Sd.Kfz.10/1 (leichter Gasspürerkraftwagen)
Kunjungan
Vidkun Quisling (Ministerpräsident Norwegen) ke markas para
sukarelawan Waffen-SS asal Norwegia di Kalinovo, Uspenskaya (Uni
Soviet), bulan Mei 1942. Dia sengaja jauh-jauh melakukan perjalanan dari
Norwegia ke Rusia demi untuk melihat kondisi terakhir
sukarelawan-sukarelawan negaranya, yang tergabung dalam
SS-Infanterie-Regiment "Nordland" / SS-Division "Wiking"
(motorisiert). Foto ini memperlihatkan saat Qusling (kiri) - sang
pimpinan
kolaborator Nazi dari Norwegia - mencoba untuk menaiki sebuah halftrack
milik pos komando Resimen Nordland, bersama dengan SS-Gruppenführer und
Generalleutnant der Polizei
Wilhelm Rediess (membelakangi kamera, Höhere SS und Polizeiführer
"Nord") dan SS-Gruppenführer
und Generalleutnant der Waffen-SS Felix Steiner (Kommandeur SS-Division
"Wiking"). Halftrack dalam foto ini mempunyai nama resmi 'leichter
Gasspürerkraftwagen (Sd. Kfz. 10/1) mit Fahrgestell des le. Zgkw. 1t',
dan merupakan sebuah kendaraan transport roda-rantai yang pada awalnya
dibuat khusus untuk mengangkut para anggota unit pendeteksi gas beracun.
Berhubung dalam Perang Dunia II tidak ada serangan gas masif seperti
halnya dalam Perang Dunia I, maka kendaraan ini dialihfungsikan menjadi
kendaraan penarik Nebelwerfer (peluncur roket)
----------------------------------------------------------------------
Sd.Kfz.10/4
Pasukan infanteri Jerman yang sedang bergerak maju menuju Rusia (Operasi Barbarossa) mendapat tumpangan dadakan dengan nebeng di atas panel samping sebuah Sd.Kfz.10/4 bersenjatakan FlaK 2cm 30/38 yang telah dilipat ke dalam. Bagi Wehrmacht, motorisasi unit-unit perang bukan hanya masalah melengkapi infanteri dengan truk supaya mereka bisa bergerak lebih cepat, tapi juga memanfaatkan mobilitas, fleksibilitas dan konsentrasi tinggi kekuatan senjata untuk mencapai hasil yang menentukan. Resimen-resimen infanteri bermotor merupakan bagian integral dari gabungan rumit dan sangat terlatih berbagai cabang Wehrmacht yang berbeda. Kerjasama yang saling menentukan inilah yang menjadi penyokong utama suksesnya Blitzkrieg dalam hal taktis dan operasional
Einsatzbereit (siap beraksi)! Sebuah halftrack Sd.Kfz.10/4 1-ton yang dipersenjatai dengan Flak 30 20mm dalam posisi siaga, siap untuk menembaki pesawat Soviet yang berkeliaran di sekitar Volga. Senjata anti pesawat udara ini nantinya digantikan oleh Flak 38 hasil pengembangan, meskipun yang lama masih tetap digunakan sampai dengan akhir perang. Untuk pelurunya digunakan magasin yang berisi 20 butir. Selain untuk pertahanan udara, senjata ini juga efektif digunakan untuk melawan kendaraan lapis baja ringan atau ranpur, pertahanan lapangan, bangunan berbenteng serta prajurit infanteri
----------------------------------------------------------------------
Sd.Kfz.10/4
Pasukan infanteri Jerman yang sedang bergerak maju menuju Rusia (Operasi Barbarossa) mendapat tumpangan dadakan dengan nebeng di atas panel samping sebuah Sd.Kfz.10/4 bersenjatakan FlaK 2cm 30/38 yang telah dilipat ke dalam. Bagi Wehrmacht, motorisasi unit-unit perang bukan hanya masalah melengkapi infanteri dengan truk supaya mereka bisa bergerak lebih cepat, tapi juga memanfaatkan mobilitas, fleksibilitas dan konsentrasi tinggi kekuatan senjata untuk mencapai hasil yang menentukan. Resimen-resimen infanteri bermotor merupakan bagian integral dari gabungan rumit dan sangat terlatih berbagai cabang Wehrmacht yang berbeda. Kerjasama yang saling menentukan inilah yang menjadi penyokong utama suksesnya Blitzkrieg dalam hal taktis dan operasional
Einsatzbereit (siap beraksi)! Sebuah halftrack Sd.Kfz.10/4 1-ton yang dipersenjatai dengan Flak 30 20mm dalam posisi siaga, siap untuk menembaki pesawat Soviet yang berkeliaran di sekitar Volga. Senjata anti pesawat udara ini nantinya digantikan oleh Flak 38 hasil pengembangan, meskipun yang lama masih tetap digunakan sampai dengan akhir perang. Untuk pelurunya digunakan magasin yang berisi 20 butir. Selain untuk pertahanan udara, senjata ini juga efektif digunakan untuk melawan kendaraan lapis baja ringan atau ranpur, pertahanan lapangan, bangunan berbenteng serta prajurit infanteri
Sumber :
Buku "Barbarossa 1941: German Infantryman vs Soviet Rifleman" karya David Campbell
Buku "Stalingrad Inferno: The Infantryman's War" karya Gordon Rottman dan Ronald Volstad
www.commons.wikimedia.org
No comments:
Post a Comment