Tuesday, January 14, 2020

Rekor Satu-Satunya Third Reich

Satu-Satunya Jenderal Jerman yang Meninggal dalam Invasi ke Prancis

General der Artillerie Hermann Ritter von Speck (8 Agustus 1888 - 15 Juni 1940) dilahirkan dengan nama Hermann Speck, dan merupakan anak dari seorang Generalmajor asal Bavaria yang bernama Maximilian Ritter von Speck. Dia kemudian mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang prajurit setelah bergabung sebagai Fahnenjunker di 3. Feldartillerie-Regiment "Prinz Leopold" pada tahun 1907. Speck ikut berpartisipasi dalam Perang Dunia I dan, setelah aksinya yang mengarahkan tembakan artileri ke arah pasukan Prancis di Gellenoncourt sehingga membuat mereka menyerah, dia kemudian dianugerahi keberanian tertinggi Bavaria, Ritterkreuz des Militär-Max-Joseph-Ordens, pada tanggal 7 September 1914. Selain itu, Speck juga mendapat gelar kebangsawanan Bavaria, "Ritter von". Setelah perang usai, Speck bergabung dengan Freikorps yang bertempur melawan pemberontakan kaum komunis dan sosialis di kampung halamannya. Ketika Reichswehr dibentuk pada tahun 1919, dia termasuk satu dari 100.000 orang mantan prajurit Kekaisaran Jerman yang diikutsertakan. Karirnya makin menanjak, sampai menjadi komandan dari 33. Infanterie-Division (1 Maret 1938 - 29 April 1940). Pada tanggal 15 Juni 1940, Generalleutnant Speck tertembak oleh musuh dalam pertempuran di Pont-Sur-Yonne, Prancis, saat memimpin pasukannya di posisi terdepan. Dia meninggal beberapa jam kemudian akibat dari luka-lukanya. Speck tercatat sebagai satu-satunya jenderal Wehrmacht yang terbunuh dalam penyerbuan Jerman atas Prancis! Sebagai penghargaan atas jasanya, dia secara anumerta mendapatkan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 17 Oktober 1940, sebagai Generalleutnant dan Kommandierender General XVIII. Armeekorps. Dengan alasan yang tidak diketahui, Speck juga dipromosikan secara anumerta menjadi General der Artillerie pada tanggal 15 Desember 1944, berselang 4½ tahun setelah kematiannya! Pada tahun 2010, wartawan Jay Nordlinger mewawancarai anak perempuan Speck, yang mengklaim bahwa ayahnya telah dengan sengaja mencari kesempatan untuk gugur dalam pertempuran. "Berdasarkan kata putrinya, sang jenderal ingin mati, dan mencari cara agar keinginannya terpenuhi. Dia merasa bahwa dia tak dapat melanggar sumpahnya sebagai seorang prajurit militer dengan menyeberang ke pihak musuh. Sementara itu, keyakinan Katoliknya mencegah dia untuk melakukan bunuh diri - bunuh diri secara langsung, dapat dikatakan begitu. Jadi dia menempatkan dirinya di arah tembakan musuh. Dalam kata terakhirnya, dia tidak mengatakan "sampaikan cintaku pada keluargaku" - atau sesuatu seperti itu - melainkan hanya sekedar "memang harus seperti ini jalannya..." (Salzburg Souvenirs part IV)


Sumber :
www.omsa.org

No comments: