“Selama tiga tahun dia bertempur di Rusia dan berhasil mencapai jarak terjauh yang bisa diraih Angkatan Bersenjata Jerman, jauh di kedalaman Kaukasus. Tiga kali dia terkepung oleh pasukan Uni Soviet dalam gerak mundurnya, dan tiga kali pula dia berhasil lolos dengan hanya sejumlah orang yang selamat bersamanya... baginya, pertempuran Caen-Falaise benar-benar sempurna dilihat dari kacamata tradisi Wagner, karena ketika dia menjelaskan tentang aksi-aksi yang dilakukan oleh dia dan anak buahnya, seakan-akan dia adalah Siegfried yang memimpin para prajuritnya ke kematian..”
Diambil dari Liddell Hart Papers terbitan King’s College, London, yang merupakan hasil interogasi terhadap Brigadeführer Kurt Meyer.
Oleh : Alif Rafik Khan
Kurt Meyer menjadi contoh dari tentara Nazi fanatik yang akan bertempur sampai mati demi Führernya. Pengalaman bertempurnya begitu banyaknya, sehingga hanya ada sedikit perwira Jerman yang dapat menandinginya. Dia telah merasakan desingan peluru dari sejak hari pertama Perang Dunia II, ikut dalam penyerbuan ke Prancis dan Belanda, berperan besar dalam kejatuhan pasukan Yunani di Celah Kissura, terlibat dalam pertarungan super brutal melawan pasukan Komunis Rusia, dan mati-matian memimpin divisi yang anggotanya berusia belasan tahun melawan pasukan Sekutu yang puluhan kali lebih kuat! Tak pernah sekalipun Meyer gentar atas apapun yang dihadapinya, tak pernah sekalipun Meyer mengajukan protes pada atasannya, tak pernah sekalipun Meyer mundur dari penugasannya, tak pernah sekalipun Meyer berak di celana demi melihat musuh sebagaimanapun!
Dalam kecamuk Perang Dunia II muncullah generasi para komandan muda Waffen-SS yang mempunyai kekuatan kepemimpinan tak tertandingi. Penulis buku Gerald Reitlinger menggambarkan orang-orang ini sebagai para legenda yang mempunyai pandangan mata menusuk, selalu haus akan pertempuran, dan sangat fanatik. Mereka diwakili oleh orang-orang semacam Kurt Meyer, dan mereka jauh berbeda dari para ‘kriminal’ dan ‘tukang bantai’ yang sebenarnya di Einsatzgruppe dan unit kamp konsentrasi, meskipun sama-sama berasal dari SS. Sepanjang pertempuran yang pernah dia jalani, Meyer selalu berjuang dengan sungguh-sungguh, pantang menyerah, tapi juga sportif.
Dengan tinggi 178cm, bahu yang lebar, dan tubuh yang atletis, Meyer menggabungkan kecerobohan (sifat terburu-buru untuk mencapai hasil) yang dibarengi dengan ketenangan, atau orang Jerman menyebutnya draufgangertum, bersama dengan sifat fanatik khas tentara politik semacam SS.
Kurt Adolph Wilhelm Meyer dilahirkan di Jerxheim tanggal 23 Desember 1910. Ayahnya adalah seorang pekerja pabrik yang ikut bertempur dalam Perang Dunia Pertama sebagai perwira rendah, tepatnya Sersan Mayor. Dalam perang akbar tersebut, ayahnya meninggal karena luka-luka yang dideritanya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Meyer lalu bekerja serabutan. Sembari menunggu penerimaan anggota satuan polisi Mecklenburg, Meyer sempat bekerja di pabrik juga di pertambangan. Akhirnya dia diterima juga tanggal 1 Oktober 1929. Tak lama kemudian, 1 September 1930, dia bergabung dengan partai NSDAP (lebih kita kenal sebagai Partai Nazi) dan dimasukkan sebagai anggota SS (SS-Standarte ke-22) yang bermarkas di Schwerin tanggal 15 Oktober 1931. kembali Meyer ditransfer lagi tanggal 15 Mei 1934. kali ini sebagai anggota elit satuan bodyguard pribadi Hitler, Leibstandarte SS Adolf Hitler, dengan pangkat Untersturmführer. Pada bulan September Meyer telah naik pangkat menjadi Obersturmführer (Letnan Satu) dan diserahi komando Kompi Panzerabwehr 14. Disini lama sekali Meyer jadi komandannya, sampai ke penyerbuan Polandia tahun 1939. Dalam medan laga ini pula Meyer telah menunjukkan bakatnya sebagai jago tempur, dimana dia dianugerahi Salib Baja kelas kedua (Eiserne Kreuz II klasse) tanggal 25 September 1939. Untuk pertama kalinya Meyer juga merasakan bagaimana rasanya terluka dalam pertempuran, ketika tanggal 7 September dia tertembak di bagian bahu. Tanggal 1 Oktober Meyer diserahi tugas memimpin Kradschützenkompanie (kompi kendaraan bermotor) 15 yang dia bawa dengan gagah berani menerjang pasukan Sekutu dalam invasi ke Prancis dan negara-negara bawah (Belanda sang penjajah dan Belgia). Meyer sangat beruntung, karena komandan peletonnya adalah orang yang nanti juga menonjol dalam pertempuran dan menerima segombrengan medali, yaitu Hugo Kraas yang memimpin Peleton Pertama dan si tampan Max Wünsche yang memimpin Peleton Kedua. Dalam pertempuran ini pula Meyer menerima Salib Baja kelas pertama (31 Mei 1940). Setelah berakhirnya invasi tersebut dengan kemenangan gilang-gemilang di pihak Hitler, kompi Meyer di-upgrade menjadi Aufklärungsabteilung LSSAH (Detasemen Pelopor) dan Meyer juga dinaikkan pangkat menjadi Sturmbannführer (Mayor).
Meskipun orang ini telah mencatat berbagai prestasi gemilang dalam pertempuran-pertempuran sebelumnya yang dia jalani, tapi baru dalam kampanye di Balkanlah Meyer menunjukkan “draufgangertum” yang sebenarnya! Mau tahu bagaimana ceritanya? Nih dia :
Meyer diserahi tugas oleh atasannya, Josef ‘Sepp’ Dietrich (kenal kan?), untuk memotong gerak mundur Korps III Yunani dari Albania yang telah bermula dari sejak tanggal 13 April 1941. Untuk dapat melakukan hal ini, mau tidak mau detasemennya harus menduduki celah Kissura, untuk kemudian bergerak dalam kecepatan tinggi ke danau Kastoria dan menguasai kota yang bernama sama sebelum pasukan Yunani tiba disana. Tugas ini begitu sulitnya karena medan yang bergunung-gunung dan lawan Meyer yang terdiri dari satu divisi penuh orang-orang Yunani dari Divisi Infanteri ke-20! Tapi Meyer tidak bergeming, dia tetap melaksanakan tugasnya dengan penuh dedi corbuzier eh dedikasi. Pada awalnya Meyer tidak menemui hambatan berarti dan dia bergerak sesuai dengan rencana. Tapi tiba di kota bernama Werjes yang terletak persis menghadap celah Kissura, secara tiba-tiba serangan detasemennya mandek karena perlawanan pasukan Yunani begitu gigihnya. Meyer menemui kesulitan untuk menyingkirkan hambatan ini, karena lawan telah membuat pertahanan yang dipersiapkan dengan sangat baik di kota tersebut. Selain itu, tak henti-hentinya bantuan dari pasukan Yunani lain datang dengan satu misi : menambah puyeng Meyer! Masih kurang? Ada juga tambahan pasukan pendukung Yunani yang bercokol di dua buah dataran tinggi yang mengapit celah Kissura, yang berada di posisi yang sangat menguntungkan karena dari sana mereka dapat melihat jelas jalannya pertempuran di bawah sana sehingga dapat dengan mudah menembaki pasukan Meyer yang mencoba mempertaruhkan nyawa naik ke atas. Pokoknya, Cuma ada dua pilihan bagi Meyer : mundur menahan malu tapi dengan pasukan yang masih utuh, atau tetap nekad maju dengan resiko pasukannya menjadi bubur ayam Sukabumi tambah ati dan emping!
Hei hei, tapi ini Meyer, bung! Tak lama, Meyer telah terlihat sedang mengorganisasikan Abteilungnya menjadi tiga grup penyerang, yang salah satunya dipimpin langsung oleh dirinya sendiri. Ketika subuh hampir berakhir dan cahaya matahari mulai nongol, Meyer memutuskan untuk menyerang. Kompi Kraas diserahi tugas menyerbu dataran tinggi, sementara pasukan utama di bawah pimpinan Meyer menyerang kotanya. Pasukan Yunani benar-benar terkejut dengan serangan ini karena mereka tidak menduga kalau si komandan Jerman sialan itu akan menyerang pertahanan berlapis mereka secara frontal! Jam 11 siang pertahanan terluar mulai ngelotok, dan akhirnya sore harinya kota tersebut berhasil direbut. 600 orang pasukan Yunani berhasil ditawan sementara Meyer sendiri hanya kehilangan 1 orang perwira dan 6 prajuritnya yang terbunuh, ditambah 17 orang lagi yang luka-luka!
Meyer masih belum berhenti. Ingat, misinya tidak terbatas sampai disini! Tanggal 15 berikutnya, detasemennya telah tiba di danau Kastoria, langsung berjalan menyusuri pesisir barat ke arah utara hanya untuk kemudian berbalik menyerbu kembali ke arah selatannya! Kini giliran pasukan Yunani yang pusing tidak alang kepalang, dan yang bisa mereka lakukan hanyalah bertahan mati-matian menghadapi serbuan Jerman dari arah yang tidak disangka-sangka. Hasilnya sudah bisa diduga, tak lama kemudian Meyer telah menduduki kota kedua sekaligus yang menjadi tujuan utamanya, lengkap dengan tambahan mengeduk 11.100 orang lagi tawanan perang! Atas prestasinya yang luar biasa ini dia diganjar dengan Salib Ksatria (Ritterkreuz) tanggal 18 Mei 1941. Bulan Oktober 1941 Meyer menderita sakit yang cukup serius sehingga komando Abteilungnya untuk sementara dihibahkan pada Kompanieführer kedua Hugo Kraas sampai Januari 1942. tanggal 8 Februari 1942 Meyer dianugerahi Salib Jerman Emas (Deutsches Kreuz in Gold).
Tanggal 23 Februari 1943, kembali Meyer mendapat medali. Kali ini Daun Oak (Eichenlaub) dengan gagah bertengger di Salib Kstrianya, yang dianugerahkan atas prestasinya dalam merebut kembali kota Kharkov dari tangan pasukan Rusia, dan merupakan puncak prestasinya setelah berkali-kali SS-Aufklärung Abteilung pertama yang dipimpinnya meraih hasil yang memuaskan dalam setiap pertempuran yang mereka ikuti. Musim panas itu juga Hitler mengumumkan untuk membentuk divisi SS baru yang anggotanya diambil dari organisasi Hitlerjugend (semacam karang taruna) yang lahir di tahun 1926, sementara para komandannya akan diambil dari Divisi Panzer pertama SS “Leibstandarte Adolf Hitler”. Meskipun sangat berhasrat untuk ditunjuk memimpin Panzerregiment yang baru dibentuk, tapi pada kenyataannya Meyer diserahi tugas untuk ‘mengasuh’ para Grenadier muda dari Panzergrenadierregiment SS 25 yang anggotanya kebanyakan masih berusia belasan tahun! Mengiringi pengangkatannya ini, pangkat Meyer dinaikkan menjadi Standartenführer (Kolonel) tanggal 21 Juni 1943.
Tak terduga, tanggal 6 Juni 1944 pasukan Sekutu melancarkan operasi amfibi terbesar dalam sejarah (Operasi Overlord) ketika mereka menyerang pantai-pantai Normandia dengan jumlah pasukan yang amit-amit. Tanggal 14 Juninya, kurang dari dua minggu setelah invasi tersebut, peristiwa tragis menimpa Divisi Panzer SS ke-12 “Hitlerjugend” ketika komandan mereka yang kharismatis, Brigadeführer Fritz Witt, tewas setelah markasnya kena hantam bom yang diluncurkan dari kapal perang Sekutu! Sebagai perwira lapangan dengan pangkat tertinggi, Standartenführer Kurt Meyer secara resmi menggantikan Witt dalam memimpin divisi tersebut tanggal 16 Juni. Dalam usianya yang ke-33, Meyer adalah komandan divisi TERMUDA di seluruh angkatan bersenjata Jerman! Tanggal 27 Agustus 1944 Meyer menjadi prajurit Jerman ke-91 yang dianugerahi penghargaan super prestisius, Pedang (Schwerter). Satu minggu kemudian, tanggal 1 September, dia dipromosikan menjadi Brigadeführer (Mayjen).
Penghargaan itu didapat karena Meyer telah memimpin divisinya dengan prestasi yang mengagumkan. Pasukannya yang kebanyakan masih ABG ini telah membuat frustasi para jenderal Sekutu karena berkali-kali mementahkan serangan mereka dengan kerugian besar di pihak lawan. Mereka bertempur dengan kefanatikan yang menjadi legenda, sehingga tak ayal prajurit-prajurit Hitlerjugend ini dijuluki “Crack Babies” (Bayi-Bayi Tangguh) oleh pasukan Kanada yang menjadi lawannya, sebagai bentuk kekaguman melihat semangat juang mereka yang bukan main.
Komando Meyer atas divisi ini secara tiba-tiba terhenti tanggal 6 September ketika Meyer secara tak terduga tertangkap oleh para gerilyawan Belgia di kota Durnal.
Sisa hari-hari Meyer dihabiskannya sebagai tawanan perang sampai bulan Desember 1945, ketika dia disidang di kota Aurich, Jerman, atas tak kurang dari lima tuduhan sebagai penjahat perang! Tanggal 27 Desember Meyer ‘terbukti’ bersalah atas dua dari lima tuduhan ini : memerintahkan pada pasukannya agar jangan mengambil tawanan, dan dianggap bertanggungjawab atas tewasnya 18 orang tentara Kanada yang tertangkap di Biara Ardenne tanggal 7-8 Juni 1944. Penuntutnya tidak tanggung-tanggung adalah Mayor Jenderal H.W. Foster dari Brigade Infanteri ke-7 Kanada yang meminta dia untuk ‘merasakan kematian dengan ditembak’. Pada akhirnya, vonis ini dirubah menjadi hukuman seumur hidup bulan Januari 1946 oleh Mayjen Chris Vokes dengan alasan bahwa apa yang telah terjadi adalah suatu hal yang biasa terjadi dalam suatu peperangan karena situasi yang menghendaki begitu.
Meyer lalu menjalani lima tahun berikutnya di penjara Dorchester yang terletak di New Brunswick, Kanada. Dia kemudian dipindahkan ke penjara militer di Werl, Jerman Barat. Setelah sembilan tahun dalam tahanan, akhirnya Meyer dilepaskan tanggal 7 September 1954 dan kemudian bekerja di penyulingan bir Andreas Brewery di Hagen. Meyer tidak pernah melupakan para kameradnya di Waffen-SS, dan dia sangat aktif dalam organisasi HIAG demi menuntut agar mantan anggota Waffen-SS diberi pula pensiun perang sama seperti rekan-rekan mereka di angkatan darat, laut dan udara. Tahun 1957 buku biografinya yang berjudul Grenadier diterbitkan. Kesehatannya cepat menurun, dan dia menderita tiga kali serangan stroke ringan tahun 1961, sebelum meninggal karena serangan jantung di Hagen Westphalia tanggal 23 Desember 1961, persis di hari ulangtahunnya yang ke-51.
Secara umum, Meyer adalah seorang pejuang pantang mundur dalam arti yang sebenar-benarnya. Dari catatan medisnya, diketahui bahwa orang ini telah menderita patah tulang 18 kali dan gegar otak 4 kali dalam semua pertempuran yang diikutinya! Di medan perang Prancis lah Meyer pertama kali memperlihatkan bakat bertempurnya yang unik karena selalu terburu-buru ingin mencapai tujuannya. Dengan sifat ini, ditambah kemampuannya yang hebat dalam penguasaan taktik perang kilat (Blitzkrieg) yang mengandalkan pergerakan mobil pasukan lapis baja, sehingga membuat Meyer dijuluki sebagai “Schnelle Meyer” (Meyer si Cepat). Selain itu, dia juga mendapat julukan lain yaitu “Panzermeyer”, dan julukan inilah yang lebih populer di mata kawan-kawannya.
Dalam palagan Rusia yang keras, kebiasaan Meyer yang tidak ortodok makin menjadi-jadi. Dia biasa ‘berpetualang’ jauh di dalam wilayah musuh untuk kemudian berjuang mati-matian hanya untuk kembali ke garis Jerman. Taktik yang kelihatannya nekad tapi efektif inilah yang membuat dia dianugerahi banyak medali penghargaan.
Sebagai penutup, kita kutip wawancara Meyer pasca-perang dengan koresponden perang Jack Donoghue dari Kanada :
Dalam wawancaraku, dia dengan hati-hati selalu membatasi permasalahan hanya seputar topik militer. Tapi kemudian, ketika dia sedang bercerita tentang pertempuran di Normandia yang dijalaninya, tidak sengaja dia melihat pita medali di dadaku. Lalu dia berkata, “Aku lihat engkau pernah bertugas di Eropa barat laut. Satu hal yang tak pernah aku mengerti, mengapa kalian menyerang kami secara frontal di Verriers Ridge?” Pertempuran ini berlangsung tanggal 25 Juli 1944, tak lama setelah aku tiba di Normandia. Aku katakan pada Meyer bahwa secara jujur aku tak tahu jawabannya, meskipun aku telah melihat lokasi pertempuran tersebut. Aku beranggapan bahwa mungkin saja komandan korps pasukan Kanada Letjen Guy Simonds menganggap bahwa lembah itu harus diambil dengan bermacam cara, apapun resikonya, atau garis komunikasinya akan terancam karena menjadi sasaran empuk pasukan Meyer yang mendominasi wilayah itu.
“Kalau saja kalian berputar dan tidak menyerang persis ke jantung pertahanan kami, kalian akan memutus jalur suplai pasukanku dan akupun akan dengan terpaksa menyerah.” Meyer berkata kembali, “Begitu tragis, kami terpaksa membantai para prajurit muda malang itu!” Dan kejadian yang terjadi memang tepat seperti apa yang dikatakannya. Dia tidak berbohong. The Black Watch of Montreal dalam satu hari itu kehilangan 123 prajurit terbaiknya...
Sumber :
www.en-wikipedia.org
www.forum.axishistory.com
www.valourandhorror.com
2 comments:
Awesome page on one of my favourite generals Panzermeyer. I am a avid WWII buff myself and a big fan of the Nazis.
Kurt Meyer
Post a Comment