Wednesday, September 25, 2013

Napoleon Bonaparte Dalam Media (Lukisan, Sketsa)

 
Lukisan dari ayah Napoleon, Carlo Maria Buonaparte (27/29 Maret 1746 - 24 Februari 1785). Media cat minyak berukuran 116 x 92 cm yang kini tersimpan di Musée de la maison Bonaparte ini merupakan salah satu dari sedikit lukisan yang menggambarkan ayah sang calon pemimpin terbesar Prancis. Disini dia berpose sambil mengenakan pakaian bangsawan Ancien Régime dengan kancing emas dan wig putih. Carlo awalnya merupakan seorang pengacara dan politisi asal pulau Corsica yang mendukung pemimpin revolusioner Pasquale Paoli sebelum kemudian menjadi perwakilan Corsica di istana Louis XVI. Di masanyalah pulau Corsica beralih kepemilikan dari Genoa ke Prancis. Carlo awalnya mendukung kemerdekaan Corsica sebelum kemudian berbalik menjadi pengikut Prancis saat keadaan dirasa sudah tidak ada harapan lagi. Di Paris dia menghabiskan sebagian besar waktunya dalam bisnis beresiko serta perjudian sehingga tak lama utangnya menjadi tak terkendali. Dia meninggal tahun 1785 meninggalkan seorang istri dan delapan anak dalam keadaan miskin papa. Penyakit yang merenggut nyawanya, kanker perut, kemungkinan besar merupakan penyakit yang sama yang merenggut nyawa anaknya yang terkenal, Napoleone Buonaparte (namanya saat lahir)


 "Napoleon di Toulon (1793)" karya Jean Baptiste Edouard Detaille. Pengepungan Toulon berlangsung dari tanggal 18 September s/d 18 Desember 1793, dan tercatat sebagai kemenangan pertama Republik Prancis - yang baru berdiri - terhadap pihak pemberontak dari kalangan Kerajaan yang tersingkir. Pertempuran yang terjadi juga menjadi kesempatan pertama bagi Napoleon Bonaparte muda untuk membuktikan kemampuan dirinya sebagai seorang strategis militer jempolan. Sebelumnya, pengaruh Revolusi Prancis terhadap militer negara tersebut sangat terasa, karena sebagian besar perwiranya yang berasal dari kalangan bangsawan diburu oleh pemberontak dari kalangan rakyat jelata sehingga harus melarikan diri ke luar negeri. Sisi positifnya, hal ini juga membuka kesempatan bagi kalangan prajurit dan bintara berpangkat rendah untuk mendapatkan promosi ke pangkat yang lebih tinggi, semata berdasarkan kemampuan mereka dan bukannya status sosial seperti sebelumnya. Pada awal bulan September 1793 Napoleon baru saja naik pangkat menjadi Mayor. Promosinya yang masih fresh tersebut memberinya kesempatan terbaik untuk memperlihatkan skill-nya yang luar biasa dalam memanfaatkan sumberdaya yang terbatas secara efektif. Sebelumnya dia telah mempelajari wilayah yang menjadi medan pertempuran dengan seksama, sehingga mempunyai pengertian yang mendalam mengenai cara terbaik dalam merebutnya dari tangan pihak pemberontak (yang berkolaborasi dengan pasukan ekspedisi Inggris). Di luar dari perannya di akhir pengepungan yang menjadi perdebatan, tidak dipungkiri bahwa Napoleon mempunyai peranan penting dan menentukan, yang dia eksploitasi semaksimal mungkin saat pasukan Inggris akhirnya meninggalkan Toulon pada tanggal 19 Desember 1793. Pengepungan Toulon sendiri menjadi kunci yang menentukan bagi karir sang perwira muda dari Corsica, karena namanya kemudian mulai dikenal di kalangan pemerintahan revolusioner di Paris. Sebagai penghargaan atas prestasinya, Napoleon kembali naik pangkat - kali ini menjadi Brigadir Jenderal - dan diberikan komando satuan artileri Prancis di Italia


 Lukisan karya Felician Myrbach ini berjudul "13 Vendemiaire", dan memperlihatkan saat Jenderal Napoleon Bonaparte memimpin pasukan Revolusioner kecilnya dalam menumpas pemberontakan para pendukung kerajaan di jalan Saint-Honoré di depan Église Saint-Roch, Paris, pada tanggal 5 Oktober 1795 (atau Vendémiaire ke-13 tahun ke-4 dalam kalender pihak Republik). Napoleon mengambil-alih komando pasukan Republik saat pertempuran di jalan-jalan kota Paris telah berjalan selama beberapa waktu, dan berhasil memadamkan perlawanan pihak Royalis meskipun kekuatan mereka lebih besar 6 berbanding 1 dibandingkan dengan pasukan yang dipimpinnya! Pertempuran inilah yang dianggap sebagai penyebab utama melesatnya karir militer Napoleon, karena dia kemudian dijadikan sebagai pahlawan nasional sekaligus dipromosikan menjadi Général de Division. Hanya dalam waktu lima bulan setelahnya, Napoleon dipercaya untuk menjadi panglima seluruh pasukan Prancis di Italia (Armée d’Italie). Dalam lukisan ini, Napoleon mengarahkan komando pasukannya sambil menunggang kuda di sebelah kanan. Meriam yang menjadi senjata utamanya dalam menghancurkan pasukan musuh berasal dari jenis Gribeauval 12. Napoleon sendiri - yang memulai karir sebagai perwira artileri - menjadikan meriam ini sebagai favoritnya, dan menjulukinya sebagai "belles filles" (putri-putri kecilku)


 
"Napoleon melintasi Alpen" (juga dikenal dengan "Napoleon di Saint-Bernard" atau "Bonaparte melintasi Alpen") adalah judul yang diberikan pada lima buah versi lukisan minyak karya pelukis Prancis Jacques Louis-David antara tahun 1801-1805. Lukisan berukuran 259 × 221 cm yang pada awalnya merupakan pesanan Raja Spanyol Charles IV (dan kini tersimpan di Château de Malmaison) ini memperlihatkan penggambaran idealis Napoleon Bonaparte saat dia dan pasukannya melintasi pegunungan bersalju Alpen melalui Col du Grand-Saint-Bernard demi menghadapi pasukan Austria tahun 1800. Lukisan ini memperlihatkan Napoleon yang mengenakan seragam Consulate pertama dengan ekspresi yang digambarkan sendiri oleh Napoleon sebagai "Calme sur un cheval fougueux" (tenang di atas tunggangan yang tak tenang). Kemungkinan besar sang pemimpin Prancis pula yang memberi saran kepada Louis-David untuk menambahkan nama para pemimpin militer terkemuka yang pernah mendahuluinya melintasi pegunungan Alpen yang terkenal (Hannibal dan Karolus Magnus alias Charlemagne). Uniknya, meskipun Napoleon bersedia untuk menjadi model bagi lukisan Louis-David, tapi dia menolak keras saat harus berpose duduk dengan alasan tidak menyukainya! Tidak kehilangan akal, sang pelukis kemudian menggunakan "jasa" anaknya yang sedang berpose duduk untuk dijadikan sebagai model badan dan hanya "memanfaatkan" muka Napoleon sebagai penggambaran dari dada ke kepala!


 Napoleon Bonaparte mengenakan seragam resmi Générale de la République (Jenderal Republik Prancis) yang berwarna biru gelap, dengan bordiran emas dengan dasar merah di bagian kerahnya. Sebagai pakaian dalam dia mengenakan kaos putih dengan syal leher hitam, sementara di bagian ikat pinggang dibalutkan selendang berwarna tricolore Prancis (merah putih biru) dengan rumbai emas. Seragam dari jenis ini mulai dikenakan oleh Napoleon saat dia diangkat menjadi Brigadir Jenderal di usianya yang baru menginjak 24 tahun tak lama setelah Pertempuran Toulon melawan pasukan gabungan Inggris dan sekutunya di tahun 1793. Selama enam tahun berikutnya Napoleon mengenakan seragam Générale de la République dalam kampanye-kampanye militer yang diikutinya (Paris, Italia, Mesir), dan baru "berganti pakaian" saat naik ke tampuk kekuasaan melalui kudeta di tahun 1799


 "Le General Bonaparte au pont d'Arcole 17 Novembre 1796" (Jenderal Bonaparte di Jembatan Arcole 17 November 1796) adalah lukisan yang dibuat oleh Antoine-Jean Gros pada tahun 1796 dan saat ini tersimpan di Istana Versailles, Prancis. Lukisan ini memperlihatkan saat Napoleon muda memimpin pasukannya menyeberangi jembatan Arcole untuk menyerbu pasukan Austria di bawah pimpinan jenderal József Alvinczi sambil memegang panji Armée d'Italie di tangan kiri dan pedang di tangan kanan (dengan bilahannya bertuliskan "Bonaparte, Armée d'Italie"). Sang calon Kaisar Prancis mengenakan seragam Générale de la République (Jenderal Republik) yang berwarna biru tua. Di latar belakang tampak adanya asap yang menandakan pertempuran, dengan beberapa rumah terlihat di kejauhan di sebelah kiri. Wilayah pinggir sungai dilukis menggunakan warna gelap, dengan bola meriam yang berasap terlihat samar-samar. Lukisan ini dibuat oleh Gros pada tahun 1796 di Napoli (Italia) tak lama setelah aksi brilian Napoleon dalam Pertempuran Arcole (15-17 November 1796) mengemuka. Dia kemudian menjadi koleksi pribadi Napoleon Bonaparte sendiri dan diwariskan secara turun temurun sampai ke tangan Louis-Napoleon (alias Kaisar Napoleon III) dan istrinya Eugénie de Montijo. Pada tahun 1879 Eugénie menghibahkannya pada Musée du Louvre (dengan nomor koleksi RF271), yang kemudian berpindah lagi ke château de Compiègne tahun 1901 dan, akhirnya, "ngerem" di château de Versailles tahun 1938 (n° d'inventaire MV 6314).


 Lukisan berukuran 621 × 979 cm ini berjudul " Sacre de l'empereur Napoléon Ier et couronnement de l'impératrice Joséphine dans la cathédrale Notre-Dame de Paris, le 2 décembre 1804" (Penobatan kaisar Napoleon I dan permaisuri Josephine di Katedral Notre-Dame de Paris tanggal 2 Desember 1804) dan dibuat oleh Jacques Louis-David pada tahun 1804 atas pesanan Napoleon sendiri. Pada tahun 1819 lukisan ini berpindah tangan dari rumah sang pelukis ke Musée Royal, dilanjutkan ke Musée Versailles (1837) dan terakhir ke Musée de Louvre (1889). Dia memperlihatkan saat pemahkotaan Napoleon Bonaparte menjadi Kaisar Prancis, dengan istrinya Josephine de Beauharnais berlutut di depannya dan Paus Pius VII memperhatikan di antara mereka. Pada awalnya David ingin menggambarkan suasana penobatan itu sesuai dengan aslinya, dimana Napoleon memahkotai dirinya sendiri dan bukannya dimahkotai oleh Paus seperti yang biasanya terjadi (Napoleon melakukan hal tersebut demi menghindari konflik kepentingan karena pada saat itu Kepausan sedang berselisih dengan Kekaisaran Romawi Suci). Tapi sang kaisar anyar Prancis tidak mau menimbulkan kontroversi (karena dianggap tidak menghargai Kepausan) dalam lukisan yang dipesannya, karenanya dia meminta pelukis pribadinya tersebut untuk menggambarkan saat Napoleon memahkotai istrinya Josephine dengan tiara permaisuri, dengan Paus memberi berkah kepadanya. Berkumpul di altar mengelilingi Napoleon adalah para pejabat tinggi bawahannya: Jean-Jacques-Régis de Cambacérès (Arch-Chancellor), Marshal Louis Alexandre Berthier (Grand Veneur), Charles Maurice de Talleyrand-Périgord (Lord Chamberlain), dan Charles-François Lebrun (Chief Treasurer). Madame de la Rochefoucauld membawa jubah permaisuri, sementara di belakangnya adalah saudari-saudari Napoleon diikuti oleh dua orang adik lelaki sang Kaisar: Louis dan Joseph. Di depan pilar utama di tengah adalah para Marsekal Prancis, sementara ibu-ibu yang duduk anggun di tengah belakang adalah ibu dari Napoleon, Marie-Lætitia Ramolino (Madame Mère de l'Empereur), yang pada kenyataannya tidak menghadiri acara penobatan tersebut!


 
"Kaisar Napoleon di ruang kerjanya di Tuileries" karya Jacques Louis-David (1812). Meskipun menampilkan detail yang mengagumkan, lukisan minyak berukuran 2,039m x 1,251m yang memperlihatkan sang Kaisar Prancis dengan gaya khasnya (tangan di dalam baju) di ruang kerjanya di istana Tuileries ini sebenarnya tidak dibuat berdasarkan pose nyata Napoleon di depan si pelukis, tapi semata berasal dari imajinasi Louis-David belaka! Lukisan ini merupakan pesanan dari bangsawan Skotlandia sekaligus pengagum Napoleon, Alexander Hamilton, dan saat ini tersimpan di National Gallery of Art di Washington D.C., Amerika Serikat. Dalam lukisan ini, Napoleon mengenakan seragam kolonel grenadier pejalan kaki Garde Impériale, lengkap dengan medali Légion d'honneur dan Imperial Ordine della Corona Ferrea, epaulet emas, serta culotte putih. Wajahnya yang terlihat capek, manset tak terkancing, rambut acak-acakan, stoking kusut, lilin yang hampir habis serta waktu yang menunjukkan pukul 04:13 subuh di jam dinding sengaja dibuat untuk memberikan kesan betapa sang pemimpin Prancis telah bekerja sangat keras, begadang sampai subuh demi membuat aturan hukum yang terbaik bagi rakyatnya, yang kita kenal sekarang sebagai "Code Napoléon" (kata "CODE" tertulis di gulungan kertas di meja). Lambang fleurs-de-lys dan lebah bentara menunjukkan kestabilan Kekaisaran Prancis di saat itu. BTW, kalimat "LVDci DAVID OPVS 1812" di gulungan kertas di lantai merupakan tanda-tangan dari si pelukis, Jacques Louis-David


Sumber :
Buku "Napoleon on Campaign: Classic Images of Napoleon at War" karya H.A. Carruthers
www.commons.wikimedia.org
www.en.wikipedia.org
www.musees-nationaux-napoleoniens.org

No comments: