Musim dingin yang ganas di Front Timur pada tahun 1941/1942 membuat petinggi Wehrmacht kelabakan karena mereka tidak siap menghadapinya, baik dalam menyediakan bahan pakaian yang mampu menyerap panas, juga dalam hal garmen kamuflase berwarna salju. Hal ini berujung pada banyaknya improvisasi di lapangan yang dilakukan oleh para prajurit yang bertempur di garis depan. Mereka berusaha dengan segala cara menambahkan kehangatan di udara beku di bawah nol derajat celcius, termasuk di antaranya dengan mengadopsi pakaian musim dingin sipil dan bahkan seprai berwarna putih!
Setelah musim dingin 1941/1942, Oberkommando des Wehrmacht (Komando Tinggi Angkatan Bersenjata) baru menyadari perlunya pakaian semacam ini, dan percobaan demi percobaan mulai dilakukan di musim semi 1942. Pada bulan April 1942 Adolf Hitler menyatakan persetujuannya pada desain yang telah dipilih, dan model pertama mulai dipakai di musim gugur tahun yang sama.
Termasuk di antara model pakaian penahan dingin ini adalah topi bulu yang merupakan jatah standar bintara/perwira Wehrmacht, dan penyebarannya mulai dilakukan dari tanggal 15 September 1942 s/d 15 April 1943. Peraturan menyatakan bahwa setelah musim dingin usai, maka semua pakaian hangat ini harus dikembalikan ke depot masing-masing untuk disimpan, diperbaiki, dibersihkan, dan dibagikan lagi di musim dingin selanjutnya.
Pada awalnya penggunaan pakaian musim dingin ini hanya terbatas pada bintara dan perwira saja, dimana kadang mereka juga mengeluarkan uang dari saku sendiri untuk membeli beberapa pakaian cadangan, tapi kemudian regulasi di bulan Desember 1942 mensyaratkan bahwa pakaian musim dingin juga digunakan oleh seluruh kepangkatan di wilayah yang musim dinginnya lebih membekukan dari yang lain.
Meskipun tak ada standar baku mengenai jenis dan bahan topi bulu yang digunakan, tapi model umum yang paling banyak ditemui adalah yang meniru topi bulu khas Rusia (ushanka) serta topi bulu yang mengambil pola bergmütze (topi gunung) pasukan Gebirgsjäger dan feldmütze M43 yang bagian pinggirnya bisa dilipat untuk melindungi bagian telinga dan leher si pemakai.
----------------------------------------------------------------------
HEER
Feldwebel
Friedrich Ludwig (10 November 1915 - 26 Agustus 1943) berasal dari
8.Kompanie / Panzer-Regiment 35 / 4.Panzer-Division. Dia meninggal
akibat kecelakaan tragis di hari yang sama saat dipromosikan dari
Unteroffizier menjadi Feldwebel! Saat sedang melakukan penetrasi ke
wilayah musuh di malam hari sepanjang 40km bersama dengan lima panzer
lain di wilayah Ssewsk (Rusia), Ludwig tertidur di dalam panzernya dan,
mungkin karena kecapekan, lupa mengikat badannya menggunakan strap agar
tidak terkena efek guncangan saat tank sedang berjalan. Keesokan paginya
baru diketahui bahwa dia telah meninggal oleh awak panzer lain saat
badannya telah dingin dan matanya terbuka. Kemungkinan kepalanya
tertumbuk ke lapisan baja tebal tank dan takdir Tuhan membuatnya
langsung meninggal seketika! Mayatnya buru-buru dibungkus dengan kain
terpal dan dikuburkan tanpa diberi penanda karena saat itu Leutnant
Fritz Schneider (Chef 8.Kompanie) sadar bahwa mereka sedang berada di
wilayah musuh. Jauh di kampung halaman di Jerman, putranya yang baru
berusia tiga tahun tiba-tiba membawa mainan bebeknya ke stasiun kereta
dan ketika ditanya hendak apa, dia menjawab "aku mau menunggu Papa!".
Dalam foto di atas Unteroffizier Ludwig mengenakan Pelz und Leder Mütze
(Topi Bulu dan Kulit) yang biasanya dikenakan oleh pilot-pilot Luftwaffe
Obergefreiter Nikolaus Schuster (26 November 1921 - 22 Juli 1943)
adalah panzerfunker (operator radio tank) yang terbakar hidup-hidup di
tanknya dalam pertempuran melawan Rusia di Shukowka. Dalam foto ini dia
masih berpangkat Gefreiter dan mengenakan Pelz und Leder Mütze (Topi
Bulu dan Kulit) di kepalanya. Insignia petir di lengannya menunjukkan
bahwa dia adalah anggota Nachrichtentruppe yang mengurusi sandi dan
komunikasi
----------------------------------------------------------------------
LUFTWAFFE
Hauptmann Wilhelm Fulda
Hauptmann Max Stotz (13 Februari 1912 – 19 Agustus 1943)
Oberst Georg Tyroller (2 Februari 1897 - 27 April 1945)
----------------------------------------------------------------------
SS UND POLIZEI
----------------------------------------------------------------------
LUFTWAFFE
Hauptmann Wilhelm Fulda
Hauptmann Max Stotz (13 Februari 1912 – 19 Agustus 1943)
Oberst Georg Tyroller (2 Februari 1897 - 27 April 1945)
----------------------------------------------------------------------
SS UND POLIZEI
SS-Brigadeführer und Generalmajor der Polizei Dr.jur. Walter Stahlecker (10 Oktober 1900 - 23 Maret 1942)
No comments:
Post a Comment