U-196 sedang mengisi bahan bakar di tengah lautan. Nggak kebayang kalau kru yang memegang selang itu pada nyemplung ke laut gara-gara ombak!
Dari sejumlah kapal selam Jerman yang beraksi di perairan Indonesia, adalah U-196 yang masih menyimpan misteri keberadaannya.
Sampai kini, nasib kapal selam Type IXD2 itu hanya dikabarkan hilang di Laut Kidul (sebutan lain untuk bagian selatan Samudra Hindia).
Berbagai catatan resmi u-boat di Jerman, U-196 dinyatakan hilang bersama seluruh 65 awaknya di lepas pantai Sukabumi sejak 1 Desember 1944. Sehari sebelumnya, kapal selam yang dikomandani Werner Striegler itu, diduga mengalami nasib nahas saat menyelam.
Kapal selam U-196 meninggalkan Jakarta pada 29 November 1944, namun kemudian tak diketahui lagi posisi terakhir mereka selepas melintas Selat Sunda. Pesan rutin terakhir kapal selam itu pada 30 November 1944 hanya "mengabarkan" terkena ledakan akibat membentur ranjau laut lalu tenggelam.
Namun dari ketidakjelasan nasib para awak U-196, ada satu nama yang dinyatakan meninggal di Indonesia. Ia adalah Letnan Dr. Heinz Haake yang makamnya ada di Kampung Arca Domas Bogor, bersama sembilan tentara Nazi Jerman lainnya.
Minim catatan mengapa jasad Haake dapat dimakamkan di sana, sedangkan rekan-rekannya yang lain tak jelas nasibnya. Hanya kabarnya, ia dimakamkan atas permintaan keluarganya.
Selama kariernya, U-196 pernah mencatat prestasi saat masih dipimpin komandan sebelumnya, Friedrich Kentrat. Kapal selam itu melakukan tugas patroli terlama di kedalaman laut selama 225 hari, mulai 13 Maret s.d. 23 Oktober 1943. Kapal tersebut menenggelamkan tiga kapal musuh dengan total bobot 17.739 GRT.
Posisi Friedrich Kentrat kemudian digantikan Werner Striegler (mantan komandan U-IT23) sejak 1 Oktober 1944, sampai kemudian U-196 mengalami musibah sebulan kemudian.
Kendati demikian, sebagian pihak masih berspekulasi atas tidak jelasnya nasib sebagian besar awak U-196. Walau secara umum mereka dinyatakan ikut hilang bersama kapal selam itu di Laut Kidul, namun ada yang menduga sebagian besar selamat.
Konon, kapal ini datang ke Amerika Selatan kemudian sebagian awaknya bermukim di Iqueque, Chile. Dari sini pun, tak jelas lagi apakah U-196 akhirnya benar-benar beristirahat di sana, apakah kemudian kapal selam itu ditenggelamkan atau dijual ke tukang loak sebagai besi tua, dll.
Seseorang yang mengirimkan e-mail dari Inggris, yang dikirimkan 14 Oktober 2004, masih mencari informasi yang jelas tentang keberadaan nasib awak U-196. Ia menduga, U-196 sebenarnya tidak mengalami kecelakaan terkena ranjau di sekitar Selat Sunda dan Laut Kidul, sedangkan para awaknya kemudian menetap di Cile.
Keyakinannya diperoleh setelah membaca sebuah surat kabar di Cile, sejumlah awak kapal selam Jerman telah berkumpul di Iqueque pada tahun 1945. Mereka tiba bersamaan dengan kapal penjelajah Almirante Latorre, yang mengawal mereka selama perjalanan dari Samudra Hindia. Di bawah perlindungan kapal penjelajah itu, kapal selam tersebut beberapa kali bersembunyi di perairan sejumlah pulau, sebelum akhirnya berlabuh di Pantai Selatan Cile.
Yang menimbulkan pertanyaan dirinya, mengapa setelah tiba di Cile, tak ada seorang pun awaknya pulang ke Jerman atau mencoba bergabung kembali dengan kesatuan mereka. Ini ditambah, minimnya kabar selama 50 tahun terakhir yang seolah-olah "menggelapkan" kejelasan nasib U-196, dibandingkan berbagai u-boat lainnya yang sama-sama beraksi di Indonesia.
Entahlah, kalau saja Dr. Heinz Haake masih hidup dan menjadi warga negara Indonesia, mungkin ia dapat menceritakan peristiwa yang sebenarnya menimpa U-196! BTW, berdasarkan data dari Volksbund, Oberleutnant (Ing.) Dr. Heinz Haake lahir tanggal 21 Januari 1914 dan meninggal bulan November 1944 (tanpa tanggal).
Sumber :
Artikel karya Kadar Solihat di koran "Pikiran Rakyat"
www.amazon.com
www.facebook.comwww.forum.axishistory.com
www.german-uboats.com
www.subsim.com
www.uboat.net
www.volksbund.de
--------------------------------------------------------------
Korvettenkapitän
Eitel-Friedrich Kentrat (tengah) menikmati bir Beck's yang lama
diidam-idamkan bersama dengan dua orang pimpinannya tak lama setelah
pulang dari patroli luar biasa panjang selama 225 hari bersama dengan
U-196! Mengapit di sebelah kiri adalah Kapitän zur See Hans Rudolf
Rösing (Führer der Unterseeboote West) dan kanan Korvettenkapitän
Klaus Scholtz (Kommandeur 12. Unterseebootsflottille). Meskipun dalam
patroli pertamanya sebagai komandan U-196 tersebut Kentrat hanya mampu
menenggelamkan dua buah kapal dengan total tonase 12.000 GRT saja, tapi
dia tercatat sebagai patroli terpanjang yang pernah dilakukan oleh
sebuah kapal selam selama berlangsungnya Perang Dunia II! Kentrat
berangkat dari Kiel (Jerman) tanggal 13 Maret 1943 dan pulang ke
Bordeaux (Prancis) tanggal 23 Oktober 1943, dan patroli selama itu telah
meninggalkan bekasnya di wajah sang komandan yang terlihat kurus dan
lesu seakan baru keluar dari kamp konsentrasi!
3 comments:
U-196 jadi korban nyi roro kidul kali?
Ada kapal besar tertanggal google maps 2020 ini di lepas cibanban mungkinkah itu kapal yang dimaksud hilang
Walau ada digoogle map, tapi dicari belum ditemukan kapalnya....
Post a Comment