Sejarawan Hans Ring dan Christopher Shores juga memberi fakta pendukung bahwa promosi yang sangat cepat dari Jochen semata-mata karena prestasi luar biasa yang telah diraihnya dan bukan selainnya. Bagi pilot lain, jangankan memperoleh kemenangan ganda, menjadi seorang experten pun menjadi hal yang teramat sulit untuk diraih, demi menghadapi kondisi dan jumlah musuh yang jauh lebih baik dan lebih banyak (tidak seperti di front Rusia dimana para pilot tempur Jerman menghadapi musuh yang lebih inferior, baik dalam kualitas pilotnya maupun dalam perbandingan pesawat yang dipakai). Mereka kebanyakan hanya menjadi pendukung dan penonton saat “sang maestro menunjukkan bagaimana caranya menghabisi musuh” dan bahkan “bertahan dari menyerang sambil tak lupa secara konstan menambah jumlah kemenangannya”. Sebagai akibatnya, tak ada pilot ‘hebat’ lain yang akan melanjutkan tongkat kepemimpinan Jochen apabila dia tak ada atau terbunuh. Eduard Neumann menjelaskan :
Tambahan Fakta :
• Hans-Joachim Marseille tampil empat kali dalam Deutsche Wochenschau. Pertama kalinya tanggal 17 Februari 1942 ketika Oberst Galland, General der Jagdflieger, mengunjungi pangkalan udara Jerman di gurun. Kedua kalinya tanggal 1 Juli 1942 ketika Jochen dalam perjalanan ke Rastenburg untuk menerima Schwerter dari Adolf Hitler. Ketiga kalinya pada hari Rabu tanggal 9 September 1942 ketika diumumkan bahwa Jochen telah meraih 17 kemenangan dalam satu hari (1 September 1942) dan karenanya dia langsung dianugerahi medali tertinggi, Brillanten. Penampilan terakhirnya adalah pada hari Rabu juga tanggal 30 September 1942 yang memperlihatkan kunjungan Jochen kepada Erwin Rommel dimana disana Rommel memberi selamat kepadanya karena telah menjadi Hauptmann (Kapten) termuda di seluruh angkatan bersenjata Jerman!
• Sebuah piramid kecil didirikan oleh seorang arsitek Italia atas pesanan dari Deutcshe Afrikakorps di tempat jatuhnya Jochen, tak lama setelah peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawanya. Tapi seiring dengan berlalunya waktu, monumen tersebut menjadi rusak. Tanggal 22 Oktober 1989, Eduard Neumann dan para veteran JG 27 yang masih hidup bekerjasama dengan pemerintah Mesir untuk membangun kembali piramid yang baru yang masih berdiri sampai sekarang.
• Dalam minggu-minggu pertama setelah tewasnya Jochen, moral bertempur para pilot JG 27 begitu rendahnya sampai-sampai Oberleutnant Fritz Dettmann meminta Eduard Neumann untuk menamai 3./JG 27 menjadi “Staffel Marseille”.
• Di batu nisannya terpancang kata-kata : Tak Terkalahkan. Setelah perang usai, sisa-sisa kerangka Jochen dipindahkan dari Derna ke Pemakaman para prajurit Jerman di Tobruk. Disanalah ibu Jochen yang sangat dicintainya berziarah pada tahun 1954. sisa dari jenazahnya sendiri kini tersimpan dalam peti mati kecil dari tanah liat (sarkofagus) bernomor 4133.
• Pada tahun 1957, dibuat sebuah film Jerman berjudul Der Stern Von Afrika (Bintang Afrika). Joachim Hansen berperan sebagai Hans-Joachim Marseille.
• Pada tanggal 24 Oktober 1975, sebuah barak Uetersen-Appen dari Bundesluftwaffe dinamai sebagai “Barak Marseille”.
• Sayap ekor pesawat Messerschmitt Bf 109F-4/Trop (W.-Nr. 8673) dari Jochen yang memajang baris 158 kemenangan yang telah diraihnya, kini dipamerkan di Luftwaffenmuseum der Bundeswehr di Berlin Gatow. Sebelumnya benda tersebut diberikan oleh Hermann Göring kepada keluarga Jochen sebagai penghormatan dan kemudian disumbangkan ke musium tahun 1970-an.
• 25 tahun setelah kematiannya, para pilot tempur veteran dari Perang Dunia II berkumpul untuk menghormati Jochen di “International Fighter Pilots Meeting” yang berlangsung tanggal 7-8 Oktober 1967 di Fürstenfeldbruck. Dalam acara ini hadir para pilot dari enam negara yang berlainan, termasuk Erich Hartmann, Robert Stanford Tuck, Adolf Galland, Günther Rall dan Mike Martin, yang pesawatnya ditembak jatuh oleh Jochen tanggal 3 Juni 1942. tamu kehormatan dalam pertemuan ini adalah ibu dari Jochen, Frau Charlotte Reuter-Marseille dan mantan tunangannya Hanne-Lies.
• Reuni ke-16 Deutsche Afrikakorps berlangsung di Stuttgart tanggal 1-2 September 1984. Dalam pertemuan itu, Bundesregierung Jerman mengundang seorang tamu yang sangat istimewa, kopral Matthew P. Letuku dari Afrika Selatan. Matthew, alias Mathias (nama yang lebih dikenal oleh para prajurit JG 27) adalah seorang tentara Persemakmuran yang tertawan oleh Jerman tanggal 21 Juni 1941 di benteng Tobruk. Kemudian dia malah dipekerjakan sebagai supir di 3. Staffel, dan bahkan kemudian menjadi sahabat dekat Jochen sekaligus jadi pembantu lokal dalam tugasnya di Afrika!
• Sebuah peristiwa yang sangat kontroversial (tapi tak diketahui jelas kebenarannya) telah terjadi tak lama setelah Jochen menerima medali Schwerter. Diisukan bahwa sang Oberleutnant muda tersebut mendengar kabar akan adanya Solusi Final Bangsa Yahudi (Holocaust) sewaktu dia sedang mengambil cuti di Jerman. Begitu terkejut akan kabar ini, dia tak segera kembali pulang ke Afrika melainkan ‘bersembunyi’ di Italia. Hanya setelah Gestapo mengetahui keberadaannya dan memaksa dia untuk kembali ke kesatuannya di gurun, barulah dia berangkat untuk bertempur. Meskipun cerita ini masih samar-samar, tapi telah disertakan dalam film Der Stern Von Afrika produksi tahun 1957, dan kebenarannya tak pernah lagi dipertanyakan!
Sumber :
• www.en.wikipedia.org
• www.afrikakorps.org