Oleh : Hostuf Rizal
Tank PzKpfw VI Tiger adalah tank berat Jerman yang paling ditakuti oleh pasukan Sekutu maupun Uni Soviet dalam Perang Dunia II. Tank ini diproduksi untuk menandingi superioritas T-34 dan tank berat KV-1 milik Uni Soviet selama perang di Ostfront Rusia. Tiger terlihat pertama kali di medan perang Rusia pada September 1942 di sekitar kota Leningrad, lebih awal dari PzKpfw V Panther.
Jika Panther merupakan tank terbaik dari segi efektifitas tempur, maka Tiger dengan penampilan yang sangat kokoh dan senjata maut telah mampu menimbulkan efek ketakutan psikologis bagi lawan-lawannya, yang terkenal sebagai "Tigerphobia". Inilah tank yang paling melegenda selama Perang Dunia II. Sehingga ketika perang usai, buku manual pengoperasian Tiger (Tigerfabel) banyak diburu oleh kolektor sebagai souvenir.
Tiger pertama kali diproduksi dengan kode desain Panzerkampfwagen VI Ausführung H atau PzKpfw VI Ausf. H (Ausführung = versi atau model) pada Agustus 1942. Pada Maret 1943, Tiger didesain ulang dengan kode PzKpfw VI Ausf. E. Nama julukan "Tiger" diberikan oleh Ferdinand Porsche, seorang insinyur berkebangsaan Jerman yang bertanggung jawab penuh terhadap produksi kendaraan-kendaraan tempur Jerman.
Waktu produksi tank Tiger kurang lebih adalah dua kali lebih lama dari tank-tank Panzer III ataupun Panzer IV. Biaya produksinya juga salah satu yang paling mahal dari berbagai model tank yang tampil dalam kancah Perang Dunia II. Ketika tank PzKpfw VI Ausf. B Königstiger (King Tiger) mulai diproduksi pada Januari 1944 sebagai versi upgrade, produksi Tiger sedikit demi sedikir dikurangi sampai akhirnya dihentikan sama sekali pada Agustus 1944.
Tiger dibuat dengan menekankan segi persenjataan yang kuat dan lapisan pelindung yang kokoh, meskipun harus mengorbankan kecepatan dan kemampuan manuver. Desain telah dimulai sejak tahun 1937, tanpa ada rencana produksi secara massal dalam waktu dekat. Produksi Tiger dimulai ketika Jerman mengalami pukulan hebat di medan perang Rusia oleh kehadiran tank T-34 Uni Soviet. Meskipun secara umum desain Tiger hampir sama dengan Panzer IV, Tiger memiliki bobot dua kali lebih berat daripada Panzer IV. Jadi bisa dikatakan bahwa Tiger adalah versi Panzer IV dengan meriam yang lebih besar, lapisan pelindung yang lebih tebal, mesin yang memiliki daya tenaga lebih besar, kapasitas bahan bakar dan amunisi yang lebih besar, dan desain suspensi yang lebih kokoh.
Desain Tiger sebenarnya dapat dikatakan konservatif. Lapisan pelindung Tiger dipasang secara tegak lurus, tidak miring seperti pada tank Panther atau tank T-34. Jadi, untuk memberikan perlindungan ekstra, Tiger sangat bergantung pada lapisan pelindung yang sangat tebal. Pelindung yang tebal mengakibatkan bobot tank menjadi sangat berat. Lapisan pelindung depan setebal 100 mm, dengan pelindung turret depan setebal 110 mm. Sedangkan pelindung samping dan belakang adalah 80 mm, dan pelindung atas dan bawah adalah setebal 25 mm. Lapisan-lapisan pelindung ini tidak disatukan dengan paku atau baut, melainkan dengan las dengan tujuan untuk dapat sedikit mengurangi bobot tank. Untuk PzKpfw VI Ausf. B King Tiger, lapisan pelindung dipasang secara miring (sloped) dengan ketebalan 100 mm di depan, 180 mm untuk turret depan, 80 mm di samping dan belakang, dan 40 mm di atas dan bawah. King Tiger memiliki turret yang berbentuk agak lonjong.
Senjata yang digunakan oleh Tiger dan King Tiger adalah meriam 88 mm, yang diambil dari meriam multiguna 88 mm Flak (Fliegerabwehrkanone), dan dua senapan mesin MG-34 7,92 mm. 88 mm Flak dapat digunakan sebagai senjata anti-pesawat maupun anti-tank dan satu-satunya meriam yang ampuh melawan tank KV-1 milik Uni Soviet.
Turret Tiger dioperasikan dengan tenaga mesin, dan dapat berputar penuh dalam waktu satu menit. Tempat penyimpanan amunisi terletak di samping, atau di atas track sehingga ini menjadi titik terlemah yang sering diincar lawan-lawannya. Tiger terkenal akan akurasi tembakannya berkat perangkat pembidik optis Zeiss TZF 9B. Dengan perangkat ini, Tiger dapat membidik dengan tepat sasaran dari jarak 1500 meter. Bahkan dengan jenis amunisi tertentu, meriam 88 mm Tiger dapat menembus lapisan pelindung baja setebal 110 mm dari jarak 2000 meter. Inilah yang paling ditakuti dari Tiger, yaitu perpaduan dari daya hancur meriam dan akurasi tembakan dari jarak yang sangat jauh.
Dengan memanfaatkan faktor ini, sebuah Tiger dapat menghancurkan lawan-lawannya seperti T-34 Uni Soviet atau M4 Sherman milik Amerika Serikat sebelum lawan tersebut mencapai jarak tembak efektif mereka. Meriam 75 mm millik M4 Sherman baru bisa efektif menembus pelindung samping Tiger dari jarak kurang dari 500 meter. Ketika Tiger bertempur melawan M4 Sherman di Normandia dalam Operasi Overlord yang dilancarkan oleh Sekutu, statistik mencatat bahwa perlu 4 sampai 5 atau lebih M4 Sherman untuk berhasil selamat, atau sering juga M4 Sherman tersebut hancur semuanya. Atau bahkan di bawah pimpinan seorang komandan yang cakap, satu unit Tiger dapat menghabusu sampai 10 unit Sherman tanpa mengalami kerusakan yang berarti. Sempat disebutkan pula bahwa tembakan meriam 88 mm mampu menembus bagian depan turret M4 Sherman dan teris tembus ke belakang.
Meskipun demikian, Tiger memiliki kelemahan yang mencolok, Ini sudah disebutkan sebelumnya, yaitu bobot tank yang terlalu berat. Berat tank Tiger mencapai 57 ton. Sedangkan King Tiger berbobot 68 ton. Jauh lebih berat dari tank terberat milik Uni Soviet yaitu KV-2 yang berbobot hanya 52 ton. Jika sebuah Tiger mengalami kerusakan mesin, perlu 2 sampai 3 traktor penderek untuk membawanya ke tempat reparasi. Sering kali terjadi di medan tempur, tank-tank Tiger yang rusak tidak dapat dibawa untuk diperbaiki sehingga dapat dirampas oleh musuh.
Karena bobot yang berat inilah juga berakibat Tiger tidak dapat dijalankan menempuh jarak yang sangat jauh, karena akan mengakibatkan overheating mesin dan bahkan bisa menyebabkan kebakaran. Jarang ada iring-iringan Tiger menempuh suatu perjalanan jauh tanpa ada satu pun yang mengalami kerusakan. Untuk mengatasi hal ini, Tiger menggunakan dua jenis track atau rantai roda yang berbeda. Track yang lebih sempit dan lebih ringan, berukuran lebar 66 cm digunakan untuk transportasi, dan track untuk bertempur digunakan yang berukuran 80 cm. Kecepatan maksimal yang dicapai di jalanan lurus dan rata adalah 38 km/jam.
Kelemahan lain seperti yang telah disebutkan adalah biaya produksi yang sangat mahal. Ini menyebaban Tiger tidak dapat diproduksi dalam jumlah besar, seperti M4 Sherman yang mampu diproduksi sebanyak 40.000 unit selama perang dan T-34 sebanyak 57.000 unit. Total, hanya sebanyak 1335 unit Tiger yang diproduksi selama perang. Sedangkan King Tiger hanya diproduksi sebanyak 500 unit, karena Jerman telah berada di ambang kekalahan ketika produksi King Tiger dimulai. Jadi meskipun seperti telah disebutkan bahwa untuk melumpuhkan satu unit Tiger perlu setidaknya 5 unit M4 Sherman, sehingga kehilangan M4 Sherman ini dapat segera diganti dengan unit yang baru.
Statistik PzKpfw VI Tiger
*Kelas : Heavy Tank
*Berat :
-) 57 ton (PzKpfw VI Ausf. E "Tiger")
-) 68 ton (PzKpfw VI Ausf. B "King Tiger")
*Senjata Utama :
-) 88 mm KwK 36 L/56 (PzKpfw VI Ausf. E "Tiger")
-) 88 mm KwK 43 L/71 (PzKpfw VI Ausf. B "King Tiger")
*Kru : 5 orang
*Pelindung :
-) 25-100 mm (PzKpfw VI Ausf. E "Tiger")
-) 25-180 mm (PzKpfw VI Ausf. B "King Tiger")
*Kecepatan :
-) 38 km/jam (PzKpfw VI Ausf. E "Tiger")
-) 35 km/jam (PzKpfw VI Ausf. B "King Tiger")
Jika Panther merupakan tank terbaik dari segi efektifitas tempur, maka Tiger dengan penampilan yang sangat kokoh dan senjata maut telah mampu menimbulkan efek ketakutan psikologis bagi lawan-lawannya, yang terkenal sebagai "Tigerphobia". Inilah tank yang paling melegenda selama Perang Dunia II. Sehingga ketika perang usai, buku manual pengoperasian Tiger (Tigerfabel) banyak diburu oleh kolektor sebagai souvenir.
Tiger pertama kali diproduksi dengan kode desain Panzerkampfwagen VI Ausführung H atau PzKpfw VI Ausf. H (Ausführung = versi atau model) pada Agustus 1942. Pada Maret 1943, Tiger didesain ulang dengan kode PzKpfw VI Ausf. E. Nama julukan "Tiger" diberikan oleh Ferdinand Porsche, seorang insinyur berkebangsaan Jerman yang bertanggung jawab penuh terhadap produksi kendaraan-kendaraan tempur Jerman.
Waktu produksi tank Tiger kurang lebih adalah dua kali lebih lama dari tank-tank Panzer III ataupun Panzer IV. Biaya produksinya juga salah satu yang paling mahal dari berbagai model tank yang tampil dalam kancah Perang Dunia II. Ketika tank PzKpfw VI Ausf. B Königstiger (King Tiger) mulai diproduksi pada Januari 1944 sebagai versi upgrade, produksi Tiger sedikit demi sedikir dikurangi sampai akhirnya dihentikan sama sekali pada Agustus 1944.
Tiger dibuat dengan menekankan segi persenjataan yang kuat dan lapisan pelindung yang kokoh, meskipun harus mengorbankan kecepatan dan kemampuan manuver. Desain telah dimulai sejak tahun 1937, tanpa ada rencana produksi secara massal dalam waktu dekat. Produksi Tiger dimulai ketika Jerman mengalami pukulan hebat di medan perang Rusia oleh kehadiran tank T-34 Uni Soviet. Meskipun secara umum desain Tiger hampir sama dengan Panzer IV, Tiger memiliki bobot dua kali lebih berat daripada Panzer IV. Jadi bisa dikatakan bahwa Tiger adalah versi Panzer IV dengan meriam yang lebih besar, lapisan pelindung yang lebih tebal, mesin yang memiliki daya tenaga lebih besar, kapasitas bahan bakar dan amunisi yang lebih besar, dan desain suspensi yang lebih kokoh.
Desain Tiger sebenarnya dapat dikatakan konservatif. Lapisan pelindung Tiger dipasang secara tegak lurus, tidak miring seperti pada tank Panther atau tank T-34. Jadi, untuk memberikan perlindungan ekstra, Tiger sangat bergantung pada lapisan pelindung yang sangat tebal. Pelindung yang tebal mengakibatkan bobot tank menjadi sangat berat. Lapisan pelindung depan setebal 100 mm, dengan pelindung turret depan setebal 110 mm. Sedangkan pelindung samping dan belakang adalah 80 mm, dan pelindung atas dan bawah adalah setebal 25 mm. Lapisan-lapisan pelindung ini tidak disatukan dengan paku atau baut, melainkan dengan las dengan tujuan untuk dapat sedikit mengurangi bobot tank. Untuk PzKpfw VI Ausf. B King Tiger, lapisan pelindung dipasang secara miring (sloped) dengan ketebalan 100 mm di depan, 180 mm untuk turret depan, 80 mm di samping dan belakang, dan 40 mm di atas dan bawah. King Tiger memiliki turret yang berbentuk agak lonjong.
Senjata yang digunakan oleh Tiger dan King Tiger adalah meriam 88 mm, yang diambil dari meriam multiguna 88 mm Flak (Fliegerabwehrkanone), dan dua senapan mesin MG-34 7,92 mm. 88 mm Flak dapat digunakan sebagai senjata anti-pesawat maupun anti-tank dan satu-satunya meriam yang ampuh melawan tank KV-1 milik Uni Soviet.
Turret Tiger dioperasikan dengan tenaga mesin, dan dapat berputar penuh dalam waktu satu menit. Tempat penyimpanan amunisi terletak di samping, atau di atas track sehingga ini menjadi titik terlemah yang sering diincar lawan-lawannya. Tiger terkenal akan akurasi tembakannya berkat perangkat pembidik optis Zeiss TZF 9B. Dengan perangkat ini, Tiger dapat membidik dengan tepat sasaran dari jarak 1500 meter. Bahkan dengan jenis amunisi tertentu, meriam 88 mm Tiger dapat menembus lapisan pelindung baja setebal 110 mm dari jarak 2000 meter. Inilah yang paling ditakuti dari Tiger, yaitu perpaduan dari daya hancur meriam dan akurasi tembakan dari jarak yang sangat jauh.
Dengan memanfaatkan faktor ini, sebuah Tiger dapat menghancurkan lawan-lawannya seperti T-34 Uni Soviet atau M4 Sherman milik Amerika Serikat sebelum lawan tersebut mencapai jarak tembak efektif mereka. Meriam 75 mm millik M4 Sherman baru bisa efektif menembus pelindung samping Tiger dari jarak kurang dari 500 meter. Ketika Tiger bertempur melawan M4 Sherman di Normandia dalam Operasi Overlord yang dilancarkan oleh Sekutu, statistik mencatat bahwa perlu 4 sampai 5 atau lebih M4 Sherman untuk berhasil selamat, atau sering juga M4 Sherman tersebut hancur semuanya. Atau bahkan di bawah pimpinan seorang komandan yang cakap, satu unit Tiger dapat menghabusu sampai 10 unit Sherman tanpa mengalami kerusakan yang berarti. Sempat disebutkan pula bahwa tembakan meriam 88 mm mampu menembus bagian depan turret M4 Sherman dan teris tembus ke belakang.
Meskipun demikian, Tiger memiliki kelemahan yang mencolok, Ini sudah disebutkan sebelumnya, yaitu bobot tank yang terlalu berat. Berat tank Tiger mencapai 57 ton. Sedangkan King Tiger berbobot 68 ton. Jauh lebih berat dari tank terberat milik Uni Soviet yaitu KV-2 yang berbobot hanya 52 ton. Jika sebuah Tiger mengalami kerusakan mesin, perlu 2 sampai 3 traktor penderek untuk membawanya ke tempat reparasi. Sering kali terjadi di medan tempur, tank-tank Tiger yang rusak tidak dapat dibawa untuk diperbaiki sehingga dapat dirampas oleh musuh.
Karena bobot yang berat inilah juga berakibat Tiger tidak dapat dijalankan menempuh jarak yang sangat jauh, karena akan mengakibatkan overheating mesin dan bahkan bisa menyebabkan kebakaran. Jarang ada iring-iringan Tiger menempuh suatu perjalanan jauh tanpa ada satu pun yang mengalami kerusakan. Untuk mengatasi hal ini, Tiger menggunakan dua jenis track atau rantai roda yang berbeda. Track yang lebih sempit dan lebih ringan, berukuran lebar 66 cm digunakan untuk transportasi, dan track untuk bertempur digunakan yang berukuran 80 cm. Kecepatan maksimal yang dicapai di jalanan lurus dan rata adalah 38 km/jam.
Kelemahan lain seperti yang telah disebutkan adalah biaya produksi yang sangat mahal. Ini menyebaban Tiger tidak dapat diproduksi dalam jumlah besar, seperti M4 Sherman yang mampu diproduksi sebanyak 40.000 unit selama perang dan T-34 sebanyak 57.000 unit. Total, hanya sebanyak 1335 unit Tiger yang diproduksi selama perang. Sedangkan King Tiger hanya diproduksi sebanyak 500 unit, karena Jerman telah berada di ambang kekalahan ketika produksi King Tiger dimulai. Jadi meskipun seperti telah disebutkan bahwa untuk melumpuhkan satu unit Tiger perlu setidaknya 5 unit M4 Sherman, sehingga kehilangan M4 Sherman ini dapat segera diganti dengan unit yang baru.
Statistik PzKpfw VI Tiger
*Kelas : Heavy Tank
*Berat :
-) 57 ton (PzKpfw VI Ausf. E "Tiger")
-) 68 ton (PzKpfw VI Ausf. B "King Tiger")
*Senjata Utama :
-) 88 mm KwK 36 L/56 (PzKpfw VI Ausf. E "Tiger")
-) 88 mm KwK 43 L/71 (PzKpfw VI Ausf. B "King Tiger")
*Kru : 5 orang
*Pelindung :
-) 25-100 mm (PzKpfw VI Ausf. E "Tiger")
-) 25-180 mm (PzKpfw VI Ausf. B "King Tiger")
*Kecepatan :
-) 38 km/jam (PzKpfw VI Ausf. E "Tiger")
-) 35 km/jam (PzKpfw VI Ausf. B "King Tiger")
Kebanyakan ace tank Jerman yang paling ternama dalam Perang Dunia II mencatat kemenangan-kemenangan gemilang bersama tank Tiger. Banyak kisah menarik tentang ketangguhan tank Tiger di medan pertempuran. Misalnya seperti kisah tentang Tiger yang dipimpin oleh SS-Oberscharführer Franz Staudegger, seorang prajurit muda yang baru berusia 20 tahun, yang seorang diri berhasil menghancurkan 22 tank T-34 Uni Soviet dalam pertempuran Kursk. Dimulai ketika pada 5 Juli 1943, Batalion ke-2 Resimen Panzer Jerman "Leibstandarte" dari Divisi pertama SS-Adler melancarkan serangan ke posisi musuh. Franz Staudegger terpaksa tinggal di belakang karena tank Tigernya mengalami kerusakan. Seorang pengintai memberi berita bahwa satu rombongan besar yang terdiri kurang lebih 50-60 tank T-34 sedang melaju cepat ke arahnya.
Setelah selesai dengan proses perbaikan, Franz Staudegger memacu Tigernya untuk menyongsong rombongan T-34 tersebut. Pertempuran tidak dapat dihindari. Dalam 2 jam, Franz Staudegger berhasil menghancurkan 17 unit T-34. Tidak ada satu pun tembakan T-34 yang mempan terhadap tank Tigernya. Pasukan Uni Soviet memilih menarik mundur pasukannya. Franz Staudegger sedang dalam semangat yang berkobar-kobar dan memutuskan untuk mengejar tank Uni Soviet tersebut. Semua ini dilakukan seorang diri. Akhirnya, ia menemukan posisi tank-tank T-34 yang sedang menyusun kekuatan kembali. Dari jarak yang aman, ia menembakkan peluru satu demi satu dengan tenang ke tengah-tengah kerumunan tank musuh dan menghabiskan seluruh pelurunya. Sebanyak 5 unit lagi T-34 menemui ajalnya. Tank-tank T-34 yang tersisa memilih melarikan diri karena panik dan merasa tidak ada gunanya menantang sang Macan secara langsung, padahal mereka tidak mengetahui kalau amunisi dari sang Tiger ini sudah habis. Total 22 unit T-34 Uni Soviet dihancurkan seorang diri dan membuat berantakan formasi tank T-34 tersebut. Untuk prestasi ini, Franz Stadegger mendapat undangan secara pribadi dari Der Fuhrer sendiri dan mendapat Ritterkreuz des Eisernez Kreuz.
Prestasi lain yang mengesankan dicatat oleh SS-Unterscharführer Willi Fey dari Kompi Pertama sSSPzAbt 102 (schewere SS Panzer Abteilung 102, atau Batalion Tank Berat SS 102) di Normandia. Pada 8 Agustus 1944, Willi Fey dan unit Tigernya menghadang 15 tank Sherman dari pasukan Inggris dan berhasil menghancurkan 14 Sherman, dengan menghabiskan seluruh amunisi yang ada. sSSPzAbt 102 kemudian kehilangan seluruh Tigernya yang dimiliki, tetapi berhasil menghancurkan 227 tank Sekutu dalam waktu 6 minggu.
Jerman juga memiliki seorang ace Tiger lain yang juga sangat disegani dalam Perang Dunia II dan salah seorang komandan tank yang paling dihormati dalam Panzertruppe. Ia adalah SS-Hauptsturmführer Michael Wittmann dari Kompi ke-2 sSSPzAbt 101. Wittmann telah berpengalaman mengoperasikan tank Jerman dari berbagai model, dimulai sebagai komandan StuG III sebelum akhirnya menutup karir sebagai komandan Tiger.
Namanya semakin terkenal dalam pertempuran di Villers-Bocage pada 13 Juni 1944, di mana Kompi ke-2 yang dipimpin oleh Michael Wittmann dan terdiri dari 6 unit Tiger berhasil memukul mundur Divisi Lapis Baja ke-7 Inggris. Kompi ke-2 berhasil menghancuran 32 kendaraan tempur Inggris termasuk 18 tank. Wittmann sendiri berhasil menghancurkan 11 tank Inggris dan beberapa kendaraan tempur lain dari berbagai jenis.
Setelah selesai dengan proses perbaikan, Franz Staudegger memacu Tigernya untuk menyongsong rombongan T-34 tersebut. Pertempuran tidak dapat dihindari. Dalam 2 jam, Franz Staudegger berhasil menghancurkan 17 unit T-34. Tidak ada satu pun tembakan T-34 yang mempan terhadap tank Tigernya. Pasukan Uni Soviet memilih menarik mundur pasukannya. Franz Staudegger sedang dalam semangat yang berkobar-kobar dan memutuskan untuk mengejar tank Uni Soviet tersebut. Semua ini dilakukan seorang diri. Akhirnya, ia menemukan posisi tank-tank T-34 yang sedang menyusun kekuatan kembali. Dari jarak yang aman, ia menembakkan peluru satu demi satu dengan tenang ke tengah-tengah kerumunan tank musuh dan menghabiskan seluruh pelurunya. Sebanyak 5 unit lagi T-34 menemui ajalnya. Tank-tank T-34 yang tersisa memilih melarikan diri karena panik dan merasa tidak ada gunanya menantang sang Macan secara langsung, padahal mereka tidak mengetahui kalau amunisi dari sang Tiger ini sudah habis. Total 22 unit T-34 Uni Soviet dihancurkan seorang diri dan membuat berantakan formasi tank T-34 tersebut. Untuk prestasi ini, Franz Stadegger mendapat undangan secara pribadi dari Der Fuhrer sendiri dan mendapat Ritterkreuz des Eisernez Kreuz.
Prestasi lain yang mengesankan dicatat oleh SS-Unterscharführer Willi Fey dari Kompi Pertama sSSPzAbt 102 (schewere SS Panzer Abteilung 102, atau Batalion Tank Berat SS 102) di Normandia. Pada 8 Agustus 1944, Willi Fey dan unit Tigernya menghadang 15 tank Sherman dari pasukan Inggris dan berhasil menghancurkan 14 Sherman, dengan menghabiskan seluruh amunisi yang ada. sSSPzAbt 102 kemudian kehilangan seluruh Tigernya yang dimiliki, tetapi berhasil menghancurkan 227 tank Sekutu dalam waktu 6 minggu.
Jerman juga memiliki seorang ace Tiger lain yang juga sangat disegani dalam Perang Dunia II dan salah seorang komandan tank yang paling dihormati dalam Panzertruppe. Ia adalah SS-Hauptsturmführer Michael Wittmann dari Kompi ke-2 sSSPzAbt 101. Wittmann telah berpengalaman mengoperasikan tank Jerman dari berbagai model, dimulai sebagai komandan StuG III sebelum akhirnya menutup karir sebagai komandan Tiger.
Namanya semakin terkenal dalam pertempuran di Villers-Bocage pada 13 Juni 1944, di mana Kompi ke-2 yang dipimpin oleh Michael Wittmann dan terdiri dari 6 unit Tiger berhasil memukul mundur Divisi Lapis Baja ke-7 Inggris. Kompi ke-2 berhasil menghancuran 32 kendaraan tempur Inggris termasuk 18 tank. Wittmann sendiri berhasil menghancurkan 11 tank Inggris dan beberapa kendaraan tempur lain dari berbagai jenis.
Selama karirnya, Michael Wittmann berhasil menghancurkan 138 tank dan 132 meriam anti-tank Sekutu. Michael Wittmann dan gunner-nya Balthasar 'Billy' Woll sang penembak jitu bersama awak yang lain adalah tim yang paling ditakuti dalam Perang Dunia II. Sepak terjang Michael Wittmann berakhir pada 8 Agustus 1944 ketika tank Sherman Firefly milik Inggris dalam pertempuran di dekat kota St. Aignan de Cramesnil, Perancis. Gunner tank Firefly yang bernama Joe Ekins patut mendapatkan kredit tersendiri karena tembakannya yang jitu mematikan tepat mengenai tempat penyimpanan amunisi tank Tiger milik Michael Wittmann. Jerman berusaha menyebarkan propaganda bahwa Michael Wittmann tewas karena serangan udara dari pesawat tempur Sekutu, dan bukan tewas dalam pertempuran tank.
Selain Staudegger, Willi Fey dan Wittmann, Jerman juga memiliki seorang ace Tiger yang sangat terkenal di medan perang Rusia. Dia adalah Oberleutnant Otto Carius dari Kompi ke-2 sPzAbt 502. Di medan perang Rusia, nama Otto Carius berarti mimpi buruk bagi Uni Soviet, antara lain karena keberhasilannya menghancurkan lebih dari 150 tank Uni Soviet. Angkatan Bersenjata Uni Soviet sampai-sampai menawarkan penghargaan khusus bagi siapa saja yang berhasil menghentikan Otto Carius.
Carius memperoleh ketenaran ketika ia dan kompinya (satu kompi baja Jerman terdiri atas sekitar 8-15 tank) berhasil menghadang dan menghancurkan 28 tank berat terbaru Uni Soviet JS-2 (namun beberapa sumber juga menyebutkan JS-1).
Taktiknya sangat brilian. Pertama-tama ia menempatkan tanknya dan tank-tank lain sedemikian rupa dalam posisi terjepit. Setelah konvoi tank Uni Soviet mendekat, ia menghancurkan tank-tank di barisan paling depan dan paling belakang terlebih dahulu, sehingga tank-tank Uni Soviet terkurung di tengah-tengah dan tidak dapat bergerak dengan leluasa atau mengundurkan diri. Carius juga mengincar truk-truk pengangkut bahan bakar dan amunisi untuk menambah kerusakan dalam barisan tank lawan. Dan dalam kekacauan hebat yang timbul kemudian, satu per satu tank berat JS-2 yang sangat tangguh menemui ajalnya.
Karena prestasinya di medan perang Rusia ini, Otto Carius kemudian meraih penghargaan Das Eichenlaub zum RItterkreuz des Eisernen Kreuzes, serta badge khusus Panzerkampfabzeichen untuk para ace yang berhasil menghancurkan 100 tank lawan.
Pada akhir perang, Otto Carius dipindahkan ke medan perang barat untuk memimpin Schewerer Panzerjager 512 Abteilungen (Batalion Antitank Berat) yang terdiri dari unit-unit tank destroyer berat JagdTiger. Otto Carius berhasil melewati perang dengan selamat dan menghabiskan akhir hidupnya dengan tenang. Ia juga menulis sebuah buku otobiografi dan kisah-kisah pertempurannya yang berjudul "Tiger in the Mud". Selain nama-nama yang tersebut di atas, masih ada banyak komandan tank Tiger yang mampu membukukan catatan korban lebih dari 100 tank. Di antaranya yang paling terkenal adalah Kurt Knispel (168) dan Johannes Bolter (139).
Selain Staudegger, Willi Fey dan Wittmann, Jerman juga memiliki seorang ace Tiger yang sangat terkenal di medan perang Rusia. Dia adalah Oberleutnant Otto Carius dari Kompi ke-2 sPzAbt 502. Di medan perang Rusia, nama Otto Carius berarti mimpi buruk bagi Uni Soviet, antara lain karena keberhasilannya menghancurkan lebih dari 150 tank Uni Soviet. Angkatan Bersenjata Uni Soviet sampai-sampai menawarkan penghargaan khusus bagi siapa saja yang berhasil menghentikan Otto Carius.
Carius memperoleh ketenaran ketika ia dan kompinya (satu kompi baja Jerman terdiri atas sekitar 8-15 tank) berhasil menghadang dan menghancurkan 28 tank berat terbaru Uni Soviet JS-2 (namun beberapa sumber juga menyebutkan JS-1).
Taktiknya sangat brilian. Pertama-tama ia menempatkan tanknya dan tank-tank lain sedemikian rupa dalam posisi terjepit. Setelah konvoi tank Uni Soviet mendekat, ia menghancurkan tank-tank di barisan paling depan dan paling belakang terlebih dahulu, sehingga tank-tank Uni Soviet terkurung di tengah-tengah dan tidak dapat bergerak dengan leluasa atau mengundurkan diri. Carius juga mengincar truk-truk pengangkut bahan bakar dan amunisi untuk menambah kerusakan dalam barisan tank lawan. Dan dalam kekacauan hebat yang timbul kemudian, satu per satu tank berat JS-2 yang sangat tangguh menemui ajalnya.
Karena prestasinya di medan perang Rusia ini, Otto Carius kemudian meraih penghargaan Das Eichenlaub zum RItterkreuz des Eisernen Kreuzes, serta badge khusus Panzerkampfabzeichen untuk para ace yang berhasil menghancurkan 100 tank lawan.
Pada akhir perang, Otto Carius dipindahkan ke medan perang barat untuk memimpin Schewerer Panzerjager 512 Abteilungen (Batalion Antitank Berat) yang terdiri dari unit-unit tank destroyer berat JagdTiger. Otto Carius berhasil melewati perang dengan selamat dan menghabiskan akhir hidupnya dengan tenang. Ia juga menulis sebuah buku otobiografi dan kisah-kisah pertempurannya yang berjudul "Tiger in the Mud". Selain nama-nama yang tersebut di atas, masih ada banyak komandan tank Tiger yang mampu membukukan catatan korban lebih dari 100 tank. Di antaranya yang paling terkenal adalah Kurt Knispel (168) dan Johannes Bolter (139).
Sumber :
- Darmawan, Muh. Daud (2010). "Kendaraan Tempur Perang Dunia II". Penerbit NARASI
- www.wikipedia.org
- www.wwiivehicles.com
- Darmawan, Muh. Daud (2010). "Kendaraan Tempur Perang Dunia II". Penerbit NARASI
- www.wikipedia.org
- www.wwiivehicles.com
No comments:
Post a Comment