Das Deutschlandlied (artinya "Lagu Jerman", juga dikenal sebagai Das Lied Der Deutschen atau "Lagu Orang-Orang Jerman") telah digunakan secara sebagian atau penuh sebagai lagu kebangsaan Jerman dari sejak tahun 1922. Musiknya sendiri dikarang oleh komposer kenamaan Joseph Haydn tahun 1797 sebagai lagu resmi perayaan ulang tahun Kaisar Francis II dari Kekaisaran Romawi Suci. Pada tahun 1841, sastrawan dan ahli bahasa Jerman August Heinrich Hoffmann von Fallersleben menambahkan lirik Das Lied Der Deutschen pada musik yang sudah diciptakan oleh Haydn, lirik yang dianggap revolusioner pada waktu itu!
Lagu ini dikenal luas karena lirik pembukanya dan refrain dari stanza pertama (yang ngerti musik pasti nyaho maksud kalimat ini!), Deutschland über alles (Jerman di atas segala-galanya), dan malah banyak orang yang tidak tahu menyangka bahwa judul lagu kebangsaan Jerman sendiri adalah Deutschland über alles! Maksud sebenarnya dari lirik itu sendiri adalah bahwa tujuan utama dari kelompok revolusioner Vormärz haruslah sebuah Jerman yang bersatu, dengan menafikan pandangan kelompok anti-liberal Kleinstaaterei. Bersama dengan bendera Jerman, lagu tersebut menjadi salah satu simbol Revolusi Maret 1848. Selama zaman Third Reich, mesin propaganda Nazi mengedepankan lirik pertama yang terkenal dari Deutschlandlied (Deutschland über alles) untuk menghubungkannya dengan superioritas rasial.
Untuk lebih mendukung pemerintahan republik yang baru berdiri, pemerintah Weimar Jerman menjadikannya sebagai lagu kebangsaan pada tahun 1922. Dengan alasan yang sama pula, pemerintahan Jerman Barat mengadopsi Deutschlandlied sebagai lagu kebangsaan Jerman tahun 1952, dengan hanya stanza ketiga yang dinyanyikan dalam acara-acara kenegaraan. Setelah reunifikasi Jerman tahun 1991, hanya stanza ketigalah yang secara resmi dijadikan sebagai lagu kebangsaan Jerman bersatu.
Stanza pertama (Jerman) :
Deutschland, Deutschland über alles, Über alles in der Welt, Wenn es stets zu Schutz und Trutze Brüderlich zusammenhält. Von der Maas bis an die Memel, Von der Etsch bis an den Belt, Deutschland, Deutschland über alles, Über alles in der Welt!
Stanza kedua :
Deutsche Frauen, deutsche Treue, Deutscher Wein und deutscher Sang Sollen in der Welt behalten Ihren alten schönen Klang, Uns zu edler Tat begeistern Unser ganzes Leben lang. Deutsche Frauen, deutsche Treue, Deutscher Wein und deutscher Sang!
Stanza ketiga (yang dijadikan lagu kebangsaan) :
Einigkeit und Recht und Freiheit Für das deutsche Vaterland! Danach lasst uns alle streben Brüderlich mit Herz und Hand! Einigkeit und Recht und Freiheit Sind des Glückes Unterpfand; Blüh' im Glanze dieses Glückes, Blühe, deutsches Vaterland.
Terjemahan (Inggris) :
Germany, Germany above all, Above all in the world, When, for protection and defence, it always takes a brotherly stand together. From the Meuse to the Memel, From the Adige to the Belt, Germany, Germany above everything, Above everything in the world.
German women, German loyalty, German wine and German song Shall retain in the world Their old beautiful Chime And inspire us to noble deeds During all of our life. German women, German loyalty, German wine and German song!
Unity and justice and freedom For the German fatherland! For these let us all strive Brotherly with heart and hand! Unity and justice and freedom Are the pledge of fortune; Flourish in this fortune's blessing, Flourish, German fatherland.
Horst Wessel Lied (Lagu Horst Wessel), juga dikenal dengan nama Die Fahne Hoch (Kibarkan Bendera) yang diambil dari lirik pembukanya, adalah lagu kebangsaan Partai Nazi dari tahun 1930 sampai dengan 1945. Dari tahun 1933 sampai dengan 1945, lagu tersebut juga menjadi lagu kebangsaan kedua untuk negara Jerman setelah Deutschlandlied.
Lirik lagu tersebut diciptakan oleh Horst Wessel sendiri tahun 1929. Yup! Bagi yang belum mengetahui, nama Horst Wessel memang diambil dari nama orang (bukan jin!), yang merupakan aktivis Nazi dan komandan lokal Sturmabteilung (SA), milisi Nazi, di distrik kota Berlin bernama Friedrichshain. Pada bulan Januari 1930, Wessel dibunuh oleh aktivis komunis, dan segera mesin propaganda Nazi di bawah komando Dr. Joseph Goebbels menjadikan dia sebagai martir utama dari pergerakan partai yang sedang naik daun. Lagu Horst Wessel sendiri kemudian menjadi lagu resmi dari acara 'pembaptisan' (weihelied) Nazi, dan banyak digunakan di acara-acara partai sekaligus juga parade-parade yang diselenggarakan oleh SA.
Ketika Nazi naik ke tampuk kekuasaan tahun 1933, lagu ini otomatis terangkat pula 'derajatnya' dengan diresmikannya sebagai simbol nasional berdasarkan UU tanggal 19 Mei 1933. Jadinya, Nazi Jerman mempunyai dua lagu kebangsaan, yang terdiri dari verse pertama dari Deutschlandlied diikuti dengan Horst Wessel Lied. Peraturan yang disertakan pada versi print lirik Horst Wessel Lied tahun 1934 mensyaratkan bahwa ketika verse pertama dan keempat dari lagu ini sedang dibawakan, maka yang mendengar haruslah mengangkat tangan kanan mereka (salam Hitler). Dalam film monumental Triumph Of The Will (saya punya DVD-nya, ada yang berminat?) karya Leni Riefenstahl, tampak para dedengkot partai Nazi ikut bernyanyi ketika lagu ini sedang dibawakan.
Seiring dengan jatuhnya kekuasaan Nazi di Jerman, lagu ini ikut-ikutan dilarang beredar, dan sampai saat ini lirik dan iramanya menjadi hal ilegal di Jerman dan Austria (kecuali untuk kepentingan pendidikan).
Lirik berbahasa Jerman :
Die Fahne hoch! Die Reihen fest geschlossen! SA marschiert mit mutig-festem Schritt. Kam'raden, die Rotfront und Reaktion erschossen, Marschier'n im Geist in uns'ren Reihen mit.
Die Straße frei den braunen Bataillonen. Die Straße frei dem Sturmabteilungsmann! Es schau'n aufs Hakenkreuz voll Hoffnung schon Millionen. Der Tag für Freiheit und für Brot bricht an!
Zum letzten Mal wird nun Appell geblasen! Zum Kampfe steh'n wir alle schon bereit! Bald flattern Hitlerfahnen über Barrikaden. Die Knechtschaft dauert nur noch kurze Zeit!
Die Fahne hoch! Die Reihen fest geschlossen! SA marschiert mit ruhig-festem Schritt. Kameraden, die Rotfront und Reaktion erschossen, Marschieren im Geist in unseren Reihen mit.
Lirik terjemahan (Inggris) :
The flag high! The ranks tightly closed! SA marches with a calm, firm pace. Comrades whom Red Front and reaction shot dead March in spirit within our ranks.
The streets free for the brown battalions, The streets free for the stormtroop man! Already millions look with hope to the swastika The day of freedom and bread is dawning!
Rollcall has sounded for the last time We are all prepared for the fight! Soon Hitler flags will flutter over barricades Our servitude will not last much longer now!
The flag high! The ranks tightly closed! SA marches with a calm, firm pace. Comrades whom Red Front and reaction shot dead March in spirit within our ranks.
emberontakan Ghetto Warsawa terjadi setelah penduduk Yahudi yang sebelumnya dipaksa tinggal di sana oleh Nazi mulai dipindahkan secara besar-besaran ke kamp-kamp konsentrasi di Polandia, untuk melaksanakan "Solusi Terakhir" (Endlösung) Hitler untuk memusnahkan kaum Yahudi dari wilayah kekuasaannya.
Pada mulanya, kebanyakan kaum Yahudi tidak tahu bahwa perintah pemindahan mereka merupakan awal dari perjalanan menuju kematian. Hal ini karena Nazi mengatakan bahwa mereka akan dipindahkan ke tempat yang lebih baik di Rusia. Akibatnya, kaum Yahudi meninggalkan ghetto dengan perasaan tenang.
Kemudian datang kabar dari gerakan perlawanan bahwa orang-orang yang meninggalkan ghetto ternyata dikirimkan ke kamp-kamp militer, terutama Treblinka, untuk dibunuh di kamar gas. Akhirnya, di bawah sejumlah pengikut Zionis dan sosialis, orang Yahudi yang tersisa bangkit melawan orang Jerman yang hendak mendeportasi mereka.
Untuk mematahkan perlawanan mereka, pemimpin SS Himmler mengirimkan Jenderal SS Stroop dan pasukannya yang terdiri atas campuran pasukan SS-polisi, tentara reguler, dan milisi-milisi Latvia dan lokal yang pro-Nazi. Perlawanan kaum Yahudi berlangsung selama tiga bulan. Sisa-sisa penduduk ghetto kemudian dibunuh di Treblinka sementara kawasan ghetto Warsawa sendiri diratakan dengan tanah.
Pemberontakan Warsawa tahun 1944 pecah pada bulan Agustus 1944. Pemberontakan tersebut dilatarbelakangi oleh perselisihan antara pemerintah Polandia di pengasingan dengan Uni Soviet. Pada saat mengusir tentara Jerman dari Polandia, Uni Soviet mendudukkan pemerintahan yang dipimpin oleh para tokoh komunis Polandia. Hal ini tidak disenangi oleh pemerintah Polandia di pengasingan, yang didukung oleh kebanyakan penduduk Polandia yang anti-Rusia dan anti-komunis.
Agar dapat mematahkan klaim Soviet sebagai "pembebas" Polandia, kelompok gerilya anti-komunis Polandia di bawah pimpinan Jenderal Bor Komorowski berusaha untuk merebut Warsawa dari tangan Jerman ketika Tentara Merah berada di depan gerbang Warsawa. Pemberontakan meletus pada awal Agustus 1944, di mana kaum gerilyawan dan penduduk sipil Warsawa bahu-membahu untuk merebut ibukota mereka dari tangan Nazi. Hitler yang murka mengirimkan pasukan SS untuk mematahkan perlawanan tersebut. Di antara pasukan SS tersebut terdapat sebuah unit yang terdiri atas orang hukuman. Selain itu, SS juga mengerahkan tentara bayaran mereka yang kejam, yang terdiri atas orang-orang Rusia, Ukraina, dan Muslim Soviet.
Ketika pemberontakan terjadi, Stalin membuat langkah menentukan yang menghancurkan perlawanan orang Polandia. Stalin tidak mengirimkan tank ke Warsawa, namuun dia memerintahkan pasukannya berhenti di pinggiran Warsawa dan membiarkan Jerman berkonsentrasi untuk menumpas kaum gerilyawan. Bahkan dia juga melarang pesawat-pesawat terbang Inggris dan Amerika untuk mengirimkan bantuan kepada gerakan perlawanan di Warsawa.
Segera saja kaum gerilyawan Polandia kewalahan. Dalam aksi untuk menumpas perlawanan, pasukan SS dan tentara bayaran mereka melakukan berbagai aksi pembunuhan, perampokan, dan pemerkosaan terhadap penduduk sipil Warsawa.
Diperkirakan 150.000 penduduk Warsawa terbunuh selama pertempuran yang berlangsung hingga Oktober 1944. Bor sendiri kemudian ditawan Jerman.
Baru pada bulan Januari 1945, ketika kekuatan anti-komunis sudah lumpuh, Tentara Merah membebaskan Warsawa dan menempatkan di bawah para tokoh komunis Polandia.
Gabungan serbuan panzer dan panzergrenadier (pasukan infanteri yang menyertai tank) dalam sebuah serangan di padang rumput Rusia, diambil dari majalah era Third Reich 'Signal'
Blitzkrieg, merupakan strategi perang kilat ("perang cepat") yang dilakukan oleh Jerman saat Perang Dunia II. Saat itu Jerman dipimpin oleh Adolf Hitler bersamaan dengan Nazi berhasil menguasai sebagian wilayah Eropa dengan menggunakan strategi ini. Cara berperang ini terbukti efektif dengan berhasil dikuasainya Polandia dan Perancis oleh Jerman pada Perang Dunia II. Kata Blitzkrieg berasal dari dua kata Blitz yang berarti kilat, dan Krieg yang berarti perang, kedua kata tersebut berasal dari bahasa Jerman.
Konsep Blitzkrieg
1. Angkatan Udara menyerang garis depan dan posisi samping musuh, jalan utama, bandar udara dan pusat komunikasi. Pada waktu yang bersamaan Infantri menyerangan seluruh garis pertahanan (atau setidaknya pada tempat-tempat penting) dan juga menyerang musuh. Cara ini akan mengendalikan musuh untuk mengetahui kekuatan utama yang akan menyerang mereka sehingga cara ini akan membuat pihak musuh kesulitan untuk membuat strategi pertahanan.
2. Memusatkan unit-unit Tank untuk menghancurkan garis-garis pertahanan utama sekaligus menusuk masuk tank-tank untuk jauh kedalam wilayah musuh, sementara unit yang sudah dimekanisasi melakukan pengejaran dan pertempuran dengan pihak musuh yang bertahan sebelum mereka sempat membuat posisi pertahanan. Infantri turut serta bertempur dengan musuh agar pihak musuh tertipu dan menjaga kekuatan musuh untuk tidak menarik diri dari pertempuran agar nantinya menghindari pihak musuh untuk membentuk pertahanan yang efektif.
3. Infantri dan unit pendukung lainnya menyerang sisi musuh (enemy flank) dalam rangka melengkapi hubungan dengan grup/kelompok lainnya sekaligus mengepung musuh dan/atau menguasai posisi strategis.
4. Grup yang sudah dimekanisasi (seperti Tank) mempelopori masuk lebih dalam kedalam wilayah musuh untuk mengepung posisi musuh dan memparalelkan dengan sisi musuh untuk mencegah penarikan pasukan dan pihak bertahan musuh untuk mendirikan posisi bertahan yang efektif.
5. Pasukan utama bergabung dengan pasukan yang sudah mengepung posisi musuh untuk selanjutnya menghancurkan pertahanan musuh.
Generalmajor Reinhard Gehlen (tengah) yang menggalang veteran Nazi untuk bekerja demi CIA. Dia adalah perwira intelijen kepercayaan Hitler, dan jasanya begitu dihargai, sehingga Gehlen dianugerahi Kriegsverdienstkreuz (War Merit Crosss) kelas pertama, noh tuh yang nongol di dadanya!
SS-Standartenführer Otto Skorzeny, orang di balik keberhasilan pasukan komando Jerman dalam Perang Dunia II. Amerika Serikat sampai merengek dan mengancam demi bisa mendapatkan jasanya setelah berakhirnya perang!
Sumber-sumber terpercaya di Palestina mengungkapkan bahwa dinas intelijen AS, CIA, memberikan perangkat mata-mata canggih kepada pemerintahan Fatah. Tujuan utama pemberian peralatan mata-mata tersebut adalah untuk mengawasi gerak-gerik komandan brigadir Izzudin Al Qassam. Alat tersebut juga dipergunakan untuk menyadap pembicaraan dari sang komandan melalui telepon. Dalam sebuah dokumen, terungkap bahwa tindakan tersebut dilakukan sebelum pejuang Hamas memutuskan untuk membersihkan Gaza dari para pengkhianat.
Dalam sebuah sambungan telepon khusus dengan situs Al Qassam, menanggapi soal penemuan dokumen tersebut, Abu Obaida mengatakan, “Ini bukan pertama kalinya kami menemukan dokumen yang berisi hal-hal seperti itu, pemerintahan Abbas memang memiliki agenda pengkhianatan, mereka juga memata-matai para mujahidin dan mengejar lalu menangkap para pejuang Islam atas perintah dari penjajah Zionis.”
“Kami sama sekali tidak terkejut mengenai aktivitas mata-mata yang dilakukan pemerintahan Abbas, karena kami sudah tahu benar seperti apa agenda mereka. Sungguh memuakkan, mereka berkomplot dengan agen-agen asing untuk membantai orang-orang Palestina sendiri yang seharusnya masih saudara mereka.”
Mengenai aktivitas mata-mata terhadap Mohammed Ad-Deif, buronan yang paling dicari oleh pasukan Zionis, Abu Obaida membenarkan pemberitaan yang beredar bahwa pengejaran Ad-Deif oleh pasukan keamanan Palestina ada di bawah kendali dan pengawasan CIA.
“Kami memiliki sejumlah dokumen lain yang ingin kami tunjukkan pada saat yang tepat,” tambahnya.
Mengenai upaya pembunuhan terhadap Ad-Deif, dia mengamini bahwa upaya pembunuhan terhadap Ad-Deif adalah bukti betapa kuatnya hubungan antara pemerintahan Fatah dengan CIA.
Abu Obaida mengakhiri kata-katanya dengan ucapan, “Mereka (pasukan keamanan Palestina) telah melakukan sebuah pengkhianatan besar bagi rakyat Palestina.”
Keterlibatan CIA dalam permasalahan Timur Tengah memang sudah banyak menjadi perbincangan kalangan masyarakat.
Banyak orang yang meyakini bahwa terciptanya Israel adalah karena dukungan kuat dari AS. Pada tahun 1947, pemerintahan AS memberikan suara di dalam tubuh PBB untuk memisahkan Palestina menjadi sebuah negara Yahudi dan sebuah negara Arab. Namun demikian, departemen luar negeri AS tampak “menentang” terbentuknya negara Yahudi. Presiden Truman memerintahkan perwakilan AS di PBB untuk mendukung pembagian Palestina. Hal tersebut ada hubungannya dengan pidato berapi-api dari Andrei Gromyko dari Uni Soviet di hadapan Majelis Umum PBB yang mendukung berdirinya negara Yahudi. Pidato tersebut menghilangkan pilihan politik AS, karena AS tidak ingin terlihat kurang memusuhi Nazi dibandingkan dengan Soviet.
Pakar sejarah Christopher Simpson membuat dokumentasi dengan dasar materi yang diperoleh melalui Freedom of Information Act, segera setelah tahun 1945, pemerintah AS secara diam-diam mulai merekrut Nazi dalam jumlah besar, termasuk di dalamnya sejumlah besar penjahat perang Nazi. Perekrutan tersebut dilakukan untuk membangun dinas rahasia AS. Harian Washington Post menuliskan ulasannya mengenai buku yang ditulis Simpson, “Tidak penting lagi – atau tidak mungkin lagi – untuk menyangkal fakta bahwa pemerintahan AS secara sengaja dan secara sistematis merekrut puluhan ribu orang Nazi yang masih aktif.”
Frank wisner adalah salah satu arsitek utama perekrutan Nazi untuk membentuk CIA. Menyusul kekalahan Mesir pada perang tahun 1948, Simpson menjelaskan, “Frank Wisner telah mengirimkan orang kepercayaannya ke Timur Tengah, Kermit (Kim) roosevelt, ke Kairo pada awal tahun 1951 untuk membuka negosiasi rahasia dengan kolonel Gamal Abdel Nasser dan para pemberontak yang tengah bersiap-siap untuk melancarkan kudeta di negara tersebut.
Kormit Roosevelt melaporkan kepada para atasannya bahwa memang benar ada persetujuan dengan Nasser. Nasser meminta Roosevelt untuk membantu membangun kekuatan intelijen militer Mesir dan pasukan keamanan nasional, kekurangan Mesir yang terlihat dengan kekalahan mereka dari Yahudi Israel membuat direktur CIA kala itu, Allen Dulles, memerintahkan (Reinhard) Gehlen pada tahun 1953 untuk membantu Mesir.
Reinhard Gehlen mengepalai upaya perekrutan Nazi untuk membentuk kekuatan CIA, sesuatu yang tidak terlalu mengherankan karena Gehlen adalah seorang petugas intelijen militer paling senior yang dipercaya oleh Hitler.
“Gehlen memperoleh banyak informasi dari peranannya dalam sebuah kejahatan perang yang mengerikan: penyiksaan, interogasi, dan pembunuhan pelan-pelan melalui rasa lapar terhadap 4 juta orang tahanan Soviet. Para tahanan yang menolak untuk bekerjasama seringkali disiksa hingga akhirnya ditembak mati. Banyak tahanan yang dieksekusi bahkan setelah mereka memberikan informasi yang diminta, dan sejumlah besar tahanan lainnya dibiarkan kelaparan hingga menemui ajal,” tulis Simpson dalam bukunya.
Ketika pemerintah AS merekrut Gehlen setelah perang, mereka memintanya untuk menciptakan kembali infrastruktur intelijen Nazi, dan hal ini dikenal dengan sebutan ‘Gehlen Org,’ yang bnerpusat di Pullach, Jerman Barat.
Sebagian dari para Nazi yang direkrut AS bukan berasal dari ‘Gehlen Org’ karena mereka berasal dari imigran yang pindah ke AS, bahkan sebagian Nazi imigran tersebut ada yang menjadi bagian dari tentara AS, sebagian lainnya dipergunakan sebagai aset CIA di berbagai belahan dunia yang lain.
Christopher Simpson menuliskan bahwa setidaknya setengah lusin – atau mungkin lebih – dari jajaran staf pertamanya, yang terdiri dari 50 orang, adalah mantan anggota SS (Schutzstaffel, polisi khusus pelindung Adolf Hitler) atau SD (Sicherheitsdienst, pasukan intelijen Nazi), termasuk Obersturmführer (sebuah pangkat yang diberikan kepada petinggi militer Nazi dari pasukan SS) Hans Sommer.Pendukung Fatah memberi penghormatan selayaknya Nazi.
Menyusul kekalahan Mesir, AS meminta bantuan Gehlen untuk membantu meningkatkan kekuatan militer dan intelijen Mesir. Gehlen sendiri memerintahkan Otto Skorzeny.
Skorzeny adalah seorang Nazi “murni” – sesuai dengan penggambaran fisik sosok bangsa Arya yang tinggi dan berambut emas, yang sangat disukai oleh der führer, Adolf Hitler – Hitler sendiri berbadan pendek dan berambut coklat. Skorzeny disebut-sebut sebagai komandan favorit Hitler. Dia adalah seorang pakar sabotase, pembunuhan, dan sejumlah misi-misi sulit lainnya dalam agenda penyusupan.
Gehlen menginginkan Otto Skorzeny untuk melatih pasukan Mesir. Skorzeny sendiri mengatakan bahwa dirinya segan melakukan itu, sehingga pemerintah AS sampai harus merengek memohon kepada Skorzeny secara pribadi, dia dijanjikan gaji yang besar dan seluruh biaya operasional intelijennya. Skorzeny tidak bergeming, sampai akhirnya Gehlen menekan ayah mertua Skorzeny, Hjalmar Schacht, untuk meyakinkannya.
Skorzeny kemudian menggunakan dana dari CIA untuk merekrut sekitar 100 orang penasihat Jerman untuk membimbing pasukan intelijem Mesir, kebanyakan dari orang Jerman yang direkrut berasal dari organisasi neo-Nazi.
Pelatihan pasukan militer dan intelijen Mesir bukanlah satu-satunya peranan Nazi (suruhan CIA) di Timur Tengah. Gerakan Fatah juga diciptakan di Kairo.
Pemimpin Fatah dan presiden pemerintahan Palestina, Mahmoud Abbas, dikabarkan juga mendapatkan pelatihan Nazi, karena Abu Mazen (panggilan Abbas) adalah salah satu pendiri Fatah.
Seragam kamuflase SS-Rottenführer (versi tahun 1944)
Sukarelawan SS asal Italia dengan seragam kamuflase Zeltbahn mereka, dengan bentuk poncho (supaya tetap kering kalau hujan) ditambah dengan dedaunan yang dipasang di helm Italia M33. Para prajurit ini dipersenjatai dengan Karabin Carcano kaliber 6,5 plus bayonet. Di bahu mereka melintang bandolier (tempat amunisi) hijau gaya lama
Foto berwarna dari era Third Reich yang memperlihatkan seragam kamuflase yang dikenakan oleh perwira dari Divisi Panzer SS ke-12 'Hitlerjugend'. Mau tahu nama si cowok cute ini? Untersturmführer Franz-Josef 'Franzl' Kneipp, yang punya kelebihan suara bagus dan jago gitar!
Kalau yang ini adalah seragam camo (kamuflase) yang digunakan oleh pasukan penerjun payung (Fallschirmjäger) dari SS. Lihat betapa pakaian yang mereka kenakan tampak menyatu dengan alam sekitarnya!
Seragam kamuflase dari prajurit panzer Divisi SS pertama, Leibstandarte Adolf Hitler. Melihat tampangnya sih, kayaknya yang dijadikan model lukisan ini adalah jagoan panzer Bobby Woll, satu-satunya gunner dalam sejarah yang bisa menembak musuh dalam keadaan panzernya sedang bergerak!
Para prajurit SS sedang latihan perang-perangan di musim dingin lengkap dengan seragam kamuflase salju mereka. Yang di belakang itu adalah replika tank Rusia T-34 yang tampaknya terbuat dari kayu
Dua contoh seragam kamuflase yang biasa digunakan oleh prajurit Waffen-SS. Yang satu dikenakan oleh Brigadeführer Kurt 'Panzermeyer' Meyer, satunya lagi oleh Brigadeführer Heinz Harmel. Yang di tengah sih (Fritz Witt) memakai pakaian standar perwira SS
Begitu bagus dan berharganya seragam camo Waffen-SS, sehingga tentara dari pihak lawan pun tidak jarang memakainya sebagai tambahan seragam mereka! Contohnya prajurit komunis Rusia ini, yang tanpa malu-malu memakai camo Waffen-SS di celananya!
Produksi semua barang seragam untuk Waffen-SS kebanyakan dilakukan di kamp-kamp konsentrasi, terutama Dachau dan Buchenwald. Yang diproduksi termasuk pakaian kamuflase yang dipelopori oleh Waffen-SS dan merupakan ciri paling khas mereka. Beberapa contoh diperlihatkan dalam foto dan ilustrasi di atas, tapi karena gaya pakaian ini sangat penting, perlulah kita menghantamnya lebih lanjut dalam artikel tersendiri (ya ini!).
Waffen-SS termasuk unit militer pertama yang memakai apa yang kemudian dikenal sebagai pakaian “pola pengacau”, dirancang untuk membantu serdadu berbaur dengan latarbelakang di sekitar mereka dan membuat mereka lebih sulit terlihat oleh musuh. Gagasan kamuflase itu sendiri, tentu saja, bukan hal baru, tapi dalam makna modern baru nongol pada pergantian abad ketika Angkatan Darat Britania dengan terlambat menyadari bahwa tunik merah membuat para serdadu jadi sasaran empuk penembak musuh dan langsung mengganti warnanya menjadi khaki (coklat-kuning pudar), praktik yang dengan cepat ditiru oleh sebagian besar tentara negara lain, meskipun dengan berbagai variasi warna tersendiri. Khaki, atau kelabu-hijau padanannya di Jerman, adalah warna praktis dan netral, tapi Waffen-SS merasa belum cukup. Yang diperlukan adalah sejenis garmen yang memungkinkan serdadu berbaur bukan hanya di berbagai lingkungan pedesaan, tapi juga mengikuti perbedaan warna rumput dan daun seiring dengan perubahan musim.
Sejak awal pecahnya Perang Dunia II pada bulan September 1939, sebagian besar pasukan tempur Waffen-SS memakai baju luar longgar, yang menjulur sampai ke paha, di luar tunik dinas mereka. Baju luar dari campuran rayon/katun itu berpotongan sangat besar untuk memudahkan pergerakan, dan dapat ditarik kencang di pinggang dengan tali pengikat, memberikan perlindungan tambahan terhadap angin. Bagian leher yang tidak berkerah juga punya tali pengikat, demikian pula mansetnya, dan menghasilkan penampilan gombrong yang memang disengaja dan merupakan kamuflase juga.
Baju luar model awal punya dua celah di bagian dada yang memungkinkan pemakai merogoh kantong tunik di baliknya, tapi segera disadari bahwa hal ini mustahil dilakukan kalau rompi webbing sedang dipakai di luarnya, yang memang seharusnya, jadi celah itu tidak lagi dibuat. Cincin pengait juga seringkali dijahitkan di bahu, lengan atas, dan selubung helm untuk memungkinkan dedaunan dicantolkan sebagai kamuflase ekstra.
Baju luar bisa dibolak-balik dan diberi cetakan beragam pola agar cocok dengan musim yang berubah-rubah : hijau muda dan tua di musim semi, dua rona hijau serta coklat keunguan pada musim panas, dan tiga warna coklat serta coklat kemerahan untuk musim gugur. Pencetakan kain dalam jumlah besar dengan kerumitan seperti itu belum pernah dilakukan sebelumnya, dan bahan pencelup serta teknik khusus harus diciptakan. Baju luar versi awal disablon, tapi karena makan waktu, khususnya karena baju luar itu juga harus dibuat tahan air, versi-versi akhir dicetak oleh mesin. Pola-pola dirancang dengan hati-hati untuk memutus garis bentuk (outline) si pemakai, dengan bercak-bercak kecil bersisi tajam yang digambarkan dalam warna-warna kontras, sehingga pemakai kamuflase yang sedang berdiri diam di hutan atau semak-semak akan menjadi tak terlihat, setidaknya bagi yang matanya bolor! Ada empat pola dasar yang dipakai selama masa perang, yang untuk mudahnya pada umumnya disebut sebagai “pohon plane”, “pohon palm”, “daun oak”, dan “kacang polong”. Yang satu tidak lebih baik dari yang lain dalam memberikan perlindungan kamuflase, jadi tampaknya alasan-alasan untuk perubahan itu adalah hanya untuk percobaan saja.
Pada tahun 1942 dimulailah perancangan seragam baru untuk pasukan khusus Waffen-SS. Hasilnya adalah seragam kamuflase dril M43. seragam ini berupa satu jaket berkancing sebaris dan pantalon dari campuran rayon, dengan kamuflase dicetak hanya pada satu sisi, didominasi warna kuning kusam dengan bercak hijau dan coklat. Pakaian M44 yang menyusul M43 terbuat dari kain kepar kasar berpola pucuk rebung (herringbone) yang tidak sehangat model sebelumnya. Kualitas tahan air M44 lebih jelek daripada M43. pembuatan seragam lapangan M44 menandai tahap akhir dalam penyederhanaan dan penurunan mutu pakaian Angkatan Bersenjata Jerman (Wehrmacht).
Pada tahun 1944, kurangnya bahan dan kewajiban menghemat memaksa Wehrmacht dan Waffen-SS untuk menggunakan jenis tunik dan pantalon yang berbeda. Blus lapangan (Feldbluse) M44 pendek, tidak mencapai pinggang, mirip blus tempur angkatan darat Inggris. Blus M44 terbuat dari bahan Zeltbahn yang murah, berpenampilan lusuh, dan kurang hangat bila dibandingkan dengan tunik sebelumnya. Pantalonnya juga setinggi pinggang dan lebih sempit, dikencangkan dengan ikat pinggang dan bukan bretel.
Zeltbahn dikembangkan oleh Angkatan Darat (Heer), tapi juga dipakai oleh Waffen-SS. Zeltbahn merupakan bahan sederhana berbentuk segitiga bercetak warna kamuflase yang dapat dipakai sebagai ponco pada cuaca basah. Tepiannya berlubang untuk tali pengikat, dan tiga Zeltbahn atau lebih dapat diikat menjadi satu menjadi tenda berlindung kecil. Apabila sedang tidak dipakai, Zeltbahn disandang dalam keadaan tergulung di punggung bersama dengan perlengkapan pribadi lain dari pasukan khusus.
Pemimpin NSB (partai Nazi ala Belanda) Anton Mussert mengeluarkan salam khas 'Houzee'-nya sebelum bertolak untuk mengadakan kunjungan ke Hindia-Belanda (1935)
Penguburan Muhammad Husni Thamrin, 15 Januari 1941. Tampak di depan pemimpin Parindra, Woerjaningrat Soekardjo Wirjopranoto, dengan dikelilingi oleh kelompok Pemuda Parindra yang memberikan salam kebesaran Hitler
Para aktivis NSP di dalam kamp interniran di Pulau Onrust, Mei 1940
Awal tahun 1933, berdiri Nederlandsche Indische Fascisten Organisatie (NIFO) di Batavia. Organisasi ini berkiblat pada organisasi fasis di Jerman dan mengklaim diri sebagai bagian dari Nationaal Socialistische Beweging (NSB) yang didirikan oleh Ir Mussert dua tahun sebelumnya. Seperti halnya kaum Fasis di Jerman, NIFO juga memiliki sayap pemuda militan, Barisan Pemuda, Sebuah pasukan yang mendapat latihan ketentaraan dan berseragam hitam. Sayangnya, tidak semua anggota NIFO setuju dengan pembentukan pasukan ini, dengan alasan akan menimbulkan pertentangan antar golongan di tanah Hindia. Mereka, melalui vergadering dan kursus-kursus politik, gencar menyebarluaskan ajaran fasis.
Awalnya gerakan ini tidak pernah dihiraukan di Hindia. Pemerintah kolonial lebih memfokuskan diri memonitor kaum pergerakan pribumi. NIFO bukan sesuatu yang mengkhawatirkan. Ketika kaum NAZI berhasil merebut kekuasaan, Januari 1933, sekelompok warga Jerman di tanah Hindia menyambut dengan antusias dengan menghimpun 1000 tanda tangan orang Jerman di Hindia untuk mendukung pemerintahan Adolf Hitler. Meski tidak seluruh orang Jerman tidak bisa memberikan tanda tangannya, dipastikan hampir seluruh warga Jerman di Hindia mendukung Pemerintahan baru Hitler di Jerman!
Simpati terhadap NAZI Jerman juga ditemui pada sekelompok pemuda Belanda yang berbaris di taman-taman atau jalanan. Mereka mengenakan kemeja krem dengan celana atau rok coklat tua. Setiap berpapasan, mereka saling memberikan Heil Führer atau Heil Hitler (hormat ala kaum NAZI). Ini bukanlah bentuk keberpihakan sepenuhnya pemuda Belanda tadi, melainkan sekedar mode yang musiman saja pada saat itu di kalangan pemuda Indo.
Selama dalam pembuangan di pulau Banda, Sutan Sjahrir melihat suksesnya propaganda fasis. Istri seorang dokter dipulau itu sering menyapa kawan-kawannya dengan Heil Hitler. Istri dokter itu hanya menganggap salam itu bagus dan terkesan modern tanpa mengerti lebih jauh apa itu Fasis!
Setelah propaganda kaum fasis Hindia mulai mempertanyakan “ keabsahan “ pemerintah, pemerintah kolonial berkesimpulan bahwa gerakan fasis akan mengganggu ketertiban umum dan akan mempengaruhi wibawa pemerintah dimata kalangan bumi putra. Polisi kolonial-pun mulai bertindak terhadap kaum fasis ini. Sebuah pertemuan NIFO di Bandung dibubarkan dengan paksa setelah pemimpin NIFO disana menganjurkan agar Hindia lepas dari Negeri Belanda. Kaum fasis yang semakin radikal ini membuat kesal pemerintah kolonial.
Antara anggota NIFO pernah terlibat konflik. Suatu kali Rhemrev, van Huut dan Ten Holder dalam sebuah rapat tertutup mengancam akan mundur dari NIFO bila Ocherse, Gouwenberg dan Kankeler masuk sebagai dewan pimpinan NIFO. Alasan penolakan itu berkisar pada propaganda fasis, untuk kaum Indo Eropa atau untuk seluruh rakyat Hindia.
Setelah sempat keluar dalam waktu yang tidak lama, Rhemrev, van Huut dan Ten Holder masuk kembali dalam NIFO setelah ada pengumuman bahwa Ocherse, Gouwenberg dan Kankeler tidak akan dimasukan dalam daftar anggota dewan pimpinan. Dalam "Adil" edisi 29 Juni 1933, Rhemrev menyangkal bahwa dirinya telah keluar dari NIFO.
Masalah apakah NIFO hanya diperuntukan bagi kaum Eropa dan Indo Eropa atau bagi seluruh Hindia menimbulkan perpecahan di waktu yang akan datang. Di kemudian hari anggota yang memandang perlunya fasisme bagi seluruh rakyat Hindia mendirikan Fascistische Unie. Dalam anggaran dasarnya, Fascistische Unie disebutkan:
1.Kerajaan Nederlansche terdiri atas Hindia Timur dengan Hindia Barat; 2.Kerajaan ini harus dibawah Koninghuis Orange; 3.Penduduk baik individual maupun dengan cara bergolong-golong boleh mendapat staats burgerschap dengan berpegang pada adapt golongan masing-masing; 4.Memajukan samenwerking antara golongan antara golongan pendudukberdasar kegunaannya pada staat; 5.Kaum majikan dan kaum buruh, dengan ttidak memandang bangsa akan dianggap sama harganya pentingnya untuk kemajuan staat; 6.Akhir sekali staat dirubah menjadi satu staat yang berdasar syndico-corporatieven grondslag; 7.Mengakui kegunaan agama bagi seseorang dan semua agama harus dimajukan dan paham yang tidak mengakui adanya tuhan dibantah.
Agenda politik organisasi ini menyebut, Negeri Belanda harus diubah menjadi pemerintahan fasis. Kaum pribumi Hindia tidak lepas untuk difasiskan agar bisa menerima Fascistische Staatvorm Negeri Belanda.
Sebuah usaha menyatukan kaum fasis Hindia dilakukan dengan mengumpulkan para wakil dari IEV, VC juga NIFO pada Juli 1933 untuk merumuskan program bersama. Kerjasama ketiga organ itu lebih didasarkan pada tiga program pokok: pembelaan keras untuk kekuasaan (gezeg); membezuinig sehabis-habisnya sehingga bergrooting menjadi klop; menunjang pemutusan hak tanah (grond-rechten) buat kaum Indo Eropa. Hal ini menunjuikan pengaruh VC dan IEV sangat besar pada masa itu. VC sangat memusuhi kaum pergerakan. EIV kesal lantaran tuntutan hak tanahnya ditolak pemerintah atas desakan anggota volksraad pribumi Husni Thamrin. Hingga VC dan IEV menjadi pendukung NIFO dalam mengusung fasisme sebagai bagian dari NSB. Berdirinya cabang NSB di Indonesia pada tahun 1934, bermula dari kembalinya Mr. Hamer—tokoh VC—dari Negeri Belanda. Hamer mengaku dirinya angggota dan wakil NSB di Hindia Belanda. Banyak pejabat dan pengusaha yang menjadi anggota NSB walau bukan anggota tetap. Sudah pasti mereka tidak akan mau ambil resiko dan terkesan membatasi diri dalam perannya di organisasi. Mereka sering membari bantuan dana bagi para NSB. Bila di Negeri Belanda pegawai sektor public (pegawai negeri) dilarang menjadi anggota NSB, maka anggota NSB Hindia adalah para guru, pegawai dan sarjana!
Untuk merndukung propaganda-nya, NSB memiliki media sendiri, surat kabat Het Licht. Kemenangan kaum Fasis terhadap kaum komunis selalu menghiasi headline surat kabar Fasis itu. Sikap anti pergerakan diperlihatkan kaum fasis dengan memposisikan kaum komunis sebagai kaum yang berbahaya seperti dalam pemberontakannya pada tahun 1926-1927. Kaum pribumi, dimata orang Eropa yang terpengaruh Fasis tidak berbeda dengan kaum komunis, orang Eropa merasa orang pribumi selau memata-matai dan menunggu lengah lalu menikam dari belakang seperti dalam pemberontakan PKI. Apa yang dilakukan kaum fasis tadi, dimata kaum pergerakan sama saja dengan apa yang dilakukan pemerintah colonial, mematikan kaum pergerakan. Sejak dulu setiap kekuatan yang menetang pemerintah selalu dicap ‘komunis’ (merah).
Pengaruh Fasis diterima dengan baik oleh beberapa orang pribumi. Pada bulan Agustus 1933 di Bandung, Dr Notonindito mendirikan Partai Fascist Indonesia (PFI). Partai ini mengusung fasisme demi romantisme sejarah kejayaan budaya dimasa lampau, seperti halnya romantisme Mussolini pada kejayaan Romawi, Italia La Prima. Berbeda dengan fasis Eropa dan Indo yang bisa jadi dilator belakangi oleh kepentingan ekonomi. Pada dasarnya PFI ingin membangun kejayaan kerajaan Indonesia purba macam Sriwijaya atau Majapahit. Gagasan dan cita-cita ini juga mengejutkan kaum pergerakan nasional waktu itu. Notonindito yang pernah tinggal di Jerman rupanya tidak ingin mengikuti fasisme Jerman pada tahun 1924, sebagai orang Jawa dirinya lebih mengakar pada kebudayaan Jawa saja. Ia bukan bermaksud mendirikan Negara korporasi, melainkan sebuah Negara yang dipimpin oleh seorang raja seperti pada masa lampau. Seperti dikutip dalam Adil: “mendapatkan kemerdekaan Djawa dan nanti diangkat raja yang tunduk pada grondwet dan raja ini adalah turunan dari Penembahan Senopati; akan mebangunkan kembali statenbond (Perserikatan Negeri-negeri) dari kerajaan-kerajaan di Indonesia yang merdeka, dimana terhitung juga tanah-tanah raja (Vorstenlanden. Kaum pergerakan dalam Pemandangan memberikan reaksi kepada PFI. Dengan didahului dengan beberapa tulisannya, diambil kesimpulan bahwa PFI merupakan kelajutan dari cita-cita Soetatmo, juga seorang nasionalis Jawa. Ketika Notonindito di Jerman, 1924, Soetatmo meninggal dunia karena sakit. Surat kabar Adil edisi 26 Juni 1933, mengecam PFI sebagai ‘perkakas politik’ untuk memecah pergerakan nasional. Fasisme dipandang juga sebagai bibit dari sikap provinsialisme yang merugikan. Lebih lanjut dibahas nasionalisme yang dibutuhkan kaum pergerakan untuk rakyat Hindia adalah nasionalisme kerakyatan bukan nasionalisme yang dilandasi jiwa priyayi Jawa dan stelsel kapitalisme. Panji Timoer menuduh, kaum fasis Hindia tidak ubahnya kaum fasis di Eropa, mereka telah ‘membunuh aliran revolusioner’.
Notonindito sendiri adalah putra Raden Pandji Notomidjojo, bekas patih kabupaten Rembang. Pada 1918 ia menamatkan MULO, kemudian melanjutkan pelajarannya di Telefoon Dienst. Pada 1921, ia berangkat ke Belanda untuk mempelajari ekonomi perdagangan. Pada 1923 ia lulus dan meraih gelar adjunc accountant dan bekerja pada kantor akuntan di Amsterdam. Pada pertengahan 1924 ia menuju Berlin (Jerman) untuk melanjutkan studi ekonominya. Pada November 1924 ia meraih gelar Doktor dalam ilmu ekonomi dengan tesis "Sedjarah Pendek Tentang Perniagaan, Pelajaran Dan Indoestri Boemipoetra Di Poelau Djawa". Sepulangnya ke Indonesia, ia membuka kantor di Pekalongan sambil merangkap sebagai anggota PNI. Ia kemudian pindah ke Bandung dan menghilang dari panggung pergerakan. Ketika Partai Nazi memenangkan pemilu di Jerman pada tahun 1933, Notonindito muncul kembali di panggung pergerakan dengan idenya tentang Partai Fascist Indonesia
Akibat serbuan Jerman ke penjuru Eropa, banyak terjadi perubahan atas Hinjdia Belanda. Di Ternate, tempat Didi Kartasasmita Bertugas sebagai Letnan KNIL. Didi melihat, orang-orang Jerman umunya berprofesi sebagai pedagang hasil bumi atau sebagai pekerja di Zending. Setelah penyerbuan itu, orang-orang Jerman itu diasingkan. Biasanya jika serdadu KNIL bangsa Belanda bertemu orang-orang Jerman, mereka akan membuat pesta. Setelah keluar aturan pengasingan bagi orang-orang Jerman, justru orang-orang Belanda KNIL itulah yang menangkapnya. Serdadu-serdadu pribumi justru tidak dilibatkan dalam penangkapan itu. Pernah Didi mendengar pemisahan Negeri Belanda dengan Hindia Belanda. Banyak orang-orang Belanda Indo mendukung hal ini, orang-orang Belanda totok justru tidak menginginkannya.
Parlindoengan Loebis (tampak paling depan memegang ban penyelamat) berfoto bersama para penumpang dari berbagai bangsa di dek kapal Trier yang sedang berada di Laut Tengah dalam perjalanannya ke Eropa (1932). Setelah 15 tahun, barulah Loebis bisa kembali pulang ke tanah air!
Pengurus PI (Perhimpoenan Indonesia) tahun 1938 dalam acara perayaan hari jadi organisasi tersebut yang ke-30. Parlindoengan Loebis diapit oleh Sidartawan dan Mohammad Ilderem. Sama seperti Loebis, Sidartawan juga dijebloskan oleh Nazi ke kamp konsentrasi. Tapi nasibnya tidak seberuntung Loebis, ia tewas di kamp tersebut dan sampai sekarang jenazahnya tidak diketahui dikuburkan dimana.
Para penghuni kamp konsentrasi Buchenwald. Uniknya, dalam otobiografinya, Parlindoengan Loebis tak sekalipun pernah menyebutkan adanya kamar gas beracun atau oven pembakar mayat selama keberadaannya di kamp tersebut, sesuatu yang berlawanan dengan apa yang dipropagandakan oleh media-media massa yang dikuasai Yahudi!
Gambar udara dari lokasi pabrik pesawat Heinkel di Oranienburg, tempat dimana Parlindoengan Loebis menghabiskan sisa-sisa hidupnya sebagai dokter tawanan dalam Perang Dunia II sebelum dibebaskan
Parlindoengan Loebis di tengah berjas putih bersama rombongan orang Indonesia yang pulang dari negeri Belanda ketika merayakan Tahun Baru 1947 di atas kapal Weltevreden yang mereka tumpangi dan telah berada di sekitar Kepulauan Seribu
Parlindoengan Loebis di depan rumah dinasnya sebagai Kepala Dinas Kesehatan Pabrik-Pabrik Persenjataan Departemen Pertahanan Republik Indonesia di Yogyakarta (1948)
Foto terakhir Parlindoengan Loebis sebelum ia meninggal dunia. Di sampingnya adalah putri tercintanya Damiyati Inca
Sehari setelah tahun baru 1995, di koran KOMPAS dipasang sebuah iklan pemberitahuan kematian dari Parlindoengan Loebis
Tidak pernah terpikirkan, apalagi membayangkan saudara sebangsa dan setanah air, ada yang mempunyai pengalaman hidup menjadi penghuni kamp konsentrasi yang telah kadung dipropagandakan oleh media massa sebagai neraka pembunuh massal Hitler. Parlindoengan Loebis-lah orangnya, dimana selama empat tahun (1941-1945) dia menjalani hidup sebagai tahanan politik di kamp konsentrasi Nazi Jerman. Tahun 1936 sampai 1939, dia menjadi ketua Perhimpunan Indonesia yang berhaluan kiri dan anti fasisme. Nazi menganggap organisasi ini berbahaya dan harus dibinasakan. Ini yang menjadi penyebab mengapa Parlindoengan Loebis bersama tokoh-tokoh PI lainnya ditangkap dan dijebloskan ke dalam kamp konsentrasi tanpa melalui proses persidangan. Nazi memang tidak pandang bulu, orang-orang yang dicurigai dan pernah aktif pada satu organisasi tertentu yang berseberangan dicaplok dan dapat dipastikan orang tersebut sudah berada di kamp-kamp konsentrasi.
Meskipun dia bukanlah satu-satunya orang Indonesia yang dimasukkan di kamp konsentrasi Nazi, tapi dapat dikatakan dialah satu-satunya yang berhasil selamat, dan semua ini sebagian besar berkat pendidikan dokter yang pernah dia pelajari selama kuliah di negeri Belanda.
Parlindoengan Loebis lahir di Batang Toru, lima puluh kilometer dari Sibolga, Tapanuli Selatan, tanggal 30 juni 1910. Orang tuanya (Karisoetan gelar Soetan Goeroe Sinomba dan Siti Halidjah) dari kalangan pejabat tinggi pribumi yang kekayaannya mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke luar negeri seperti ke negeri Belanda. Setelah lulus kandidat I di Algemene Middelbaare School (AMS) jurusan ilmu pasti dan ilmu alam, Parlindoengan Loebis melanjutkan ke sekolah tinggi kedokteran Universitas Leiden negeri Belanda. September 1932, dia tiba di Rotterdam dan langsung mendaftar sebagai mahasiswa kedokteran. Selama jadi mahasiswa dan kuliah di Leiden, dia aktif sebagai pengurus organisasi mahasiswa Indonesia negeri Belanda yang bernama Perhimpoenan Indonesia (PI). Organisasi inilah yang aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di negeri Belanda.
Loebis berangkat ke Negeri Belanda setelah lulus Kandidat I di Betawi (begitu dia menuliskannya). Semasa di Betawi, ia sempat aktif di Jong Islamieten Bond dan Jong Batak, yang kemudian bersama perhimpunan mahasiswa lain (selain Jong Java) bersatu membentuk PPPI dan Indonesia Moeda.
Sepeninggal Hatta cs, PI bersifat kekirian, dengan garis Stalinis yang jelas. Sempat Loebis menjadi ketua, selama 3 tahun, dan membawa PI ke arah yang tak begitu kiri. Kerjasama dengan Partai Komunis Belanda dihentikan, dan digantikan dengan kerjasama dengan Partai Sosialis (SDAP).
Dalam PI sendiri, Parlindoengan Loebis merupakan angkatan kedua setelah Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Santono, Iwa Koesoemasumantri, Ali Sastroamidjojo dan Sukiman. Angkatan pertama inilah yang mendominasi pergerakan sebelum dan sesudah Indonesia merdeka. Dia tidak sempat bertemu dengan Hatta di negeri Belanda karena waktu berangkat ke sana, Hatta dalam perjalanan pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya. Loebis hanya sempat berpapasan dengan kapal yang membawa Hatta pulang ke tanah air saat melintas di perairan laut merah.
Loebis menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di negeri asing tidak dalam keadaan mudah begitu saja, apalagi waktu itu terjadi krisis ekonomi global yang lebih dikenal sebagai Malaise, sehingga menambah beban para mahasiswa bangsa ini yang menuntut ilmu di negeri-negeri Eropa (khususnya di Belanda). Disini pula dia bertemu dengan jodohnya, Johana Soumokil (nanti lebih dikenal sebagai Jo Loebis), orang pribumi lain keturunan Maluku yang mengikuti ayahnya yang bekerja di negeri keju.
Kehidupan tampaknya akan baik-baik saja bagi pasangan muda ini. Tapi kemudian Perang Dunia II pecah. Bulan Mei 1940, saat Jerman bergerak ke barat, Belanda yang dengan arogan menjajah kita selama ratusan tahun menyerah nyaris tanpa perlawanan, dan berhasil ditunjukkan setelah hanya mampu melawan selama 4 hari saja!
Bahkan kemudian kehidupan masih tampak normal dalam pendudukan Jerman. Sebelum serangan Jerman pun, partai NSB pro Jerman pernah memperoleh suara cukup besar (separuh suara) dari rakyat Belanda. Selama pendudukan Jerman ini, Loebis sempat lulus di Leiden, menikah di Haarlem, menjajagi bekerja di Utrecht, dan akhirnya membuka praktek di Amsterdam. Tapi kemudian, 26 Juni 1941, dua orang reserse Belanda menjemputnya. Loebis dipenjarakan, dan kemudian dipindahkan ke Kamp Konsentrasi. (Baru pada tahun 1945, Loebis mengetahui alasan penahanannya: Jerman baru membuka front baru melawan Sovyet, dan para aktivis gerakan pro komunis ditakutkan menjadi partisan di belakang front).
Kamp Konsentrasi yang pertama dihuni adalah Kamp Schoorl. Di sini, tawanan belum disuruh bekerja, tetapi hanya disuruh apel dan berolah raga. Kemudian seluruh isi kamp ini digabungkan ke Kamp Amersfoort. Di sini, tawanan memperoleh perkerjaan konstruksi, termasuk memasang kawat berduri. Juga mulai sering disiksa secara kejam, baik oleh orang Jerman, maupun terutama oleh orang NSB.
Loebis kemudian dipindahkan ke Kamp Buchenwald di Jerman. Di sini Loebis mulai kehilangan harapan untuk dibebaskan, kecuali perang berakhir dengan kekalahan Jerman. Ia memutuskan untuk hidup secara efisien dan tanpa hati, untuk bertahan hidup selama mungkin. Di Buchenwald, mereka membuka hutan di pegunungan berkabut, memecah batu, membuat barak, saluran air, listrik, bengkel, dan lain-lain, selama 7 hari seminggu, 14 jam sehari. Tawanan sering dipukuli, bahkan hingga mati. Tawanan yang ketahuan mengobrol akan ditembak tanpa ampun.
Namun kemudian Loebis dipindahkan lagi, pada Oktober 1942, ke Sachsenhausen, ke instalasi pabrik pesawat perang Heinkel. Di sini situasi lebih baik. Kamp lebih difokuskan pada pekerjaan teknis, biarpun kekejaman masih berlangsung, dan menyita nyawa manusia segala bangsa di sana. Kali ini, Loebis ditugaskan sebagai dokter kamp, sehingga tugasnya lebih ringan. Loebis jarang mengulas tentang Yahudi. Ia beralasan bahwa barangkali para Yahudi dipisahkan, dan ditempatkan di kamp tersendiri. Atau barangkali … entahlah.
Saat akhirnya pasukan sekutu berhasil masuk ke Jerman, Kamp kacau. Para tawanan dan penjaga membentuk barisan tak teratur yang terus bergerak ke barat. Tawanan yang keluar barisan langsung ditembak di belakang kepala. Tapi banyak juga penjaga yang juga lari memisahkan diri. Mereka akhirnya berhenti di kampung Grabouw. Sempat barisan dari kamp lain bergabung. Dan akhirnya tentara Russia masuk juga ke kampung itu. Mereka resmi lepas dari tawanan. Tapi perlu waktu untuk memulihkan diri, dan mencari cara untuk lepas dari kawasan Russia, menyeberangi sungai Elbe, masuk ke kawasan Sekutu Barat, dan akhirnya kembali ke Belanda dengan kereta ke Maastricht, lalu naik mobil ke keluarganya di Amsterdam.
Namun, nun di timur, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, dan pada akhir 1945, berita itu mulai terdengar masyarakat Indonesia di Belanda. Loebis dkk langsung menyatakan diri bagian dari Republik Indonesia yang merdeka, dan kekikukan kemudian terjadi lagi. Sempat ada Kongres Pemuda Demokrat Sedunia di Cekoslovakia, dan Loebis ingin menghadiri kongres ini, atas nama Indonesia. Tentu Belanda tak memberikan pass, tetapi atas bantuan Inggris, Loebis bisa berangkat. Sambutan untuk Indonesia amat meriah, membuat berang para pemuda Belanda. Loebis kembali ke Belanda menumpang tim Belgia. Pemerintah Belanda akhirnya memperbolehkan orang Indonesia kembali ke negerinya. Namun dengan status sebagai NICA. Banyak yang mengira bahwa ini adalah support yang baik, karena tidak menyadari bahwa NICA justru memusuhi Pemerintah Indonesia Merdeka. Loebis sempat menyadari, dan memberi peringatan kepada lainnya. Namun saat ia bertolak pulang, ia diberi juga pangkat Mayor NICA, yang tentu ia tolak. Ia mengambil status sebagai dokter kapal, dan dalam status itu sempat menyelundupkan Dr Setia Boedi (Douwes Dekker) kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Loebis meneruskan karir sebagai dokter, dan menolak berpolitik. Bekerja sebagai dokter di PT Timah, Belitung. Zaman kaum komunis Indonesia bangkit, Loebis difitnah dan dipensiunkan dini, karena dianggap tak mau mendukung kaum komunis. Tapi ia tetap tinggal di Belitung. Saat istrinya meninggal, baru ia pindah ke Jakarta. Loebis meninggal di ujung tahun 1994 (tepatnya tanggal 31 Desember), nyaris tanpa perhatian dari bangsa kita.