Friday, November 28, 2025

Pertempuran Stettin dan Ritterkreuzträger Willy Schmückle (1945)


Pertempuran memperebutkan pangkal jembatan Stettin (Stettiner Brückenkopf) pada bulan Maret 1945 merupakan bagian penting dari ofensif besar Tentara Merah di wilayah Pomerania dan garis pertahanan terakhir Jerman di sepanjang Sungai Oder menjelang runtuhnya Reich Ketiga. Setelah keberhasilan Soviet menembus pertahanan Jerman dalam Operasi Pomerania Timur, pasukan Front Belorusia ke-2 di bawah Marsekal Konstantin Rokossovsky berupaya menguasai dan memperluas pangkal jembatan di tepi barat Oder guna membuka jalan langsung ke Stettin—pelabuhan strategis dan gerbang menuju Mecklenburg serta Berlin dari arah utara. Pangkal jembatan ini dipertahankan dengan gigih oleh unsur-unsur dari 3. Panzerarmee Jerman, sisa-sisa unit infanteri yang telah hancur, Volkssturm, artileri benteng, serta sejumlah kecil kendaraan lapis baja, yang bertempur dalam kondisi kekurangan amunisi dan logistik akibat serangan udara dan artileri Soviet yang berlangsung terus-menerus. Pertempuran berlangsung sengit di medan rawa, kanal, dan desa-desa yang hancur, dengan pertempuran infanteri jarak dekat dan serangan artileri berat yang menghancurkan garis pertahanan Jerman sedikit demi sedikit. Pada akhir Maret 1945, keunggulan mutlak Soviet dalam jumlah pasukan, tank, dan dukungan udara memaksa Jerman mundur, sehingga pangkal jembatan Stettin berhasil diamankan dan diperluas oleh Tentara Merah, membuka jalur langsung bagi penyerbuan terakhir ke wilayah Jerman utara dan mempercepat jatuhnya Stettin ke tangan Soviet pada bulan April 1945.

Dalam pertempuran ini, Fahnenjunker-Oberfeldwebel Willy Schmückle (Chef 6.Kompanie / II.Bataillon / Fahnenjunker-Regiment 1241 / Panzergrenadier-Division "Kurmark") dianugerahi medali bergengsi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 15 Maret 1945, sebagai penghargaan atas kepahlawanannya. Ketika situasi militer Jerman sudah hampir sepenuhnya runtuh di Stettin. Saat itu Schmückle, yang memimpin satuan tempur lapis baja dan infanteri improvisasi (Kampfgruppe), menonjol karena kepemimpinan langsung di garis depan, keberanian pribadi dalam menahan serangan tank dan infanteri Soviet yang berulang-ulang, serta kemampuannya mempertahankan posisi penting meskipun dalam kondisi kekurangan amunisi, bahan bakar, dan tanpa dukungan memadai. Dalam beberapa aksi, ia dilaporkan memimpin pertahanan jarak dekat, mengoordinasikan tembakan antitank, dan beberapa kali menggagalkan terobosan Soviet ke arah Stettin. Atas rangkaian aksi heroik tersebut, ia direkomendasikan oleh komando 3. Panzerarmee untuk mendapatkan Ritterkreuz, yang kemudian mendapat persetujuan dari OKW (Oberkommando der Wehrmacht).


Sumber :
Die Deutsche Wochenschau No. 755 - 22 Maret 1945

No comments: