Oleh : Steve Edpin
Artikel di bawah ini bercerita tentang pasangan kakak beradik pertama yang dianugerahi Salib Ksatria Salib Besi (Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes) pada Perang Dunia Kedua.
Di bawah ini adalah terjemahan artikel ke bahasa Indonesia.
Judul: Dua kakak beradik peraih Salib Ksatria (Ritterkreuz)
*KETERANGAN ILUSTRASI*
Atas Kiri:
Pasangan kakak beradik pertama yang dianugerahi Salib Ksatria oleh sang Führer: Mayor Dr. Albrecht Lanz (kiri) dan Mayor Jenderal Hubert Lanz (kanan).
Atas Kanan:
Meskipun hanya berjarak 300 meter dari musuh, sebuah pesawat Fieseler-Storch mendarat di garis depan. Dua orang keluar dari pesawat itu, dengan pistol dan senapan di tangan mereka: Jenderal Ritter von Speck, komandan sebuah korps angkatan darat, tanpa mengenakan topi di kepalanya, dikawal oleh kepala staf umumnya, Kolonel Lanz. Sang jenderal telah menetapkan lokasi dan titik kunci yang tepat mengenai posisi musuh yang menghujani garis Jerman dengan tembakan senapan mesin. Tanpa berpikir panjang sang jenderal menempatkan diri di depan para pasukannya dan menyerang basis perlindungan musuh bersama dengan mereka. Sepuluh hari kemudian, sang jenderal yang berambut putih gugur di dekat Pont-sur-Yonne, lagi-lagi memimpin pasukannya dari depan saat bertempur. Kolonel Lanz menahan gerakan musuh dengan senapan mesin selama mungkin sampai sang jenderal yang terluka parah dapat dievakuasi. – Pengintaian yang dilakukan Kolonel Lanz di Sungai Meuse yang dapat memungkinkan pergerakan korps angkatan darat dilakukan dengan cepat di atas sungai tersebut, kesuksesan dalam pemboman dalam penerbangan intai di atas posisi musuh, aksi individual yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam merebut kota Laon: merupakan beberapa alasan atas penganugerahan Salib Ksatria untuk Kolonel Lanz.
Bawah Kiri:
Komandan batalion sebagai pemimpin pasukan pengejut di ladang gandum. Pada pertempuran di Lys, sebuah resimen yang dipimpin oleh Mayor Dr. Lanz harus merebut desa Gotthem dan Denterghem dengan dua batalion. Walaupun dengan gencar dihujani tembakan dari senapan mesin dan artileri musuh, Mayor Dr. Lanz menguasai desa Gotthem dengan batalionnya. Perlawanan dari musuh terus menguat dan batalion melancarkan serangan di medan yang membingungkan sehingga perlahan-lahan kehilangan momentum. Mayor Dr. Lanz memutuskan untuk menggunakan pasukan kecil untuk melakukan serangan terhadap target yang telah diperintahkan, yaitu di tepi barat desa Denterghem. Pasukan ini langsung dipimpin olehnya dan melancarkan serangannya sendiri. Dalam formasi baris tempur, pasukan kecil tersebut bergerak di ladang gandum setinggi manusia. Satu-satunya pemandu adalah kompas yang ada di tangan sang pemimpin batalion. Dengan segera, para prajurit bergerak maju untuk melancarkan seragan bersama dengan komandan mereka. Dari tiga sisi mereka diserang. Setelah berjam-jam akhirnya target berhasil diraih, Denterghem berhasil direbut. Selama penyerangan berlangsung, tidak jarang terjadi pertempuran satu lawan satu. Dengan demikian, seluruh posisi pasukan Belgia di Lys sejauh 5 kilometer berhasil dipatahkan. Tidak lama setelahnya, Belgia menyerah, suatu aksi yang dipengaruhi oleh tindakan luar biasa yang berani dari Mayor Dr. Lanz dan pasukannya.
*SUMBER FOTO*
- koleksi pribadi, ‘Berliner Illustrirte Zeitung’, no. 12, tahun edisi 50, terbitan 20 Maret 1941
Di bawah ini adalah terjemahan artikel ke bahasa Indonesia.
Judul: Dua kakak beradik peraih Salib Ksatria (Ritterkreuz)
*KETERANGAN ILUSTRASI*
Atas Kiri:
Pasangan kakak beradik pertama yang dianugerahi Salib Ksatria oleh sang Führer: Mayor Dr. Albrecht Lanz (kiri) dan Mayor Jenderal Hubert Lanz (kanan).
Atas Kanan:
Meskipun hanya berjarak 300 meter dari musuh, sebuah pesawat Fieseler-Storch mendarat di garis depan. Dua orang keluar dari pesawat itu, dengan pistol dan senapan di tangan mereka: Jenderal Ritter von Speck, komandan sebuah korps angkatan darat, tanpa mengenakan topi di kepalanya, dikawal oleh kepala staf umumnya, Kolonel Lanz. Sang jenderal telah menetapkan lokasi dan titik kunci yang tepat mengenai posisi musuh yang menghujani garis Jerman dengan tembakan senapan mesin. Tanpa berpikir panjang sang jenderal menempatkan diri di depan para pasukannya dan menyerang basis perlindungan musuh bersama dengan mereka. Sepuluh hari kemudian, sang jenderal yang berambut putih gugur di dekat Pont-sur-Yonne, lagi-lagi memimpin pasukannya dari depan saat bertempur. Kolonel Lanz menahan gerakan musuh dengan senapan mesin selama mungkin sampai sang jenderal yang terluka parah dapat dievakuasi. – Pengintaian yang dilakukan Kolonel Lanz di Sungai Meuse yang dapat memungkinkan pergerakan korps angkatan darat dilakukan dengan cepat di atas sungai tersebut, kesuksesan dalam pemboman dalam penerbangan intai di atas posisi musuh, aksi individual yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam merebut kota Laon: merupakan beberapa alasan atas penganugerahan Salib Ksatria untuk Kolonel Lanz.
Bawah Kiri:
Komandan batalion sebagai pemimpin pasukan pengejut di ladang gandum. Pada pertempuran di Lys, sebuah resimen yang dipimpin oleh Mayor Dr. Lanz harus merebut desa Gotthem dan Denterghem dengan dua batalion. Walaupun dengan gencar dihujani tembakan dari senapan mesin dan artileri musuh, Mayor Dr. Lanz menguasai desa Gotthem dengan batalionnya. Perlawanan dari musuh terus menguat dan batalion melancarkan serangan di medan yang membingungkan sehingga perlahan-lahan kehilangan momentum. Mayor Dr. Lanz memutuskan untuk menggunakan pasukan kecil untuk melakukan serangan terhadap target yang telah diperintahkan, yaitu di tepi barat desa Denterghem. Pasukan ini langsung dipimpin olehnya dan melancarkan serangannya sendiri. Dalam formasi baris tempur, pasukan kecil tersebut bergerak di ladang gandum setinggi manusia. Satu-satunya pemandu adalah kompas yang ada di tangan sang pemimpin batalion. Dengan segera, para prajurit bergerak maju untuk melancarkan seragan bersama dengan komandan mereka. Dari tiga sisi mereka diserang. Setelah berjam-jam akhirnya target berhasil diraih, Denterghem berhasil direbut. Selama penyerangan berlangsung, tidak jarang terjadi pertempuran satu lawan satu. Dengan demikian, seluruh posisi pasukan Belgia di Lys sejauh 5 kilometer berhasil dipatahkan. Tidak lama setelahnya, Belgia menyerah, suatu aksi yang dipengaruhi oleh tindakan luar biasa yang berani dari Mayor Dr. Lanz dan pasukannya.
*SUMBER FOTO*
- koleksi pribadi, ‘Berliner Illustrirte Zeitung’, no. 12, tahun edisi 50, terbitan 20 Maret 1941
No comments:
Post a Comment