Sunday, October 15, 2017

Sportpalastrede (Pidato Sportpalast) untuk 'Perang Total'



Oleh : Alif Rafik Khan

Setelah kekalahan Pasukan Poros melawan pasukan Inggris di Pertempuran Kedua El Alamein yang terjadi di wilayah pantai barat-laut Mesir, tiga bulan kemudian "titik balik" utama Perang Dunia II terjadi pada tanggal 2 Februari 1943 saat Pertempuran Stalingrad berakhir dengan menyerahnya Generalfeldmarschall Friedrich Paulus dan 6. Armee Jerman ke pihak Soviet. Dalam Perundingan Casablanca, Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt serta Perdana Menteri Inggris Winston Churchill menuntut agar Jerman menyerah tanpa syarat. Sementara itu Uni Soviet, yang berapi-api setelah kemenangan mereka di Stalingrad, mulai merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Jerman, termasuk Kursk (8 Februari 1943), Rostov (14 Februari 1943), dan Kharkov (16 Februari 1943). Di palagan Afrika Utara, Afrikakorps di bawah komando Generalfeldmarschall Erwin Rommel hampir saja menderita kekalahan saat kapal-kapal suplai Jerman yang berlayar ke Tripoli ditenggelamkan oleh Sekutu di bulan Januari 1943. Kampanye Militer Gurun Barat telah berakhir dengan kemenangan pihak Inggris di El Alamein bulan November 1942, dan pihak Poros kini terjepit di Tunisia antara dua kekuatan Sekutu: satu bergerak dari Aljazair, sementara lainnya dari Libya. Keberuntungan sekutu-sekutu Jerman ikut pula berbalik: kekalahan demi kekalahan yang diderita oleh militer Italia membuat peperangan di Afrika secara garis besar adalah operasi pihak Jerman, sementara di wilayah Pasifik pasukan Amerika baru saja menyelesaikan penaklukan Guadalcanal - yang memakan waktu berbulan-bulan - setelah kemenangan mereka atas pihak Jepang di Midway dan Laut Koral.

Menghadapi krisis demi krisis ini, Adolf Hitler bereaksi dengan mengeluarkan kebijakan pertama untuk memobilisasi total warga Jerman. Pada tanggal 2 Februari 1943, 100.000 restoran dan bar di seantero Jerman ditutup secara paksa agar populasi sipil dapat lebih berkontribusi pada usaha perang yang digalakkan oleh pemerintahnya.

Pada tanggal 18 Februari 1943 diadakan rapat akbar yang bertempat di Sportpalast Berlin. Disini Menteri Propaganda Joseph Goebbels mengeluarkan pidatonya yang paling terkenal, yang dinamakan sebagai Sportpalastrede (Pidato Sportpalast) atau 'Pidato Perang Total'. Di hadapan ribuan penonton (yang telah diseleksi sebelumnya), sang Reichsminister meminta kepada seluruh rakyat Jerman untuk mendukung kebijakan 'Totaler Krieg' (Perang Total) melawan Sekutu. Di atas podium tempat Goebbels berpidato dipasang sebuah panji raksasa yang bertuliskan "TOTALER KRIEG – KÜRZESTER KRIEG" (Perang Total - Perang Tersingkat), lengkap dengan bendera Nazi dan lambang swastika seperti yang terlihat dalam sejumlah foto dan film yang meliput acara tersebut.

Meskipun Goebbels mengklaim bahwa hadirin yang datang adalah masyarakat dari "berbagai golongan kelas serta pekerjaan" (termasuk "prajurit, dokter, ilmuwan, seniman, insinyur, arsitek, guru,  dan pekerja kantoran"), tapi diam-diam sebelumnya sang propagandis ulung telah secara cermat menyeleksi para pendengarnya sehingga mereka bisa bereaksi dengan cukup fanatik sesuai dengan keinginannya. Goebbels sempat mengatakan pada Albert Speer bahwa mereka adalah hadirin yang paling terlatih baik di seantero Jerman. Meskipun begitu, respon yang luar biasa antusias dan bersatu dari para pendengar sang Reichsminister - seperti yang terekam dengan baik dalam publikasi tertulis - tampaknya tidak terlalu kentara terdengar dalam versi rekaman suara.

Dalam pidatonya, Goebbels menekankan tiga hal ini:

1. Bila Wehrmacht tidak mampu membendung bahaya yang datang dari arah Timur, maka Reich Jerman terancam jatuh pada kekuasaan Bolsewik, dan menyusul wilayah Eropa lainnya.
2. Wehrmacht, rakyat Jerman, dan pihak Poros adalah satu-satunya yang mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan Eropa dari ancaman serupa ini.
3. Bahaya telah jelas terlihat. Jerman harus bertindak secara cepat dan menentukan, atau semuanya akan terlambat.

Secara historis, pidato ini dapat dikatakan penting karena menandai pengakuan pertama dari para pemangku kebijakan Nazi Jerman bahwa negara mereka kini menghadapi bahaya kekalahan, sehingga harus secepatnya digalakkan kampanye mobilisasi yang, dapat dikatakan, berperan dalam memperpanjang lamanya peperangan, di bawah slogan: "Und Sturm, brich los!" (Dan badai, kini telah lepas!).


-------------------------------------------------------------------------------




Dalam acara yang diselenggarakan di Sportpalast Berlin pada tanggal 18 Februari 1943, Reichsminister Joseph Goebbels mengumumkan tekad sang Führer untuk "berperang Total" melawan Sekutu dan Soviet, dimana Jerman akan bertarung sampai meraih kemenangan... atau hancur lebur olehnya. Sebagai "bintang tamu", dihadirkan para veteran perang yang terluka dalam pertempuran dan juga Ritterkreuzträger (peraih medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes). Diantara golongan yang disebut terakhir adalah perwira Fallschirmjäger Major Martin Schächter (kanan), yang meraih Ritterkreuz pada tanggal 12 Mei 1940 sebagai Führer Sturmgruppe "Eisen" / Fallschirmjäger-Sturmabteilung "Koch" dalam penyerbuan ke benteng Eben-Emael dan Kanal Albert. Dalam peristiwa tersebut Schächter mengalami luka parah di bagian kepala dan kaki sehingga harus menghabiskan waktu selama sembilan bulan di rumah sakit! Meskipun begitu, dia dinyatakan fit untuk ikut serta dalam penerjunan ke Pulau Kreta di Yunani setahun kemudian. Kembali terluka parah disana, Schächter dinyatakan tidak layak tempur dan menghabiskan sisa perang sebagai perwira staff


Sumber :

No comments: