Sunday, January 3, 2016

Gestapo (Geheime Staatspolizei), Polisi Rahasia Nazi yang Ditakuti




PEMBENTUKAN GESTAPO

GEheime STAats POlizei (Polisi Negara Rahasia) disingkat menjadi GESTAPO. Tujuh huruf ini merupakan ide dari salah seorang pegawai kantor pos untuk mempersingkat tulisan pada stempel alamat. Tapi siapa yang sangka, ide dari pegawai kantor pos tersebut menjadi suatu kata yang mengandung teror dan sangat ditakuti oleh seluruh Eropa!

Gestapo dbentuk oleh Hermann Göring pada bulan April 1933 sebagai salah satu upaya untuk meredam lawan politik Hitler. Walaupun saat itu Hitler sudah memegang kekuasaan penuh, tapi masih ada sebagian tokoh politik yang tidak senang dengan Hitler, terutama dari Partai Sosialis Demokrat dan Partai Komunis Jerman. Dalam berbaur dengan masyarakat, anggota Gestapo tidak memakai seragam kepolisian melainkan memakai pakaian sipil. Anggota Gestaspo bisa menyamar jadi tukang susu, pedagang pasar, pegawai kantoran, bahkan bisa menjadi pembantu rumah tangga.

Tugas utama Gestapo adalah menjadi mata-mata untuk mengawasi berbagai tindakan di masyarakat yang bisa menimbulkan sentimen anti-Nazi. Dalam operasionalnya, setiap instruksi dan tindakan dari Gestapo tidak akan dibuka dalam persidangan, jadi Gestapo bisa bertindak tanpa harus mengikuti prosedur hukum, bisa menangkap siapa saja, menginterogasi dengan berbagai cara, dan mengirimkan orang yang ditangkap itu ke dalam penjara tanpa harus melewati meja persidangan.

Jadi misalkan saja ada orang yang iseng membuat lelucon yang menghina Nazi, maka malam harinya orang tersebut kemungkinan sudah dijemput paksa dari rumah dan dijebloskan dalam tahanan. Sejak Gestapo dibentuk, penjara selalu kepenuhan, bahkan banyak tahanan yang dipindahkan ke kamp penahanan yang kelak cara demikian juga menjadi modus untuk menyeret orang ke dalam kamp konsentrasi.

Awalnya Gestapo ini dibawah kendali Hermann Göring, dan Göring hendak menggunakan Gestapo sebagai alat untuk mengukuhkan dirinya dalam hirarki partai Nazi. Namun kemudian ada orang dekat Hitler yang juga tertarik dengan Gestapo, yaitu pemimpin Pasukan SS, Heinrich Himmler. Dan perseteruan dua orang dekat Hitler ini sempat menimbulkan ketegangan dalam Partai Nazi, namun kemudian Göring melihat peluang lain yang lebih menjanjikan dan Gestapo akhirnya diserahkan kepada Himmler.

Untuk membantu operasional Gestapo, Himmler dibantu oleh wakilnya di SS, yaitu Reinhard Heydrich. Dan dalam perkembangan berikutnya, Heydrich lah yang paling berjasa dalam mengembangkan Gestapo dan menyusun suatu sistem operasional mata-mata yang efisien dalam mengawasi seluruh Jerman. Sebab Gestapo sebenarnya hanya sebuah divisi kecil dibawah kepolisian Jerman yang anggotanya hanya berjumlah 40.000 orang, tapi Gestapo mampu mengendalikan informasi seluruh Jerman bahkan di semua negara yang ditaklukan oleh Jerman selama masa Perang Dunia II. Warga yang menjadi korban dari Gestapo kebanyakan berasal dari Belanda, Belgia, dan Prancis.

Maka Jerman yang sudah dibawah pengawasan Gestapo, Nazi semakin leluasa untuk “mencuci otak” rakyat Jerman supaya ikut kepada faham Nazime dan membuat setiap ide dari lawan politik Nazi adalah sebuah tindakan kejahatan. Dan hasilnya adalah peristiwa pembakaran buku-buku yang non-Jerman dan kurikulum Nazi mulai diajarkan di bangku sekolah.

Pada masa itu banyak tokoh Yahudi yang mulai meninggalkan Jerman, misalnya Sigmund Freud dan Albert Einstein. Dan kamp tahanan Nazi mulai bertambah banyak, sampai akhir Perang Dunia II jumlahnya mencapai ratusan.



MALAM PISAU PANJANG

Ketika Hitler menjadi Kanselir, lawan politik Hitler tidak berkutik melawan semua kebijakan Nazi. Semua yang menentang dibabat habis atau dibungkam, terutama setelah terbentuknya Gestapo. Namun masih ada ancaman yang besar dalam tubuh Partai Nazi itu sendiri, yaitu Pasukan SA yang dibentuk oleh Adolf Hitler dan Ernst Rohm pada masa-masa awal Partai Nazi bertumbuh. Demi Hitler dan Partai Nazi, setiap anggota SA tidak ragu mempertaruhkan nyawa mereka untuk melawan Komunis dijalanan dan siapa saja yang menghambat Hitler.

Pada tahun 1934, setahun setelah pemerintahan sudah dikendalikan oleh Hitler dan Partai Nazi, tugas fisik yang membutuhkan SA bisa dibilang sudah tidak ada. Dan ini menjadi suatu dillema besar bagi Hitler.

Ketika awal menapak kekuasaan, Hitler berjanji dan selalu meyakinkan para Jenderal bahwa pasukan SA tidak pernah akan menggantikan militer Jerman yang berjumlah 100.000 prajurit yang dibatasi persenjataannya karena Perjanjian Versailles. Sebaliknya, karena SA bukan militer Jerman, mereka berkembang menjadi para-militan yang berjumlah 3.000.000 anggota, dan jumlah anggota SA yang memiliki akses persenjataan jauh lebih banyak daripada tentara Jerman sendiri.

Hal ini menjadi isu yang sangat serius karena setelah Hitler menjadi Kanselir, SA sudah mulai menuntut agar mereka bisa menggantikan tentara Jerman. Sedangkan Hitler banyak berutang kepada para Jenderal yang mendukungnya menjadi Kanselir, dan sebagian besar Jendral itu adalah keturunan bangsawan yang berpengaruh di Jerman.

Masalah lain adalah SA juga mulai menuntut hak untuk menikmati pembagian hasil dari Jerman, tuntutan ini sangat anti-kapitalis dan terdengar sangat Marxisme. Sedangkan Hitler juga banyak berutang kepada para bankir dan kaum industrialis yang menginginkan peluang bisnis dan usaha yang kondusif dan kompetitif.

Masalah ini timbul karena sebagian besar anggota pasukan SA memang direkrut dari kalangan buruh dan pekerja mengengah. Ingat bahwa Nazi adalah singkatan dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (Partai Buruh National Sosialis Jerman). Dan mereka percaya kata sosialis itu berarti pemerataan pendapatan, dan mereka berhak atas setiap kekayaan Jerman. Bahkan pasukan SA tidak ragu untuk menarik upeti dari setiap toko dan pemilik usaha.

Kelakuan SA ini jelas mengancam karir politik Hitler dan masa depan Nazi. Untuk itu Hitler melakukan rapat akbar mencoba untuk menjelaskan kepada semua bahwa SA tidak akan pernah menggantikan Angkatan Bersenjata Jerman dan hanya sebagai unit fungsi lapangan Partai Nazi.

Setelah rapat itu, Ernst Rohm mengatakan bahwa Hitler adalah seorang penghianat. Sejak awal SA sudah setia kepada Hitler dan Nazi, hanya untuk mencapai moment seperti sekarang. Maka Ernst Rohm merencanakan untuk melakukan kudeta terhadap Hitler, tapi informasi ini bocor ke telinga Hitler lewat seorang anggota SA yang setia kepadanya.

Karena Hitler merasa Rohm sudah diluar kendali dan menjadi ancaman serius, maka Hitler merencanakan misi untuk menghabisi SA. Hitler memanggil orang dekat kepercayaannya, Himmler dan Goring, serta Heydrich, untuk menyusun langkah mengakhiri SA. Bagi Goring dan Himmler yang ambisius, berakhirnya SA tentu membawa suatu keuntungan sendiri bagi mereka.

Sebelum rencana yang tersusun rapi itu terlaksana, Wakil Kanselir Papen mengacaukan semuanya. Dalam pidatonya di University of Marburg, Papen mengatakan ada kemungkinan ancaman kudeta dari Ernst Rohm dan dia mendesak Hitler untuk segera mengambil tindakan pencegahan.

Pidato ini dimuat di berbagai media massa, dan menimbulkan ketegangan antara perwira militer dengan Hitler. Bahkan Presiden Hindenburg sampai memanggil Hitler untuk rapat bersama semua staff Angkatan Bersenjata, mengancam akan mengeluarkan dekrit negara dalam keadaan darurat, militer akan mengambil alih negara, dan rezim Nazi akan diakhiri.

Dan kondisi ini sangat mengancam posisi Hitler, dan dia mengalami dillema. Jika konfrontasi dengan Presiden Hindenburg dan petinggi militer, jelas Hitler memiliki keuntungan karena ada Pasukan SA yang dipersenjatai. Namun Hitler tidak ingin mengambil kekuasaan dengan cara kekerasan, karena dengan demikian popularitasnya di mata rakyat Jerman akan hilang.

Sementara itu Goring dan Himmler sibuk menyebarkan isu mengenai kemungkinan SA akan melakukan kudeta, dan isu tersebut membuat Jerman semakin tegang.

Diam-diam Heydrich dan Himmler bertemu dengan para petinggi militer. Mereka meminta dukungan senjata dan sarana transportasi untuk menjalankan rencana menghabisi SA. Dan tentara Jerman juga sudah disiagakan jika diperlukan sebagai cadangan kekuatan.

Dan akhirnya pada hari Jumat, 29 Juni 1934, operasi menghancurkan SA disetujui Hitler dan langsung dijalankan. Tanpa mengundang kecurigaan, Hitler sengaja menyusun rencana kunjungan kerja ke Munich, sebenarnya dia hendak melakukan konfrontasi secara langsung dengan Ernst Rohm dan mengakhiri hubungan mereka selama 15 tahun. Sementara itu pasukan SS yang didampingi oleh Gestapo menyebar ke seluruh Jerman dan mengincar semua pimpinan SA di kota setempat.

Pada tanggal 30 Juni 1934, Hitler sampai di Munich pada saat subuh. Dia langsung menuju ke kediaman Rohm bersama beberapa orang SS. Dia mendobrak masuk dan menemukan Rohm masih tidur dengan seorang pria muda disampingnya. Hitler langsung memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Rohm dan pasangan prianya. Dan memang sudah rahasia umum bahwa sebagian besar pimpinan SA adalah gay. Tapi Hitler selalu mentolerir hal ini karena SA masih berguna bagi dia.

Sementara itu di beberapa tempat lain, pasukan SS bersama Gestapo memburu pimpinan SA dan langsung mengeksekusi di tempat. Selain para pimpinan SA, orang yang menentang Hitler juga yang turut dieksekusi. Misalnya Gregor Strasser, Kurt von Schleicher, dan Gustav von Kahr. Dan peristiwa pagi hari berdarah itu lebih dikenal dengan istilah “MALAM PISAU PANJANG”

Ernst Rohm ditahan di penjara Stadelheim. Pada mulanya Hitler tidak ingin membunuh Rohm karena memandang hubungan mereka selama 15 tahun, namun keputusannya kemudian dipengaruhi oleh Himmler dan Goring yang ingin mengambil keuntungan dari kematian Rohm.

Himmler menemui Rohm di penjara dan memberikan sebuah pistol untuknya melakukan bunuh diri, tapi Rohm menolak dan berseru “Jika saya akan dihukum mati, biarkan Adolf sendiri yang melakukannya”.

Tapi Himmler tidak memperdulikan perkataan Rohm dan memberinya waktu 10 menit untuk bunuh diri. Dan 15 menit kemudian, dua orang anggota SS memasuki sel tahanan Rohm dan mengeksekusinya. Sebelum Rohm dieksekusi, dia berdiri dan kemudian berpose hormat ala Nazi sambil berseru “MEIN FUHRER!!” dan kemudian terdengar suara tembakan mengakhiri hidup Rohm.

Setelah hari yang berdarah itu, Hitler kemudian mengarahkan semua anggota SA untuk dijadikan pasukan sukarelawan Jerman dan semuanya ditempatkan dibawah komando para Jenderal Angkatan Bersenjata. Presiden Hindenburg dan para staff militer memberikan selamat kepada Hitler atas aksi pembersihkan itu dan kemudian para Jenderal bersumpah setia mendukung pemerintahan Hitler.

Dengan demikian berakhir juga ancaman dari SA terhadap posisi Hitler. Dan sekarang, satu-satunya yang menghalangi Hitler untuk memperoleh puncak kekuasaan absolut hanya satu, yaitu seorang Ksatria Tua, Presiden Paul von Hindenburg.


Sumber :

No comments: