Oleh : Herry Cavalera
Selain Stosstruppe, Sturmtruppen dan Maschinengewehr-Scharfschütze yang pernah diposting sebelumnya, Militer Jerman dalam Perang Dunia 1 juga memiliki unit serbu lainnya yang tergolong elite, yaitu Flammenwerfer-Sturmpioniere, yang merupakan unit Pioneer Serbu (Zeni Tempur) yang membawa Penyembur Api.
Flammenwerfer-Sturmpioniere merupakan unit yang paling menakutkan dan membawa teror mimpi buruk bagi pasukan Perancis dan Inggris dalam pertempuran parit ketimbang serbuan infantri Jerman atau serangan gas dalam perang dunia pertama. Saking menakutkannya Flammenwerfer-Sturmpioniere, sampai sampai mereka memperoleh julukan Graben Kammerjäger atau Trench Exterminator (Pemusnah Parit) oleh prajurit prajurit Inggris. Ditambah Stahlhelm mereka yang terkadang mereka hiasi dengan gambar tengkorak dengan tulang menyilang menggunakan cat hitam dan ketika mereka sedang memakai masker gas, menambah penampilan mereka menjadi lebih mengerikan. Selain efek destruction (kehancuran) yang amat mengerikan, efek psikologis yang ditimbulkan juga dinilai amat menakutkan hingga menjatuhkan moral tempur. Betapa tidak ? Pasalnya, selain efek kehancuran yang membawa terror, efek psikologis ditimbulkan karena suara mesin penyembur api nya yang mengerikan terdengar dari jauh sebelum kemunculan pasukan penyembur api ini.
Flammenwerfer-Sturmpioniere membawa penyembur api jenis Flammenwerfer modell 1916 dan kemudian diganti dengan flüssigen-Kraftstoff Flammenwerfer Modell 1917.
Foto ini menunjukan para Flammenwerfer-Sturmpioniere asal 5. Brennt Kompanie/1. Garde Pionier-Bataillon sedang beraksi menyerbu posisi parit pertahanan pasukan Perancis dalam Pertempuran Verdun pada 19 Juni 1916. Serbuan Flammenwerfer-Sturmpioniere dalam Pertempuran Verdun merupakan mimpi buruk dan malapetaka bagi Pasukan Perancis. Barisan pertama pertahanan parit pasukan Perancis ditinggalkan oleh pasukan Perancis yang ketakutan duluan setelah mendengar suara bising mesin penyembur api yang mengerikan. Di baris kedua, Pasukan Perancis menghadapi terror mimpi buruk tatkala bertatap muka dengan unit unit Flammenwerfer-Sturmpioniere. 87% parjurit-prajurit Perancis yang bertahan di parit saat terjadi serangan Flammenwerfer-Sturmpioniere menemui ajalnya dengan rasa sakit yang tidak terbayangkan.
Selain ditakuti oleh Pasukan Inggris dan Perancis, Prajurit-Prajurit Jerman yang bertugas sebagai Flammenwerfer-Sturmpioniere, juga memiliki ketakutan tersendiri. Ketakutan mereka adalah pada penyembur api nya yang berat yang bisa mengurangi mobilitas sehingga resiko tangki bahan bakar terkena peluru lalu meledak dan bisa menewaskan mereka sendiri tidak bisa dihindari.
Rata-rata para Flammenwerfer-Sturmpioniere adalah sukarelawan yang sudah terlatih baik. Mayoritas para personel sukarelawan nya, awalnya berprofesi sebagai petugas pemadam kebakaran setempat. Mereka sebenarnya sudah tahu, bahwa ketika mereka mengajukan diri untuk bergabung dengan Flammenwerfer-Sturmpioniere, mereka telah mengajukan kematian nya sendiri. Dan mereka tahu, bahwa menjadi Flammenwerfer-Sturmpioniere merupakan tugas bunuh diri. Namun, disisi lain mereka ingin membukti kan diri mereka sebagai prajurit yang berani mati dalam tugas. Itu dibukti kan mereka setelah selesai pelatihan dan diterjunkan ke medan tempur untuk pertama kali, mereka semua sudah siap mati dalam tugas. Setelah beberapa pertempuran terbukti, mereka dihormati dan disegani layaknya Stosstruppe oleh prajurit prajurit Jerman lainnya.
Flammenwerfer-Sturmpioniere merupakan unit yang paling menakutkan dan membawa teror mimpi buruk bagi pasukan Perancis dan Inggris dalam pertempuran parit ketimbang serbuan infantri Jerman atau serangan gas dalam perang dunia pertama. Saking menakutkannya Flammenwerfer-Sturmpioniere, sampai sampai mereka memperoleh julukan Graben Kammerjäger atau Trench Exterminator (Pemusnah Parit) oleh prajurit prajurit Inggris. Ditambah Stahlhelm mereka yang terkadang mereka hiasi dengan gambar tengkorak dengan tulang menyilang menggunakan cat hitam dan ketika mereka sedang memakai masker gas, menambah penampilan mereka menjadi lebih mengerikan. Selain efek destruction (kehancuran) yang amat mengerikan, efek psikologis yang ditimbulkan juga dinilai amat menakutkan hingga menjatuhkan moral tempur. Betapa tidak ? Pasalnya, selain efek kehancuran yang membawa terror, efek psikologis ditimbulkan karena suara mesin penyembur api nya yang mengerikan terdengar dari jauh sebelum kemunculan pasukan penyembur api ini.
Flammenwerfer-Sturmpioniere membawa penyembur api jenis Flammenwerfer modell 1916 dan kemudian diganti dengan flüssigen-Kraftstoff Flammenwerfer Modell 1917.
Foto ini menunjukan para Flammenwerfer-Sturmpioniere asal 5. Brennt Kompanie/1. Garde Pionier-Bataillon sedang beraksi menyerbu posisi parit pertahanan pasukan Perancis dalam Pertempuran Verdun pada 19 Juni 1916. Serbuan Flammenwerfer-Sturmpioniere dalam Pertempuran Verdun merupakan mimpi buruk dan malapetaka bagi Pasukan Perancis. Barisan pertama pertahanan parit pasukan Perancis ditinggalkan oleh pasukan Perancis yang ketakutan duluan setelah mendengar suara bising mesin penyembur api yang mengerikan. Di baris kedua, Pasukan Perancis menghadapi terror mimpi buruk tatkala bertatap muka dengan unit unit Flammenwerfer-Sturmpioniere. 87% parjurit-prajurit Perancis yang bertahan di parit saat terjadi serangan Flammenwerfer-Sturmpioniere menemui ajalnya dengan rasa sakit yang tidak terbayangkan.
Selain ditakuti oleh Pasukan Inggris dan Perancis, Prajurit-Prajurit Jerman yang bertugas sebagai Flammenwerfer-Sturmpioniere, juga memiliki ketakutan tersendiri. Ketakutan mereka adalah pada penyembur api nya yang berat yang bisa mengurangi mobilitas sehingga resiko tangki bahan bakar terkena peluru lalu meledak dan bisa menewaskan mereka sendiri tidak bisa dihindari.
Rata-rata para Flammenwerfer-Sturmpioniere adalah sukarelawan yang sudah terlatih baik. Mayoritas para personel sukarelawan nya, awalnya berprofesi sebagai petugas pemadam kebakaran setempat. Mereka sebenarnya sudah tahu, bahwa ketika mereka mengajukan diri untuk bergabung dengan Flammenwerfer-Sturmpioniere, mereka telah mengajukan kematian nya sendiri. Dan mereka tahu, bahwa menjadi Flammenwerfer-Sturmpioniere merupakan tugas bunuh diri. Namun, disisi lain mereka ingin membukti kan diri mereka sebagai prajurit yang berani mati dalam tugas. Itu dibukti kan mereka setelah selesai pelatihan dan diterjunkan ke medan tempur untuk pertama kali, mereka semua sudah siap mati dalam tugas. Setelah beberapa pertempuran terbukti, mereka dihormati dan disegani layaknya Stosstruppe oleh prajurit prajurit Jerman lainnya.
Sumber :
No comments:
Post a Comment