












Reichsführer-SS Heinrich Himmler (tengah) secara pribadi menerima para anggota Ekspedisi Tibet-SS setelah kepulangan kembali mereka ke Jerman di Airport Riem, Münich, tanggal 4 Agustus 1939. Di sebelah kiri Himmler adalah SS-Gruppenführer Karl Wolff, sementara di kanannya adalah kepala ekspedisi SS-Hauptsturmführer Dr. Ernst Schäfer. Untuk menghargai jasa-jasanya, Himmler menganugerahkan Totenkopf Ring (cincin tengkorak SS) dan Ehrendolch (belati kehormatan) kepada Schäfer. Orang jangkung yang berdiri di belakang di antara Himmler dan Schäfer adalah anggota ekspedisi (Tibetforscher) Dr. Bruno Beger
Oleh : Alif Rafik Khan
Ekspedisi Jerman ke Tibet (Mei 1938 s/d Agustus 1939) merupakan sebuah ekpedisi keilmuan yang dipimpin oleh Zoologis terkemuka Jerman sekaligus seorang perwira SS yang bernama Ernst Schäfer.
Pada awalnya, Reichsführer-SS Heinrich Himmler berusaha untuk memasukkan dirinya sendiri ke dalam reputasi yang telah dibangun oleh Ernst Schäfer (demi kepentingan propaganda Nazi) dengan menanyakan rencana masa depannya. Schäfer menjawab bahwa dia ingin memimpin sebuah ekspedisi lain ke Tibet, ekspedisi yang berada di bawah dukungan dan perlindungan departemen budaya dari seksi hubungan luar negeri Deutsche Forschungsgemeinschaft (Yayasan Penelitian Jerman). Himmler sendiri dari sejak lama sudah terpesona oleh mistisisme Asia sehingga menginginkan agar ekspedisi semacam itu sebaiknya dikirim oleh SS-Ahnenerbe (Perhimpunan Pusaka Nenek Moyang SS), dan mendorong agar Schäfer mendasarkan penelitiannya atas teori pseudo-ilmiah “asal-usul alam semesta sungai es” yang dikemukakan oleh Hans Hörbiger dan disebarluaskan oleh Ahnenerbe. Schäfer lebih menginginkan agar penelitiannya bersumber pada keilmuan murni belaka, dan karenanya menolak untuk memasukkan Edmund Kiss, seorang pendukung berat teori Hörbiger, ke dalam timnya, sekaligus meminta 12 syarat yang harus dipenuhi demi menjamin ekspedisi ilmiahnya bebas dari pengaruh luar. Sikap ini membuat Wolfram Sievers dari Ahnenerbe melontarkan kritiknya terhadap tujuan dari penelitian ini, dengan maksud agar Ahnenerbe tidak mensponsorinya. Himmler lalu memberi jalan tengah: dia akan memenuhi permintaan Schäfer, asal saja semua anggota timnya bergabung dengan SS. Schäfer pun mengalah dan melakukan kompromi yang diminta sang panglima SS.
Sambil mempersiapkan ekspedisinya, Ernst Schäfer menambahkan "Schaefer Expedition 1938/1939" dalam kepala surat proposal permintaan dana yang dikirimkannya kepada para pengusaha terkemuka Jerman. Tapi kemudian nama resmi ini diperintahkan untuk dirubah oleh Ahnenerbe menjadi "German Tibet-Expedition Ernst Schaefer" (dalam huruf besar), di bawah perlindungan dari Reichsführer-SS Himmler dan berhubungan dengan Ahnenerbe” (dengan huruf kecil).
Pada masanya, ekspedisi ini secara luas disebut-sebut oleh surat kabar Jerman dan jurnal-jurnal akademis sebagai “Ekspedisi Tibet SS”, karena penyokongnya adalah Heinrich Himmler dan kesemua dari lima orang anggotanya adalah para perwira SS. Sebutan ini sampai sekarang masih digunakan oleh para ilmuwan dan sarjana modern.
Dalam arsip “Daftar Surat-Surat Heinrich Himmler 1914-1944” yang disimpan oleh institusi Hoover dari Stanford University, folder yang mengandung bahan-bahan yang berkaitan dengan ekspedisi tersebut diberi judul sebagai 'The SS-Tibet-Expedition, 1939”.
Berdasarkan keterangan dari peneliti Isrun Engelhardt, ekspedisi tersebut tidaklah dibiayai oleh Ahnenerbe. Ernst Schäfer mencari dananya seorang diri, dengan 80%-nya datang dari Werberat der deutschen Wirtschaft (Dewan Hubungan Masyarakat dan Promosi Bisnis Jerman), juga dari organisasi bisnis Jerman terkemuka lainnya, Deutsche Forschungsgemeinschaft (Yayasan Penelitian Jerman), serta Brooke Dolan II. Sesungguhnya, lingkaran teman-teman Himmler hanya mensponsori penerbangan kembali Schäfer ke Jerman dan tidak selainnya!
Berdasarkan data dari United States Forces, pembiayaan ekspedisi ini datang dari kontributor-kontributor umum serta pribadi yang banyak jumlahnya, dengan penerbangan kembalinya dibayar sepenuhnya oleh SS. Biaya untuk melengkapi ekspedisi ini totalnya adalah RM 65.000, dan itu pun kemudian menggelembung di tengah jalan dengan tambahan RM 65.000 (di luar dari penerbangan kembali yang telah ditekel oleh SS). Daftar penyumbangnya adalah sebagai berikut:
• Werberat der Deutschen Wirtschaft (Dewan Hubungan Masyarakat dan Promosi Bisnis Jerman) - RM 40.000,-
• I.G. Farbenindustrie (melalui Filchner, seorang penjelajah Tibet) - RM 35.000,-
• Illustrierter dan Voelkischer Beobachter - RM 40.000,- (Rumah Penerbitan Eher kemudian ikut mengklaim telah mensponsori ekspedisi tersebut)
• Reichsforschungsdienst (Pelayanan Penelitian Reich) - RM 6.000,-
• Deutsche Forschungsgesellschaft (Lembaga Penelitian Jerman) - RM 10.000,-
• Hecker, kepala Ilseder Huette - RM 2.000,-
• Pabrik Karet Phoenix, Harburg (yang dimiliki oleh ayah Schäfer) - RM 3.000,-
• Academy of Natural Sciences, Philadelphia - $1.000,-
• Sumbangan lainnya yang lebih kecil dari berbagai perusahaan, firma serta asosiasi.
• I.G. Farbenindustrie (melalui Filchner, seorang penjelajah Tibet) - RM 35.000,-
• Illustrierter dan Voelkischer Beobachter - RM 40.000,- (Rumah Penerbitan Eher kemudian ikut mengklaim telah mensponsori ekspedisi tersebut)
• Reichsforschungsdienst (Pelayanan Penelitian Reich) - RM 6.000,-
• Deutsche Forschungsgesellschaft (Lembaga Penelitian Jerman) - RM 10.000,-
• Hecker, kepala Ilseder Huette - RM 2.000,-
• Pabrik Karet Phoenix, Harburg (yang dimiliki oleh ayah Schäfer) - RM 3.000,-
• Academy of Natural Sciences, Philadelphia - $1.000,-
• Sumbangan lainnya yang lebih kecil dari berbagai perusahaan, firma serta asosiasi.
Ernst Schäfer sebenarnya sudah menjadi anggota SS saat dia nongol di konsulat Jerman di Chung-King tahun 1935. Dia baru saja kembali dari perjalanan melintasi sebagian Asia, terutama India dan Cina, dimana dua orang kepala ekspedisi terdahulu telah meninggalkannya karena takut dengan keganasan suku-suku lokal! Schäfer lalu merubah ekspedisi tersebut dari kegagalan total menjadi kesuksesan besar, dan tentunya hal ini tidak luput dari perhatian SS yang langsung mengirimkan surat tentang pengangkatannya menjadi SS-Untersturmführer sekaligus memintanya hadir di Jerman. saat itu Schäfer sedang berada di Philadelphia, Amerika, sibuk mengorganisir koleksi benda-benda yang didapat dari perjalanannya. Pada bulan Juni 1936, dia bertemu dengan Himmler, yang selanjutnya memberitahu Sievers dan Galke untuk mulai merancang ekspedisi lanjutan ke Tibet.
Schäfer merekrut orang-orang muda yang kuat dan fit untuk perjalanan yang pastinya melelahkan. Mereka adalah: Karl Wienert (24 tahun), asisten Wilhelm Filchner (penjelajah terkemuka Jerman) yang menjadi ahli geologi tim Schäfer; Edmund Geer (24 tahun) yang terpilih untuk menjadi pimpinan teknis pengorganisasian ekspedisi; Ernst Krause (jangan tertukar dengan ahli biologi Jerman yang mempunyai nama sama!) yang sudah berusia 38 tahun dan menjadi ahli entomologi sekaligus kameraman yang mendokumentasikan ekspedisi; Bruno Beger (26 tahun) yang merupakan pakar Rassekunde dan murid dari Hans F.K. Günther yang juga ikut dalam ekspedisi dan menjadi ahli antropologi tim.
Rencana resmi untuk ekspedisi memasukkan penelitian terhadap kondisi tanah, iklim, geografi, dan kebudayaan wilayah tersebut. Tidak dilupakan pula meminta para pejabat lokal untuk mengizinkan pendirian perwakilan resmi Jerman disana.
Terdapat dugaan bahwa salah satu dari tujuan ekspedisi ini adalah untuk menentukan apakah Tibet merupakan asal-muasal ras Arya. Pengukuran tengkorak serta membuat cetakan wajah penduduk lokal oleh antropologis Bruno Beger semakin menguatkan dugaan tersebut.
Tim yang terdiri dari lima orang peneliti tersebut berusaha untuk menghubungi wakil pemerintahan Tibet dan mengunjungi kota suci Lhasa dan Shigatse. Bahkan di suasana perang yang menyulitkan, tim ini berhasil menghubungi pejabat yang berwenang di Tibet serta penduduknya. Mereka kembali ke Jerman dengan membawa edisi lengkap naskah suci Tibet yang dinamakan Kangyur (108 volume), beberapa contoh dari Mandala (salah satu naskah kuno Tibet lainnya), dan sebuah dokumen yang diduga keras berhubungan dengan asal-muasal ray Arya. Dokumen-dokumen super berharga ini lalu disimpan di arsip Ahnenerbe.
Terdapat beberapa foto yang memperlihatkan Schäfer dan koleganya sedang mengadakan pertemuan dengan perwakilan Tibet di sebuah kamar yang didekorasi dengan panji hitam-putih SS, bendera Swastika, dan bendera Tibet. Foto lain memperlihatkan Schäfer sedang berdiri dengan Istana Potala di latar belakang, dan anggota tim lainnya sedang melakukan penelitian di pegunungan Tibet.
Pada bulan Juli 1937 ekspedisi ini mengalami kemunduran ketika Jepang menginvasi Manchuria di Cina sehingga menghancurkan rencana Schäfer untuk menggunakan Sungai Yangtze dalam usahanya mencapai Tibet. Schäfer lalu terbang ke London untuk meminta izin pergi melalui jalur India, tapi kemudian permohonannya ditolak oleh Inggris yang sedang bersiap-siap untuk berperang melawan Jerman.
Masalah lain yang mempersulit persiapan ekspedisi Tibet muncul ketika terjadi kecelakaan dalam sebuah perburuan bebek tanggal 9 November 1937. Saat itu Schäfer, istrinya (yang baru dinikahi empat bulan sebelumnya), dan dua orang pelayan sedang berada di atas perahu dayung. Ombak yang datang tiba-tiba membuat Schäfer kehilangan pegangan atas senjatanya yang jatuh, patah jadi dua dan meledak. Ledakan ini membuat istrinya mengalami luka parah dan meninggal beberapa waktu kemudian. Meskipun Schäfer mengalami kesedihan emosional yang dahsyat, tapi dia mampu kembali bekerja untuk ekspedisi yang dinanti-nanti tersebut delapan minggu kemudian!
Dalam sebuah tindakan yang membuatnya kehilangan dukungan dari Ahnenerbe, Schäfer meminta izin kepada Himmler agar dirinya cukup datang ke India dan lalu berusaha mencari jalan ke Tibet. Himmler menyetujui rencana ini, dan memperlihatkan dukungannya dengan menghubungi orang-orang yang berpengaruh, termasuk Menteri Luar Negeri Jerman Joachim von Ribbentrop. Tanggal 21 April 1938, tim ekspedisi Schäfer berangkat dari Genoa, Italia, menuju Ceylon (sekarang bernama Srilanka). Nantinya mereka akan terbang lagi ke Calcutta, India, yang dikuasai Inggris.
Satu hari sebelum tim berangkat meninggalkan Eropa, surat kabar Völkischer Beobachter menerbitkan artikel tentang ekspedisi tersebut sehingga membuat pihak Inggris mengetahui tentang tujuannya. Schäfer dan Himmler sama-sama gusar: Schäfer komplain ke markas SS dan Himmler pada gilirannya menulis surat pada Laksamana Barry Domvile. Domvile terkenal sebagai salah seorang pendukung Nazi dan merupakan mantan badan intelijen Angkatan Laut Inggris. Sang Laksamana kemudian mengirimkan surat pada Perdana Menteri Neville Chamberlain, yang lalu memberi izin kepada tim ekspedisi SS untuk memasuki Sikkim, sebuah wilayah yang berbatasan dengan Tibet.
Di ibukota Sikkim yang bernama Gangtok, tim ekspedisi SS berhasil mengumpulkan 50 bagal pembawa beban sambil mencari buruh pengantar barang serta penterjemah Tibet. Disini, seorang pejabat Inggris bernama Sir Basil Gould berkesempatan bertemu dengan mereka dan menggambarkan Schäfer sebagai seorang yang “menarik, berwibawa, sering berubah pendirian, terpelajar, angkuh seperti anak kecil, dan tidak peduli terhadap basa-basi sosial,” sambil menambahkan bahwa sang ketua tim SS sangat bernafsu untuk memasuki Tibet, apakah diizinkan atau tidak.
Tim memulai perjalanan mereka tanggal 21 Juni 1938, melintas melalui lembah sungai Teesta dan kemudian mengarah ke utara. Disini para anggota sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing: Krause membuat sebuah perangkap mini untuk menangkap serangga, Wienert menjelajahi bukit untuk membuat pengukuran, Geer mengumpulkan spesies-spesies burung, dan Beger menawarkan pertolongan kesehatan kepada penduduk lokal demi bisa diizinkan untuk mengambil ukuran terhadap kepala dan badan mereka.
Pada bulan Agustus 1938, seorang pejabat tinggi Rajah Tering, yang juga anggota keluarga kerajaan Sikkim yang tinggal di Tibet, memasuki kamp tim. Meskipun Beger meminta izin kepada si tamu untuk mengukurnya, dia diminta oleh seorang pembawa beban Tibet untuk menunggu kedatangan Schäfer yang sedang melakukan perburuan. Schäfer akhirnya bertemu dengan sang pejabat, dan mempersembahkan kepadanya sebuah bagal yang membawa aneka persembahan.
Pada bulan Desember 1938 dewan menteri Tibet mengundang Schäfer dan timnya ke Tibet, tapi melarang mereka untuk membunuh satu pun binatang selama masa tinggal mereka atas alasan keagamaan. Setelah melakukan sebuah perjalanan balik ke Gangtok demi membawa tambahan perbekalan, Schäfer diberi kabar bahwa dia telah dipromosikan menjadi SS-Hauptsturmführer (Kapten), sementara seluruh anggota sisanya dipromosikan menjadi SS-Obersturmführer (Letnan Satu).
Dalam perjalanan ke wilayah pegunungan Tibet, Beger mulai membuat cetakan wajah dari penduduk lokal, termasuk pelayan pribadinya yang merupakan seorang Sherpa asal Nepal bernama Passang (nggak ditambah ‘surut’ lho!). Selama penuangan pertama, secara tidak sengaja cairan cetakannya masuk ke salah satu lubang hidung Passang sehingga dia lalu menjadi panik dan menyobek masker topengnya. Takut menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan, Schäfer mengancam akan memecat pekerja lain yang melihat insiden ini apabila mereka memberitahukannya kepada orang lain. Tapi sebenarnyalah kebanyakan orang-orang Tibet ini mempunyai sikap yang ramah dan bersahabat. Begitu banyak peninggalan foto serta cuplikan film yang memperlihatkan bagaimana mereka tersenyum dan tertawa saat menjalani pengukuran tengkorak serta pembuatan cetakan wajah.
Pada tanggal 19 Januari 1939 tim akhirnya mencapai Lhasa, ibukota Tibet. Schäfer langsung melakukan kunjungan penghormatan kepada para bangsawan dan menteri Tibet. Dia juga mempersembahkan panji Nazi, sambil menerangkan kesamaan simbol (swastika) yang dimiliki oleh Jerman dan Tibet. Permohonannya untuk memperpanjang masa tinggal di Lhasa dikabulkan, dan dia diizinkan untuk memfilmkan serta mengambil foto wilayah tersebut. Tim ekspedisi SS menghabiskan waktu selama dua bulan di Lhasa. Mereka mengumpulkan informasi-informasi yang menarik tentang kondisi sosio-budaya, pertanian, dan agamanya. Mereka bahkan menerima sebuah salinan dari ensiklopedi Budhisme Tibet yang terdiri dari 108 volume (hanya tiga salinan yang pernah diberikan kepada orang Eropa, dan tidak ada satu pun yang pernah diterjemahkan)!
Setelah meninggalkan Lhasa, tim ekspedisi SS melanjutkan perjalanan mereka ke lembah Yarlung – sebuah wilayah yang telah diperintahkan untuk dilarang dimasuki sebelumnya oleh pejabat Inggris. Tim mempelajari lembah tersebut serta benteng pertahanan kuno Yumbulagang, tapi kemudian berita tentang kondisi politik di Eropa yang makin memanas mengancam penelitian mereka, sehingga Schäfer memutuskan untuk menghentikannya dan mempersiapkan kepulangan tim melalui jalur udara Kalkuta ke Baghdad, dan baru kemudian ke Jerman.
Hasil penelitian mereka mencakup 20.000 foto hitam-putih, 2.000 foto berwarna, serta 17 cetakan kepala dan pengukuran tengkorak dari 376 orang. Tidak hanya itu, Schäfer juga mengirimkan contoh-contoh spesimen tiga ekor anjing Tibet hasil pembiakan, spesies kucing yang langka, serigala, luak, rubah, kulit binatang dan burung, dan benih untuk 1.600 tipe beras Belanda, 700 varietas gandum, 700 varietas oat dan ratusan tipe benih lainnya. Sebagai tambahan, tim ekspedisi SS dititipi sebuah anjing mastiff, sebuah koin emas dan jubah seorang Lama (yang dipercaya oleh Schäfer pernah dipakai oleh Dalai Lama) untuk diberikan sebagai hadiah kepada Adolf Hitler.
Schäfer tiba di Münich tanggal 4 Agustus 1939, dan langsung disambut secara pribadi oleh Himmler. Reichsführer-SS menghadiahinya cincin tengkorak SS dan belati kehormatan. Karena perang pecah kurang dari satu bulan setelahnya, tulisan Schäfer tentang perjalanannya tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1950. Bukunya diberi judul Festival of the White Gauze Scarves: A research expedition through Tibet to Lhasa, the holy city of the god realm (Festival Syal Kasa Putih: Sebuah Ekspedisi Penelitian Melalui Tibet ke Lhasa, Kota Suci Kerajaan Tuhan).
Ekspedisi Schäfer ke Tibet kadang sering tertukar dengan Ekspedisi Nanga Parbat (Mei 1939 – Agustus 1939). Kalau yang pertama murni mengurusi masalah antropologi, yang terakhir terutama berhubungan dengan ekspedisi pendakian gunung. Ekspedisi Nanga Parbat menyertakan seorang anggota yang nantinya terkenal ke seantero dunia melalui filmnya Brad Pitt, “Seven Years in Tibet”. Namanya adalah Heinrich Harrer, seorang pakar pendakian Alpen dan juga anggota unit SS Alpen. Unit ini biasa berlatih di gunung Eiger di Swiss pada tahun 1938. Ketika mereka kembali ke Jerman, Hitler secara pribadi menyambutnya.
Pada bulan Mei 1939 Harrer dipilih oleh Yayasan Himalaya Jerman untuk ikut serta dalam ekspedisi terbaru ke Nanga Parbat yang merupakan salah satu wilayah pegunungan tertinggi di India. Sebagai pimpinan ekspedisi ditunjuklah Peter Aufschnaiter. Tujuan mereka adalah untuk menemukan jalan baru pendakian yang menghadap barat-laut. Pada bulan Agustus 1939, misi tersebut berhasil dilaksanakan. Tim lalu berangkat menuju Karachi, dimana rencananya sebuah kendaraan akan menjemput mereka.
Tidak dinyana, pada bulan Oktober 1939 tim ini ditangkap oleh pasukan Inggris dibawah pimpinan Mayor Jenderal Alan Van Dyke, meskipun mereka kemudian berhasil melarikan diri dari penjara. Harrer kemudian tertangkap kembali dan kabur (lagi!). Dia tiba dengan Aufschnaiter di Tibet tanggal 17 Mei 1944, dan diperkenalkan kepada Dalai Lama pada tahun 1949. Harrer tinggal di Tibet sampai dengan tahun 1951, ketika Cina Komunis melakukan invasi dan mendudukinya. Beberapa dokumentasi atas ekspedisi ini masih tersimpan dalam koleksi National Archives di Washington DC.
No comments:
Post a Comment