Monday, November 30, 2009

Hitler Diselamatkan Oleh Seorang Prajurit Inggris Dalam Perang Dunia Pertama!

Adolf Hitler berfoto bersama Perdana Menteri Inggris Neville Hewitt Chamberlain di konferensi Münich yang berlangsung bulan September 1938. Disinilah mulai terungkap akan masa lalu Hitler yang tak terduga


Lukisan terkenal dari Fortunino Matania berjudul "Marcoing" yang memperlihatkan prajurit Henry Tandey sedang menggotong rekannya yang terluka. Tanpa disangka, Adolf Hitler menyimpan kopi lukisan ini di tempat peristirahatannya, yang ternyata mengingatkannya pada saat-saat dia masih muda, ketika seorang prajurit Inggris menyelamatkan nyawanya yang sudah di ujung tanduk!


Henry Tandey si prajurit Inggris peraih Victoria Cross sekaligus orang yang "Berjasa" menyelamatkan Hitler dalam Perang Dunia I


Adolf Hitler ketika menjalani masa perawatan setelah terluka di front pertempuran. Di foto bertanggal 26 Oktober 1916 ini dia berpose dengan para rekan sejawatnya dengan mengenakan pakaian putih rumah sakit. Yang manakah dia? Cari saja huruf "X" di atas kepala, nah kepalanya itu adalah Hitler sendiri!


Adolf Hitler sebagai seorang prajurit biasa, difoto ketika baru mendaftar menjadi sukarelawan tahun 1914. Kumisnya masih belum berbentuk khas seperti Chaplin!


Oleh : Alif Rafik Khan


Perjalanan sejarah selalu dipenuhi oleh momen-momen menentukan yang oleh para cendekiawan disebut sebagai “what if’s” (bagaimana bila), dimana bila saja peristiwa tersebut berakhir sedikit berbeda, maka perjalanan hidup umat manusia secara keseluruhan akan berubah secara dramatis. Peristiwa semacam itu terjadi di babakan akhir Perang Dunia Pertama di sebuah desa Prancis bernama Marcoing, yang melibatkan seorang prajurit Inggris berusia 27 tahun bernama Henry Tandey dari Warwickshire, dan seorang kopral Jerman berusia 29 tahun dari Braunau, Austria, bernama... Adolf Hitler.


Henry Tandey dilahirkan di Leamington, Warwickshire, tanggal 30 Agustus 1891, merupakan anak dari mantan tentara bernama James Tandey. Setelah mengalami masa anak-anak yang penuh kesulitan, sebagian karena sempat menghabiskan hidupnya di rumah yatim piatu, Tandey bekerja sebagai pelayan ketel di sebuah hotel di Leamington sebelum mendaftarkan diri di Angkatan Darat Inggris, bergabung dengan the Green Howards Regiment bulan Agustus 1910, dengan harapan untuk menjalani hidup yang penuh petualangan seperti impian masa kecilnya.


Prajurit Tandey bertugas bersama batalion kedua di Afrika Selatan dan Guernsey sebelum pecahnya perang tahun 1914. Dalam perang akbar ini, dia ikut berjibaku dalam pertempuran Ypres yang pertama bulan Oktober 1914. Dua tahun kemudian kakinya terluka dalam Pertempuran Somme. Sedikit masa dijalani di rumah sakit militer di Inggris, untuk kemudian dipindahkan ke Batalion ke-9 yang berkedudukan di Flanders, hanya untuk mengalami luka yang kedua kalinya di Passchendaele bulan November 1917. setelah keluar dari rumah sakit dia bergabung dengan Batalion ke-12 di Prancis tahun 1918. Unitnya sendiri dibubarkan bulan Juli tahun yang sama, dan Tandey diperbantukan di Resimen Duke of Wellington ke-5 dari 26 Juli sampai dengan 4 Oktober 1918. pada saat inilah prajurit Tandey dianugerahi DCM atas keberaniannya dalam pertempuran di Vaulx Vraucourt tanggal 28 Agustus, MM untuk heroisme di Havrincourt tanggal 12 September, dan Victoria Cross untuk keberanian yang luar biasa di Marcoing tanggal 28 September 1918. Setelah Perang Dunia I berakhir, dia ditempatkan di Resimen Duke of Wellington ke-2 di Gibraltar, Turki dan Mesir tanggal 4 Februari 1921. Setelah merasa cukup ‘bertualang’, Tandey berhenti dari ketentaraan tanggal 5 Januari 1926 dengan pangkat terakhir Sersan, dan meninggalkan nama harum sebagai prajurit Inggris dengan medali tertinggi dalam Perang Dunia I! Kalau saja dia jadi perwira, tak diragukan lagi titel bangsawan pastilah akan disematkan kepadanya.


Nama Tandey disebutkan lima kali dalam berita perang dan telah jelas mendapatkan Victoria Crossnya selama pendudukan desa Prancis dan penyeberangan ke Marcoing. Resimennya tertahan oleh tembakan senapan mesin, dan Tandey merangkak maju untuk mencari tahu lokasi dari sarang senapan mesin yang telah menimbulkan neraka pada pasukannya. Tak lama sarang tersebut telah dinetralisir oleh prajurit ini. Ketika tiba di tempat persimpangan, dengan berani dia menantang peluru untuk meletakkan sebuah papan kayu sebagai penutup lubang yang terbuka yang memungkinkan pasukannya tetap maju dan meladeni pasukan Jerman. Tapi hari belumlah berakhir, dan sekali lagi Tandey menunjukkan keperwiraannya. Dia memimpin serangan bayonet terhadap musuh yang kini telah kalah jumlah, dan berhasil memaksakan pasukan Jerman berpikir ulang apakah mereka akan meneruskan perlawanan kalau memang situasinya sudah sangat tidak memungkinkan bagi mereka. Setelah pertempuran seru tersebut hampir berakhir dan pasukan Jerman mulai menyerah atau bergerak mundur, seorang prajurit Jerman yang terluka berjalan dengan terpincang-pincang dan tepat berada dalam sasaran bidikan prajurit Tandey. Tentara musuh dengan seragam yang telah lusuh dan muka acak-adut tersebut tak pernah mengangkat senapannya dan hanya menatap Tandey, seakan meminta belas kasihan. “Aku telah siap untuk membidiknya tapi tak mampu menggerakkan pelatuk untuk menembak prajurit yang terluka itu, jadi aku biarkan ia pergi,” kata Tandey.


Prajurit Jerman itu lalu menganggukkan kepalanya seakan berterimakasih, dan kemudian kedua orang tersebut berpisah jalan, di hari itu dan juga di dalam sejarah kemudian. Hitler mundur bersama pasukan Jerman yang masih tersisa dan berhasil sampai dengan selamat di Jerman, dimana setelah perang berakhir dia menanjak dengan cepat dalam karir politiknya dengan “menjual” kisah pengkhianatan Yahudi dalam kekalahan Jerman di Perang Dunia I. Sementara bagi Tandey sendiri, tak lama dia telah melupakan peristiwa bersama prajurit Jerman tersebut dan bergabung kembali dengan resimennya, tak mengetahui bahwa dia telah dianugerahi oleh medali keberanian tertinggi yang bisa diberikan Inggris bagi para ksatrianya, Victoria Cross! Berita itu diumumkan di London Gazette terbitan 14 Desember 1918 dan yang menyematkan medali itu pada Tandey di Buckingham Palace tanggal 17 Desember 1919, tidak lain tidak bukan adalah raja George V langsung! Dalam berita-berita koran yang terbit kemudian terdapat sebuah foto yang memperlihatkan Tandey sedang memanggul prajurit yang terluka dalam Pertempuran Ypres, suatu gambar dramatis yang mensimbolisasikan bahwa seharusnyalah perang ini dapat mengakhiri perang-perang yang akan muncul kemudian. Foto tersebut menjadi begitu terkenalnya, sehingga diabadikan ke dalam kanvas oleh pelukis Italia Fortunino Matania.


Tandey berhenti dari ketentaraan di tahun 1926 dalam usia 35 tahun dengan pangkat terakhirnya adalah Sersan. Dia lalu tinggal di Leamington untuk kemudian menikah dan menjalani kehidupan sebagai seorang sipil. Dia menghabiskan 38 tahun berikutnya sebagai kepala keamanan pabrik di Triumph, yang lalu dikenal sebagai Standard Motor Company. Tandey hidup tanpa gembar-gembornya dunia luar dan meskipun dia dipandang sebagai seorang pahlawan perang oleh semuanya, tapi dia bukanlah tipe orang yang suka menghabiskan waktu untuk menyombongkan apa yang telah dia lakukan, dan malahan tak akan mau untuk membicarakannya kecuali ada orang yang bertanya.


Di tahun 1938 Perdana Menteri konservatif Inggris Neville Chamberlain (1869-1940), yang menjabat dari tahun 1937-1940, berangkat dengan muram ke Münich untuk bertemu dengan Kanselir Hitler dalam usaha terakhir untuk mencegah perang, yang kemudian berujung ke sesuatu yang lebih dikenal sebagai “Perjanjian Münich”. Dalam kunjungan tersebut Hitler mengundangnya untuk mengunjungi tempat peristirahatannya yang baru selesai dibangun di Berchtesgaden, Bavaria, yang merupakan hadiah ulang tahun dari Martin Bormann dan Partai Nazi. Bangunan tersebut berdiri setinggi 6017 kaki di atas gunung Kehlstein, dan disitu orang dapat melihat ke semua arah sampai sejauh 200 kilometer! Ketika disana sang Perdana Menteri menjelajahi bagian puncak dari bangunan dan menemukan sebuah reproduksi dari lukisan terkenal hasil karya Matania tentang pertempuran di Marcoing. Chamberlain langsung puyeng atas pilihan karya seni Hitler ini, yang menempatkan lukisan seorang pasukan Sekutu di bagian paling utama bangunan tempat peristirahatannya! Hitler tahu akan kebingungan seterunya, lalu menjelaskan, “kalau saja orang itu membunuhku dalam pertempuran tersebut, maka aku tak akan pernah melihat Jerman kembali, kuasa Tuhan telah menyelamatkanku dari tembakan-tembakan akurat yang diarahkan anak-anak Inggris itu pada kami.”


Tak pernah diketahui bagaimana tanggapan Chamberlain atas keterangan mengejutkan ini, karena tak lama Perang Dunia II yang sangat ditakutkannya pecah juga dan Chamberlain pun digantikan oleh Winston Churchill, untuk kemudian meninggal beberapa bulan setelah lengser disebabkan oleh kanker perut. Kalau dilihat dari gelagatnya sih, saya berkeyakinan bahwa Chamberlain pastinya berharap bahwa Tandey seharusnya menarik pelatuknya dan bukan melepaskannya, sehingga menghindarkan dunia (dan dirinya) dari berhadapan dengan Hitler di kemudian hari! Sebelum berpisah, tak lupa Hitler memanfaatkan waktu yang sedikit untuk meminta Chamberlain agar menyampaikan salam persahabatan dan terimakasih kepada Tandey, yang lalu berjanji akan menelepon si mantan prajurit sekembalinya ke London. Sampai pada saat itu Tandey tak pernah mengetahui sedikitpun bahwa orang yang berada dalam bidikan tembakannya 20 tahun lalu adalah sang diktator yang terkenal Adolf Hitler. Ketika diberitahu, yang ada adalah keterkejutan yang sangat, apalagi bila kita tahu bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang dia bangga-banggakan sebelumnya.


Kabar itu akhirnya bocor juga ke dunia luar di tahun 1940, meskipun pada mulanya tak banyak orang peduli. Barulah di tahun-tahun sekarang orang mulai menaruh minat pada sisi lain dari sejarah ini. Beberapa sejarawan mengungkapkan keraguannya mengingat bahwa cerita ini terlalu bagus untuk dipercaya, meskipun dilihat dari sudut manapun ini adalah suatu fakta dan bukan kabar angin-angin belaka. Dari sudut logika pun, bisa dilihat bahwa tak akan ada manusia yang membuat cerita tentang bagaimana dia menyelamatkan orang lain yang kemudian menjadi musuh negaranya, yang membom Coventry, mem-Blitz London dari udara, dan manapaktilasi Julius Caesar dan Napoleon Bonaparte dalam menguasai Eropa! Resimen Hitler memang berada di Marcoing pada saat itu meskipun keberadaannya sendiri disana tak dapat diverifikasi. Sebabnya adalah karena banyak catatan militer Jerman di Bundesarchiv (Arsip Negara) yang hilang dalam Perang Dunia II akibat dari pemboman Sekutu yang terus menerus atas kota Berlin. Karenanya, dokumen yang menunjukkan lokasi persis keberadaan Hitler di tanggal 28 September 1918 tak tersedia. Para pembuat biografi Hitler pun mempunyai opini yang berbeda atas hal ini. Satu yang tak terbantahkan : Hitler mempunyai kopi lukisan Matania terkenal yang memperlihatkan Tandey dari sejak tahun 1937, yang mendapatkannya dari resimen lama Tandey. Kolonel Earle (mantan komandan resimen tersebut) mengatakan bahwa dia pernah mendengar dari seseorang bernama Dr. Schwend tentang keinginan Hitler untuk mempunyai foto besar lukisan Matania. Yang jelas tak lama kemudian keinginan Hitler dipenuhi karena ajudan Hitler yang bernama Hauptmann Weidmann menulis surat terimakasih ini pada Earle :


“Saya ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya dari Führer atas hadiah persahabatan yang telah dikirimkan ke Berlin melalui kantor Dr. Schwend ini. Führer selalu mempunyai rasa ketertarikan atas segala sesuatu yang berhubungan dengan pengalaman pribadinya dalam Perang Dunia I, dan beliau jelas-jelas tersentuh ketika saya memperlihatkan reproduksi tersebut padanya. Beliau sangat berterimakasih atas hadiah yang anda berikan, yang telah membawa begitu banyak kenangan untuknya.”


Salah satu sumber terpercaya lainnya akan cerita ini tentulah keluarga Tandey sendiri, yang hadir ketika Perdana Menteri Chamberlain menelepon untuk menyampaikan berita tentang Hitler. Keponakan Tandey yang bernama William Whateley dari Thomaby mengingat kembali sebuah telepon misterius yang terjadi hampir 60 tahun yang lalu, ketika awan kelabu peperangan mulai timbul di atas Eropa dan Perdana Menteri Chamberlain berusaha dengan sia-sia untuk mencegahnya. Di suatu sore telepon berdering dan Henry pergi untuk menjawabnya. Ketika kembali dia berkata bahwa yang menelepon adalah sang Perdana Menteri itu sendiri. Dia baru saja kembali dari pertemuannya dengan Hitler, dan ketika sedang berada di Berchtesgaden dia memperhatikan sebuah lukisan dari Matania yang memperlihatkan 2nd Green Howards di persimpangan Menin tahun 1914. Chamberlain bertanya tentang apa yang mereka lakukan disana, dan jawaban Hitler adalah dengan menunjuk gambar Tandey yang berdiri di latar depan sambil berkata, “Ini orang yang nyaris saja menembak mati saya.”


Salah satu dari aspek penting dari peristiwa ini yang menjadi perhatian utama para sejarawan adalah fakta bahwa Adolf Hitler dan Henry Tandey sama-sama berjibaku dalam Pertempuran Ypres tahun 1914, suatu peristiwa penting dalam hidup Hitler. Disini dia berkali-kali menunjukkan keperwiraannya dalam pertempuran, salah satunya dengan menyelamatkan nyawa seorang perwira yang terluka parah. Atas jasa-jasanya, maka pangkat Hitler dinaikkan menjadi Kopral. Gambar Matania yang terkenal yang memperlihatkan Tandey sedang menggotong rekannya yang terluka ke tempat pertolongan pertama di Persimpangan Menin pun sebenarnya dibuat berdasarkan pertempuran tersebut dan bukan Marcoing. Ada kemungkinan bahwa telah terjadi simpang siur akan lokasi yang sebenarnya dari pertemuan bersejarah antara Hitler dan Tandey, kemungkinan besar Ypres dan hanya sedikit kemungkinan Marcoing. Tandey sendiri pernah mengatakan bahwa dalam perang tugasnya adalah sebagai perawat teman yang terluka sekaligus orang yang melucuti tentara Jerman yang menyerah, sehingga kemungkinan besar Marcoing bukanlah saat pertama atau terakhir dimana dia melakukan suatu perbuatan yang manusiawi di suatu keadaan yang tidak manusiawi. Kenyataan bahwa Tandey dianugerahi Victoria Cross atas jasa-jasanya dalam Pertempuran Marcoing mungkin saja telah mempengaruhi Perdana Menteri Chamberlain akan ingatannya tentang bincang-bincang kenangan perang dengan Hitler. Tentu saja, berita tentang penganugerahan medali paling bergengsi Inggris pada orang yang telah menyelamatkannya akan membuat Hitler terkesan lebih lagi. Satu yang jelas dan tak terbantahkan adalah, bahwa ada hubungan yang sangat penting antara Hitler dengan lukisan Fortunino Matania yang memperlihatkan Tandey. Führer bukanlah tukang koleksi rekaman perang Inggris, dan kalaupun dia menginginkan lukisan tentang Pertempuran Ypres atau pertempuran-pertempuran lainnya dalam Perang Dunia I, tentulah dia lebih memilih lukisan yang mengetengahkan pasukan Jerman sendiri daripada pasukan musuh yang digambarkan sebagai pahlawan!


Di perang tersebut, Adolf Hitler (1889-1945) bergabung dengan Resimen Infanteri Bavaria ke-16 dan menjadi pengantar berita dari dan ke front. Dia membuktikan dirinya sebagai seorang prajurit yang berani dan terpercaya, terluka dua kali dan hampir saja mati karena gas beracun. Komandannya tidak buta, dan Hitler dianugerahi medali Eiserne Kreuz kelas pertama. Secara pribadi, Hitler mempunyai keyakinan tinggi bahwa takdir telah menuntunnya menjadi pemimpin Reich Jerman, dan memandang dirinya sendiri sebagai penyelamat ras Jerman, suatu hal yang sebagian dipengaruhi oleh opera-opera melodramatis karangan Wagner. Dia percaya bahwa apa yang telah dilakukan oleh Tandey terhadap dirinya adalah bagian dari takdir lain yang lebih besar yang diamanatkan padanya, keyakinan yang sama pula ketika secara ajaib dia berkali-kali selamat dari usaha pembunuhan yang diarahkan terhadap dirinya. Yang jelas, Hitler tidak pernah melupakan saat-saat mudanya dimana dia hampir saja bertemu dengan malaikat maut, dan juga wajah orang yang “memberinya” kehidupan. Dia mempunyai klipingan koran yang memperlihatkan foto terkenal ketika prajurit Tandey dianugerahi Victoria Cross, dan dia menyimpannya sepanjang waktu. Ketika Hitler naik menjadi penguasa, dia memerintahkan agar para pejabat berkepentingan menyimpan rekaman tugas militernya selama Perang Dunia I, dan juga tidak lupa meminta reproduksi lukisan Matania, yang kemudian dia pasang dan tunjukkan kepada para pengunjung rumah peristirahatannya dengan penuh kebanggaan.


Reproduksi lukisan tersebut tak lagi diketahui nasibnya setelah perang, apakah telah hancur atau dicuri oleh pasukan Sekutu yang merampok, merampas dan merusak Eagles Nest ketika perang mendekati akhirnya. Pasukan Inggris sudah bersiap-siap untuk melenyapkannya dari muka bumi dengan menggunakan setruk penuh dinamit, ketika para perwira Amerika datang tepat pada waktunya dan menyuruh sekutunya tersebut untuk mengurungkan niatnya dan kembali menyelesaikan perang yang belum selesai.


Selama hidupnya, Tandey dihantui oleh kenangan akan perbuatan “baik” yang telah dilakukannya di masa perang, dimana satu tarikan pelatuk sederhana akan menyelamatkan dunia dari bencana yang menelan puluhan juta jiwa manusia. Dia tinggal di Coventry ketika Luftwaffe membombardir kota tersebut di tahun 1940. Tandey hanya mampu berlindung di tempat penampungan sementara di luar api menggila dimana-mana bagaikan inferno dalam deskripsi Dante. Dia juga berada di London ketika kota tersebut kebagian gilirannya dibom, dan menceritakan pengalamannya kepada seorang jurnalis di tahun 1940, “Bila saja aku tahu apa dia akan menjadi apa. Ketika aku melihat semua orang, anak-anak dan wanita yang terbunuh juga terluka, aku begitu menyesal aku telah melepaskannya.”


Tandey, yang ketika perang kedua kalinya pecah telah berumur 49 tahun, berusaha untuk bergabung kembali dengan resimen lamanya dengan harapan untuk “tak melepaskannya kali ini”, tapi kemudian tidak lolos tes fisik karena pengaruh luka yang dideritanya dalam Pertempuran Somme. Tapi Tandey tak menyerah, dan memilih untuk bertugas sebagai sukarelawan sipil di Homefront.


Henry Tandey VC DCM MM meninggal dunia dengan tenang di Coventry tahun 1977 di usia 86 tahun. Sesuai dengan permintaan terakhirnya, jenazahnya dikremasi dan abunya disimpan di Pekuburan Inggris di Marcoing bersama dengan rekan-rekannya yang telah gugur, juga dekat dengan lokasi dimana dia mendapatkan Victoria Cross 60 tahun sebelumnya. Tiga tahun kemudian, janda Tandey menjual medali-medali suaminya dengan harga pemecah rekor £27.000. riwayat medali ini masih belum berakhir, karena pada Armistice Day tahun 1997 mereka diperlihatkan kembali ke Resimen Lama Tandey, The Green Howards, oleh Sir Ernest Harrison OBE dalam suatu upacara istimewa di Menara London. Saat ini medali-medali tersebut tersimpan dengan rapi di The Green Howards Regimental Museum.



Sumber :

www.en.wikipedia.org

www.firstworldwar.com

www.iamthewitness.com



Saturday, November 28, 2009

Ritterkreuzträger (Peraih Ritterkreuz) dari Fallschirmjäger




Oleh : Alif Rafik Khan

Daftar di bawah adalah para peraih Ritterkreuz (Salib Ksatria/Knight’s Cross) dari Fallschirmjäger dari tahun 1939-1945 dengan total 133 orang. Sebelum didata lebih rinci, inilah sedikit trivia tentang mereka :

Tempat mereka mendapatkan Ritterkreuz :
1 orang mendapatkannya di Norwegia
21 orang mendapatkannya di Normandia
10 orang mendapatkannya di Belgia
13 orang mendapatkannya di Belanda
1 orang mendapatkannya di Corinthia
27 orang mendapatkannya di Kreta
4 orang mendapatkannya di Afrika
40 orang mendapatkannya di Italia
8 orang mendapatkannya di Front Timur
2 orang mendapatkannya di Ardennes
6 orang mendapatkannya di Jerman (akhir perang)

Dari 133 orang penerima Ritterkreuz :
69 orang juga dianugerahi Deutsches Kreuz in Gold
6 orang mendapatkannya secara anumerta
20 orang penerimanya kemudian terbunuh dalam pertempuran
1 orang penerimanya dieksekusi setelah perang
3 orang penerimanya tewas dalam kecelakaan
3 orang penerimanya terbunuh karena lukanya di rumah sakit
1 orang penerimanya adalah juga seorang pilot
3 orang penerimanya adalah dokter di cabang medis

Daftar berdasarkan abjad di bawah terdiri dari nama penerima, pangkat terakhir yang disandangnya, tanggal lahir, tanggal penyerahan medali (termasuk segala “turunannya” : Eichenlaub, Schwertern, dan Brillanten), plus tanggal dan tempat meninggalnya.

Tak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk juga daftar di bawah. Beberapa orang akan menyebutkan bahwa ada nama lain yang harusnya masuk juga, orang-orang seperti Major Rudolf Berneike, Oberleutnant Robert Höfeld, Major Walter Kieß, Major Ingenhoven dan Oberst Friedrich Morzik, yang disebutkan di beberapa publikasi sebagai penerima Ritterkreuz dari Fallschirmjäger... tapi apakah begitu pada kenyataannya? Beberapa orang yang disebutkan di atas adalah pilot glider yang turut serta dalam operasi Fallschirmjäger, dan beberapa orang menerima Ritterkreuz ketika masih berada di cabang lain (meskipun di kemudian hari mereka bergabung dengan Fallschirmjäger).

A
Major Herbert Karl Abratis
Lahir 21 Maret 1918, RK tanggal 24 Oktober 1944, KIA dekat Stettin 29 Maret 1945
Major Heinz Paul Adolff
Lahir 29 Juni 1914, RK tanggal 26 Maret 1944, KIA di Sisilia 17 Juli 1944
Major Gustav Altmann
Lahir 13 April 1912, RK tanggal 12 Mei 1940, meninggal 20 Februari 1981
Oberfeldwebel Peter Arent
Lahir 26 Juni 1917, RK anumerta tanggal 4 Desember 1942, KIA Tunisia 3 Desember 1942
Oberleutnant Helmut Arpke
Lahir 3 Maret 1917, RK tanggal 16 Januari 1942, KIA di Front Timur 16 Januari 1942


B
Major Josef Barmetler
Lahir 11 Maret 1904, RK tanggal 9 Juli 1941, meninggal 20 Februari 1945
Oberst Karl Heinz Becker
Lahir 2 Januari 1914, RK tanggal 9 Juli 1941, Eichenlaub 12 Maret 1945. Meninggal 3 Oktober 2000 di Jerman
Major Erich Beine
Lahir 26 Juni 1914, RK tanggal 18 November 1944
Oberleutnant Karl Berger
Lahir 31 Oktober 1919, RK tanggal 7 Februari 1945
Major Herbert Christopher Karl Beyer
Lahir 4 Agustus 1913, RK tanggal 9 Juni 1944, meninggal 4 September 1966
Oberst Ernst Blausteiner
Lahir 16 Mei 1911, RK tanggal 29 Oktober 1944
Oberleutnant Graf Wolfgang von Blücher
Lahir 31 Januari 1917, RK di Belanda 1940, KIA Kreta 21 Mei 1941
Hauptmann Rudolf Bohlein
Lahir 4 Januari 1917, RK tanggal 30 November 1944
Oberst Rudolf Böhmler
Lahir 12 Juni 1914, RK tanggal 26 Maret 1944, meninggal 24 November 1968
General Bruno Oswald Bräuer
Lahir 4 Februari 1893, RK tanggal 24 Mei 1941, dieksekusi di Yunani 20 Mei 1947
Oberfeldwebel Manfred Büttner
Lahir 15 Februari 1921, RK tanggal 29 April 1945


C
Leutnant Georg le Coutre
Lahir 13 September 1921, RK tanggal 7 Februari 1945

D
Hauptmann Egon Delica
Lahir 4 Januari 1915, RK tanggal 12 Mei 1940. Meninggal 26 April 1999
Oberleutnant Rudolf Donth


E
Oberstleutnant Reinhard Karl Egger
Lahir 11 Desember 1905, RK tanggal 9 Juli 1941, Eichenlaub 24 Juni 1944.
Major Johann Engelhardt
Lahir 11 Desember 1916, RK tanggal 29 Februari 1944.
Generalleutnant Wolfgang Erdmann
Lahir 13 November 1898, RK tanggal 8 Februari 1945, bunuh diri 5 September 1946
Major Werner Ewald
Lahir on 23 Oktober 1914, RK tanggal 17 September 1944.


F
Major Ferdinand Foltin
Lahir 30 November 1916, RK tanggal 9 Juni 1944, masih hidup di Austria (2009)
Leutnant Herbert Fries
Lahir 1 Maret 1925, RK tanggal 5 September 1944.
Major Ernst Fromming
Lahir 4 Februari 1911, RK tanggal 18 November 1944. Meninggal 18 Agustus 1959 di Jerman
Hauptmann Wilhelm Fulda
Lahir 21 Mei 1909, RK tanggal 14 Juni 1941, meninggal 8 Agustus 1977 di Hamburg


G
Leutnant Robert Gast
Lahir 28 Maret 1920, RK tanggal 6 Oktober 1944.
Major Alfred Genz
Lahir 8 Maret 1916, RK tanggal 14 Juni 1941. Meninggal 23 April 2000 di Jerman
Oberst Walter Gericke
Oberleutnant Ernst Germer
Major Siegfried Josef Gerstner
Oberleutnant Helmut Gustav Görtz
Oberstleutnant Franz Grassmel
Oberst Kurt Gröschke


H
Hauptmann Andreas Hagl
Major Reino Hamer
Hauptmann Friedrich Hauber
General Richard Heidrich
Generalmajor Ludwig Heilmann
Oberleutnant Erich Hellmann
Oberst Harry Herrmann
Major Maximillian Herzbach
Oberstleutnant Baron Friedrich August von der Heydte
Hauptmann Eduard George Hübner


J
Oberleutnant Georg Rupert Jacob
Oberarzt Dr. Rolf Karl Ernst Jäger
Major Siegfried Jamrowsk


K
Oberleutnant Wilhelm Kempke
Hauptmann Horst Kerfin
Major Helmut Kerutt
Oberfeldwebel Karl Koch
Oberstleutnant Walter Koch
Hauptmann Willi Koch
Major Rudolf Kratzert
Hauptmann Heinz Krink
Generalmajor Hans Kroh
Oberleutnant Willy Kroymanns
Major Martin Kühne
Leutnant Kurt Kunkel
Leutnant Rudolf Kurz


L
Oberstabsarzt Dr. Carl Lamgemeyer
Oberleutnant Erich Lepkowski
Oberstleutnant Walter Paul Liebing


M
Hauptmann Rolf Mager
Oberleutnant Johannes Marscholek
General Eugen Meindl
Hauptmann Joachim Meissner
Oberfeldwebel Otto Menges
Major Gerhardt Mertens
Major Heinz Meyer
Major Dr. Werner Milch
Hauptmann Gerd Mischke


N
Oberleutnant Karl Neuhoff
Oberstabarzt Dr. Heinrich Neumann


O
Leutnant Heinrich Orth


P
Major Gerhard Pade
Major Hugo Paul
Gefreiter Herbert Peitsch
Oberst Erich Pietzonka
Major Fritz Prager


R
General Hermann Bernhard Ramcke
Oberleutnant Siegfried Rammelt
Major Ernst Willi Raprager
Oberfeldwebel Adolf Reininghaus
Major Paul-Ernst Renisch
Oberstleutnant Rudolf Rennecke
Hauptmann Helmut Ringler
Major Arnold von Roon


S
Oberleutnant Walter Sander
Leutnant Bruno Sassen
Major Gerhard Schacht
Major Martin Schachter
Generalleutnant Richard Schimpf
Leutnant Horst Schimpke
Oberstleutnant Gerhart Schirmer
General Alfred Schlemm
Major Herbert Schmidt
Hauptmann Leonhard Schmidt
Oberstleutnant Werner Herbert Schmidt
Oberstleutnant Count Wolf Werner von der Schulenburg
Generalmajor Karl-Lothar Schulz
Oberleutnant Erich Schuster
Major Alfred Schwaezmann
Major Günther Sempert
Oberleutnant Hubert Sniers
Major Albert Stecken
Major Edgar Stentzler
Major Kurt Stephani
KIA 20.8.1944
Hauptmann Günther Straehler-Pohl
Generaloberst Kurt Student
Generalleutnant Alfred Sturm


T
Oberstleutnant Karl Stephan Tannert
Major Hans Teusen
Hauptmann Cord Tietjen
Oberstleutnant Erich Timm
Hauptmann Rudolf Toschka
Hauptmann Horst Trebes
Generalleutnant Heinrich Trettner
Hauptmann Herbert Trotz


U
Oberfeldwebel Alexander Uhlig


V
Major Kurt Veth
Oberleutnant Viktro Vitali


W
Hauptmann Helmut Wagner
Generalmajor Erich Walther
Hauptmann Friedrich-Wilhelm Wangerin
Oberleutnant Hans-Joachim Weck
Oberfeldwebel Heinrich Welskop
Leutnant Walter Werner
Leutnant Karl-Hans Wittig
Major Rudolf Witzig


Z
Hauptmann Hilmar Zahn
Major Otto Zierach



-----------------------------------------------------------------------------------


Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk para prajurit Fallschirmjäger dari Luftlande-Sturmabteilung "Koch" yang berprestasi dalam membantu pendudukan negara-negara Bawah (Belanda dan Belgia) sewaktu berlangsungnya fase pembuka "Fall Gelb". Upacara diselenggarakan di Führerhauptquartier Felsennest, Rodert, dekat Bad Münstereifel, pada tanggal 13 Mei 1940. Baris depan, dari kiri ke kanan: Leutnant Egon Delica (Stellvertreter Führer Sturmgruppe "Granit". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940), Hauptmann Walther Koch (Kommandeur Luftlande-Sturmabteilung "Koch". Ritterkreuz tanggal 10 Mei 1940), Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht), Leutnant der Reserve Joachim Meißner (Stellvertreter Führer Sturmgruppe "Eisen". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940), dan Oberleutnant Gustav Altmann (Führer Sturmgruppe "Stahl". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940). Sekarang ke baris belakang, dari kiri ke kanan: Oberleutnant Rudolf Witzig (Führer Sturmgruppe "Granit". Ritterkreuz tanggal 10 Mei 1940), Oberleutnant der Reserve Otto Zierach (Operationschef Luftlande-Sturmabteilung "Koch". Ritterkreuz tanggal 15 Mei 1940), Leutnant der Reserve Helmut Ringler (s.MG-Halbzugführer in der Sturmgruppe "Stahl". Ritterkreuz tanggal 15 Mei 1940), Oberleutnant Walter Kiess (Chef Lastensegler-Kommando in der Luftlande-Sturmabteilung "Koch". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940), serta Oberarzt Dr. Rolf Jäger (Truppenarzt Luftlande-Sturmabteilung "Koch". Ritterkreuz tanggal 15 Mei 1940). Sebenarnya ada 12 orang Fallschirmjäger yang rencananya diterima oleh Hitler di hari itu, tapi ada tiga orang yang berhalangan hadir dalam foto ini. Mereka adalah Feldwebel Helmut Arpke (Gruppenführer in der Sturmgruppe "Stahl". Ritterkreuz tanggal 13 Mei 1940), Leutnant Martin Schächter (Führer Sturmgruppe "Eisen". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940, tapi terluka dan sedang dirawat di rumah sakit pada saat foto ini diambil), serta Leutnant Gerhard Schacht (Führer Sturmgruppe "Beton". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940)


Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk para prajurit Fallschirmjäger dari Luftlande-Sturmabteilung "Koch" yang berprestasi dalam membantu pendudukan negara-negara Bawah (Belanda dan Belgia) sewaktu berlangsungnya fase pembuka "Fall Gelb". Upacara diselenggarakan di Führerhauptquartier Felsennest, Rodert, dekat Bad Münstereifel, pada tanggal 13 Mei 1940. Para penerima yang berbaris, dari kiri ke kanan: Hauptmann Walther Koch (Kommandeur Luftlande-Sturmabteilung "Koch". Ritterkreuz tanggal 10 Mei 1940), Oberleutnant Rudolf Witzig (Führer Sturmgruppe "Granit". Ritterkreuz tanggal 10 Mei 1940), Oberleutnant Gustav Altmann (Führer Sturmgruppe "Stahl". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940), Oberleutnant Walter Kiess (Chef Lastensegler-Kommando in der Luftlande-Sturmabteilung "Koch". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940), Oberleutnant der Reserve Otto Zierach (Operationschef Luftlande-Sturmabteilung "Koch". Ritterkreuz tanggal 15 Mei 1940), Leutnant der Reserve Joachim Meißner (Stellvertreter Führer Sturmgruppe "Eisen". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940), Leutnant Egon Delica (Stellvertreter Führer Sturmgruppe "Granit". Ritterkreuz tanggal 12 Mei 1940), Oberarzt Dr. Rolf Jäger (Truppenarzt Luftlande-Sturmabteilung "Koch". Ritterkreuz tanggal 15 Mei 1940), and Leutnant der Reserve Helmut Ringler (s.MG-Halbzugführer in der Sturmgruppe "Stahl". Ritterkreuz tanggal 15 Mei 1940). Mendampingi di samping Adolf Hitler (Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht) adalah Hauptmann Nicolaus von Below (Luftwaffen-Adjutant beim Führer und Oberster Befehlshaber der Wehrmacht)


Major Horst Trebes (kanan) dan anggota Fallschirmjäger lain dalam acara penganugerahan medali di pulau Kreta tahun 1941, setelah pulau tersebut berhasil diduduki Jerman dengan pengorbanan yang berdarah-darah dari Fallschirmjäger. Horst Trebes adalah mungkin satu-satunya penerima Ritterkreuz di seluruh Wehrmacht yang medalinya dicopot, dihukum, tapi kemudian direhabilitasi kembali! Gara-garanya adalah dia tidak sengaja membunuh temannya ketika mabuk berat...


Tiga orang penerima Ritterkreuz terkemuka dari Fallschirmjäger, dari kiri ke kanan : General der Fallschirmtruppe Hermann Bernhard Ramcke, Generaloberst Kurt Student, dan Generalleutnant Hans Kroh



Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Major Wolf-Werner Graf von der Schulenburg (Kommandeur I.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division), yang diselenggarakan di Avignon, tenggara Prancis, pada tanggal 20 Juni 1943. Oberstleutnant Karl-Lothar Schulz (kiri, Kommandeur Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division) sedang mempersiapkan medali yang akan dikalungkan di leher sang penerima beberapa saat lagi. Foto ini diambil oleh oleh Bildberichter Dahm dari PK (Propaganda-Kompanie) XI. Fliegerkorps, dan pertama kali dipublikasikan pada tanggal 6 Juli 1943



Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Major Wolf-Werner Graf von der Schulenburg (Kommandeur I.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division), yang diselenggarakan di Avignon, tenggara Prancis, pada tanggal 20 Juni 1943. Bertindak sebagai pemimpin upacara adalah Generalmajor Richard Heidrich (Kommandeur 1. Fallschirmjäger-Division). Foto ini memperlihatkan saat Heidrich (tengah) sedang bersiap untuk mengalungkan medali pada Major von der Schulenburg, yang terlihat memberi hormat di sebelah kiri. Foto ini diambil oleh oleh Bildberichter Dahm dari PK (Propaganda-Kompanie) XI. Fliegerkorps, dan pertama kali dipublikasikan pada tanggal 6 Juli 1943



 
Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Major Wolf-Werner Graf von der Schulenburg (Kommandeur I.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division), yang diselenggarakan di Avignon, tenggara Prancis, pada tanggal 20 Juni 1943. Foto ini memperlihatkan saat Generalmajor Richard Heidrich (Kommandeur 1. Fallschirmjäger-Division) mengalungkan medali militer bergengsi tersebut ke leher sang Mayor, dengan disaksikan oleh seluruh anggota Fallschirmjäger-Regiment 1. Foto ini diambil oleh oleh Bildberichter Dahm dari PK (Propaganda-Kompanie) XI. Fliegerkorps, dan pertama kali dipublikasikan pada tanggal 6 Juli 1943



Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Major Wolf-Werner Graf von der Schulenburg (Kommandeur I.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division), yang diselenggarakan di Avignon, tenggara Prancis, pada tanggal 20 Juni 1943. Generalmajor Richard Heidrich (kanan, Kommandeur 1. Fallschirmjäger-Division) memberi hormat pada sang Mayor yang baru saja dikalungi medali Ritterkreuz. Foto ini diambil oleh oleh Bildberichter Dahm dari PK (Propaganda-Kompanie) XI. Fliegerkorps, dan pertama kali dipublikasikan pada tanggal 6 Juli 1943



Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Major Wolf-Werner Graf von der Schulenburg (Kommandeur I.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division), yang diselenggarakan di Avignon, tenggara Prancis, pada tanggal 20 Juni 1943. Setelah acara pengalungan medali selesai, Generalmajor Richard Heidrich (kiri, Kommandeur 1. Fallschirmjäger-Division) dan Major von der Schulenburg (kanan) berkeliling di sekitar lapang upacara untuk melakukan inspeksi pasukan dari Fallschirmjäger-Regiment 1. Berdiri di belakang Heidrich adalah Oberstleutnant Karl-Lothar Schulz (Kommandeur Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division). Foto ini diambil oleh oleh Bildberichter Dahm dari PK (Propaganda-Kompanie) XI. Fliegerkorps, dan pertama kali dipublikasikan pada tanggal 6 Juli 1943



Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Major Wolf-Werner Graf von der Schulenburg (Kommandeur I.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division), yang diselenggarakan di Avignon, tenggara Prancis, pada tanggal 20 Juni 1943. Setelah acara pengalungan medali selesai, acara selanjutnya adalah inspeksi pasukan. Dari kiri ke kanan: Oberstleutnant Karl-Lothar Schulz (Kommandeur Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division), Major von der Schulenburg, serta Generalmajor Richard Heidrich (Kommandeur 1. Fallschirmjäger-Division). Foto ini diambil oleh oleh Bildberichter Dahm dari PK (Propaganda-Kompanie) XI. Fliegerkorps, dan pertama kali dipublikasikan pada tanggal 6 Juli 1943



 
 
 
Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Major Wolf-Werner Graf von der Schulenburg (Kommandeur I.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 1 / 1.Fallschirmjäger-Division), yang diselenggarakan di Avignon, tenggara Prancis, pada tanggal 20 Juni 1943. Setelah acara pengalungan medali selesai, Generalmajor Richard Heidrich (Kommandeur 1. Fallschirmjäger-Division) dan Major von der Schulenburg berkeliling di sekitar lapang upacara untuk melakukan inspeksi pasukan dari Fallschirmjäger-Regiment 1. Foto ini diambil oleh oleh Bildberichter Dahm dari PK (Propaganda-Kompanie) XI. Fliegerkorps, dan pertama kali dipublikasikan pada tanggal 6 Juli 1943


General der Fallschirmtruppe Hermann Bernhard Ramcke, anggota Fallschirmjäger yang menerima medali tertinggi : Brillanten. Dari hanya 27 orang penerima medali super bergengsi ini selama perang, Ramcke tercatat sebagai penerima ke-20, yang didapat ketika masih menjadi Generalleutnant dan komandan Benteng Brest tanggal 19 September 1944


 Foto koleksi pribadi Edgar Alcidi ini memperlihatkan para perwira dari 1. Fallschirmjäger-Division berpose bersama dalam sebuah foto yang diambil di musim dingin tahun 1944/45, saat divisi parasut ke-1 Luftwaffe tersebut beroperasi di sekitar wilayah Imola (Italia), sebagai bagian dari 10. Armee Wehrmacht. Dari kiri ke kanan: Oberleutnant Heinz Krink (Ritterkreuz tanggal 9 Juni 1944 sebagai Leutnant dan Adjutant II.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 3), Leutnant peraih Deutsches Kreuz in Gold yang tidak diketahui namanya, Hauptmann Kurt Veth (Ritterkreuz tanggal 30 September 1944 sebagai Hauptmann dan Kommandeur II.Bataillon / Fallschirmjäger-Regiment 3), dan Hauptmann Günther Sempert (Ritterkreuz tanggal 30 September 1944 sebagai Hauptmann dan Chef 5.Kompanie / Fallschirm-Panzerjäger-Abteilung 1)

Sumber :
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman

Foto koleksi pribadi Edgar Alcidi