dengar langsung cerita dari Rudel :
"Apakah dia berhasil ditembak jatuh oleh Gadermann (gunner belakang Rudel), atau apakah dia jatuh terkena efek dari gerakan berombak yang ditimbulkan dari pertempuran kami? Tak jadi masalah. Yang jelas, tiba-tiba headphoneku seakan berbunyi memekakkan telinga yang berasal dari teriakan kebingungan orang-orang Rusia di radio. Ternyatalah mereka memperhatikan pertempuran kami, dan pastilah sesuatu yang tidak biasa telah terjadi... Dari pesan yang disampaikan radio Rusia, barulah kami sadari bahwa pilot yang tadi kami hadapi bukanlah pilot biasa, malahan dia sangat terkenal di negaranya, penyandang penghargaan tertinggi. Untuk hal ini dia memang layak mendapatkan kredit. Dia pilot yang bagus."
Pada bulan November 1944, Rudel terluka di bagian paha. Apakah dia lalu berhenti bertempur? Tidak saudara-saudara, karena tampaknya bertempur, membunuh, dan berperang telah menjadi suatu 'kebutuhan' bagi manusia gila ini. Dia tetap memaksa untuk bertempur dan bertempur walaupun kakinya telah dipasang gips!
Pada 8 Februari 1945, sebuah bom 40mm mengenai pesawatnya. Dia terluka sangat parah di bagian kaki kanan tapi berhasil mendaratkan pesawatnya di daerah yang masih dikuasai Jerman. Nyawanya berhasil diselamatkan oleh Observernya yang juga lulusan kedokteran, dokter med. Ernst Gadermann, yang berhasil menghentikan pendarahan. Tapi pada akhirnya, kaki Rudel harus diamputasi di bawah lutut. Dan dia masih tetap tidak mau menyerah! Dia kembali ke front pada 25 Maret 1945, masih sempat menghancurkan tambahan 26 tank sebelum Jerman menyerah kalah! Rudel berusaha menghindari penangkapan pihak Soviet yang sangat dendam kepadanya dengan memimpin tiga Ju-87 Stuka dan empat Focke-Wulf 190 terbang ke arah barat keluar dari daerah yang diduduki Soviet dan melakukan perjalanan selama dua jam untuk kemudian menyerahkan diri pada pasukan pendudukan Amerika di Kitzingen pada 8 Mei 1945, markas Grup Pesawat Pemburu ke-405. Setelah mendarat, Rudel masih sempat-sempatnya memerintahkan pada anak buahnya untuk mengunci rem dan melepaskan landing gearnya agar pesawat yang mereka tumpangi tak dapat lagi dimanfaatkan oleh pihak Sekutu!
Rudel langsung dirawat selama sebelas bulan di rumah sakit. Tak lama setelah dibebaskan oleh Amerika Serikat, dia langsung pindah ke Argentina untuk membantu rezim Juan Peron membangun Angkatan Udara bergaya Nazi yang sedang dibuatnya. Dia langsung menjadi teman dekat sang presiden yang memang penggemar Nazi. Karena dianggap berhasil, penggemar Nazi lainnya yaitu diktator Paraguay Alfredo Stroessner juga mempekerjakannya.
Catatan prestasi dan kemenangan Rudel yang gilang-gemilang : Menjalani 2.530 misi tempur dan berhasil merontokkan jumlah tak terkira dari targetnya (Rudel sendiri mengkalim 2.000 sasaran telah dihancurkannya!), termasuk 519 tank, 150 self-propelled gun, 70 kapal pendarat/assault craft, 4 kereta api baja, 800 kendaraan bermacam jenis, dan juga 9 pesawat udara (2 il-2 dan 7 pesawat pemburu, padahal ini bukan spesialisasi Rudel untuk melakukan dog-fight. Sasarannya dari pertama sampai terakhir tetaplah berada di darat!). Masih kurang? Rudel juga tercatat berhasil menenggelamkan sebuah destroyer (kapal penghancur), dua cruiser (kapal penjelajah), dan satu battleship (kapal perang) kebanggaan Rusia bernama Marat! Begitu besar kehancuran yang ditimbulkannya terhadap Rusia, sehingga Stalin sendiri mengeluarkan hadiah gila-gilaan (100.000 Rubel) bagi siapa saja di antara tentaranya yang bisa membawa Rudel hidup atau mati ke hadapannya!
Hebatnya lagi, selama karirnya yang mengerikan itu, Rudel tidak pernah tertembak jatuh oleh pesawat lawan, hanya oleh artileri anti-pesawat udara Rusia. Jenis artileri tersebut memang menjadi momok bagi Rudel. Bayangkan saja, ia telah dipaksa mendarat darurat atau bahkan ditembak jatuh sebanyak 32 kali (beberapa kali malahan ia mendarat darurat di daerah musuh)! Tapi dahsyatnya, Rudel selalu berhasil meloloskan diri dari maut yang seakan tidak bisa menjamahnya!
Masih kurang? Rudel tercatat terluka sebanyak 5 kali, dan juga pernah menyelamatkan enam orang sesama pilot temannya yang tertembak di wilayah musuh! Kebanyakan misi yang dilakoninya dilakukan di atas Ju-87 Stuka favoritnya, meskipun di akhir perang Rudel juga menerbangkan Fw-190 yang didesain khusus untuk menyerang target darat.
Atas prestasinya yang luar biasa besar ini, Hitler tidak menutup mata. Rudel diganjar dengan medali paling prestisius yang pernah disematkan pada tentara Wehrmacht, yaitu Daun Oak Emas (Goldenem Eichenlaub atau Golden Oakleaves) yang diberikan kepadanya pada awal tahun 1945. Cukuplah menjadi bukti betapa prestise penghargaan tersebut jika melihat bahwa medali tersebut 'diciptakan' hanya untuk Rudel seorang dan tidak kepada yang lainnya (satu-satunya yang mendapat medali yang lebih tinggi dari dia adalah atasannya, panglima Luftwaffe Hermann Göring, yang mendapatkan Grand Cross of the Iron Cross).
Selain itu, Rudel juga tercatat sebagai peraih 'segerombolan' medali super prestisius lainnya, di antaranya adalah Wound Badge in Gold (karena Rudel beberapa kali terluka dalam membela negaranya), Deutsches Kreuz (German Cross in Gold), Pilot and Observer Badge with Diamonds, Front Flying Clasp of the Luftwaffe dari Berlian (karena Rudel telah melampaui 2000 sorti terbang). Dia juga satu-satunya orang asing yang menerima medali tertinggi Hungaria, Golden Medal for Bravery (Medali Emas Keberanian)! Jangan ditanya kalau medali-medali yang lebih 'rendah' tingkatannya, terlalu banyak untuk dihitung!
OK, kita urutkan medali-medali yang pernah diterima Rudel :
- Front Flying Clasp of the Luftwaffe dengan angka "2000"
- Ehrenpokal der Luftwaffe
- Wound Badge in Gold
- Combined Pilot-Observation Badge in Gold with Diamonds
- German Cross in Gold (2 Desember 1941)
- Iron Cross kelas pertama dan kedua
- Knight's Cross of the Iron Cross (6 Januari 1942)
- Oakleaves (penerima yang ke-229, 14 April 1943)
- Swords (penerima yang ke-42, 25 November 1943)
- Diamonds (penerima yang ke-10, 29 Maret 1944)
- Golden Oakleaves (penerima satu-satunya! 29 Desember 1944)
- Golden Medal of Bravery dari pemerintah Hungaria
- Diberitakan di Wehrmachtbericht sebanyak lima kali (27 Maret 1944, 28 Maret 1944, 3 Juni 1944, 6 Agustus 1944, dan 10 Februari 1945)
Rudel minum dari Goblet kemenangannya
Meskipun telah kehilangan satu kaki, Rudel tidak pernah kehilangan minat pada dunia olahraga. Dia tetap aktif bermain tenis, ski, dan bahkan sempat-sempatnya mendaki gunung tertinggi di Amerika, Aconcagua (6.962 meter)! Belum cukup? Dia juga berhasil mencapai puncak gunung berapi tertinggi kedua di dunia, Llullay-Yacu (6.739 meter. Andes, Argentina) sebanyak tiga kali!
Selama tinggal di Argentina, Rudel menjadi sahabat dekat tokoh SS Nazi yang terkenal kejam, Dr. Josef Mengele.
Rudel kembali ke Jerman tahun 1953 dan menjadi tokoh kunci partai beraliran neo-Nazi, German Reich Party. Di tahun yang sama Rudel juga menerbitkan catatan yang dibuatnya selama perang berjudul "Trotzdem" (Nevertheless, atau Setidaknya). Langsung merebak kontroversi di Jerman tentang perlunya diizinkan terbitnya buku tersebut ataukah dilarang. Persoalannya, Rudel sudah kadung terkenal sangat bersimpati pada Nazi dari dulu sampai sekarang, sementara Jerman yang baru bangkit dari keterpurukannya dalam Perang Dunia masih sangat traumatik pada segala hal yang berbau Nazisme. Dalam bukunya Rudel memang menyatakan dukungannya pada hampir semua kebijakan yang dikeluarkan oleh Adolf Hitler. Buku ini kemudian diedit ulang dan diterbitkan kembali di Amerika Serikat dengan judul "Stuka Pilot". Masalahnya, situasi perang dingin dengan Uni Soviet membuat para penerbitnya di Amerika merasa perlu mempopulerkan buku Rudel yang, selain pro-Nazi, juga sangat anti komunis!
Pada akhirnya, Rudel menjadi pengusaha sukses di negaranya.
Rudel (kanan) dan Otto Riehs, sesama veteran Perang Dunia II peraih Ritterkreuz
Pada tahun 1976, Rudel terlibat dalam peristiwa yang disebut sebagai "Skandal Rudel", yang membuat dua orang jenderal Bundeswehr, Karl-Heinz Franke dan Walter Krupinski, pensiun dini.
Sebagai tambahan, saran-saran dari Rudel ikut berpengaruh terhadap pengembangan pesawat serang-darat A-10.
Manusia luar biasa ini menghembuskan nafas terakhirnya di Rosenheim pada 18 Desember 1982, dan dimakamkan di Dornhausen.
Perkataan Rudel yang terkenal : "Verloren ist nur, wer sich selbst aufgibt." (Kau tidak akan pernah kalah sampai kau menyerah)
Karya Rudel :
- Wir Frontsoldaten zur Wiederaufrüstung (Kami Prajurit di Garis Depan dan Pandangan Kami Tentang Jerman yang Dipersenjatai Kembali), Hans-Ulrich Rudel, buklet, publikasi pribadi, Buenos Aires, 1951
- Dolchstoß oder Legende (Tusukan Belati atau Legenda), Hans-Ulrich Rudel, buklet, publikasi pribadi, Buenos Aires, 1951
- Trotzdem (setidaknya), Hans-Ulrich Rudel, Plesse verl. Schütz; Auflage: 8. Aufl. (1950) diterbitkan kembali di Jerman tahun 1953
- Stuka Pilot (Pilot Stuka), Hans Ulrich Rudel, diterjemahkan oleh Lynton Hudson, pendahuluan oleh Douglas Bader, Ballantine Books; New York, edisi paperback pertama AS (1958) yang merupakan terbitan ulang yang telah diedit dari buku Rudel, Trotzdem
- Stuka Pilot, War and Warrior (Pilot Stuka, Perang dan Pejuang), Hans-Ulrich Rudel, Legion for the Survival of Freedom (Oktober 1987)
- Mein Kriegstagebuch: Aufzeichnungen eines Stukafliegers (Catatan Perangku: Rekaman Penerbang Tukik), Hans-Ulrich Rudel,(Wiesbaden : Limes, 1983)
- Mein Leben in Krieg und Frieden (Kehidupanku di Masa Perang dan Damai), Hans-Ulrich Rudel, (Rosenheim : Deutsche Verlagsgesellschaft, 1994)
Sumber :
www.achtungpanzer.com
www.en.wikipedia.org
www.flickr.com
www.hotlinecy.com
www.wehrmacht-awards.com
www.wingsoverelburn.com
2 comments:
waw..sangar yak...
ternyata ada juga prajurit hebat seperti rudel..selama ini hanya tau fieldmarshall Rommel
jngn lupa gunther severloh macan pantai omaha
Post a Comment