Sunday, March 16, 2014

Blitzkrieg dan Sejarahnya



Oleh : Steve Edpin

Perang Dunia Pertama merupakan perang statis, di mana pasukan Jerman dan Inggris saling memposisikan diri mereka di parit-parit perlindungan dengan kawat-kawat berdurinya. Hal ini mencegah salah satu dari mereka untuk bergerak maju ke daerah musuh karena hanya akan menimbulkan jatuhnya banyak korban akibat tembakan senapan dan senapan mesin. Cara perang ini terbukti membuang-buang waktu dan tenaga.

Di tahun 1916, tank pertama digunakan oleh Inggris dan berhasil menembus garis-garis perlawanan Jerman. Akan tetapi, jumlahnya kurang memadai dan tank masih digunakan hanya sebagai pendukung infantri. Sama halnya dengan pesawat. Meskipun konsep pengeboman sudah ada, akurasi dari bom yang dijatuhkan tidak bisa diandalkan. Jumlahnya pun kurang memadai dan penggunaan pesawat sebagian besar digunakan untuk misi pengintaian sebagai pendukung satuan darat.

Sebagai akibatnya, di awal Perang Dunia Kedua, Jerman merupakan negara yang mempelopori cara perang modern. Konsep perang modern pun lahir dari sini. Konsep ini dikenal dengan istilah Blitzkrieg yang berarti perang kilat. Ironisnya, kata Blitzkrieg sendiri tidak secara resmi diperkenalkan dan digunakan dalam doktrin militer Jerman pada masa itu.

Berbagai perubahan telah terjadi sejak akhir Perang Dunia Pertama. Tank yang sebelumnya digunakan sebagai pendukung infantri, sekarang digunakan sebagai satuan independen (mandiri). Perkembangan teknologi juga menjadi salah satu bagian yang signifikan dalam kelahiran Blitzkrieg, seperti pesawat pembom tukik Ju87 yang dianggap penting dalam menjalankan konsep Blitzkrieg karena keakuratannya dalam menjatuhkan bom, dan “Terompet Jericho”nya yang dapat menjatuhkan moral musuh.

Ada tiga metode utama pengeboman melalui udara. (1) Hochangriff, yaitu metode pengeboman horisontal dari ketinggian tinggi, umumnya 3000-5000 meter di atas permukaan tanah. (2) Sturzangriff, merupakan metode pengeboman tukik yang umumnya bom dijatuhkan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan tanah dengan sudut kemiringan umumnya mencapai 60°-70°, tapi ada juga yang mencapai 90°. (3) Tiefangriff, serangan dari ketinggian rendah, dapat berupa pengeboman atau pemberondongan. Tiefangriff dilakukan menggunakan pesawat jenis Tiefflieger (atau Tiefflugzeug), pesawat yang digunakan untuk misi pengintaian atau penyerangan dengan ketinggian rendah. Pesawat ini dapat digunakan untuk mengintai, membom, atau memberondong di daerah perbukitan dengan mengikuti permukaan daratan, dan terbang melalui celah-celah yang sempit. Dua metode pengeboman udara terakhir berperan penting dalam kesuksesan konsep Blitzkrieg karena kecepatan dan ketepatannya.

Bahkan, ide Blitzkrieg ini digunakan sampai sekarang. Hanya saja, teknologi militer sekarang lebih canggih, sehingga ada perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan lebih lanjut dalam cara tersebut. Namun, konsep pada dasarnya adalah sama. Dalam penggunaannya, konsep Blitzkrieg diharapkan dapat mencapai sasaran-sasaran secara efektif (tepat sasaran) dan efisien (memakan waktu singkat), dengan menggunakan gabungan kekuatan terkonsentrasi dari cabang-cabang militer yang diperlukan.

Paling tidak, ada dua gerakan utama dalam konsep Blitzkrieg. Pertama, satuan-satuan pembom (juga bisa dibantu oleh artileri) menggempur posisi-posisi musuh yang menjadi sasaran, guna ‘memperlunak’ posisi perlawanan musuh. Yang menjadi sasaran utama pada umumnya adalah basis-basis pertahanan musuh termasuk posisi-posisi senapan mesin dan meriam, pusat-pusat komunikasi, lapangan-lapangan terbang, dan jembatan-jembatan.

Kedua, satuan tank bergerak maju ke depan garis perlawanan, diikuti oleh pasukan infantri atau infantri bermotor yang dikenal dengan Panzergrenadier. Pasukan infantri memposisikan dirinya di depan garis perlawanan, sementara tank-tank terus bergerak maju ke belakang garis perlawanan dengan membentuk gerakan menjepit. Pesawat-pesawat pembom juga dapat digunakan lagi untuk membantu gerak maju satuan darat dan membantu menghancurkan musuh.

Kedua gerakan tersebut bisa diimprovisasi lebih lanjut. Sebagai contoh, bilamana diperlukan, pasukan payung dapat diterjunkan di belakang garis musuh untuk mengamankan daerah perlawanan. Pesawat-pesawat pemburu juga dapat dikerahkan untuk melindungi pesawat-pesawat pembom akan serangan udara musuh. Dan pasukan zeni juga dipersiapkan untuk mengamankan jalur suplai – seperti reparasi jalanan atau rel kereta dan membangun jembatan yang hancur – sehingga jalur suplai ke garis depan tidak terhenti.

Tentunya, konsep Blitzkrieg dapat digunakan dengan cara yang berbeda-beda tergantung dari medan, jenis perlawanan, dan faktor lain (seperti cuaca). Namun, konsepnya selalu sama. Artikel di bawah ini menjelaskan satu contoh dari penggunaan metode Blitzkrieg di Prancis. Ilustrasi dilukis oleh Hans Liska, seorang seniman terkenal dalam Angkatan Bersenjata Jerman pada Perang Dunia Kedua.

Di bawah ini adalah terjemahan artikel ke bahasa Indonesia.

Judul: KETEPATAN DARI KEMENANGAN JERMAN DI BARAT

Jutaan tentara yang terdiri dari manusia dan kendaraan sedang bergerak: tentara Jerman telah menaklukan dan menduduki Belanda, Belgia, dan sebagian Prancis. Perpindahan dan tujuan dari massa ini – dari barak di tanah air, ke garis terdepan, jauh ke dalam wilayah musuh – dipimpin dengan brilian dengan ketepatan layaknya jarum jam. Tiap-tiap cabang militer bekerja bersama-sama dan saling membantu satu sama lain.

Sebagian besar perjalanan dari perbatasan barat menuju daerah garis depan ditempuh menggunakan kereta api. Zona ini tampak seperti di waktu damai: zeni kereta api telah memperbaiki rel-rel dan stasiun-stasiun kereta yang sebelumnya hancur, dan jembatan-jembatan yang telah diledakkan dalam daerah yang telah diduduki; kereta api digunakan sebagai transportasi di sini.

Lubang-lubang akibat ledakan ditambal. Jembatan ponton digunakan untuk menggantikan jembatan penyeberangan sungai yang rusak. Perang modern dengan gerak maju secepat kilat; dengan satuan-satuan bermotor diarahkan ke kota-kota, ladang-ladang, dan hutan-hutan yang seringkali tidak tersentuh oleh pertempuran. Pengangkut-pengangkut pasukan dan peralatan bergulir ke depan dengan persenjataan yang bervariasi. Pesawat pengintai menemaninya, untuk mengamankan kemungkinan adanya serangan udara musuh dan memanggil bantuan pesawat-pesawat pemburu dari berbagai lapangan terbang. Dalam arah yang berlawanan, barisan panjang tahanan perang bergerak menuju Jerman. Di belakang pasukan yang sedang bertempur, suatu daerah dengan segera diamankan dan dipersiapkan dengan infantri, meriam anti-udara, dan lampu sorot.

Pertempuran pasukan di garis depan sangat menakjubkan karena kepraktisannya, seperti yang terjadi di daerah pedalaman. Satuan-satuan infantri memburu sisa-sisa pasukan musuh di desa-desa, ladang-ladang, dan hutan-hutan, lalu membawa mereka ke tempat pengumpulan, melucuti persenjataan mereka dan peralatan lainnya. Di atas itu semua, untuk mengamankan daerahnya, meriam-meriam anti-udara ditempatkan pada posisi.

Di depan mereka, terdapat suatu kekuatan gabungan untuk melawan musuh, yang terdiri dari berbagai macam cabang militer: panzer, zeni, pembom tukik, Tiefflieger, anti-udara, pasukan bermotor, dan infantri – yang semuanya memiliki reputasi yang setara dalam Angkatan Bersenjata Jerman. Mereka dapat digunakan secara terpisah atau bersama-sama, tergantung dari medan dan jenis perlawanan. Gambar kami menunjukkan salah satu dari banyak kemungkinan pertempuran antar-tank: pesawat-pesawat Stuka menjatuhkan bom-bom mereka dari ketinggian yang agak rendah ke tank-tank Prancis seberat 32 ton. Meriam-meriam anti-udara berat, dan meriam-meriam anti-tank, mendukung dengan menembakkan pelurunya secara langsung ke arah musuh. Di antara mereka semua, sedang terjadi pertempuran antara tank melawan tank. Salvo ditembakkan untuk mencegah datangnya bala bantuan musuh.

Siang demi siang, malam demi malam, sejak awal pertempuran besar di barat, satuan pilot pesawat tempur juga ikut ambil bagian karena keterlibatannya dalam melindungi jalur suplai dan mengamankan garis belakang musuh. Tepat pada hari kedua, berita Angkatan Darat melaporkan serangan pada 72 lapangan terbang di garis belakang musuh dan 350 pesawat musuh dihancurkan. Tiap laporan baru mengatakan kerugian musuh begitu besar. Wilayah udara tidak diragukan lagi menjadi milik pilot pesawat tempur Jerman yang mengganggu seluruh satuan musuh, mencegah datangnya bala bantuan musuh, membuat pasukan musuh mundur kocar-kacir, atau mengepung kekuatan musuh. Jalanan-jalanan menjadi saksi mata kekuatan persenjataan kami yang menakutkan, dan penggunaannya oleh karena kepemimpinan yang brilian.

KETERANGAN ILUSTRASI
- Atas 1: Zeni telah memulihkan jembatan-jembatan dan jalur-jalur kereta api.
- Atas 2: Suplai bergerak maju. Pasukan berbaris. Pengamanan dari udara. Tahanan berjalan menuju kamp Jerman.
- Atas 3: Penyeberangan sungai. Tidak ada gangguan terhadap barisan. Pesawat-pesawat pemburu dipanggil oleh pesawat pengintai untuk pertahanan.
- Bawah 1: Satuan-satuan infantri melawan bunker, menyapu sisa-sisa musuh, membawa tahanan, mengumpulkan persenjataan dan peralatan yang ditemukan.
- Bawah 2: Pesawat-pesawat Stuka, meriam-meriam anti-udara, dan meriam-meriam anti-tank menyerang dalam pertempuran antar-tank.
- Bawah 3: Garis perlawanan musuh digempur dengan artileri berat. Salvo ditembakkan untuk mencegah bala bantuan musuh.
- Bawah 4: Daerah barisan musuh secara sistematis dihancurkan oleh pesawat tempur. Lapangan terbang dan pertahanan lainnya juga diserang.

SUMBER FOTO
- koleksi pribadi, ‘Berliner Illustrirte Zeitung’, no. 24, tahun edisi 49, terbitan 13 Juni 1940
 

Sumber :

No comments: