Erwin Rommel Sr. dan istrinya Helene von Luz adalah orangtua dari Erwin Rommel Jr. yang nantinya menjadi jenderal Wehrmacht paling dikenal dalam sejarah. Rommel senior berprofesi sebagai kepala sekolah di Aalen, seperti juga ayah dan kakeknya, dan menerapkan pendidikan yang keras terhadap keempat orang anaknya. Atas perintah ayahnya pula Erwin menjadi seorang tentara, sebuah keputusan yang terbukti tepat! Mengenai ibunya, tidak banyak yang diketahui kecuali bahwa dia adalah putri seorang Regierungs-Präsident (tokoh masyarakat lokal). Dia sangat menyayangi anak-anaknya dan sikap lembutnya merupakan kebalikan dari sang suami yang selalu memasang wajah tegas (bahkan dalam foto keluarga di atas!), sehingga tidak heran kalau Rommel bersaudara lebih dekat ke ibunya daripada ayahnya. Helene menurunkan rupa wajahnya pada Erwin
Kadet perwira Erwin Rommel (ketiga dari kiri) beserta saudara-saudaranya dalam sebuah foto yang dibuat pada tahun 1911. Dari kiri ke kanan: Gerhard (adik), Karl (adik), Erwin, dan Helene (kakak). Ayah mereka adalah seorang kepala sekolah SMP bernama Erwin (juga) sementara ibunya bernama Helene. Rommel adalah anak kedua dari empat bersaudara. Yang tertua adalah Helene (satu-satunya perempuan), diikuti oleh Erwin, Karl dan Gerhard. Saudara satu lagi, Manfred, meninggal ketika masih bayi
Pada masa ABG-nya Rommel mempunyai kegilaan terhadap hal-hal yang berbau teknik dan bercita-cita untuk menjadi seorang insinyur aeronautika. Di usia 14 tahun dia telah menerbangkan sebuah glider berbentuk kotak – yang dibuatnya bersama seorang teman - di sebuah lapangan di Aalen. Bertahun-tahun kemudian Rommel menyombongkan hal ini, meskipun si glider notabene tidak terbang jauh. Kebanggaannya bisa dimengerti karena peristiwa tersebut terjadi di tahun 1906, tahun dimana Eropa menerbangkan pesawat-tenaga-sendiri untuk pertama kalinya!
Pada bulan Maret 1910 Erwin Rommel diterima sebagai kadet di Infanterie-Regiment "König Wilhelm I." (6. Württembergisches) Nr. 124 setelah aplikasi sebelumnya ke unit artileri dan zeni ditolak karena masalah Hernia. Dia menyelesaikan pendidikan kadetnya di Danzig bulan November 1911 dalam usia 20 tahun. Sebelumnya dia telah menjalin hubungan asmara dengan gadis setempat yang bernama Lucie Mollin, dan foto ini (dimana Rommel mengenakan seragam kadet sekolah infanteri Danzig) dia kirimkan di tahun 1911 ke Lucie sebagai pengingat dirinya
Leutnant Karl Rommel, adik dari Erwin Rommel. Dia bertugas sebagai pilot di Flieger-Abteilung (A)284 selama berlangsungnya Perang Dunia Pertama, dan atas jasa-jasanya kemudian dianugerahi Eisernes Kreuzes kelas 2 dan 1 serta Württemberg Militärverdienstorden (27 September 1917). Karl kemudian terjangkit Malaria saat ditempatkan di Turki dan Mesopotamia
Leutnant Erwin Rommel bersama dengan kekasih gelapnya, Walburga Stemmer (Maret 1892 - Oktober 1928). Foto ini diambil pada tahun 1913 saat Rommel sedang bertugas di Infanterie-Regiment König Wilhelm I (6. Württembergisches) Nr.124. Saat itu sang perwira muda berusia 22 tahun ini sudah menjalin hubungan serius dengan Lucia Maria "Lucie" Mollin (yang kelak menjadi istrinya), meskipun secara LDR. Pada saat foto ini diambil, Walburga sedang mengandung anak dari hubungan gelap mereka (yang nantinya lahir pada tanggal 8 Desember 1913 dan dinamakan Gertrud). Rommel sendiri adalah seorang pria yang bertanggungjawab, dan dia bersedia untuk menikahi Walburga meskipun dengan resiko kehilangan karir militernya. Ketika Rommel memberitahukan tentang hubungan terlarangnya kepada keluarganya, ibunya menjadi sangat murka dan memerintahkan agar sang Letnan memutuskan hubungan mereka, dengan alasan bahwa Walburga - yang "hanya" seorang penjual buah-buahan - tidak pantas untuk Rommel yang merupakan seorang perwira. Dengan berat hati, akhirnya Rommel menuruti perintah dari ibu tercintanya, dan akhirnya menikah dengan Lucie pada tahun 1916. Di pihak lain, meskipun perasaannya hancur berkeping-keping, Walburga tetap setia menunggu cinta Rommel selama bertahun-tahun, dengan harapan bahwa ketiadaan anak dari pasangan suami-istri tersebut akan membuat Rommel kembali kepadanya. Ketika mendapat kabar bahwa Lucie akhirnya sedang mengandung anak pertama dari suaminya, Walburga kemudian memutuskan untuk bunuh diri...
Leutnant Erwin Rommel berpose bersama dengan rekan seperjuangannya yang tak dikenal di sebuah parit pertahanan Jerman di Prancis tahun 1915 dimana saat itu baru Eisernes Kreuz II.Klasse (30 September 1914) serta pita Militär-Verdienstorden des Königreichs Württemberg yang nongkrong di seragamnya. Disini dia menjadi perwira di Infanterie-Regiment "König Wilhelm I." (6. Württembergisches) Nr. 124. Keahliannya saat itu adalah: memimpin sekelompok kecil orang untuk menyusup ke garis belakang musuh dengan mengandalkan perlindungan alami dari kegelapan malam, lalu menyergap musuhnya dari arah belakang mereka sehingga membuat berantakan garis pertahanannya!
Erwin Rommel muda dalam sebuah foto yang diambil pada bulan Desember 1917, sewaktu berlangsungnya Perang Dunia Pertama. Di bulan itu, tepatnya pada tanggal 10 Desember 1917, Oberleutnant Rommel - yang menjabat sebagai Komandan Kompi di Württembergische Gebirgs-Bataillon - dianugerahi medali militer paling bergengsi era Kekaisaran Jerman yaitu Pour le Mérite. Sewaktu dimulainya ofensif Jerman di Caporetto yang dimulai pada tanggal 24 Oktober 1917, batalyon Rommel diserahi tugas untuk merebut posisi pertahanan Italia di tiga gunung: Kolovrat, Matajur, dan Stol. Dalam dua setengah hari - dari tanggal 25 s/d 27 Oktober - Rommel dan 150 orang anakbuahnya berhasil merebut 81 meriam artileri sekaligus menawan 9.000 orang tentara musuh (termasuk 150 perwira), sementara di pihaknya hanya menderita kerugian enam orang yang tewas dan 30 lainnya terluka! Rommel berhasil mencatatkan prestasi mengagumkan ini setelah secara cerdik memanfaatkan kondisi wilayah yang berbukit-bukit, memutari musuhnya dan melakukan serangan dari arah yang tidak disangka-sangka. Dia juga sudah menunjukkan kecenderungan melawan perintah atasan sejak dini dengan berkali-kali memerintahkan serangan saat belum ada perintah resmi atau bahkan saat disuruh mundur! Dalam pertempuran ini juga Rommel - dengan inisiatif sendiri - menyempurnakan taktik infiltrasi pasukan pelopor, yang nantinya secara resmi dipakai oleh Angkatan Bersenjata Jerman serta banyak negara lainnya. Taktik ini menitikberatkan pada upaya secepat mungkin mematahkan perlawanan musuh yang mempunyai kekuatan yang lebih besar, yang digambarkan oleh beberapa ahli militer sebagai "blitzkrieg tanpa tank". Dalam puncak kegemilangannya, pada tanggal 9 November 1917 Rommel sekali lagi memutuskan untuk menyerang posisi pertahanan musuh yang sangat kuat di Longarone, yang dipertahankan oleh 10.000 prajurit Italia dari Divisi Kesatu. Meyakini telah dikepung oleh kekuatan yang lebih besar (padahal aslinya hanya 150 orang), seluruh tentara Italia menyerahkan diri pada Rommel! Tak butuh waktu lama, beberapa minggu kemudian sang Kompaniechef brilian diganjar dengan "The Blue Max" alias Pour le Mérite
Kadet perwira Erwin Rommel (ketiga dari kiri) beserta saudara-saudaranya dalam sebuah foto yang dibuat pada tahun 1911. Dari kiri ke kanan: Gerhard (adik), Karl (adik), Erwin, dan Helene (kakak). Ayah mereka adalah seorang kepala sekolah SMP bernama Erwin (juga) sementara ibunya bernama Helene. Rommel adalah anak kedua dari empat bersaudara. Yang tertua adalah Helene (satu-satunya perempuan), diikuti oleh Erwin, Karl dan Gerhard. Saudara satu lagi, Manfred, meninggal ketika masih bayi
Pada bulan Maret 1910 Erwin Rommel diterima sebagai kadet di Infanterie-Regiment "König Wilhelm I." (6. Württembergisches) Nr. 124 setelah aplikasi sebelumnya ke unit artileri dan zeni ditolak karena masalah Hernia. Dia menyelesaikan pendidikan kadetnya di Danzig bulan November 1911 dalam usia 20 tahun. Sebelumnya dia telah menjalin hubungan asmara dengan gadis setempat yang bernama Lucie Mollin, dan foto ini (dimana Rommel mengenakan seragam kadet sekolah infanteri Danzig) dia kirimkan di tahun 1911 ke Lucie sebagai pengingat dirinya
Leutnant Karl Rommel, adik dari Erwin Rommel. Dia bertugas sebagai pilot di Flieger-Abteilung (A)284 selama berlangsungnya Perang Dunia Pertama, dan atas jasa-jasanya kemudian dianugerahi Eisernes Kreuzes kelas 2 dan 1 serta Württemberg Militärverdienstorden (27 September 1917). Karl kemudian terjangkit Malaria saat ditempatkan di Turki dan Mesopotamia
Leutnant Erwin Rommel bersama dengan kekasih gelapnya, Walburga Stemmer (Maret 1892 - Oktober 1928). Foto ini diambil pada tahun 1913 saat Rommel sedang bertugas di Infanterie-Regiment König Wilhelm I (6. Württembergisches) Nr.124. Saat itu sang perwira muda berusia 22 tahun ini sudah menjalin hubungan serius dengan Lucia Maria "Lucie" Mollin (yang kelak menjadi istrinya), meskipun secara LDR. Pada saat foto ini diambil, Walburga sedang mengandung anak dari hubungan gelap mereka (yang nantinya lahir pada tanggal 8 Desember 1913 dan dinamakan Gertrud). Rommel sendiri adalah seorang pria yang bertanggungjawab, dan dia bersedia untuk menikahi Walburga meskipun dengan resiko kehilangan karir militernya. Ketika Rommel memberitahukan tentang hubungan terlarangnya kepada keluarganya, ibunya menjadi sangat murka dan memerintahkan agar sang Letnan memutuskan hubungan mereka, dengan alasan bahwa Walburga - yang "hanya" seorang penjual buah-buahan - tidak pantas untuk Rommel yang merupakan seorang perwira. Dengan berat hati, akhirnya Rommel menuruti perintah dari ibu tercintanya, dan akhirnya menikah dengan Lucie pada tahun 1916. Di pihak lain, meskipun perasaannya hancur berkeping-keping, Walburga tetap setia menunggu cinta Rommel selama bertahun-tahun, dengan harapan bahwa ketiadaan anak dari pasangan suami-istri tersebut akan membuat Rommel kembali kepadanya. Ketika mendapat kabar bahwa Lucie akhirnya sedang mengandung anak pertama dari suaminya, Walburga kemudian memutuskan untuk bunuh diri...
Leutnant Erwin Rommel berpose bersama dengan rekan seperjuangannya yang tak dikenal di sebuah parit pertahanan Jerman di Prancis tahun 1915 dimana saat itu baru Eisernes Kreuz II.Klasse (30 September 1914) serta pita Militär-Verdienstorden des Königreichs Württemberg yang nongkrong di seragamnya. Disini dia menjadi perwira di Infanterie-Regiment "König Wilhelm I." (6. Württembergisches) Nr. 124. Keahliannya saat itu adalah: memimpin sekelompok kecil orang untuk menyusup ke garis belakang musuh dengan mengandalkan perlindungan alami dari kegelapan malam, lalu menyergap musuhnya dari arah belakang mereka sehingga membuat berantakan garis pertahanannya!
Erwin Rommel muda dalam sebuah foto yang diambil pada bulan Desember 1917, sewaktu berlangsungnya Perang Dunia Pertama. Di bulan itu, tepatnya pada tanggal 10 Desember 1917, Oberleutnant Rommel - yang menjabat sebagai Komandan Kompi di Württembergische Gebirgs-Bataillon - dianugerahi medali militer paling bergengsi era Kekaisaran Jerman yaitu Pour le Mérite. Sewaktu dimulainya ofensif Jerman di Caporetto yang dimulai pada tanggal 24 Oktober 1917, batalyon Rommel diserahi tugas untuk merebut posisi pertahanan Italia di tiga gunung: Kolovrat, Matajur, dan Stol. Dalam dua setengah hari - dari tanggal 25 s/d 27 Oktober - Rommel dan 150 orang anakbuahnya berhasil merebut 81 meriam artileri sekaligus menawan 9.000 orang tentara musuh (termasuk 150 perwira), sementara di pihaknya hanya menderita kerugian enam orang yang tewas dan 30 lainnya terluka! Rommel berhasil mencatatkan prestasi mengagumkan ini setelah secara cerdik memanfaatkan kondisi wilayah yang berbukit-bukit, memutari musuhnya dan melakukan serangan dari arah yang tidak disangka-sangka. Dia juga sudah menunjukkan kecenderungan melawan perintah atasan sejak dini dengan berkali-kali memerintahkan serangan saat belum ada perintah resmi atau bahkan saat disuruh mundur! Dalam pertempuran ini juga Rommel - dengan inisiatif sendiri - menyempurnakan taktik infiltrasi pasukan pelopor, yang nantinya secara resmi dipakai oleh Angkatan Bersenjata Jerman serta banyak negara lainnya. Taktik ini menitikberatkan pada upaya secepat mungkin mematahkan perlawanan musuh yang mempunyai kekuatan yang lebih besar, yang digambarkan oleh beberapa ahli militer sebagai "blitzkrieg tanpa tank". Dalam puncak kegemilangannya, pada tanggal 9 November 1917 Rommel sekali lagi memutuskan untuk menyerang posisi pertahanan musuh yang sangat kuat di Longarone, yang dipertahankan oleh 10.000 prajurit Italia dari Divisi Kesatu. Meyakini telah dikepung oleh kekuatan yang lebih besar (padahal aslinya hanya 150 orang), seluruh tentara Italia menyerahkan diri pada Rommel! Tak butuh waktu lama, beberapa minggu kemudian sang Kompaniechef brilian diganjar dengan "The Blue Max" alias Pour le Mérite
Oberleutnant Erwin Rommel berfoto bersama istri tercintanya Lucie Marie Mollin di tahun 1917 (mereka menikah di Danzig tanggal 27 November 1916) tak lama setelah Rommel dianugerahi medali super bergengsi Pour le Mérite (10 Desember 1917 sebagai Kommandeur sebuah Kampfgruppe di württembergischen Gebirgs-Bataillon). Dalam foto di atas, Rommel juga menampangkan medali Eisernes Kreuz I.Klasse di seragamnya, yang dia terima tanggal 22 Maret 1915
Oberleutnant Erwin Rommel muda dengan medali Pour le Mérite. Medali yang setara dengan Victoria Cross (Inggris) atau Medal of Honor (Amerika Serikat) ini didapatkannya tanggal 10 Desember 1917 sebagai Kommandeur sebuah Kampfgruppe di württembergischen Gebirgs-Bataillon dalam Pertempuran Isonzo (Italia) dimana dia memimpin detasemen kecilnya untuk merebut garis pertahanan Italia di Gunung Matajur (Longarone) dan berhasil menawan 150 perwira, 9.000 prajurit, dan 81 meriam artileri setelah terlibat dalam dua pertempuran; sementara dia sendiri hanya kehilangan 6 orang yang tewas dan 30 yang terluka!
Erwin Rommel sebagai seorang Oberleutnant muda di tahun 1917, sedang memangku seekor anak... Serigala! Ingat, berpuluh-puluh tahun kemudian manusia satu ini dikenal dengan julukan "Serigala Padang Pasir"! BTW, Rommel satu resimen dengan Friedrich Paulus di Infanterie-Regiment "König Wilhelm I." (6. Württembergisches) Nr. 124 yang, seperti Rommel, juga menapaki pangkat sampai menjadi Generalfeldmarschall dalam Perang Dunia II dan dianggap sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas bencana yang menimpa 6. Armee di Stalingrad!
Acara "Regimentstag" di Stuttgart tahun 1934. Dari kiri ke kanan: Major Erwin Rommel (Kommandeur III.Bataillon [Jäger] / Infanterie-Regiment 17), Char. Generalmajor Alois Ritter von Molo (Leiter Wehrbezirkskommando II Stuttgart), Rudolf Weckler (mantan sersan di batalyon Rommel dalam Perang Dunia Pertama sekaligus sahabat dekatnya selama bertahun-tahun), Oberst a.D. Schniger, dan General der Infanterie a.D. Franz Freiherr von Soden (Kepala Asosiasi Mantan Perwira Infanterie-Regiment 125 yang telah pensiun).
Erwin Rommel sebagai seorang Major (periode 10 Oktober 1933 s/d 1 Maret 1935), dengan bangga berpose dengan medali Pour le mérite yang didapatkannya dalam Perang Dunia Pertama. Pada saat foto ini diambil, Rommel bekerja sebagai instruktur di sekolah militer Reichswehr, pertama di Dresden dan kemudian di Potsdam
Generalfeldmarschall Erwin Rommel (15 November 1891 - 14 Oktober 1944) saat masih berpangkat Oberstleutnant dan menjabat sebagai "Lehrgruppenkommandeur der Lehrgruppe A an der Kriegsschule Potsdam" (Komandan Grup Pelatihan A di Kriegsschule Potsdam). Dia dipromosikan dari Major menjadi Oberstleutnant pada tanggal 1 Maret 1935, dan kemudian dipromosikan kembali dari Oberstleutnant menjadi Oberst pada tanggal 1 Juli 1937. Dalam foto ini Rommel mengenakan Pour le Mérite, medali militer paling bergengsi era Kekaisaran Jerman, yang didapatkannya dalam kancah Perang Dunia Pertama (1914-1918), tepatnya pada tanggal 10 Desember 1917 saat dia masih berpangkat Oberleutnant dan menjabat sebagai Kompaniechef di Württembergische Gebirgs-Bataillon
Generalmajor Erwin Rommel (Kommandeur 7. Panzer-Division) berfoto bersama dengan istri tercintanya, Lucia Maria Mollin, sambil mengenakan Weißer Dienstrock (seragam putih musim panas). Foto ini kemungkinan besar diambil pada periode antara penganugerahan Ritterkreuz untuk Rommel (27 Mei 1940) dan pengangkatannya sebagai Generalleutnant (1 Januari 1941)
Oberleutnant Erwin Rommel muda dengan medali Pour le Mérite. Medali yang setara dengan Victoria Cross (Inggris) atau Medal of Honor (Amerika Serikat) ini didapatkannya tanggal 10 Desember 1917 sebagai Kommandeur sebuah Kampfgruppe di württembergischen Gebirgs-Bataillon dalam Pertempuran Isonzo (Italia) dimana dia memimpin detasemen kecilnya untuk merebut garis pertahanan Italia di Gunung Matajur (Longarone) dan berhasil menawan 150 perwira, 9.000 prajurit, dan 81 meriam artileri setelah terlibat dalam dua pertempuran; sementara dia sendiri hanya kehilangan 6 orang yang tewas dan 30 yang terluka!
Erwin Rommel sebagai seorang Oberleutnant muda di tahun 1917, sedang memangku seekor anak... Serigala! Ingat, berpuluh-puluh tahun kemudian manusia satu ini dikenal dengan julukan "Serigala Padang Pasir"! BTW, Rommel satu resimen dengan Friedrich Paulus di Infanterie-Regiment "König Wilhelm I." (6. Württembergisches) Nr. 124 yang, seperti Rommel, juga menapaki pangkat sampai menjadi Generalfeldmarschall dalam Perang Dunia II dan dianggap sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas bencana yang menimpa 6. Armee di Stalingrad!
Acara "Regimentstag" di Stuttgart tahun 1934. Dari kiri ke kanan: Major Erwin Rommel (Kommandeur III.Bataillon [Jäger] / Infanterie-Regiment 17), Char. Generalmajor Alois Ritter von Molo (Leiter Wehrbezirkskommando II Stuttgart), Rudolf Weckler (mantan sersan di batalyon Rommel dalam Perang Dunia Pertama sekaligus sahabat dekatnya selama bertahun-tahun), Oberst a.D. Schniger, dan General der Infanterie a.D. Franz Freiherr von Soden (Kepala Asosiasi Mantan Perwira Infanterie-Regiment 125 yang telah pensiun).
Erwin Rommel sebagai seorang Major (periode 10 Oktober 1933 s/d 1 Maret 1935), dengan bangga berpose dengan medali Pour le mérite yang didapatkannya dalam Perang Dunia Pertama. Pada saat foto ini diambil, Rommel bekerja sebagai instruktur di sekolah militer Reichswehr, pertama di Dresden dan kemudian di Potsdam
Generalfeldmarschall Erwin Rommel (15 November 1891 - 14 Oktober 1944) saat masih berpangkat Oberstleutnant dan menjabat sebagai "Lehrgruppenkommandeur der Lehrgruppe A an der Kriegsschule Potsdam" (Komandan Grup Pelatihan A di Kriegsschule Potsdam). Dia dipromosikan dari Major menjadi Oberstleutnant pada tanggal 1 Maret 1935, dan kemudian dipromosikan kembali dari Oberstleutnant menjadi Oberst pada tanggal 1 Juli 1937. Dalam foto ini Rommel mengenakan Pour le Mérite, medali militer paling bergengsi era Kekaisaran Jerman, yang didapatkannya dalam kancah Perang Dunia Pertama (1914-1918), tepatnya pada tanggal 10 Desember 1917 saat dia masih berpangkat Oberleutnant dan menjabat sebagai Kompaniechef di Württembergische Gebirgs-Bataillon
Generalmajor Erwin Rommel (Kommandeur 7. Panzer-Division) berfoto bersama dengan istri tercintanya, Lucia Maria Mollin, sambil mengenakan Weißer Dienstrock (seragam putih musim panas). Foto ini kemungkinan besar diambil pada periode antara penganugerahan Ritterkreuz untuk Rommel (27 Mei 1940) dan pengangkatannya sebagai Generalleutnant (1 Januari 1941)
Sumber :
Buku "Afrikakorps 1941-1943" karya Gordon Williamson
Buku "Aviation Awards of Imperial Germany in World War I and the Men Who Earned Them – Volume IV: Aviation Awards of the Kingdom of Württemberg" karya Neal W. O'Connor
Buku "13 The Trail of the Fox: The Search for the True Field Marshal Rommel" karya David Irving
Buku "Field Marshal: The Life and Death of Erwin Rommel" karya Daniel Allen Butler
www.forum.axishistory.com
www.leo-bw.de
Buku "Field Marshal: The Life and Death of Erwin Rommel" karya Daniel Allen Butler
www.forum.axishistory.com
www.leo-bw.de
4 comments:
Aku suka sejarah, terutama world war, rommel salah satu jenderal yang hebat
blog mu amazing
nice..blog...
saya ngopi beberapa gambar rommel ya..
I admire this person very much.
The Last Knight of Germany
Mantap Bro Blognya Keren dan Lengkap Kita tuker link yuk.....blog brother dah aku muat di link blog ku....nih blog ku :http://masprisupriyatno.blogspot.com
I ADMIRE ROMMEL FOR HIS COURAGE,A REAL WARRIOR ,AND HIS PATRIOTISM FOR HIS COUNTRY ..
THE WAY HE WAS FORCED TO COMMIT SUICIDE IS VERY PAINFUL.HE WAS FALSELY IMPLICATED AGAINST HITLER FOR PLANNING MURDER ALONG WITH HIS ACCOMPLISHES AND AS A RESULT HE WAS GIVEN OPTION TO SEEK SUICIDE OR FACE COURT MARSHAL ..I AM UNABLE TO FORGET THAT SAD EVENT WHEN HE WAS LIFTED FROM HIS RESIDANCE IN THE PRESENCE OF HIS SON AND HIS BELOVED WIFE BY TWO GERMAN GENERALS AND ON THE WAY HE WAS GIVEN K.C.N CAPSULE TO SWALLOW IN THE CAR AND INSTANTLY HE DIED .
Post a Comment