Saturday, October 2, 2021

Korvettenkapitän Dr.jur. Hermann Kandeler (1901-1990), Perwira Kriegsmarine yang ikut "Berperan" dalam Kemerdekaan Indonesia

 
Kapitänleutnant Dr.jur. Hermann Kandeler dalam sebuah foto yang diambil pada tahun 1940 saat usianya 39 tahun


Banyak cerita di balik pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Salah satunya adalah ihwal mesin tik yang digunakan untuk menyusun teks proklamasi. Mesin tik yang jadi saksi bisu lahirnya Republik Indonesia itu ternyata milik seorang perwira Kriegsmarine (Angkatan Laut Nazi Jerman) yang dipinjam khusus untuk mengetik teks proklamasi. Saat itu, penyusunan naskah proklamasi dikerjakan di rumah Laksamana Tadashi Maeda. Ketika tulisan tangan naskah proklamasi akan dicetak, ternyata di rumah Maeda tidak ada mesin ketik. Pembantu Laksama Maeda, Satzuki Mishima, diperintahkan untuk mencari mesin tik. Dia kemudian pergi ke kantor militer Jerman menggunakan mobil jip untuk meminjam mesin tik tersebut. Di sana, Satzuki bertemu dengan Korvettenkapitän (Mayor Laut) Dr. Hermann Kandeler, yang bersedia untuk meminjamkan mesin tik miliknya. Sesampainya mesin tik di rumah Maeda, Sayuti Melik dengan ditemani BM Diah mulai mengetik naskah proklamasi.

Lalu siapakah Korvettenkapitän Kandeler, yang secara tidak langsung ikut "terlibat" dalam pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut?

Hermann Kandeler dilahirkan pada tanggal 24 Juli 1901 di Berlin. Seusai sekolah setingkat SMA, dia kemudian mengambil kuliah jurusan hukum dan lulus dengan gelar Doctor Juris (Doktor Hukum). Dia lalu lebih memilih untuk meneruskan karir di bidang militer saat memutuskan untuk masuk menjadi anggota Kriegsmarine (Angkatan Laut). Kandeler tercatat bertugas sebagai Sachbearbeiter di Oberkommando der Marine dari bulan Februari 1936 s/d Februari 1940. Setelahnya Kandeler bertugas di kapal penjelajah ringan "Karlsruhe" sebagai 2. Artillerieoffizier (Perwira Artileri ke-2) dan Wachtoffizier (Perwira Pengamat), dari bulan Februari s/d April 1940. Dia kemudian menjalani pelatihan artileri lanjutan di schiffsartillerieschule dari bulan April s/d Juni 1940. Usai menjalani pelatihan, Kandeler ditugaskan sebagai Artillerieoffizier di kapal perang "Scharnhorst" dari bulan Juni s/d Juli 1940, juga dengan peran yang sama di kapal penjelajah ringan "Nürnberg" dari bulan Juli 1940 s/d Februari 1941, dan kapal penjelajah ringan "Emden" dari bulan Februari s/d Juli 1941. Selama masa tugasnya di Emden, dia dipromosikan menjadi Korvettenkapitän (Mayor Laut) pada tanggal 1 Mei 1941. Pada bulan Juli 1941 Kandeler dipindahkan ke kapal penjelajah pembantu "Thor" - juga sebagai Artillerieoffizier - sampai dengan bulan Juli 1943. Kapal ini melakukan perjalanan ke Asia Timur, dimana Kandeler kemudian berpindah peran sebagai Atase Angkatan Laut Jerman di Tokyo dari bulan Juli s/d September 1943.

Pada bulan September 1943, Herman Kandeler dipindahtugaskan ke Ustützpunkt Djakarta (Depot Pendukung Jakarta) sebagai instruktur, sebuah peran yang dijalaninya sampai dengan bulan Januari 1944. Dia kemudian menjadi Leiter (Pimpinan) Ustützpunkt Penang (Januari - Desember 1944), sebelum kemudian kembali ke Ustützpunkt Djakarta dengan peran yang sama, Leiter, yang dijalaninya sampai dengan akhir perang.

Setelah Perang Dunia II usai, dia ditawan oleh Sekutu selama beberapa waktu sebelum dibebaskan dan kemudian kembali ke negaranya. Pada saat Soekarno melakukan kunjungan kenegaraan ke Jerman pada tahun 1956, dikatakan bahwa Presiden Indonesia tersebut berbincang-bincang secara pribadi dengan Kandeler di bangunan Kroll-Oper (Gedung Opera Kroll) Berlin. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi bisa jadi ikut "menyerempet" sedikit kenangan di masa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dahulu.

Hermann Kandeler sendiri meninggal dunia di Kassel, Hesse (Jerman), pada tanggal 15 Maret 1990.

---------------------------------------------------------------------------------------

 
Korvettenkapitän Dr.jur. Hermann Kandeler (tengah) saat memimpin persidangan militer Angkatan Laut, sewaktu masa tugasnya di Hilfskreuzer Thor (1941-1943). Meskipun peran resminya di kapal penjelajah pembantu tersebut adalah sebagai seorang perwira artileri, tapi pendidikan hukum yang pernah diikutinya membuat Kandeler terkadang berperan ganda sebagai seorang pengambil keputusan manakala sebuah sidang militer harus dihadirkan


 
Korvettenkapitän Dr.jur. Hermann Kandeler dalam sebuah acara resepsi bersama antara para perwira Angkatan Laut Jerman dengan Jepang, yang diadakan di Tokyo pada saat Kandeler bertugas sebagai Atase Angkatan Laut Jerman di Jepang (Juli-September 1943). Dalam acara tersebut ikut hadir pula Kaisar Jepang Hirohito. Sayangnya, foto ini - yang diambil dari sebuah buku tentang Hilfskreuzer Thor - tidak memperlihatkan Kandeler secara utuh, karena dia adalah perwira botak yang berdiri tepat di lipatan tengah buku!


 
Replika mesin ketik naskah proklamasi di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta


Sumber :
Buku "Die deutsche Kriegsmarine, 1939-1945" karya Walter Lohmann dan Hans H. Hildebrand
Buku "Hilfskreuzer THOR. Hecht im Atlantik" karya Jochen Brennecke
Foto koleksi pribadi Mike "Hanmich"
www.forum.axishistory.com
www.nasional.kompas.com

No comments: